Anda di halaman 1dari 19

Santri di Sragen Meninggal, Polisi

Tetapkan Senior Pesantren Tersangka

Ilustrasi santri tewas di pesantren Sragen. (CNN Indonesia/Hesti Rika)


Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi menetapkan satu tersangka dalam kasus penganiayaan yang
mengakibatkan DWW (15), santri Pondok Pesantren (Ponpes) Ta'mirul Islam Cabang Masaran,
Sragen, Jawa Tengah. Pelaku merupakan santri dan senior korban. Tersangka adalah MHNR (16)
asal Kabupaten Karanganyar.
"Dari gelar ditetapkan satu tersangka atas nama MHNR asal Karanganyar," kata Kasi Humas Polres
Sragen, Iptu Ari Pujiantoro, Rabu (23/11).

Ari mengatakan Polres Sragen telah melakukan olah TKP pada hari Minggu, (20/11). Polisi juga
meminta keterangan dari 11 saksi termasuk para ustadz dan orang tua korban. MHNR ditetapkan
sebagai tersangka saat gelar perkara yang dilaksanakan di hari yang sama.

Polres Sragen hanya memberlakukan wajib lapor terhadap tersangka. Ia tidak ditahan mengingat
statusnya sebagai anak yang berhadapan dengan hukum (ABH).

"Namun demikian, proses hukum masih terus berjalan," katanya.

Santri di Sragen Meninggal Diduga Dianiaya Senior, Kemenag Buka Suara

Menurut keterangan para saksi, penganiayaan bermula saat pelaku meminta izin kepada salah satu
ustadz di pondok untuk memanggil santri-santri yang tidak melaksanakan piket kebersihan. Pelaku
kemudian memukul korban sebagai bentuk hukuman.
"Mungkin tindakan tersebut kurang terkontrol karena tidak ada pengawasan dan mereka masih
muda," katanya.

"Jadi itu bukan karena dendam atau apa. Niatnya mendisiplinkan tapi karena kurang pas sehingga
akibatnya fatal," lanjut Ari.

Tersangka dijerat dengan Pasal 80 ayat 3 UU 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Dalam
pasal tersebut diatur bahwa pelaku penganiayaan yang mengakibatkan kematian terhadap anak
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Panglima TNI Baru Diminta Reformasi
Peradilan Militer, Hapus Impunitas

Ilustrasi pengadilan militer. (CNN Indonesia/Syakirun Niam)


Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Imparsial Gufron Mabruri berharap panglima TNI yang baru bisa
mendorong DPR dan pemerintah untuk merevisi UU No 31/1997 tentang peradilan militer.
Menurutnya, pergantian panglima TNI merupakan kesempatan untuk pembenahan institusi menuju
lebih baik dan memastikan tidak ada lagi praktik impunitas.

"Panglima TNI yang baru tidak boleh membiarkan kejahatan yang melibatkan anggotanya berlalu
tanpa proses hukum yang tegas (impunitas)," kata Gufron dalam keterangan tertulis, Rabu (30/11).

"Dalam konteks penghapusan impunitas tersebut, sangat penting bagi DPR dan pemerintah untuk
mendorong kembali reformasi sistem peradilan militer," imbuhnya.

DPR Tak Gelar Uji Kepatutan Calon Panglima TNI Yudo Margono Hari Ini

Gufron menjelaskan agenda reformasi Peradilan Militer telah diamanatkan dalam TAP MPR nomor 6
dan 7 tahun 2000 dan undang-undang Nomor 34 Tahun 2004.

Selain merevisi UU tersebut, Gufron menyebut dalam agenda reformasi TNI yang krusial juga adalah
restrukturisasi komando teritorial. Hal itu sesuai amanat dari UU No 34/2004.
"Struktur komando militer tidak boleh mengikuti sama persis dengan struktur pemerintahan sipil,"
ucapnya.

Gufron lantas menyorot calon tunggal yang direkomendasikan oleh Presiden Joko Widodo, yakni
Laksamana TNI Yudo Margono (KSAL). Menurutnya, DPR tak bisa menerima calon tunggal tersebut
begitu saja.

Menurut Gufron, penting bagi DPR untuk menjadikan mekanisme fit and proper test sebagai proses
untuk menguji kelayakan calon tunggal panglima TNI yang diajukan oleh presiden.

Dia mengingatkan jangan sampai proses tersebut bersifat formalitas dan DPR hanya berperan
sebagai "tukang stempel" atas kebijakan yang dibuat oleh Presiden.

"Penting dicatat bahwa pergantian panglima TNI bukan sekedar urusan pergantian sosok
kepemimpinan di tubuh TNI, tetapi juga akan mempengaruhi wajah TNI ke depan," ujar dia.

"DPR Jangan Memberi Blangko Kosong kepada Calon Panglima TNI Baru," imbuhnya.

Deret Perwira Tinggi Calon KSAL Pengganti Yudo Margono


Adapun beberapa pekerjaan rumah lain yang Imparsial catat untuk calon Panglima baru yakni terkait
penyelesaian konflik di Papua. Gufron menyebut TNI harus mengevaluasi dan mengoreksi semua
bentuk perbantuannya (OMSP) yang bertentangan dengan UU TNI.

"Khususnya di Papua yang sering berdampak buruk terhadap kekerasan politik dan pelanggaran
HAM," tuturnya.

Sebelumnya, Jokowi mengungkap alasannya memilih KSAL Laksamana Yudo Margono sebagai
calon Panglima TNI yang diajukan uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) di DPR.

Jokowi mengatakan pemilihan perwira bintang empat TNI AL itu karena ingin memastikan rotasi
matra di pucuk kepemimpinan TNI. Sebagai informasi, sepanjang kepresidenan Jokowi hingga saat
ini tongkat komando Panglima TNI pernah dipegang satu perwira bintang empat dari TNI AU dan tiga
bintang empat dari TNI AD.

Urutannya antara lain Jenderal TNI AD Moeldoko, Jenderal TNI AD Gatot Nurmantyo, Marsekal TNI
AU Hadi Tjahjanto, dan terakhir Jenderal TNI AD Andika Perkasa.

"Satu, yang kita ajukan satu (calon), KSAL yang sekarang karena memang kita rotasi matra," kata
Jokowi di Pontianak, Kalimantan Barat, dikutip dari keterangan tertulis Sekretariat Presiden, Selasa
(29/11).
Isu Iran Ancam Bui Keluarga Timnas
hingga Pedemo Senang AS Menang

Sederet kabar meramaikan berita internasional Selasa (29/11), dari isu Iran mengancam bakal bui
keluarga timnas, hingga pedemo senang Teheran kalah Piala Dunia. (Reuters/WANA News Agency)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sederet kabar meramaikan berita internasional Selasa (29/11), mulai dari
isu Iran mengancam bakal membui keluarga timnas, hingga demonstran Teheran merayakan
kemenangan AS dalam laga Piala Dunia 2022.

1. Iran Ancam Bui Keluarga Timnas Jelang Piala Dunia Hari Ini, Kenapa?
Iran dilaporkan mengancam bakal membui keluarga pemain tim nasional jika mereka tak
menyanyikan lagu kebangsaan dalam laga melawan Amerika Serikat di Piala Dunia 2022 hari ini,
Selasa (29/11).

Seorang sumber mengatakan bahwa ancaman itu terlontar ketika para pemain timnas dipanggil
untuk hadir dalam pertemuan khusus dengan sayap elite militer, Garda Revolusi Iran (IRGC).

IRGC memanggil timnas setelah para pemain tak mau menyanyikan lagu kebangsaan saat
pertandingan pembuka di Piala Dunia Qatar pekan lalu.

Meski demikian, Kedutaan Besar Iran di Indonesia membantah kabar ini. Menurut mereka, ini
merupakan propaganda untuk mengalihkan perhatian dari kegemilangan Iran di Piala Dunia.

2. Dubes Murka AS Hapus Lafaz Allah Bendera Iran di Piala Dunia


Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Azad,murka usai Amerika Serikat menghapus tanda
Allah di bendera Iran jelang pertandingan kedua negara di Piala Dunia Qatar 2022.

"Tentu saja ini merupakan sebuah tindakan yang fatal yang dilakukan oleh pihak Amerika Serikat,"
kata Azad kepada CNNIndonesia.com, saat ditanya respons dia soal kejadian itu, Selasa (29/11).

Perseteruan ini mencuat jelang laga kedua tim di Piala Dunia Qatar pada Selasa waktu setempat.

AS menyatakan tindakan itu dilakukan sebagai bentuk dukungan untuk pengunjuk rasa di Iran yang
terus turun ke jalan usai kematian Mahsa Amini.

3. Demonstran di Iran Rayakan Kemenangan AS di Piala Dunia


Demonstran di Iran pun merayakan kekalahan Iran dari AS dalam laga di Piala Dunia pada Selasa.
Mereka menyalakan kembang api sembari berteriak di jalan ketika timnas AS menang.

Di kampung halaman Mahsa Amini di Saqez dan kota-kota lain di provinsi yang dikuasai Kurdistan,
terlihat warga menumpahkan kesenangannya melihat timnas negaranya kalah.

"Warga Saqez sudah mulai merayakan dan menggunakan kembang api setelah gol pertama Amerika
melawan tim sepak bola Iran," demikian laporan situs Iran Wire yang berbasis di London melalui
Twitter, seperti dikutip AFP.
Misteri Kematian Sekeluarga di Kalideres,
Diduga Terkait Ritual Tertentu

Merdeka.com - Kematian empat anggota keluarga di kawasan Kalideres, Jakarta Barat, sempat


membuat geger. Kasus itu pun masih misterius, meskipun dugaan teranyar kejadian diduga
terkait ritual keyakinan tertentu.
Dugaan itu salah satunya disampaikan kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala.
Dia berpendapat bahwa kematian dari empat orang itu lantaran keyakinan menyimpang
tentang hidup setelah mati.

temuan terbaru polisi juga menunjukkan salah seorang anggota keluarga itu terindikasi


mengarah pada penyimpangan tersebut. "Ada kecenderungan salah satu keluarga yang
dominan, yang mengarah kepada almarhum Budiyanto (Gunawan), bahwa yang bersangkutan
memiliki sikap positif terhadap aktivitas ritual tertentu," kata Direktur Reskrimum Polda Metro
Jaya Kombes Hengki Haryadi, Selasa (29/11).

Hengki menduga ketiga korban lain terpengaruh dengan Budyanto, sehingga mereka
melakukan ritual serupa. "Hal ini mengakibatkan adanya suatu believe dalam keluarga tersebut
bahwa upaya untuk membuat kondisi lebih baik atau mengatasi masalah yang terjadi dalam
keluarga, dilakukan melalui ritual tertentu," ujarnya.
Dia menerangkan, temuan itu berdasarkan hasil koordinasi antara penyidik dengan tim
asosiasi psikologi forensik. "Ada keindetikan penyelidikan berdasarkan keterangan saksi dan
bukti bukti yang ada di lokasi kejadian," ujar dia.

Gandeng Ahli Sosilogi Agama


Hengki juga menyebut barang bukti terbaru yang disita di antaranya buku-buku mantra hingga
kemenyan. Karena itu pihaknya perlu melibatkan ahli sosiologi agama untuk mendalami
temuan barang-barang di dalam rumah.

"Kami temukan buku-buku lintas agama, serta mantra dan kemenyan. Oleh karenanya, kami
akan mengundang ahli sosiologi agama, untuk melakukan analisa lebih lanjut terhadap tulisan
yang ada di dalam buku, serta hubungannya dengan temuan jejak benda-benda di TKP," kata
dia.

Terkait hal ini, Hengki menerangkan tim asosiasi psikologi forensik terus mendalami motif
psikologis kematian melalui autopsi psikologis.

"Scientific crime investigation selalu menjadi acuan atau metode pembuktian utama," ujar dia.

Terkait penyebab kematian, penyidik menggandeng para ahli kedokteran forensik gabungan
dari kedokteran forensik Polri maupun RSCM/Universitas Indonesia.

"Mengenai sebab-sebab kematian, kami sedang menanti hasil dari pemeriksaan patologi
anatomi yang saat ini sedang didalami," ujar dia.
Taliban Akhiri Gencatan Senjata dengan
Pakistan, Ancam Sebar Serangan Baru

Taliban
Merdeka.com - Kelompok milisi Tehreek-e-Taliban Pakistan (TPP) atau yang dikenal sebagai
Taliban Pakistan mengumumkan kalau mereka telah mengakhiri perjanjian gencatan senjata
yang ditandatangani Juni lalu dengan pemerintah Pakistan.

Pihak Taliban Pakistan pun menyatakan para milisi mereka akan melakukan serangan-
serangan baru di berbagai wilayah Pakistan.

“Karena operasi militer (Pakistan) sedang berlangsung melawan mujahidin (Taliban Pakistan) di
berbagai wilayah jadi sangat penting bagi Anda (milisi Taliban Pakistan) untuk melakukan
serangan di mana pun Anda bisa di seluruh negeri,” jelas Taliban Pakistan, dikutip dari
Aljazeera, Selasa (29/11).

Kelompok Taliban Pakistan mengungkap alasan mereka melakukan serangan baru karena
berbagai serangan yang telah dilakukan militer Pakistan, terutama pada distrik Lakki Marwat di
Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.

“Kami sampaikan kepada rakyat Pakistan bahwa kami telah berulang kali memperingatkan
Anda dan terus bersabar agar proses negosiasi setidaknya tidak disabotase, tetapi tentara dan
badan intelijen (Pakistan) tidak menghentikan dan melanjutkan serangan, jadi sekarang
serangan balasan kami juga akan dimulai di seluruh negeri,” jelas Taliban Pakistan.
Sebelumnya Taliban Pakistan telah melakukan aksi pemberontakan kepada pemerintah
Pakistan selama lebih dari satu dekade. Kelompok itu telah berkali-kali meminta agar hukum
agama Islam garis keras dapat diterapkan di Pakistan, meminta pembebasan anggota yang
ditahan, dan pengembalian wilayah kesukuan Pakistan dengan Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

Untuk memperjuangkan permintaan, kelompok Taliban Pakistan melakukan serangan-


serangan, salah satunya serangan 16 November lalu di Lakki Marwat. Serangan itu
mengakibatkan enam polisi yang sedang bertugas tewas.
Setelah serangan terjadi, Perdana Menteri (PM) Pakistan, Shehbaz Sharif menyatakan terorisme
masih menjadi masalah nomor satu di Pakistan.

Namun spesialis keamanan dari United States Institutes of Peace, Asfandyar Mir menjelaskan
meski Taliban Pakistan meningkatkan aksinya akhir-akhir ini, namun kelompok itu tidak
melakukan serangan di luar wilayah kesukuan.

“Saya menyimpulkan penargetan sebagai fungsi dari tekanan Taliban Afghanistan pada TTP
untuk mengkalibrasi eskalasi mereka… Sekarang jika TTP menindaklanjuti deklarasi serangan
di seluruh negeri, pertanyaan kuncinya adalah bagaimana tanggapan Taliban,” jelas Mir.

Pihak pemerintah dan Taliban Pakistan juga telah berkali-kali melakukan pembicaraan yang
difasilitasi Taliban Afghanistan. Namun terlepas dari gencatan senjata, Taliban Pakistan tetap
melanjutkan serangan mereka.

Bagi Taliban Pakistan, serangan mereka hanya bersifat pertahanan dan bentuk pembalasan
atas operasi yang dilakukan militer Pakistan.

Menurut laporan Institut Studi Perdamaian Pakistan, setidaknya ada 65 serangan terjadi di
Provinsi Khyber Pakhtunkhwa hingga Oktober lalu. Serangan-serangan itu menewaskan
sedikitnya 98 orang dan melukai 75 lainnya.

Hikmah Makan dan Minum Sambil Duduk


Secara Medis
X
Umat Islam sangat dianjurkan makan dan minum sambil duduk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama terkait


hukum makan dan minum sambil berdiri. Sebagian ulama melarangnya, sementara sebagian
lainnya membolehkannya berdasarkan hadis sahih yang menjelaskan Nabi Muhammad dan
para sahabatnya ternyata pernah makan dan minum sambil berdiri.

Terlepas dari itu, umat Islam sangat dianjurkan makan dan minum sambil duduk. Apalagi,
secara medis, makan dan minum sambil duduk dianggap lebih baik daripada makan dan minum
sambil berdiri atau sambil tiduran.

Dalam buku Makan dan Minum Sambil Berdiri Haramkah, Syafri Muhammad Noor menjelaskan
hikmah dan manfaat kesehatan makan dan minum sambik duduk. Pertama, menurut dia,
kebiasaan minum sambil duduk bermanfaat dalam membantu menyehatkan ginjal.

Kedua, orang yang memiliki kebiasaan minum sambil duduk juga akan terhindar dari dehidrasi.
Ketiga, kebiasaan ini juga dapat menghidarkan diri dari penyakit lambung. Menurut Ana Budi
Rahayu, refluks asam lambung dapat disebabkan salah satunya dari kebiasaan minum dan
makan sambil berdiri.

Hal itulah yang kemudian menyebabkan asam lambung naik ke esofagus dan membuat
kerongkongan teriritasi. "Untuk mencegah kondisi ini maka sebaiknya sahabat minum dan
makan sambil duduk sebagaimana seperti anjuran Rasulullah SAW," ujar Syafri.
Di samping itu, menurut Syafri, kebiasaan makan dan minum sambil duduk juga akan
menyehatkan pencernaan maupun menenangkan syaraf. Orang yang memiliki kebiasaan
ini dapat terhindar dari penyakit artritis, yaitu peradangan pada satu atau lebih persendian yang
disertai dengan rasa sakit, kebengkakan, kekakuan, dan keterbatasan bergerak. Makan dan
minum sambil duduk juga akan memberi efek segar pada tubuh.

Sementara itu, minum sambil berdiri, menurut Ibnul Qoyyim, tidak dapat memberikan
kesegaran pada tubuh secara optimal. Air yang masuk ke dalam tubuh akan cepat turun ke
organ tubuh bagian bawah.

Pasalnya, air yang dikonsumsi tidak tertampung di dalam maiddah (lambung) yang nantinya


akan dipompa oleh jantung untuk disalurkan ke seluruh organ tubuh. Dengan demikian, air
tidak akan menyebar ke organ-organ tubuh yang lain.

Sejarah Penyakit Cacar yang Pernah


Menghebohkan Batavia
Merdeka.com - Wabah penyakit cacar pernah menghebohkan Batavia. Penyakit yang
disebabkan virus Varicella Zoster dan menjangkiti kulit manusia ini telah berkembang sejak era
kolonialisme Belanda. Cacar pertama kali ditemukan pada awal abad ke-19 di Batavia.
Dalam buku Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia Jilid I diceritakan, bibit cacar pertama kali
datang ke Batavia pada 1804. Berasal dari 'Isle de Frence' (Mauritius). Penyakit ini dibawa
melalui perantara para anak budak yang berusia 6-12 tahun. Pemerintah langsung mengambil
langkah taktis mencegah perkembangan penyakit cacar. Upaya preventif melalui vaksinasi.

Pada mulanya vaksinasi hanya ditujukan bagi pribumi yang terbiasa bergaul dengan orang-
orang Eropa. Namun, pada akhirnya vaksinasi juga diberikan kepada mereka yang tidak
menolak vaksinasi. Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam buku Sejarah Pemberantasan
Penyakit di Indonesia.
Sebagai upaya tindak lanjut, pemerintah yang saat itu dipimpin oleh Thomas Stanford Raffles
(1811–1816) mengembangkan vaksinasi cacar di wilayah Jawa. Vaksinasi pada saat itu dilakukan
oleh para juru vaksin yang dilatih di rumah sakit tentara.

Selain itu, untuk mengawasi proses vaksinasi, pemerintah juga menetapkan tiga orang
pengawas (Superintendent) di Betawi, Surabaya dan Semarang. Seperti misalnya di
Karesidenan diutus Dr. Grey untuk mengawasi 2 orang juru cacar Belanda dan 14 juru cacar
pribumi.
Pada tahun 1820, Peraturan Jawatan Kesehatan Sipil (Reglement voor den BGD) ditetapkan dan
diiringi dengan dikeluarkannya Peraturan Pelaksanaan Vaksinasi Cacar (Reglement op de
uitofening der koepokvaccinatie in Nederlandsch-Indie).

Peraturan tersebut diantaranya meliputi:

1) Seluruh usaha vaksinasi ditempatkan di bawah seorang Inspektur.


2) Di tiap karesidenan diangkat seorang pengawas (opziener), sedapat-dapatnya dokternya
setempat.
3) Pengawas tiap minggu harus memberi vaksinasi di tempat kedudukannya dan sekitarnya.
4) Untuk tempat-tempat yang jauh dari tempat kedudukan pengawas, digunakan juru cacar
pribumi, yang sebelumnya dididik oleh pengawas.
5) Tiap bulan pengawas harus mengirimkan laporan kepada Residen dan Inspektur, dan tiap 6
bulan memeriksa hasil pekerjaan para juru cacar.
6) Inspektur bertanggungjawab atas pengiriman bibit cacar ke seluruh karesidenan.

Dari waktu ke waktu, penyempurnaan pelaksanaan pencacaran mulai dilakukan. Bibit cacar
yang tadinya didatangkan dari Eropa, kini mulai dibuat sendiri. Dimulai dengan didirikannya
'Parc vacciogene' di Batutulis pada tahun 1879.

Vaksin Cacar Dr. L. Otten


Kemajuan pembuatan vaksin mulai terlihat ketika dr. A. Schucink Kool berhasil membuat vaksin
di Meester Cornelis (Jatinegara) dengan menggunakan sapi sebagai tempat pembiakan.

Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 Agustus 1890,
maka lembaga pembuatan vaksin pun dipindahkan ke Batavia. Selain itu, untuk mengimbangi
kebutuhan produksi pemerintah juga mendirikan lembaga vaksinasi (Vaccinogen Instituut
Pasteur) di Bandung.

Mulai tahun 1918 lembaga pembuatan vaksin dipindahkan ke Bandung. Organisasi pencacaran
terus mengalami penyempurnaan disempurnakan dengan sistem jarak dan secara bertahap
diberikan sistem terpisah. Pembuatan vaksin juga disempurnakan dari larutan glycerine
menjadi vaksin kering vacuo hasil karya Dr. L. Otten (1926).
Menurut data tahun 1933, usaha vaksinasi ditugaskan kepada 455 mantri cacar yang bekerja di
bawah dokter karesidenan. Berkat organisasi vaksinasi yang baik, selama kurang lebih 25
tahun sebelum penjajahan Belanda berakhir, bebas dari cacar.

Penyakit ini timbul secara sporadis di wilayah Hindia-Belanda. Tetapi kemudian, cacar muncul
lagi pada tahun 1948 karena pelaksanaan vaksinasi cacar menjadi tidak teratur selama masa
pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan.

Sartono, Sang Pemersatu Bung Karno


dan Bung Hatta
Merdeka.com - Sering kali kita mendengar nama Sartono dalam perjuangan pergerakan
nasional. Khususnya disandingkan dengan Partai Nasional Indonesia.
Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa Sartono adalah orang yang berada di tengah
Dwitunggal. Dia berada di samping Bung Karno dalam mengejar cita-cita kemerdekaan. Tetapi
memiliki pandangan yang sama dengan Bung Hatta soal demokrasi.

Dia pernah berpolemik tajam dengan Hatta. Tetapi membangkang kepada Bung Karno pada
akhir karirnya. Meskipun begitu, Sartono berhasil menggalang persatuan antara Dwitunggal
ketika harus menghadapi pendudukan Jepang.

Strategi Bung Karno


Dalam buku MR. Sartono: Pejuang Demokrasi & Bapak Parlemen Indonesia, diceritakan saat
Sartono menyambut Bung Karno yang baru saja tiba dari Bengkulu. Pada tanggal 9 Juli 1942 di
pagi hari, sebuah kapal kayu merapat di Pelabuhan Pasar Ikan, Jakarta. Ketika itu Bung Karno
didampingi oleh istrinya, Inggit Garnasih.
Sartono yang datang bersama Hatta bergabung dengan Anwar Cokroaminoto untuk
menyambut Bung Karno dan keluarganya. Setelah itu, mereka berbincang-bincang. Hatta
kemudian bertanya kepada Bung Karno mengenai sikap yang akan diambil dalam menghadapi
pemerintahan militer Jepang.
Bung Karno tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut, sebaliknya justru membahas
Nasionalisme rakyat yang semakin menguat sejak kedatangan Jepang. Hatta menambahkan
bahwa semangat rakyat tetap tinggi.

Meski begitu, Sartono memperingatkan mereka bahwa semangat tinggi itu terbagi ke dalam
dua kubu. Satu pihak percaya bahwa Jepang akan membantu tercapainya kemerdekaan
Indonesia, sedangkan pihak lainnya curiga terhadap Jepang sebagai penjajah baru yang dalam
beberapa hal lebih buruk dari Belanda.

Menanggapi pernyataan Bung Hatta dan Sartono, Bung Karno mengatakan bahwa Jepang pasti
akan kalah. Ketika hal itu terjadi, kesempatan untuk merebut kemerdekaan. Sukarno juga
meminta Hatta dan Sartono mendampinginya menjalankan taktik kerja sama dengan Jepang.

Mendengar hal tersebut, Sartono memiliki keyakinan kepada Bung Karno.

Malam harinya terjadi pertemuan antara Sukarno, Hatta dan Sjahrir. Pertemuan itu tidak
dihadiri Sartono. Bukan tanpa alasan. Mengingat Hatta dan Sjahrir adalah sekutu abadi sejak di
Belanda. Maka, ketidakhadiran Sartono bertujuan agar tidak terkesan seperti 2 melawan 2.

Dalam pertemuan itu, terjadi perdebatan antara Sjahrir dan Bung Karno. Sjahrir tidak
menyetujui taktik kerja sama dengan pemerintah Jepang. Sjahrir juga merencanakan gerakan
bawah tanah melawan Jepang bersama Amir Sjarifuddin.

Akan tetapi, Bung Karno tetap pada pendiriannya akan menggalang kerja sama dengan Jepang
bersama Hatta dan Sartono. Dengan menggandeng Hatta dan Sartono, Bung Karno ingin
memberikan jaminan bahwa dia tidak akan terjerumus terlalu jauh dalam fasisme militer
Jepang.

Menyatukan Dwi Tunggal


Tidak banyak yang mengetahui bahwa Sartono-lah yang mempertemukan Sukarno dan Hatta
setelah kepulangannya dari Negeri Belanda. Sebelumnya, mereka hanya bertemu melalui
media massa dan berpolemik. Namun, pertemuan keduanya tidak berlangsung lama lantaran
pemerintah Belanda mengasingkan mereka ke tempat yang berbeda.

Sartono memiliki keinginan untuk menyatukan kedua tokoh yang sering berpolemik itu. Demi
mengakurkan sikap politik kedua tokoh tersebut, Sartono mengajak Hatta dari kediamannya di
Oranje Boulvard pada 9 Juli 1942 untuk menemui Sukarno di Pasar Ikan.

Hatta bersedia dan dimulailah era koalisi Sukarno-Hatta untuk meraih kemerdekaan. Sartono
mengenal Hatta sejak sama-sama menjadi mahasiswa Belanda dalam keanggotaan
Perhimpunan Indonesia. Bahkan, Hatta dan Sartono memegang peranan penting dalam
penyusunan Manifesto Politik 1925.

Keduanya sempat memiliki masalah ketika pembubaran Partai Nasional Indonesia yang
dilakukan oleh Sartono. Perbedaan itu menyurut seiring dengan berjalannya waktu dan
banyaknya kesamaan pandangan antara keduanya.

Sementara itu, Sartono menjalin hubungan dengan Bung Karno sewaktu bersama-sama
mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Dia mengagumi kemampuan Bung Karno
menggerakkan massa. Sebuah kemampuan yang tidak dimilikinya. Bahkan sekelas Hatta.

Kedekatannya dengan Dwi Tunggal, mengantarkan Sartono untuk menduduki posisi-posisi


penting ketika Indonesia sudah merdeka, sepeti misalnya menjabat sebagai Ketua DPRS ketika
masa Republik Indonesia Serikat.

Bahkan, Bung Karno tidak ragu menunjuk Sartono sebagai formatur kabinet, setelah Kabinet
Natsir mengembalikan mandatnya. Meskipun pada akhirnya Sartono gagal membentuk
kabinet itu.

Anda mungkin juga menyukai