Anda di halaman 1dari 3

Tewasnya Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat, Menyisakan

Banyak Kejanggalan

Ilustrasi (Foto:Kalatronic)

Pojokhukum.com - Sudah hampir sepekan Brigadir Nopryansah Yosua


Hutabarat tewas akibat luka tembak. Pelaku penembakan merupakan rekan di
kesatuan Polri, yakni Bharada E.

Diketahui Brigadir Yosua meninggal dengan lima tembakan, serta sayatan


benda tajam.

Untuk luka tembak berada di bagian dada, tangan dan leher. Sedangkan luka
sayatan berada di bagian mata, hidung, mulut dan kaki.

Adanya luka sayatan di tubuh Brigadir Yosua dibenarkan oleh pihak keluarga
yakni Rohani Simanjuntak Bibi dari Brigpol Nopryansah.

Seperti diketahui, Tewasnya Brigadir Yosua di rumah dinas Kadiv Propam


Mabes Polri Irjen Ferdy Sambo akibat baku tembak yang belum jelas akar
permasalahannya.

Namun, menurut penjelasan Karo Penmas Divhumas Polri Brigjen Ahmad


Ramadhan. Aksi saling tembak tersebut bermula saat Brigadir Yosua
memasuki kamar pribadi Kadiv Propam, diduga hendak melecehkan istri dari
Irjen Ferdy Sambo.

Bharada E yang saat itu sedang berjaga, mendengar teriakan minta tolong dari
istri dari Kadiv Propam. Bharada E yang datang langsung menegur Brigadir
Yosua.

Bukannya menjawab yang didapat, justru Brigadir Yosua mengacungkan


senjata dan melepas tembakan.

Bharada E pun menghindar dan membalas tembakan tersebut.

"Bharada E tentu menghindar dan membalas tembakan terhadap Brigadir


Yosua," kata Ramadhan pada wartawan, Senin (11/7).

Setelah terjadi saling tembak antar polisi tersebut, Brigadir Yosua meninggal
dengan lima lubang peluru bersarang di tubuhnya. Ramadhan memastikan
penembakan itu terjadi saat Y dan E berada di dalam rumah.

Sementara Bharada E sama sekali tak terkena tembakan. Menurut, Ahmad


Bharada E di posisi lebih tinggi, sehingga memudahkan untuk menghindar.

"Tidak ada (kena tembak), kan posisi dia lebih tinggi dan dia posisinya dalam
keadaan yang terlindungi," kata Ramadhan kepada wartawan, Selasa (12/7).

Lima tembakan yang dilepaskan Bharada E menimbulkan tujuh luka di tubuh


Brigadir Yosua. Polisi mengungkapkan soal kondisi luka tersebut berdasarkan
hasil autopsi awal.

"Dari hasil autopsi tersebut, disampaikan bahwa ada tujuh luka tembak masuk
dan enam luka tembak keluar dan satu proyektil bersarang di dada," ujar
Kapolres Jaksel Kombes Budhi Herdi Susianto di kantornya, Selasa (12/7).

Adapun senjata yang digunakan oleh masing-masing anggota kepolisian


tersebut adalah senpi jenis HS 16 yang digunakan oleh Brigadir Yosua dan
pistol jenis Glock 17 yang digunakan oleh Bharada E.
Kejanggalan kematian Brigadir Yosua

Sejumlah pihak banyak menyayangkan kejadian tersebut, dan menyisakan


banyak tanda tanya.

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)
Bambang Rukminto mengatakan terdapat banyak kejanggalan dalam aksi baku
tembak tersebut.

Menurut Bambang, alasan pelecehan istri dari bosnya tersebut tidak masuk akal
dan apakah benar seorang ajudan berani melecehkan istri dari bosnya.

Bambang pun menduga, tembakan dari Bharada E ini sudah terukur dan dari
jarak dekat karena bisa melukai tujuh bagian tubuh korban.

"Itu yang menjadi aneh, begitu cermat dan tepatnya, seorang Tamtama
menembak dengan lima peluru kena semuanya, apalagi dalam kondisi panikan,"
ujarnya.

Bambang pun mempertanyakan mengapa CCTV di rumah seorang jenderal


mengalami kerusakan.

Selain itu, Kejanggalan lainnya yang didapat pihak keluarga adalah, terdapat
luka sayatan di tubuh Brigadir Yosua, hal itu bertolak belakang dengan
informasi yang disampaikan oleh saksi saat olah TKP.

Tak hanya itu, pihak keluarga mendapati luka lebam di beberapa area tubuh dari
Brigadir Yosua.

Hal lain yang cukup membuat keluarga syok adalah ketika mereka mendapati
dua jari Brigadir J putus. Polisi menduga dalam peristiwa adu tembak tersebut,
tembakan dari Bharada E mengenai jari Brigadir J, sehingga membuat jari
Brigadir J terputus.

Anda mungkin juga menyukai