Anda di halaman 1dari 2

PEDAGANG BELUM TAHU MATERI

SEMBAKO DIREVISI
Konsumen Inginkan Harga Turun
Terbitan Kedaulatan Rakyat, Sabtu 14 Maret 1998
Halaman 2, Kolom 1
Penulis : (Fia/Wid/M-11/M-10)

YOGYA (KR) – Barang kebutuhan pokok masyarakat (sembako) mengalami perubahan, sering
dengan perkembangan ekonomi dan taraf hidup masyarakat Indonesia. Sementara para
pedagang belum mengetahui adanya perubahan materi sembako. Selain tidak mempengaruhi
kelancaran usaha, juga tak berpengaruh terhadap harga sembako, baik materi yang lama
maupun setelah direvisi. Sedang konsumen tak mempersoalkan perubahan materi sembako,
karena yang terpenting, bagaimana agar harga-harga kebutuhan pokok lekas turun.
Menurut Kakanwil Depperindag DIY, Drs H Moesono MSi kepada KR dan TVRI Stasiun
Yogyakarta, Jumat (13/3), penetapan sembako baru berdasarkan evaluasi di lapangan dalam
beberapa tahun terakhir ini. Untuk itu, Kanwil Depperindag akan melakukan tindak lanjut, yaitu
pengadaan barang sembako, ini yang terpenting. “Selain itu, Depperindag juga berupaya
menekan harga supaya terjangkau masyarakat,” kata Moesono, sehubungan perubahan materi
sembako. Seperti diberitakan harian ini (KR, 13/3), materi sembako semula terdiri: beras, gula
pasir, minyak goreng, minyak tanah, batik kasar, tekstil kasar, garam, ikan asin, dan sabun cuci.
Kini berubah menjadi: beras, gula pasir, minyak goreng dan mentega, daging sapi dan ayam,
telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan garam beryodium. Perubahan materi sembako
sesuai dengan SK Menperindag Nomor 115/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang
Jenis Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat.
Dikatakan, materi sembako mengalami perubahan, karena kebutuhan dan skala prioritas
masyarakat juga berubah. “Seperti garam beryodium misalnya, sangat mendesak untuk
dikonsumsi guna mencegah GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium), karena sangat
menunjang kesehatan. Jadi penggantian materi berdasar realita dan rasional, sehingga
sembako lama yang sudah berlaku sejak tahun 1970-an perlu direvisi,” kata Moesono.
Selain itu, para distributor sembako juga harus menyelenggarakan administrasi secara baik,
mengenai stok maupun penyalurannya. “Memang ada aturan pembatalan waktu selama 3 bulan
bagi distributor, namun untuk yang tergolong besar bisa ditoleransi. Laporan distributor
disampaikan secara berkala setiap 6 bulan sekali. Sedang bila sewaktu-waktu distributor
ditinjau oleh pihak berwenang wajib memberikan keterangan.
Dikatakan, untuk DIY konsumsi daging, ayam dan telur serta susu, relatif tinggi sehingga masih
harus dipasok dari luar. Sedang inflasi di DIY termasuk 5 besar dari 27 provinsi yang ada di
Indonesia. Untuk susu, pihak Depperindag tidak bisa mengendalikan harga jual, karena 70
persen komponennya masih impor.
Ny Dewi, salah seorang pembeli di supermarket Goldern Kampus, mengaku belum memahami
maksud pemerintah mengadakan perubahan komposisi sembako. Baginya lebih penting upaya
pemerintah untuk mengatasi situasi sekarang, sehingga mampu menurunkan harga kebutuhan
pokok.
“Walaupun komposisinya diubah ratusan kali, tetapi kalau situasinya tetap semacam ini,
percuma saja. Bagi kami, para konsumen, lebih menghargai upaya pemerintah agar harga
cepat turun,” ujarnya dengan nada tinggi.
Belum Tahu
Perubahan jenis barang sembako ternyata belum diketahui para pedagang. Menurut mereka,
perubahan materi sembako tidak mempengaruhi kelancaran usaha, sehingga mereka tidak
terlalu peduli. Perubahan tersebut juga tidak berpengaruh terhadap harga sembako lama
maupun baru.
Ny Arif, pemilik toko grosir Tujuh Lima Jalan Ngasem mengaku belum tahu adanya perubahan
komposisi sembako. Yang jelas, pengadaan sembako dari distributor di tokonya berjalan lancar.
Harga-harga sembako di tokonya juga tidak berubah. “Lakunya sembako lebih ditentukan faktor
murahnya harga dan tingkat kebutuhan atas barang tersebut. Bukan pada jenisnya,” kata Ny
Arif.
Harga beberapa jenis sembako di Toko Tujuh Lima antara lain margarin Simas Rp 13.500/2 kg,
Rp 7.900/kg, susu SGM 2 kaleng Rp 11.400/400 gr, Rp 5.900/200 gr, Dancow kaleng Rp
18.900/600 gr, Rp 6.750/200 gr, gula pasir Rp 1550/kg, Bimoli biasa Rp 4.700/liter, spesial Rp
5.000/liter.
Sementara di beberapa supermarket di Yogya, harga bahan kebutuhan pokok masih relatif
stabil. Pembeli di supermarket, saat dijumpai KR mengaku belum mengetahui adanya
perubahan komposisi sembako. Namun pembeli tersebut mengharapkan, adanya perubahan
komposisi tersebut juga membawa perubahan terhadap situasi harga saat ini.
Sedangkan perubahan komposisi sembako belum terasa dampaknya terhadap perubahan
harga di supermarket Yogya. Di supermarket Mirota Kampus, harga susu coklat Bendera 400 gr
Rp 14.115, susu Bendera instan 400 gr Rp 16.830, susu Indomilk 400 gr Rp 15.640, Indomilk
coklat Rp 13.090, susu SGM 2 400 gr Rp 11.225, susu Lactona 400 gr Rp 9.420, minyak goreng
Bimoli spesial Rp 4.925/lt, minyak goreng filma Rp 5.680/lt, gula pasir Rp 1.650/kg.
Pemantauan di beberapa pasar menunjukkan, harga daging ayam melonjak sampai 9.500/kg
dari harga semula Rp 8.00/kg. Sedang harga daging sapi, masih Rp 15.000/kg, telur ayam
mencapai Rp 4.200/kg. Harga beras Jawa masih tetap Rp 1.550/kg, beras OP Rp 975/kg dan
Rojolele Rp 2.900/kg. untuk beras Rojolele, stocknya sedikit.
Di Kulonprogo, konsumen yang mencari beras Rojolele harus pesan dahulu, karena harganya
melambung. Sedang kebutuhan pokok lainnya, relatif stabil, meski harganya masih tinggi,
seperti minyak Barco Rp 4.750/kg, minyak kelapa sawit Rp 3.250/kg.

Anda mungkin juga menyukai