Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA SMP YLPI

PEKANBARU

Dian Hafiza1, Agnita Utami2, Sekani Niriyah1


1
Program Studi Keperawatan, STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Corresponding Author: Dian Hafiza, Program Studi Keperawatan, STIKes Hang Tuah, Pekanbaru

E-mail: dianhafiza@yahoo.co.id

Received: September 05, 2020; Accepted: September 14, 2020; Online Published: October 04, 2020

Abstrak
Masa remaja sangat membutuhkan zat gizi lebih tinggi karena pertumbuhan fisik dan perkembangan yang terjadi saat
peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi asupan
maupun kebutuhan gizi. Kebiasaan makan pada remaja berkaitan dengan mengkonsumsi makanan yang mencakup jenis
makanan, jumlah makanan, frekuensi makanan, distribusi makanan dan cara memilih makanan. Kebiasaan makan yang
tidak sehat terbentuk karena seringnya anak sekolah jajan diluar rumah yang akan mempengaruhi status gizi remaja.Tujuan
penelitian ini untuk mengetahi hubungan kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja SMP. Penelitian menggunakan
desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 responden.
Pengambilan sampel dengan teknik Quota Sampling.Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Adolescent Food Habits
Checklist (AFHC), pengukuran berat badan menggunakan bathroom schale dan tinggi badan menggunakan microtoise.
Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat, menggunakan uji statistik non-parametrik dengan uji
alternatif yaitu kolmogorovsmirnov. Hasil penelitian didapatkan Pvalue 1 >a (0.05). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja SMP YLPI Pekanbaru. Diharapkan bagi remaja untuk
memperluas pengetahuan tentang kebiasaan makan yang baik.

Keywords: Kebiasaan makan, status gizi

PENDAHULUAN menghadapi perubahan dan mencoba untuk


Masa remaja merupakan peralihan dari memperoleh identitas diri yang matang
anak-anak menuju kedewasaan dengan rentang usia (Perry&Potter, 2009).
antara 13 tahun sampai 20 tahun (Perry & Potter, Masa remaja memiliki perubahan yang
2009). Masatransisi perkembangan menuju dunia sangat cepat yaitu perubahan fisik, kognitif dan
dewasa dengan melibatkan perubahan-perubahan psikososial. Fokus utama perubahan fisik yang
biologis seperti perkembangan fisik, kognitifseperti terjadi pada remaja seperti peningkatan
perkembangan pola pikir, dan sosial emosional pertumbuhan tulang rangka, otot dan organ
seperti perkembangan psikososial (Santrock, 2007). dalam.Untuk perubahan spesifik setiap jenis
Perubahandari masa anak-anak kemasa kelamin berbeda-beda seperti perubahan lebar bahu,
remaja melewati proses dari ketergantungan dengan pinggul, perubahan distribusi otot, lemak,
orang tua menuju keadaan lebih mandiri. perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik
Penyesuaian diri bagi remaja dibutuhkan untuk seks sekunder (Perry&Potter, 2009). Masa remaja

332
sangat membutuhkan zat gizi lebih tinggi karena Obesitas merupakan kegemukan atau kelebihan
pertumbuhan fisik dan perkembangan yang terjadi berat badan. Terjadinya kegemukan pada remaja
saat peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. dapat menurunkan rasa percaya diri dan
Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja menyebabkan gangguan psikologis yang serius.
mempengaruhi asupan maupun kebutuhan gizi. Kurang energi kronik (gizi buruk) disebabkan oleh
Pemenuhan nutrisi pada remaja harus sangat makan yang terlalu sedikit akibat dari kurang nafsu
diperhatikan, banyak remaja membutuhkan gizi makan atau minder terhadap bentuk tubuh teman
khusus seperti remaja yang aktif dalam berolah sehingga melakukan diet. Anemia merupakan
raga, serta untuk melakukan aktifitas fisik lainnya keadaan kadar hemoglobin dan eritrosit lebih
(Almatsier, Soetardjo & Soekatri, 2011). rendah dari normal. Anemia sering terjadi pada
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan remaja putri disebabkan karena mengalami
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi untuk anak dan menstruasi setiap bulan. 23% remaja perempuan
penggunaan zat-zat gizi yang diindikasikan dengan mengalami anemia disebabkan kekurangan zat besi
berat badan dan tinggi badan anak. Kebutuhan gizi yang berdampak buruk bagi konsentrasi, prestasi
untuk remaja sangat besar dikarenakan masih belajar dan kebugaran remaja serta masalah gizi
mengalami pertumbuhan. Remaja membutuhkan lain yaitu mikronutrien sekitar 12% remaja lali-laki
energi/kalori, protein, kalsium, zat besi, zinc dan (Winarsih, 2018; Depkes RI, 2018).
vitamin untuk memenuhi aktifitas fisik seperti Berdasarkan data Riskesdas RI (2013)
kegiatan-kegiatan disekolah dan kegiatan sehari- prevalensi status gizi remaja awal berusia 13-17
hari. Setiap remaja menginginkan kondisi tubuh tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh/Usia
yang sehat agar bisa memenuhi aktifitas fisik. (IMT/U) yaitu status gizi dengan berat badan kurus
Konsumsi energi berasal dari makanan, energi yang sebanyak 11,1% (3,3% sangat kurus dan 7,8%
didapatkan akan menutupi asupan energi yang kurus). Status gizi remaja yang sangat kurus paling
sudah dikeluarkan oleh tubuh seseorang (Winarsih, rendah di kota Bangka Belitung sebanyak 1.4% dan
2018). Banyak remaja tidak mementingkan antara status gizi sangat kurus yang paling tinggi di kota
asupan energi yang dikeluarkan dengan asupan Nusa Tenggara Timur sebanyak 9,2%. Pada
energi yang masuk, hal ini akan mengakibatkan prevalansi status gizi remaja dengan umur 13-15
permasalahan gizi seperti pertambahan berat badan tahun mengalami berat badan gemuk sebanyak
atau sebaliknya jika energi terlalu banyak keluar 10.8% (8,3% mengalami kegemukan dan 2,5%
akan mengakibatkan kekurangan gizi (Mardalena, mengalami obesitas). Status gizi remaja dengan
2017). berat badan gemuk yang paling rendah terdapat di
Masalah gizi remaja banyak terjadi karena kota Nusa Tenggara Timur sebanyak 2,8%.
perilaku gizi yang salah seperti ketidak seimbangan Sedangkan untuk status gizi remaja dengan berat
antara gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. badan gemuk yang paling tinggi berada di kota
Kekurangan energi dan protein berdampak papua sebanyak 16%.
terhadap tubuh yang mengakibatkan obesitas, Prevalansi gizi lebih pada remaja di
kurang energi kronik (gizi buruk) dan anemia. Provinsi Riau sebanyak 12% (Riskesdas RI, 2013).

333
Penelitian yang dilakukan oleh Arneliwati, Pujiati Penilaian status gizi siswa/siswi yang bermasalah
danRahmalia di kota Pekanbaru pada tahun 2015 dapat disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Faktor
untuk melihat perilaku makan dengan status gizi penyebab langsung masalah gizi seperti makanan
pada remaja putri diperoleh data yang menunjukkan tidak sehat, pemahaman gizi yang keliru dan
status gizi kurus dengan perilaku makan yang buruk penyakit infeksi yang mungkin diderita. Faktor
sebanyak 22% dan status gizi normal yang perilaku penyebab tidak langsung dalam permasalahan gizi
makan buruk sebanyak 78%.Penelitian yang seperti pola pengasihan orang tua, kesukaan
dilakukan oleh Emalia, Restuastuti berlebihan terhadap makanan, produk-produk dari
danSyahfitritahun 2017 dikota Pekanbaru pada negara yang lain yang lebih menarik dan kebiasaan
siswa-siswi SMP Negeri 13 diperoleh data status makan yang buruk. Kebiasaan makan yang buruk
gizi dengan pengukuran Indeks Massa sering terjadi pada usia remaja karena meraka
Tubuh(IMT)berada pada status gizi gemuk makan dengan seadanya tanpa mengetahui
sebanyak 23% dan obesitas sebanyak 10%. Hasil kebutuhan akan zat gizi terhadap kesehatan
penelitian tersebut menunjukkan status gizi pada (Winarsih, 2018).
remaja mengalami permasalahan berupa kelebihan Kebiasaan makan merupakan cara atau hal
lemak tubuh yang dapat mengakibatkan dampak yang sering dilakukan oleh seseorang sebagai
merugikan bagi kesehatan tubuh. karakteristik dari individu dalam memenuhi
Menurut data Dinas Kesehatan Kota kebutuhan fisiologis, sosial dan emosional dengan
Pekanbaru (2017) dari 146 sekolahSMP/ MTS berulang terhadap makanan untuk memenuhi
dengantotal siswa/siswi yang melakukan penilaian kebutuhan gizi bagi tubuh (Aritonang, 2011).
status gizi sebanyak 14.932 (83,8%). Didapatkan Pembentukkan kebiasaan makan dimulai dari orang
hasil yaitu sangat kurus sebanyak 41orang, kurus tua khususnya sewaktu anak masih balita. Pada
sebanyak 209 orang, gemuk sebanyak 190 orang waktu anak menginjak usia remaja kebiasaan
dan obesitas sebanyak 3 orang, penilaian dengan makan dipengaruhi oleh lingkungan, teman sebaya,
permasalahan status gizi terbanyak berada pada kehidupan sosial, dan kegiatan diluar rumah.
wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya sebanyak Kebiasaan makan pada remaja berkaitan dengan
262 siswa/siswi. Berdasarkan data dari Puskesmas mengkonsumsi makanan yang mencakup jenis
Harapan Raya (2018), dari 8 sekolah tingkat makanan, jumlah makanan, frekuensi makanan,
SMP/MTS terdapat 5 sekolah yang penilaian status distribusi makanan dan cara memilih makanan
gizi mengalami permasalahan dengan 86 (Aritonang, 2011; Almatsier, Soetardjo & Soekatri,
siswa/siswi yang bermasalah.Total keseluruhan 2011).
dari 5 SMP/MTS dengan permasalahan status gizi Hasil penelitian yang dilakukan oleh
didapatkan siswa/siswi dengan status gizi sangat Fadhilah, Shaluliyah dan Widjanarko tahun 2018
kurus sebanyak 1 orang, kurus sebanyak 34 orang, pada siswa SMP di Semarang didapatkan sebanyak
gemuk sebanyak 40 orang dan obesitas sebanyak 11 72,8% anak gizi lebih memiliki kebiasaan makan
orang. yang buruk. Kebiasan makan yang tidak sehat
berawal dari kebiasaan dari keluarga yang akan

334
terbawa ke masa remaja. Remaja makan siswa/siswi, 2 orang menyatakan bahwa makan
berdasarkan kesukaan yang berlebihan terhadap siang membawa bekal dari rumah, 5 orang
makanan tertentu saja akan menyebabkan siswa/siswi lainnya mengatakan bahwa mereka
kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi oleh tubuh. membeli makan didikantin sekolah untuk makan
Remaja tidak mementingkan pengetahuan siang, terkadang juga siswa/siswi ini hanya makan
kebutuhan akan zat gizi serta tidak mementingkan jajanan yang mengenyangkan seperti gorengan,
dampak yang bisa terjadi terhadap tubuh (Winarsih, bakso bakar, kue-kue yang dijual dikantin sekolah.
2018). Saat ditanya tentang kandungan gizi yang dimakan
Kebiasaan makan yang ditunjukkan remaja dari 8 siswa menjawab tau misalnya seperti
adalah salah satunya mengkonsumsi makanan gorengan siswa/siswi menjawab banyak
jajanan seperti makan gorengan, minum minuman mengandung lemak dan jika terlalu sering
yang berwarna, soft drink dan konsumsi fast food. mengkonsumsinya bisa gendut. Dari 8 siswa/siswi
Sebuah produk makanan olahan mengandung terdapat 2 siswa/siswi yang gemuk, 1 siswi kurus
banyak vitamin dan mineral, namun kerap pula dan 5 siswa/siswi normal dihitung dari Indeks
ditemukan mengandung banyak lemak, gula bahkan Massa Tubuh/Umur.
zat aditif. Remaja biasanya telah mempunyai Berdasarkan masalah yang ditemukan
pilihan makanan yang disukainya. Banyak remaja diatas, didapatkan bahwa kebiasaan makan pada
menganggap dengan memakan banyak makanan remaja masih kurang baik dan tidak sesuai dengan
dan perut kenyang kebutuhan gizi sudah terpenuhi. kebutuhan tubuh. Berdasarkan fenomena tersebut
Pada masa remaja ini terkadang terbentuk kebiasaan peneliti tertarik melakukan penelitian terkait
makan yang tidak sehat, seringnya anak sekolah “Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi
jajan diluar rumah,terkadang remaja tidak sarapan Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP)”
pagi saat berangkat kesekolah (Mardalena, 2017).
Pola makan remaja yang disebutkan dari data METODOLOGI PENELITIAN
Global Shcool Health Surveytahun 2015 dalam Jenis penelitian ini adalah penelitian
artikel Depkes RI (2018); Riskesdas (2018) kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif
didapatkan data remaja tidak sarapan sebanyak korelasi dan pendekatan cross sectional. Sampel
(62,2 %), sebagian besar remaja tidak pada penelitian ini adalah siswa/siswi SMP YLPI
mengkonsumsi sayur dan buah sebanyak (95,5%), Pekanbaru dengan sebanyak 76responden.Teknik
remaja yang sering makan makanan penyedap sampling yang digunakan adalah quota sempling
sebanyak (75,7 %) dan remaja kurang melakukan dengan alat pengumpulan data menggunakan
aktifitas fisik sebanyak (42,5%). kuesioner Adolescent Food Habits Checklist
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di AFHC() dan timbangan berat badan (Bathroom
SMP Juara dari 8 siswa/siswi hanya 3 siswa/siswi scale), microtoise. Analisis yang digunakan adalah
yang sering sarapan pagi, 3 diantaranya mengatakan analisis univariat, dan bivariat.Tujuan penelitian ini
kadang-kadang sarapan pagi, 2 bahkan tidak adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan
sarapan pagi dan untuk makan siang dari 8

335
makan dengan status gizi pada remaja SMP YLPI No Kebiasaan Frekuensi (%)
Pekanbaru. makan
1 Baik 11 14,5 %
2 Kurang baik 65 85,5 %
HASIL PENELITIAN
Jumlah 45 100
Hasil penelitian yang dilakukan dari bulan
Berdasarkan table 2 dapat dilihat bahwa kebiasaan
februari sampai bulan juli 2019 pada76 responden
makan pada remaja SMP YLPI Pekanbaru sebagia
dengan data yang diperoleh sebagai berikut.
besar memiliki kebiasaan makan kuang baik sebesar
65 (85,5 %) responden.
A. Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
C. Status Gizi Remaja SMP
Berdasarkan Usia dan jenis kelamin di Kelas VII
Tabel 3Distribusi frekuensi responden berdasarkan status
dan VIII SMP YLPI PekanbaruTahun 2019
giziremaja SMP YLPI PekanbaruTahun 2019
Total (n=76)
No Satus Gizi Frekuensi (%)
Karakteristik Frekuensi %
1 Sangat Kurus 3 3,9 %
Usia
2 Kurus 4 5,3 %
Remaja awal usia 71 93,3%
3 Normal 58 76,3%
11-14 tahun
4 Gemuk 7 9,2 %
5 Obesitas 4 5,3 %
Remaja pertengahan usia 5 6,7%
Jumlah 76 100%
15-17 tahun

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa status gizi


Jenis kelamin
Laki-laki 30 39,5% pada remaja SMP YLPI Pekanbaru sebagian besar
Perempuan 46 60,5% memiliki status gizi normal sebesar 58 ( 76.3 % )
Total 76 100% responden.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat hasil dari 76
responden dengan mayoritas remaja awal dengan D. Analisis Bivariat
rentang usia 12-14 tahun dengan jumlah 71 1) Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi
responden (93,3 %).Dapat dilihat bahwa sebagian pada remaja SMP
besar responden berjenis kelamin perempuan Tabel 4 Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi

dengan jumlah 46 orang (60,5 %) responden. pada remaja SMP YLPI Pekanbaru Tahun 2019
Satus Gizi
SK K N G O TOTAL P
B. Kebiasaan Makan Remaja SMP
Kebiasaan 1
Tabel 2 Distribusi frekuensi respon den berdasarkan
Makan
kebiasaan makan remaja SMP YLPI Pekanbaru Tahun
Baik 0 0 10 1 0 11(11,5%)
2019.
Kurang baik 3 4 48 6 4 65 (85,5%)
Jumlah 3 4 58 7 4 76

336
Ket: 1. SK = Sangat Kurus memperoleh identitas diri yang matang (Santrock,
2. K = Kurus 2007).
3. N = Normal Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan,
4. G = Gemuk mayoritas jenis kelamin pada penelitian ini adalah
5. O = Obesitas perempuan sebanyak 46 responden (60,5%). Hasil
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diketahui dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
76 responden mayoritas remaja memiliki kebiasaan dilakukan oleh Anggreny (2014) di Bogor bahwa
makan yang kurang baik sebanyak 65 responen mayoritas responden bejenis kelamin perempuan.
(85,5%). Dari 65 responden dengan kebiasaam Bagi remaja perempuan untuk memiliki bentuk fisik
makan kurang baik terapat 48 responden memiliki yang kurus menyebabkan kebiasaan makan yang
status gizi normal, terdapat 3 orang memiliki status kurang baik. Tidak teraturnya makan, mengurangi
gizi sangat kurus, 4 orang dengan status gizi kurus, makan nasi dan mungkin makan hanya pada pagi
6 orang dengan status gizi gemuk dan 4 orang dan siang saja sedangkan makan malam diabaikan
dengan status gizi obesitas. Hasil uji statistik agar tidak mengakibatkan tubuh gemuk (Winarsih,
diperoleh P_value = 1 > α (0,05), hal ini 2018). Bedasarkan hasil penelitian, peneliti
menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan berasumsi bahwa masa remaja awal merupakan
makan dengan status gizi pada remaja SMP YLPI masa peralihan dari masa anak-anak menuju
Pekanbaru. dewasa. Remaja mulai tertarik engan lawan jenis
sehingga lebih memperhatikan penampilan. Pada
PEMBAHASAN remaja putri biasanya bukan hanya terjadi pada
A. Karakteristikresponden penampilan fisik tapi juga pada bentuk tubuh.
1) Umur dan Jenis kelamin Remaja juga sering menghabiskan waktu diluar
Karakteristik responden terdiri dari jenis berkumpul bersama teman dan untuk mencoba jajan
kelamin dan usia. Remaja yang menjadi responden makanan yang baru.
penelitian berjumlah 76 siswa/siswi dari kelas VII
dan kelas VIII SMP YLPI Pekanbaru. Mayoritas 2) Kebiasaan Makan
usia responden dalam penelitian ini adalah remaja Berdasarkan hasil penelitian di SMP YLPI
awal yang berusia 12-14 tahun sebanyak 71 Pekanbaru menunjukkan sebagian anak memiliki
responen (93,3%). Hasil penelitian ini tidak sejalan kebiasaan makan yang kurang baik. Berdasarkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggreny dari hasil persentase penelitian yang menunjukkan
(2014) di Bogor bahwa sebagian responden berusia sebanyak 65 (85,5%). Hasil penelitian ini sejalan
sekitar remaja pertengahan yaitu 15 tahun .Usia dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggreny
remaja merupakan priode transisi masa anak-anak (2014) di Bogor bahwa kebiasaan makan pada
menuju masa dewasa antara usia 11-20 tahun. remaja menunjukkan kebiasaan makan yang buruk.
Penyesuian dan adaptasi sangat dibutuhkan agar Kebiasaan makan merupakan kebiasaan dalam
bisa menghadapi perubahan dan mencoba memilih makanan yang mencakup jenis makanan,
jumlah makanan yang masuk ketubuh, frekuensi

337
mengkonsumsi makanan, distribusi makanan dalam mengajak teman mencoba makan direstoran dan
keluarga, dan cara memilih makanan yang ditempat-tempat yang baru.
diperoleh. Remaja lebih suka jajan dan mencoba hal
baru, semakin banyaknya jenis jajanan baru maka 3). Status Gizi
semakin tinggi untuk mencoba jajanan. Berdasarkan hasil penelitian yang
Masa remaja sangat rentan tehadap dilakukan di SMP YLPI Pekanbaru, dari 76
pengaruh dari luar karena remaja tidak responden mayoritas remaja memiliki status gizi
mementingkan antara asupan energi yang masuk normal yaitu sebanyak 58 responden (76,3%). Hasil
dan energi yang dikeluarkan. Kebiasaan makan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang ditunjukkan remaja biasanya makan jajanan Anggreny (2014) di Bogor bahwa status gizi
gorengan, minum minuman berwarna dan makan berdasarkan IMT/U menunjukkan sebagian
makanan berlemak. Orang tua mempunyai peranan responden dalam kategori normal. Status gizi
penting dalam membentuk kebiasaan makan merupakan keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
khususnya diwaktu balita. Pada saat anak untuk individu yang di indikasikan berdasarkan
menginjak usia remaja kebiasaan makan akan berat badan dan tinggi badan. Terdapat beberapa
berubah disebabkan karena beberapa faktor yaitu faktor yang mempengaruhi status gizi, secara
pengaruh lingkungan, teman sebaya, kehidupan langsung yaitu asupan makanan dan infeksi
sosial dan kegiatan yang dilakukan diluar rumah. sedangkan secara tidak langsung yaitu ketahanan
Banyak kebiasaan makan pada remaja yang kurang pangan keluarga, pola pengasuhan anak dan
baik didapatkan dari banyak faktor seperti faktor lingkungan kesehatan (Bakri, B., Fajar, I., &
lingkungan sekitar dan teman-teman disekolah yang Supariasa, D. N. 2013).
akhirnya berpengaruh terhadap kebiasaan makan Berdasakan hasil penelitian dari
yang kurang baik (Atmatsier, Soetardjo & Soekatri Arneliawati, Pujiati dan Siti Rahmalia (2015) di
2011). kota Pekanbaru kategori status gizi pada remaja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, putri dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu
peneliti berasumsi bahwa kebisaan makan pada kurang dan normal. Bersadarkan hasil penelitian ini
setiap remaja berbeda. Banyak remaja memiliki didapatkan sebagian besar sampel memiliki status
kebiasaan makan yang kurang baik karena jajan gizi normal yaitu sebanyak 51 (82,3%). Hasil
sembarangan dan makan makanan yang penelitian ini dilihat masih banyak responen
mengandung banyak lemak. Banyak remaja yang memiliki status gizi nomal hal ini mungkin
makan hanya mementingkan perut kenyang dan kebutuhan gizi sesuai dengan pengeluaan maupun
makanannya enak saja. Kebiasaan makan kebutuhan gizi yang masuk kedalam tubuh.
dipengauhi beberapa faktor seperti lingkungan Mengkonsumsi makanan sesuai dengan
seperti dibukanya restoran, makanan cepat saji pedoman gizi seimbang setiap hari akan memenuhi
sehingga remaja ingin mencoba. Teman sebaya juga kebutuhan gizi dalam tubuh. Pedoman gizi
mempengaruhi kebiasaan makan yang buruk seperti seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari
yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah

338
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan Penelitian lain yang dilakukan oleh Irdiana dan
memperhatikan prinsip bermacam makanan, Nindya (2017) menunjukkan hasil tidak ada
aktifitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan
(Winarsih, 2018). Status gizi setiap individu dengan status gizi namun siswa yang tidak sarapan
ditentukan bedasakan konsumsi gizi dan cenderung memiliki gizi lebih. Hal ini
kemampuan tubuh untuk memproses zat-zat gizi membuktikan bahwa secara tidak langsung
tesebut. Status gizi normal menunjukkan kualitas kebiasaan mengkonsumsi sarapan pagi setiap hari
dan kuantitas yang telah memenuhi kebutuhan dapat menekan resiko gizi lebih. Berdasarkan hasil
tubuh sesuai dengan pedoman gizi seimbang. penelitian yang dilakukan Fadhilah, Shaluhiyah.,
dan Widjanarko (2018) bahwa faktor-faktor yang
B. AnalisisBivariat mempengaruhi status gizi pada remaja yaitu
1) Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status perilaku makan anak, pengetahuan, sikap,
Gizi SMP YLPI Pekanbaru. ketersediaan sarana, aktifitas fisik, uang jajan, peran
Berdasarkan hasil penelitian dengan guru dan peran orang tua. Hal ini bisa dilihat bahwa
menggunakan uji altenatif yaitu kolmogorov status gizi bukan hanya dipengaruhi oleh
smirnov untuk mengetahui hubungan kebiasaan kebiasaaan makan saja.
makan dengan status gizi pada remaja SMP Pada masa remaja ini tandai dengan
diperoleh nilai Pvalue 1 > a (0,05) bahwa tidak pertumbuhan yang cepat baik itu tinggi badan
terdapat hubungan kebiasaan makan dengan status maupun berat badan. Kebutuhan zat gizi sangat
gizi pada remaja SMP YLPI Pekanbaru. Hal ini tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.
dilihat dari responden pada kelompok yang Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh
memiliki kebiasaan makan kurang baik namun pertumbuhan dan aktifitas fisik sehingga kebutuhan
sebagian besar mempunyai status gizi nomal. Hasil zat gizi akan naik. Mengkonsumsi energi berasal
penelitian ini sesuai dengan penelitian Arneliawati, dari makanan yang dipelukan untuk menutupi
Pujiati dan Siti Rahmalia (2015) dikota Pekanbaru pengeluaran energi setiap inividu. Jika individu
tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan memiliki ukuran dan komposisi tubuh dengan
status gizi pada remaja putri. Penelitian tersebut tingkat aktifitas sesuai dengan kesehatan dan
menjelaskan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki pemeliharaan aktifitas fisik yang sesuai
memiliki perilaku makan tidak baik namun status dengan kebutuhan sehari-hari maka bisa dikatakan
gizi dari remaja putri masih sebagian besar normal. memiliki status gizi normal. Membedakan aktifitas
Hal ini bisa dikarenakan faktor tetentu seperti fisik remaja berat badan gemuk dengan berat badan
aktifitas fisik yang dilakukan remaja SMP misalnya nomal adalah durasi dan fekukuensi karena anak
olahraga walaupun masukan zat gizi berlebih dengan berat badan gemuk suka menghabiskan
namun bisa diimbangi oleh aktivias yang dilakukan waktunya untuk beaktifitas didalam ruangan.
remaja sehingga sesuai dengan pengeluarannya. Sedangkan anak dengan berat badan normal lebih
Dapat diketahui kebiasaan makan tidak aktif dalam kesehariannya Kekurangan energi akan
mempengaruhi status gizi bagi remaja. menjadikan tubuh mengalami keseimbangan

339
negatif. Akibatnya mengalami kekurangan berat makan dengan status gizi pada remaja SMP YLPI
badan dari berat badan yang seharusnya. Pekanbaru. Hal ini bisa dilihat, walaupun kebiasan
Sebaliknya jika kelebihan energi akan diubah makan remaja kurang baik namun sebagian besar
menjadi lemak tubuh misalnya kegemukkan bahkan status gizi pada remaja normal karena status gizi
obesitas. Kegemukkan dan obesitas biasanya tidak hanya dipengaruhi oleh kebiasaan makan
disebabkan oleh kebanyakkan makan karbohidrat, pada remaja ada kemungkinan beberapa faktor
lemak maupun protein dan kurang gerak. Kurang tertentu seperti aktifitas fisik, peran orang tua,
nya aktifitas fisik atau kurang gerak juga menjadi ketersediaan pangan dirumah, uang jajan, ekonomi.
salah satu faktor penyebab kegemukkan (Winasih. Kebiasaan makan yang dilakukan setiap remaja
2018). juga berbeda, banyak remaja memiliki kebiasaan
Berdasarkan hasil penelitian dari analisis makan yang kurang baik namun tidak menutupi
kuesioner diperoleh sebagian besar remaja memiliki kemungkinan remaja lebih giat dalam melakukan
kebiasaan makan dengan membeli cemilan sejenis aktifitas fisik seperti berolah raga sehingga
makanan ringan, keripik kentang, makanan manis pemasukkan dan pengeluaran zat gizi seimbang.
dan minuman yang banyak mengandung krim
sebagai makanan dan minuman selingan. Menurut KESIMPULAN
penelitian Anggreny (2014) di Bogor hal ini Berdasarkan hasil penelitian tentang
dikarenakan responden memiliki kebiasaan makan hubungan kebiasaan makan dengan status gizi
kurang baik yaitu suka jajan. Jajanan yang biasa pada 76 remaja di SMP YLPI Pekanbaru, maka
dikonsumsi remaja cenderung mengandung lemak, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut yaitu:
cemilan seperti makanan-makanan manis, minuman remaja memiliki kebiasaan makan yang baik
soft drink, dan junk food. Salah satu faktor yang sebanyak 11 (14,5%) responden dan remaja yang
memiliki pengaruh besar terhadap perubahan memiliki kebiasaan makan yang kurang baik
kebiasaan makan remaja adalah semakin banyaknya sebanyak 65 (85,5 %) responden.Remaja yang
jenis jajanan baru sehingga cenderung ingin memiliki status gizi sangat kurus sebanyak 3 (3,9
mencoba. Beberapa faktor yang mempengaruhi %) responden, kurus sebanyak 4 (5,3%) responen,
status gizi pada remaja yaitu secara langsung yaitu normal sebanyak 58 (76,3%) responden, gemuk
(makanan, penyakit infeksi) dan secara tidak sebanyak 7 (9,2%) responden dan obesitas
langsung yaitu (ketahanan pangan keluarga, pola sebanyak 4 (5,3%) responden.Tidak terdapat
pengasuhan, pelayanan kesehatan dan kesehatan hubungan kebiasaan makan dengan status gizi pada
lingkungan sekitar). Status gizi pada remaja tidak remaja SMP YLPI Pekanbaru dengan P value 1> a(
hanya dipengaruhi oleh kebiasaan makan. 0.05).Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat
Walaupun kebiasaan makan pada anak remaja hubungan kebiasaan makan dengan status gizi di
kurang baik namun status gizi masih normal SMP YLPI Pekanbaru, hal ini disebabkan faktor
(Winarsih, 2018). lain yang bisa mempengaruhi status gizi terhadap
Berdasarkan asumsi peneliti, penelitian ini remaja sepeti aktifitas fisik, ekonomi, ketersediaan
didapatkan hasil tidak ada hubungan kebiasaan

340
bahan pangan dirumah, lingkungan, teman sebaya Aritonang, I. (2011). Kebiasaan makan dan gizi
dan keluarga seimbang. Yogyakarta: Leutika.
Arneliwati, Pujiati., & Rahmalia. (2015). Hubungan
SARAN antara perilaku makan dengan status gizi
a. Bagi Tempat Penelitian remaja putri.JOM Vol 2 No 2, Oktober
Diharapkan kepada kepala sekolah dan guru-guru 2015.https://jom.unri.ac.id/indekx.php/JOMP
untuk mamantau makanan yang dijual dikantin SIK/article/view/8302/7971
sekolah Bakri, B., Fajar, I., &Supariasa, D. N. (2013).
b. Bagi orang tua Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
Diharapkan orangtua atau wali untuk lebih Depkes, RI. (2018). Kenali masalah gizi yang
memperhatikan asupan makanan yang diberikan mengancam remaja indonesia.Jakarta:
kepada remaja khususnya dirumah. Dipublikasikan pada selasa, 15 mei
c. BagiInstitusiPendidikan 2018.www.depkes.go.id/article/view/180516
Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat 00005/kenali-masalah-gizi -yang-ancam-
dijadikan salah satu sumber bacaan dan referensi remaja-indonesia.htm.
mengenai hubungan kebiasaan makan dengan status Dienasari, Hanundyah., & Rily. (2016). Persepsi
gizi pada remaja SMP YLPI Pekanbaru. body image, kebiasaan makan dan status gizi
d. Bagi Institusi Keperawatan pada penari remaja wanita.Skripsi Tidak
Diharapkan peran perawat untuk mampu Dipublikasikan.
memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2017). Data
terkait gizi yang baik berdasakan standar angka satus gizi remaja sekolah menengah pertama.
kecukupan gizi. Pekanbaru.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya Dinkes. (2016). Profil kesehatan kota pekanbaru
Diharapkan penelitian ini memberikan acuan bagi tahun 2016. Pekanbaru: Dinas Kesehatan
penelitian selanjutnya.Terutama bagi peneliti Kota Pekanbaru.
selanjutnya diharapkan meneliti tentang fakto lain Emalia, Restuastuti., & Syahfitri. (2017).
yang bisa mempengauhi status gizi. Gambaran status gizi remaja smp negeri 13
Pekanbaru tahun 2016. Jurnal JOM FK Vol
DAFTAR PUSTAKA 4. No 2 Oktober
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2011). 2017.https://jom.unri.ac.id/indekx.php/JOMF
Gizi seimbang dalam daur kehidupan. DOK/article/view/15511
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fadhilah, Shaluhiyah., & Widjanarko. (2018).
Anggreny, N., Weny. (2014). Hubungan antara Faktor – faktor yang berhubungan dengan
kebiasaan makan dan aktivitas fisik dengan prilaku makan pada anak gizi lebih di sekolah
status gizi pada remaja di perkotaan dan di menengah pertama wilayah kerja puskesmas
perdesaan.Skripsi Tidak Dipublikasikan. poncol kota semarang. Jurnal Volume 6,

341
Nomor 1 Januari 2018 (ISSN: 2356-3346). Perry, G. A. &Potter, A. P. (2009). Fundamentals
http://ejournal3.undip.ac.id/indeks.php/jkm of nursing buku 1 edisi 7. Jakarta: Selemba
Griffith, J, Johnson, F., &Wardle, J. (2002). The Medika.
adolescent food habits checklist: reliability Puskesmas Harapan Raya. (2018). Laporan
and validity of a measure of healthy eating kegiatan kesehatan anak di sekolah. status
behaviour in adolescents.University College gizi remaja SMP/MTS. Pekanbaru.
London. European Journal of Clinical Kementrian Kesehatan, RI. (2013). Hasil
Nutrition (2002) 56, 644– utamariset kesehatan dasar 2013. Jakarta:
649.https://www.ncbi.nlm.gov/m/pubmed/120 Kemenkes RI.
80404/ Kementrian Kesehatan, RI. (2018). Hasil utama
Hastono, P. S., & Sabri, L. (2014). Statistik riset kesehatan dasar 2018. Jakarta:
kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kemenkes RI.
Irdiani, W., & Nindya, T. S. (2017). Hubungan Santrock, W. J. (2007). Remaja edisi 11. Jakarta:
kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi dengan Erlangga.
status gizi siswa SMA N 3 Suabaya. DOI: Saryono. (2010). Metodologi penelitian kesehatan.
10.2473/amnt.v1i3.2017.227-235 Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Juliani, D. (2017). Gambaran kebiasaan makan dan
Satyawati, V. A., & Hartini, E. (2018). Buku ajar
status gizi remaja di sma harapan mandiri
dasar ilmu gizi kesehatan masyarakat.
medan tahun 2017. Skripsi Tidak
Yogyakarta: Budi Utama.
Dipublikasikan.
Soetjiningsih. (2010). Tumbuh kembang remaja dan
Kartika, I. (2017). Buku ajar dasar-dasar riset
permasalahnya. Jakarta:Sagung Seto.
keperawatan dan pengolahan data statistik.
Winarsih. (2018). Pengantar ilmu gizi dalam
Jakarta: Trans Info Media.
kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru.
Keputusan Menteri Kesehatan, RI. (2010). Standar
antropometri penilaian status gizi anak
nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010.Jakarta:
Kemenkes RI .
Kementerian Kesehatan, RI. (2014). Pedoman gizi
seimbang. Jakarta: Bakti Husada.
Mardalena, I. (2017). Dasar-dasar ilmu gizi dalam
keperawatan: Konsep dan penerapan pada
asuhan keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Maryam, S. (2016). Gizi dalam kesehatan
reproduksi. Jakarta: Selemba Mediaka.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

342

Anda mungkin juga menyukai