RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
Disusun Oleh :
SINDY DWI RAHAYU
(A3R22074)
RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
TANGGAL 14 – 19 NOVEMBER 2022
DISUSUN OLEH :
SINDY DWI RAHAYU
A3R22074
A. DEFENISI
Letak lintang adalah apabila sumbu janin melintang dan bisaanya bahu merupakan
bagian terendah janin.(Sarwono, 2018)
Pada letak lintang, bisaanya bahu berada di atas pintu atas panggul sedangkan
kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Keadaan
seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion. Arah akromion
menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan.
Lebih lanjut, karena pada kedua posisi tersebut punggung dapat mengarah ke anterior atau
posterior, ke superior atau ke inferior, bisaanya jenis letak lintang ini dapat dibedakan lagi
menjadi letak lintang dorsoanterior dan dorsoposterior. (Cunningham, 2014)
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah (dorsoinferior). (Sarwono, 2016)
Pada latak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hamper tegak lurus pada
sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut
presentasi bahu atau presentasi akromion.
Letak lintang (transverse lie) adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 900. jika sudut yang dibentuk kedua
sumbu ini tajam disebut oblique lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak
kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak). Karena
bisaanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder
presentation
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan
sumbu memanjang tubuh ibu.
pelvis
C. PATOFISIOLOGI
Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat
ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan kala II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus
beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu
jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau
letak miring kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula,
dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri,
bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering
menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul dengan kepala di
salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul. Uterus
kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi
halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama
semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep.
Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar, uterus akan mengalami ruptura dan
baik ibu maupun janin dapat meninggal.
D. PATHWAY
Secho sesaria
Resiko
Ansietas ketidak seimbangan
elektrolit
E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnesis
a. Ibu mengatakan bahwa bagian bawah perutnya atau bagian atas perutnya terasa
kosong
b. Ibu mengatakan gerakan janin terasa dibagian lateral kanan atau kiri.
2. Inspeksi
Perut membesar ke samping
3. Palpasi
a. Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
b. Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul
c. Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
4. Auskultasi
Denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikalis.
5. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
a. Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk
menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
b. Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala
terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
c. Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
d. Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban utuh,
namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
6. Pemeriksaan alat bantu, ultrasonografi akan tampak kepala kanan atau kiri dengan
punggung dibagian atas atau dibagian bawah.
F. PROGNOSIS
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan –
kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul
dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
a. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan
ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi
intrapartum.
b. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
1) Prolasus funiculi
2) Trauma partus
3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4) ketuban pecah dini
G. PENATALAKSANAAN
a. Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut
dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut
dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika
lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai
persalinan.
b. Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4
cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin
hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian
dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik
dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang
kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi.
H. KOMPLIKASI
Persalinan letak lintang dengan berat bayi normal tidak mungkin lahir pervaginam
sehingga harus dilakukan tindakan operasi dengan berbagai komplikasinya.
Bentuk Operasi Kompliasi Maternal Komplikasi Perinatal Tindakan
Versi ekstraksi Ruptur Uteri Fetal distress PK laparatomi
Postpartum
c. Perdarahan
postpartum
I. Penatalaksanaan Medis
a. Medis
1) Antibiotik
pemberian cairan perintavena har mengandung elektrolit agar tidak terj atau
komplikasi pada organ tubuh lai diberikan biasanya DS 10%, garam
bergantian dan jumlah tetesan terg kadar Hb rendah diberikan transfusi da
b. Keperawatan
1) Diet
H. Pemeriksaan Penunjang
Intervensi
Reduksi Ansietas
(1.09314)
Observasi
1. monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
2. ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
4. jelaskan prosedur , termasuk sensasi yang di alami
5. anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,jika perlu
kolaborasi
6. kolaborasi pemberian obat antiansietas,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik ,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI