Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY. I DENGAN KASUS PRE SC


GIP10001 UK 37-38 MINGGU DENGAN LETAK
LINTANG DI RUANG VK TERATAI

RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

Disusun Oleh :
SINDY DWI RAHAYU
(A3R22074)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. I DENGAN KASUS PRE SC
GIP10001 UK 37-38 MINGGU DENGAN LETAK
LINTANG DI RUANG VK TERATAI

RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
TANGGAL 14 – 19 NOVEMBER 2022

DISUSUN OLEH :
SINDY DWI RAHAYU
A3R22074

DOSEN PEMBIMBING PEMBIMBING


RUANGAN

( SRI AMAH, A.Md.Keb.) ( POPPY FARASARI, S.Tr.Keb.M.Kes.)


LAPORAN PENDAHULUAN PREE SC KEHAMILAN LETAK LINTANG

A. DEFENISI

Letak lintang adalah apabila sumbu janin melintang dan bisaanya bahu merupakan
bagian terendah janin.(Sarwono, 2018)
Pada letak lintang, bisaanya bahu berada di atas pintu atas panggul sedangkan
kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Keadaan
seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion. Arah akromion
menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan.
Lebih lanjut, karena pada kedua posisi tersebut punggung dapat mengarah ke anterior atau
posterior, ke superior atau ke inferior, bisaanya jenis letak lintang ini dapat dibedakan lagi
menjadi letak lintang dorsoanterior dan dorsoposterior. (Cunningham, 2014)
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah (dorsoinferior). (Sarwono, 2016)
Pada latak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hamper tegak lurus pada
sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut
presentasi bahu atau presentasi akromion.
Letak lintang (transverse lie) adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 900. jika sudut yang dibentuk kedua
sumbu ini tajam disebut oblique lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak
kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak). Karena
bisaanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder
presentation
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan
sumbu memanjang tubuh ibu.

A. JENIS-JENIS LETAK LINTANG


Letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan:
a. Letak kepala
1. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu
2. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu
b. Letak punggung
1. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior
2. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior
3. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior
4. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior
B. ETIOLOGI

Sudut Maternal Sudut Uterus Sudut Janin

ü  Panggul sempit ü  Uterus arkuatus ü  Prematuritas

ü  Multiparitas ü  Uterus septus atau


ü  Kelainan kongenital

ü  Kehamilan ganda bikornis o   Anensefalus

ü  Hidramnion atau oligo


ü  Uterus oblikus o   Monster

hidramnion ü  Janin IUFD

ü  Tumor pada daerah ü  Kehamilan ganda

pelvis

C. PATOFISIOLOGI

Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat
ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan kala II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus
beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu
jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau
letak miring kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula,
dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri,
bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering
menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul dengan kepala di
salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul. Uterus
kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi
halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama
semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep.
Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar, uterus akan mengalami ruptura dan
baik ibu maupun janin dapat meninggal.
D. PATHWAY

Bayi letak lintang

Jalan lahir terhambat

Persalinan tidak normal

Secho sesaria

Pree secho sesaria

Cemas akan Status puasa


Akan kelahiran bayi

Resiko
Ansietas ketidak seimbangan
elektrolit

E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnesis
a. Ibu mengatakan bahwa bagian bawah perutnya atau bagian atas perutnya terasa
kosong
b. Ibu mengatakan gerakan janin terasa dibagian lateral kanan atau kiri.
2. Inspeksi
Perut membesar ke samping
3. Palpasi
a. Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
b. Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul
c. Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
4. Auskultasi
Denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikalis.
5. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
a. Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk
menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
b. Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala
terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
c. Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
d. Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban utuh,
namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
6. Pemeriksaan alat bantu, ultrasonografi akan tampak kepala kanan atau kiri dengan
punggung dibagian atas atau dibagian bawah.

F. PROGNOSIS
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan –
kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul
dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
a. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan
ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi
intrapartum.
b. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
1) Prolasus funiculi
2) Trauma partus
3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4) ketuban pecah dini

G. PENATALAKSANAAN
a. Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut
dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut
dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika
lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai
persalinan.
b. Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4
cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin
hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian
dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik
dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang
kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi.

H. KOMPLIKASI
Persalinan letak lintang dengan berat bayi normal tidak mungkin lahir pervaginam
sehingga harus dilakukan tindakan operasi dengan berbagai komplikasinya.
Bentuk Operasi Kompliasi Maternal Komplikasi Perinatal Tindakan

Seksio sesarea Well health mother Well born baby

Versi luar          Ruptur Uteri Fetal distress Seksio sesarea

         Solusio Plasenta

Versi ekstraksi          Ruptur Uteri          Fetal distress          PK laparatomi

         Infeksi          Infeksi          Sesuai dengan

         Perdarahan         Trauma persalinan sebabmya

Postpartum

Dekapitasi          Trias komplikasi          KP laparatomi

a.       Trauma atau ruptur          Terapi sesuai

b.      Infeksi dengan sebabnya.

c.       Perdarahan

postpartum

I. Penatalaksanaan Medis

a. Medis

1) Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibi setiap institusi


2) Analgetik dan obat untuk pencernaan

- Supositoria = ketopropen sup 2x/2

- Oral = tramadol tiap 6 jam atau pa

- Injeksi = penitidine 90-75 mg dib perlu obat lain


2. meningkatkan vitalitas dan k diberikan caboransia seperti neurian cairan
Karena 24 jam pertama penderita pu

pemberian cairan perintavena har mengandung elektrolit agar tidak terj atau
komplikasi pada organ tubuh lai diberikan biasanya DS 10%, garam
bergantian dan jumlah tetesan terg kadar Hb rendah diberikan transfusi da
b. Keperawatan
1) Diet

Pemberian cairan perinfus biasan penderita flatus lalu dimulailah pe makanan


peroral. Pemberian minum sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 berupa air
putih dan air teh.
2) Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap :


- Miring kanan dan kiri dapat di setelah operasi
- Latihan pernafasan dapat dilakukan telentang sedini mungkin
- Hari kedua post operasi, latihan pernafasan selama 5 menit dan diminta untuk
menghembuskannya.
- Kemudian posisi tidur telentang posisi setengah duduk (semifowler).

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Metode Morgan Thournau: gabungan spiral/helik CT scan panggul dan


ultrasonografi perbandingan besar volume lingkar kepala/lingkar bahu/lingkar perut
janin
2. USG : biometri, indeks cairan amnion, letak dan derajat maturasi plasenta,
kelainan bawaan, tebal segmen bawah uterus. Bila pada pemeriksaan
transabdominal didapatkan ketebalan SBU > 3,5 mm atau pada USG
transvaginal ketebalan lapisan miometrium didaerah SBU > 2,5 mm, memiliki
kemungkinan untuk partus pervaginam dengan resiko dehisen sekitar 1,3%.
3. Rontgen Pelvimetri : pada kecurigaan panggul sempit.
4. Selain itu Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
J. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas

Tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil :


1. perilaku gelisah cukup menurun
2. perilaku tegang menurun
3. pola tidur cukup membaik
4. tekanan darah menurun

Intervensi
Reduksi Ansietas

(1.09314)

Observasi
1. monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
2. ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
4. jelaskan prosedur , termasuk sensasi yang di alami
5. anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,jika perlu
kolaborasi
6. kolaborasi pemberian obat antiansietas,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Heardman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan; deƒinisi dan klasiƒikasi 20l2-20l4.


Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba

PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik ,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai