Anda di halaman 1dari 3

Harga cabai naik sejak menjelang tahun baru, terutama harga cabai rawit merah yang melonjak hingga

tiga kali lipat di Jakarta sampai akhir pekan lalu. Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan
mengatakan cuaca adalah penyebab kenaikan harga.

Warsi sibuk menimbang cabai merah keriting untuk pembeli di kios sayuran miliknya di Pasar
Gondangdia, Jakarta Pusat.

Menurutnya, sejak pekan lalu jumlah cabai yang dijualnya berkurang akibat minim pasokan dan harganya
pun cenderung naik.

Pemerintah siapkan solusi atasi harga pangan akibat banjir

Hujan dan banjir landa Indonesia, harga pangan melonjak

Kenaikan harga terjadi pada komoditas cabai rawit merah yang mencapai hampir tiga kali lipat hingga
Rp140.000 per kilogram. Adapun harga cabai merah mencapai Rp40.000 per kilogram.

"(Harga cabai) Rp140.000. (Naik) sudah hampir seminggu, ya naik turun kalau cabai sih. Ya rawit hijau
sama merah yang paling mahal, dari sononya sih nggak ada dari kebunnya. Biasa jual 10 kg jadi tiga
kilogram dalam sehari. Di kampung juga lagi susah (karena faktor) alam. Pembeli tidak mengeluh, tapi
yang biasa beli satu ons jadi 1/2 ons, nggak mengeluh sih yang penting barangnya ada," jelas perempuan
berusia 52 tahun itu.

cabai, panganHak atas fotoBBC INDONESIA

Image caption

Encu (kiri) pedagang sayuran di Pasar Gondangdia mengatakan dulu biasa membeli 50 kg cabai per hari
dari Pasar Induk Kramat Jati. Kini dia hanya mendapatkan 7kg cabai per hari.

Meski demikian, di pasar yang sama, perbedaan harga juga terjadi antar pedagang, yang bisa mencapai
Rp10.000. Hal itu tampak ketika saya bertanya ke Encu, seorang pedagang lainnya di pasar Gondangdia.

"Sekarang udah turun, Rp130 (ribu) saya jual, beli Rp120 (ribu) sekarang Rp110 (ribu). Dulu seminggu
(membeli cabai) 50 kg, kalau sekarang cuma sedikit paling tujuh kiloan. Semua naik, cabai gede aja yang
turun. Kalau harga beli Rp30 (ribu), kalau jual Rp35 (ribu)," kata Encu.

Harus ada dalam menu

Walau harga cabai naik, sejumlah orang masih setia membeli.

Iyem, salah seorang pembeli, mengaku sambal harus ada dalam menu makanannnya. Karena harga cabai
naik, dia menyiasatinya dengan membeli cabai yang harganya lebih murah.

"Biasa beli cabai ini, terus terang saya nggak beli cabai rawit merah, diganti cabai keriting," jelas Iyem.

Untuk beberapa jenis masakan, Iyem mengaku mengganti cabai dengan tomat.
cabai, panganHak atas fotoBBC INDONESIA

Image caption

Harga cabai rawit merah yang mengalami lonjakan harga paling tinggi dibandingkan cabai lainnya,
mencapai lebih dari Rp100.000 per kilogram.

Masalah cuaca

Kenaikan harga cabai tidak sama di setiap daerah. Laporan media lokal menyebutkan harga cabai di
Samarinda, Kalimantan Timur, mencapai Rp200.000 per kilogram.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan kenaikan harga cabai itu karena faktor cuaca dan
distribusi. Dia juga berdalih harga sudah mulai turun.

"Stoknya ada tapi musim hujan, mudah-mudahan cerah. Harga cabai sudah mulai turun, kemarin
mengatakan Rp100.000 sekarang sudah Rp70.000, ada Rp40.000. Sudah kami turunkan bersama
Mendag," kata Amran.

Faktor cuaca yang menghambat distribusi juga disebut Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita,
sebagai penyebab kenaikan harga cabai dan yang membuat harga cabai di satu daerah dengan daerah
lainnya tidak sama. Oleh karena itu, menurutnya, tidak perlu regulasi baru untuk menstabilkan harga
cabai.

"Nggak perlu ada regulasi, sekarang beli saja di online Rp 28 ribu-Rp30 ribu. Karena iklim, cuaca. Karena
transportasinya, hujannya, kalau memetik saat hujan busuk. Disparitas harga tinggi sekali. Sulawesi
masih Rp 30 ribu-Rp 35 ribu," ujarnya.

cabai, panganHak atas fotoBBC INDONESIA

Image caption

Warsi, pedagang di Pasar Gondangdia, mengatakan pembeli tetap membeli cabai, hanya mengurangi
jumlahnya.

Kementerian Perdagangan memerintahkan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) dan Badan


Urusan Logistik (Bulog) menstabilkan harga dengan membeli cabai petani, yang kemudian didistribusikan
ke daerah yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi.

Sejumlah petani baru akan panen pada pekan ini seperti di Kabupaten Malang, Jawa Timur, salah satu
daerah penghasil cabai.

Namun, salah seorang petani asal di Dusun Gedang Sewu, Desa Kedung Rejo, Kecamatan Pakis, Nasid,
berharap harga cabai di tingkat petani juga stabil dan lebih tinggi dari ongkos produksinya.

Dia mengatakan bahwa harga jual di tingkat petani tidak sebanding ongkos buruh tani sehingga lebih
baik dia tidak memanen dan membiarkan cabainya membusuk.
"Kadang-kadang murah, harga cabai naik turun, dulu pernah Rp 100 ribu per kilogram. Nanti kalau
harganya hanya Rp 1.000 lalu diparuh dengan orang yang memanen, dia pasti menolak (memanen).
Buruh di sawah (dibayar) Rp 25 tribu,"

Nasid juga mengatakan tanaman cabai rawan dengan penyakit dan gangguan lainnya seperti abu letusan
gunung kelud yang sempat meletus beberapa tahun lalu. Kondisi tersebut juga mempengaruhi kenaikan
harga cabai.

Topik terkait

Anda mungkin juga menyukai