. LLi II
(Cunningham, 1995)
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit
lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung
janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di atas (dorsosuperior),
di bawah (dorsoinferior).
(Sarwono, 2005)
Pada latak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hamper tegak lurus pada sumbu
panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut presentasi bahu
atau presentasi akromion.
(Fakultas Kedokteran UNPAD,1984)
Letak lintang (transverse lie) adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 900. jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini
tajam disebut oblique lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak kepala mengolak)
dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak). Karena bisaanya yang paling rendah
adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder presentation.
(Mochtar, 1998)
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu
memanjang tubuh ibu.
(Mansjoer, 1999)
B. JENIS-JENIS LETAK LINTANG
Jenis-jenis letak lintang dapat dibedakan menurut beberapa macam, yaitu;
Menurut letak kepala terbagi atas;
1. LLi I
Apabila posisi kepala janin berada pada sebelah kiri.
. Dorso anterior
Apabila posisi punggung janin berada di depan.
. Dorso posterior
Apabila posisi punggung janin berada di belakang.
. Dorso superior
Apabila posis punggung janin berada di atas.
. Dorso inferior
Apabila posisi punggung janin berada di bawah.
C. ETIOLOGI
Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat
multiparitas yang tinggi, bayi prematur, bayi dengan hidrosefalus,bayi yang terlalu kecil atau
sudah mati, plasenta previa, uterus abnormal, panggul sempit, hidramnion, kehamilan kembar,
dan lumbal scoliosis. Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul seperti misalnya tumor di daerah panggul dapat pula mengakibatkan terjadinya
letak lintang tersebut. Distosia bahu juga disebabkan oleh kegagalan bahu untuk melipat ke
dalam panggul.
Insiden letak lintang naik dengan bertambahnya paritas. Pada wanita dengan paritas empat
atau lebih, insiden letak lintang hampir sepuluh kali lipat dibanding wanita nullipara.
D. PATOFISIOLOGI
Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke dalam
panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan kala II yang pendek pada multipara
sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui
jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala
II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih ke
depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang
menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau letak miring kadangkadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula, dengan berpindahnya
kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri, bahu
bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah
penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul dengan kepala di salah satu fosa iliaka dan
bokong pada fosa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul. Uterus kemudian
berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut.
Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama semakin tinggi dan semakin
nyata. Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat diatasi, dan
ditangani secara benar, uterus akan mengalami ruptura dan baik ibu maupun janin dapat
meninggal.
E. MEKANISME PERSALINAN
Ada kalanya anak yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang, bisa berputar sendiri
dan menjadi letak memanjang. Kejadian seperti ini disebut versio spontanea. Tanda-tanda pada
persalinan letak lintang bisaanya ketuban cepat pecah, pembukaan berjalan lambat, partus
menjadi lebih lama, tangan menumbung (20-50%), tali pusat menumbung 10%.
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi
persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian
janin dan ruptura uteri. Bahu masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul seluruhnya
terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya.
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk
mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen
bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin
tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep,
sedangkan janin akan meninggal. Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptura
uteri, sehingga janin yang meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke
dalam rongga perut. Ibu berada dalam keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan dan infeksi,
dan sering kali meninggal pula.
Kalau janin kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang persalinan dapat
berlangsung spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir atau lahir dengan
evolusio spontanea menurut cara Denman atau Douglas.
Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang
belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian
disusul badan bagian atas dan kepala.
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong
dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala. Dua
cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi
lateral yang maksimal dari tubuh janin.
F. PROGNOSIS
Letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya bagi ibu dan
bayi.
Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan
ekstraksi. Pada partus lama, ketuban pecah dini dengan mudah dapat mengakibatkan terjadinya
infeksi.
Bagi bayi
Angka kematian tinggi sekitar 25-40% yang dapat disebabkan oleh prolapsus funikuli,
trauma partus, hipoksia karena kontraksi uterus terus-menerus. Prognosa bayi sangat tergantung
pada saat pecahnya ketuban, maka kita harus berusaha supaya ketuban selama mungkin tetap
utuh misalnya;
Melarang pasien mengejan
Pasien dengan bayi yang melintang tidak dibenarkan berjalan-jalan
Tidak diberi obat his
Toucher harus hati-hati jangan sampai memecahkan ketuban. Atau lebih baik apabila tidak
dilakukan toucher
Setelah ketuban pecah bahayanya bertambah karena;
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa faktor.
Apabila riwayat obstetric wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul,
dan janin tidak seberapa besar dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap
untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban
tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau meneran.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus
segera dilakukan sectio caesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prilapsus funikuli, maka
bergantung kepad tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi
ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan sectio caesarea. Dalam hal ini persalinan dapat
diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancer
atau tidak.
Versi ekstraksi dapat pula dilakukan pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama
lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi
akan mengakibatkan ruptura uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan sectio
caesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per vagina dengan
dekapitasi.
SECTIO CAESAREA
A. DEFINISI
Sectio caesarea atau persalinan caesarea didefinisikan sebagai melahirkan janin melalui insisi
pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Definisi ini tidak
mencakup pengangkatan janin dari kavum abdomen dalam kasus ruptura uteri atau kehamilan
abdominal.
(Cunningham, 1995)
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact).
(Sarwono, 2002)
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan uterus.
(Sarwono, 2005)
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim.
(Mansjoer, 1999)
Kelahiran sesarea adalah alternatif dari kelahiran vagina bila keamanan ibu atau janin
terganggu.
(Doengoes, 2001)
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina.
(Mochtar, 1998)
Sectio caesarea merupakan pembedahan obstetric untuk melahirkan janin yang viable melalui
abdomen.
(Farrer, 2001)
B. JENIS-JENIS SECTIO CAESAREA
Sectio caesarea dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan tehniknya, yaitu;
1. Sectio caesarea segmen bawah (SCSB) atau sectio caesarea transperitonealis profunda
Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus. Segmen bawah uterus tidak begitu
banyak mengandung pembuluh darah dibandingkan segmen atas sehingga risiko perdarahan
lebih kecil. Karena segmen bawah terletak di bawah kavum peritonei, kemungkinan infeksi
pasca bedah juga tidak begitu besar. Di samping itu, risiko ruptura uteri pada kehamilan dan
persalinan berikutnya akan lebih kecil bilamana jaringan parut hanya terbatas pada segmen
bawah uterus. Kesembuhan luka bisaanya baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus
yang tidak begitu aktif.
2. Sectio caesarea klasik atau korporal
Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Hal ini dilakukan kalau segmen bawah tidak
terjangkau karena ada perlekatan atau rintangan plasenta, kalau terdapat vena verikosa pada
segmen bawah, dan kadang-kadang juga dilakukan bagi janin yang letaknya melintang serta
untuk histerektomi caesarea.
3. Sectio caesarea ekstraperitoneal
Sectio caesarea ekstraperitoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi
puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini sekarang
tidak banyak lagi dilakukan. Pembedahan tersebut sulit dalam tehniknya dan sering kali
terjadinya sobekan peritoneum tidak dapat dihindarkan. Mengingat bahwa tindakan ini kini
dalam praktek jarang sekali dilakukan, maka tehniknya sudah tidak dibicarakan lagi.
C. INDIKASI
Pada umumnya sectio caesarea digunakan bilamana diyakini bahwa penundaan persalinan
yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau keduanya. Padahal
persalinan per vagina tidak mungkin diselesaikan dengan aman.
Sectio caesarea elektif dilakukan kalau sebelumnya sudah diperkirakan bahwa persalinan per
vagina yang normal tidak cocok atau tidak aman. Persalinan dengan sectio caesarea dilakukan
untuk;
1. Plasenta previa
2. Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi
3. Riwayat obstetric yang jelek
4. Disproporsi sefalopelvik
5. Infeksi herpes virus tipe II (genital)
6. Riwayat sectio caesarea klasik
7. Diabetes (kadang-kadang)
8. Presentasi bokong (kadang-kadang)
Sectio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan berharga
9.
Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritoblastosis atau retardasi
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio sesarea walau tidak ada
perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
b. Letak bokong
Sectio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan berharga
c.
Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari tindakan sectio caesarea bisa terjadi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat
terjadi infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru, ruptura
uteri. Sedangkan pada bayi dapat terjadi kematian perinatal.
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
Ringan
Sedang
Berat
: Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar
dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena:
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c.
3.
Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu
tinggi.
karena atonia uteri. Akan tetapi bahaya terbesar ialah apabila diberi anastesi umum sedangkan
lambung pasien tidak kosong.
Pada wanita yang tidak sadar karena anastesi ada kemungkinan isi lambung masuk ke
dalam saluran pernafasan. Hal ini merupakan peristiwa yang sangat berbahaya. Dapat
diusahakan mengeluarkan isi perut dengan pipa lambung sebelum anastesi umum, akan tetapi
tindakan ini bisaanya tidak memuaskan. Apabila ada seorang ahli anastesi dapat dilakukan
intubasi dengan memasang pipa endotrakeal sehingga anastesi kemudian dapat dilakukan dengan
aman.
Anastesi spinal aman untuk janin akan tetapi selalu ada kemungkinan bahwa tekanan
darah pasien menurun dengan akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman ialah
anastesi local akan tetapi tidak selalu dapat dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien.
3. Transfusi darah
Pada umumnya perdarahan pada sectio caesarea lebih banyak daripada persalinan per
vagina. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta,
mungkin juga terjadi karena atonia uteri postpartum. Berhubung dengan itu pada tindakan sectio
caesarea perlu diadakan persediaan darah.
4. Pemberian antibiotika
Walaupun pemberian antibiotika sesudah sectio caesarea elektif dapat dipersoalkan,
namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
H. TEHNIK-TEHNIK SECTIO CAESAREA
1. Tehnik sectio caesarea transperitoneal profunda
Dauercatheter dipasang dan wanita berbaring dalam letak trendelenbrug ringan. Diadakan
insisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis sampai beberapa sentimeter di bawah
pusat. Setelah peritoneum dibuka, dipasang speculum perut, dan lapangan operasi dipisahkan
dari rongga perut dengan satu kain kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding uterus
depan dan bawah dipegang dengan pinset, plika vesiko-uterina dibuka dan insisi ini diteruskan
melintang jauh ke lateral. Kemudian kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus
didorong ke bawah dengan jari.
Pada segmen bawah uterus, yang sudah tidak ditutup lagi oleh peritoneum serta kandung
kencing dan yang bisaanya sudah menipis, diadakan insisi melintang selebar 10 cm dengan ujung
kanan dan kiri agak melengkung ke atas untuk menghindari terbukanya cabang-cabang arteria
uterine. Karena uterus dalam kehamilan tidak jarang memutar ke kanan, sebelum dibuat insisi,
posisi uterus diperiksa dahulu dengan memperhatikan ligamenta rotunda kanan dan kiri. Di
tengah-tengah, insisi diteruskan sampai dinding uterus terbuka dan ketuban tampak. Kemudian
luka yang terakhir ini dilebarkan dengan gunting berujung tumpul mengikuti sayatan yang sudah
dibuat lebih dahulu.
Sekarang ketuban dipecahkan, dan air ketuban yang keluar diisap. Kemudian speculum
perut diangkat dan tangan dimasukan ke dalam uterus di belakang kepala janin dan dengan
memegang kepala dari belakang dengan jari-jari tangan penolong, diusahakan lahirnya kepala
melalui lubang insisi. Jika dialami kesulitan untuk melahirkan kepala janin dengan tangan, dapat
dipasang cunam Boerma. Sesudah kepala janin, badan terus dilahirkan, muka dan mulut
dibersihkan, tali pusat dipotong, dan bayi diserahkan kepada orang lain untuk diurus. Pada
presentasi sungsang atau letak lintang kaki janin dicari dan janin dilahirkan dengan tarikan pada
kaki.
Sekarang diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus atau intravena
untuk mengusahakan kontraksi yang baik. Pinggir luka insisi dipegang dengan beberapa cunam
ovum, dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan secara manual.
Tampon untuk sementara dimasukan ke dalam rongga uterus guna mempermudah jahitan
luka pada dinding uterus. Tampon ini diangkat sebelum luka uterus ditutup sama sekali. Jahitan
otot uterus dilakukan dalam dua lapisan. Lapisan pertama terdiri atas jahitan simpul dengan
catgut dan dimulai dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Jahitan ini memegang otot uterus,
akan tetapi sedapat-dapatnya jangan mengikutsertakan desidua. Lapisan kedua terdiri atas jahitan
menerus, sehingga luka pada miometrium tertutup rapi. Akhirnya luka peritoneum pada plika
vesiko-uterina ditutup dengan jahitan catgut halus sehingga menutup bekas luka pada
miometrium dan setelah diamati bahwa uterus berkontraksi baik, dinding perut ditutup dengan
cara biasa.
Kelebihan dan kekurangan dari section caesarea transperitoneal profunda;
Kelebihan
a. Penjahitan luka lebih mudah
Tumbang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum
d. Perdarahan kurang atau tidak seberapa banyak
e.
Dibandingkan dengan cara korporal, kemungkinan rupture uteri spontan kurang atau lebih kecil
f.
g.
Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri dikemudian hari tidak besar,
karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami konraksi
seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
Kekurangan
a.
Luka dapat melebar ke kirim, kanan, dan bawah, sehingga dapat menyebabkan a. uterine putus,
sehingga dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak.
Nama
mur
untuk mendeteksi apakah ada risiko yang berhubungan dengan dengan umur ibu
uku bangsa
gama
endidikan
ekerjaan
lamat
kesehatan seseorang
;
untuk mempermudah hubungan dengan anggota yang lain bila ada keperluan yang
mendesak
2. Keluhan pasien
Keluhan utama ditujukan untuk menggali masalah atau keluhan-keluhan yang
mengandung pada trimester ke-3. keluhan fisiologis yang sering dialami ibu yaitu meningkatnya
keletihan, sukar tidur, sakit pinggang bagiang bawah.
3. Riwayat penyakit keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji tentang penyakit keturunan yang mungkin
menurun pada pasien dimana penyakit tersebut erupakan rsiko terhadap kehamila seperti
hipertensi dan DM. dikaji juga apakah keturunannya ada yang menderita penyakit kanker,
jantung, asma, keturunan kembar, dan penyakit lain yang mempunyai faktor risiko terhadap
kehamilan.
4. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat kesehatan pasien ditujukan pada pengkajian penyakit yang diderita yang merupakan
risiko tinggi terhadap kehamilan seperti DM, hipertensi, jantung, ginjal, hepatitis, paru-paru.
Dikaji juga apakah pasien sebelumnya pernah menderita panyakit berat, lama, dan terapinya agar
dapat diberikan asuhan keperawatan secara tepat dan berkesinambungan.
5. Riwayat obstretrik
Riwayat menstruasi
a.
Menorche
Pada keadaan normal menorche terjadi pada umur 10-16 tahun. Oleh sebab
tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama menjadi awal.
Menarche sebenarnya puncak dari serangkaian perubahan wanita. Perubahan tersebut adalah
tumbuh rambut kemaluan, rambut ketiak, payudara membesar, putting menghitam.
b. Dismenorhoe
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan
selama haid sehingga dikatakan dismenorhoe jika nyeri haid begitu hebatnya.
c.
Siklus haid
Lama dan jumlah siklus haid berkisar antara 23-35 hari, dengan rata-rata 29
hari. Tetapi pada wanita yang haidnya teraturpun dapat terjadi kemelesetan beberapa hari baik
maju maupun mundur. Siklus haid dihitung sejak hari pertama haid hingga hari terakhir sebelum
haid berikutnya
d. HPHT
Dikaji untuk menentukan kehamilan dengan rumus perkiraan partus menurut
naegle adalah hari +7, bulan -3, dan tahun +1. bila hari pertama haid terakhir tidak diingat lagi
maka sebagai pegangan dapat dinyatakan antara lain gerakan janin, umurnya pada primigravida,
gerakan janin dirasakan ibunya pada kehamilan 18 minggu dan pada multigravida pada
kehamilan 16 minggu.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Pada multi dikaji adanya abortus, riwayat persalinan dengan tindakan misalnya vakum atau
SC serta besarnya berat bayi waktu dilahirkan.
6. Riwayat keluarga berencana
Riwayat keluarga berencana ditujukan untuk merencanakan alat kontrasepsi berikutnya.
7. Riwayat perkawinan
Riwayat perkawinan berkaitan dengan psikologi klien yang memungkinkan dapat timbulnya
faktor resiko seperti hipertensi, riwayat perkawinan dikaji tentang umur berapa menikah, berapa
kali menikah, lamanya menikah. Ini untuk menentukan keadaan kehamilannya dan faktor resiko.
8. Pola kehidupan sehari-hari
a.
Pola nutrisi
Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pemenuhan gizi ibu sudah terpenuhi atau
belum, kelebihan atau kekurangan. Ibu hamil yang makannya terpenuhi akan mendapat kenaikan
berat badan yang cukup baik. Kenaikan berat badan selama hamil adalah 6,5-16 kg.
b. Pola eliminasi
Dikaji BAK dan BAB pada kehamilan trimester I dan III, bisaanya pasien sering kencing
karena penekanan rahim pada kandung kemih, tetapi sebaliknya pasien sering mengeluh sukar
BAB. Hal ini dikarenakan menurunnya tavus otot-otot traktus digestifus sehingga motilitas
seluruh traktus digestifus juga berkurang.
c.
Personal hygiene
Hal ini dikaji untuk mengetahui kepedulian dan kemampuan pasien untuk menjaga
kebersihan diri.
d. Pola kativitas
Hal ini dikaji karena jika pola pemenuhan aktivitas dan istirahat tidak terpenuhi bisa
menyebabkan komplikasi obstetric, seperti hipertensi yang menjadi pre eklamsi atau eklamsi,
solution plasenta, plasenta previa yang kemungkinan bisa terjadi pada trimester III.
e.
f.
j.
k. Data spiritual
Untuk mengetahui kepercayaan dan keyakinan pasien.
9. Keadaan psikologis
Keadaan psikologi yang dikaji adalah penerimaan pasien terhadap kehamilannya, penerimaan
suami atau keluarga terhadap kehamilannya, dukungan suami dan keluarga terhadap upayaupaya masalah terhadap keadaan kehamilan.
Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a.
Keadaan umum
Pada keadaan umum pasien perlu dikaji tentang keadan pasien apakah lemah, pucat, atau
baik.
b. Pemeriksaan TTV
anan darah
; tekanan darah pada wanita hamil tidak boleh mencapai 140/90 mmHg dan tidak boleh kurang
dari 90/50 mmHg.
piratori
minggu ke atas ada keluhan sesak nafas karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar
kea rah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
c.
2. Pemeriksaan fisik
a.
Rambut
Kepala
;
dikaji apakah rambut mudah dicabut atau tidak. Bila mudah dicabut
Kulit kepala
Mata
diinspeksi dan adanya lensa kontak dicatat, konjungtiva, bila pucat maka
Hidung
Mulut
diperiksa apakah ada stomatitis, gigi karies, dan lidah kotor atau tidak.
Leher
ding thorak
udara
menunjukan infeksi atau penyakit dermatologis yang dievaluasi. Putting susu menonjol, areola
menghitam, adakah kolostrum.
ila
c.
Observasi
Abdomen
;
untuk mengetahui bentuk abdomen dan untuk mengetahui adanya striae pada
dinding abdomen.
Palpasi
untuk mengetahui adanya pembesaran hepar, limpa, daerah nyeri tekan dan
kemungkinan masa.
Perkusi
Auskultasi
d. Ekstremitas
Dikaji telapak tangan dan kuku pasien pucat atau tidak, begitu pula kaki ada tidak varises dan
oedema.
e.
Anus
Dikaji apakah ada varises atau hemoroid.
f.
Reflek patella
Untuk mengetahui reflek dari otot yang berkembang di dalam tempurung lutut atau patella,
yang berpengaruh pada saat proses persalinan yaitu pada saat uterus berkontraksi. Bila reflek
patella negative maka kekurangan vitamin B1.
3. Pemeriksaan obstetric
a.
Inspeksi
Muka
Mamae
Abdomen
b. Palpasi
Leopod I
Tinggi fundus dapat diketahui, ditentukan pula bagian apa dari janin yang terdapat dalam
fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar dan kurang melenting. Pada letak lintang fundus uteri
kosong.
Leopod II
Menentukan dimana letak punggung janin dan bagian ekstremitas. Kadang-kadang di
samping terdapat kepala atau bokong pada letak lintang.
Leopod III
Menentukan bagian yang terdapat di bawah, apakah bagian bawah janin sudah masuk PAP
atau belum.
Leopod IV
Untuk mengetahui apa yang tedapat pada bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam PAP.
c.
Auskultasi
Untuk mengetahui dan menentukan DJJ dalam keadaaan normal atau tidak. Normalnya 120160 kali/menit. Pemeriksaannya dapat menggunakan leaneq atau dopler.
d. Reflek patella
Untuk mengetahui reflek dari otot yang berkembang di dalam tempurung lutut atau patella,
yang berpengaruh pada saat proses persalinan yaitu pada saat uterus berkontraksi. Bila reflek
patella negative maka kekurangan vitamin B1.
e.
Panjang uterus
Untuk mengetahui umur kehamilan dan tafsiran berat janin. Cara menghitungTBJ menurut
Johnson Tausak;
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Letak Lintang
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima dan krisis situasi.
2. Risiko cedera terhadap janin berhubungan dengan letak lintang kasep dan proses persalinan yang
lama.
3. Risiko cedera terhadap maternal berhubungan dengan letak lintang kasep dan proses persalinan
yang lama.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
5. Reaksi berduka berhubungan dengan kematian janin.
Sectio Caesarea
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan informasi yang diterima tidak jelas dan krisis situasi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Intra Operasi
1. Kekurangan volume cairan intravaskuler berhubungan dengan perdarahan.
2. Kelebihan volume cairan intratitial berhubungan dengan aliran balik vena terganggu.
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan pada penonjolan tulang dalam
waktu yang lama.
Post Operasi
1. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan trauma jaringan.
2.
Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan dan imobilisasi dalam waktu
lama.
3. Gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual dan muntah.
4. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret pada jalan nafas.
5. Pola nafas inefektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive dan kerusakan barier primer.
Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan Setelah
dengan
Tujuan
dilakukan
mampu
ansietas,
yang
emosional,
dibuktikan
pengungka
berikut;
Klien
kesadaran
Kaji
tingkat
ansietas
dan
Identifika
kemampua
akan
menghadap
perasaan
ansietas.
2.
Memb
1.
diharapkan
Dorong keberadaan/partisipasi
kurangnya keperawatan
Intervensi
asuhan Mandiri
realistis.
Klien
Proses ke
mampu
atau dan
menghilangkan ansietas.
3.
Klien
sumber
dari
masalah. sebagai ke
ansietas berkurang.
Berikan
waktu
Memun
Kembangkan
resolusi.
hubungan
pasien/perawat.
Hubung
memperca
pasien,oran
meningkat
dukungan
Anjurkan penggunaan tehnik
pernafasan
Membantu
relaksasi.
dan
persalinan,
Kolaborasi
kontrol per
Tranquiliz
tranquilizer (missal; meperidin
hidroklorida,
hidroksizin narkotik, m
pamoat)
dan
memfokus
pernafasan
2.
dilakukan
berhubungan keperawatan
asuhan Mandiri
diharapkan
Kaji DJJ secara manual atau
Mendetek
dengan
letak
Perhatikan seperti
kasep
dan
proses dalam
perubahan dilebih-leb
intervensi
untuk variabilitas,
menurunkan
faktor Bila
pada
dibuktikan
DJJ
menunjukan
kelahiran disebabkan
(PKA),
periksa hipoksia, a
pusat
2. Variabilitas baik.
menit.
Lanjutkan
sepanjang
pola
kontraksi
ini
sampai
setelah kontraksi.
Perhatikan
selama
tekanan
istirahat
dan
uterus dari 30 m
fase kontraksi
kontraksi
tekanan
melalui
kateter dapat
intrauterus
bila menggang
tersedia.
ruang intra
Kadang
sederhana
Identifikasi
maternal
faktor-faktor klien
seperti
dehidrasi, lateral
ke
uterus dan
mencegah
hipoksia ja
Prolaps tali
terjadi pad
karena bag
menonjol
secara tot
pecah
ketuban.
Untuk disertai
khususnya
te
bila ketuban la
cairan
amnion
pada menit
at
adekuat da
Menentu
faktor yan
disfungsio
multipara
CPD atau m
Melahirka
Pantau penurunan kepala janin dengan
kolumna
vertebralis pleksus
iskial.
dan sutura
mortalitas
Siapkan
untuk
metode neonatal.
kemajuan
atau
teridentifikasi intracrania
atau
CPD.
dic
teidentifika
bedah sege
Mencega
infeksi
melindung
dilakukan
berhubungan keperawatan
sesuai indikasi.
asuhan Mandiri
diharapkan
Tinjau ulang riwayat persalinan,
Mem
dengan
letak
mengident
kasep
dan
proses dalam
penyebab,
intervensi
untuk
pemeriksaa
dan
intervensi
menurunkan
faktor
dibuktikan
dengan Hindari
narkotik terjadi pa
yang diber
melebihi
menghamb
menghenti
aktif.
2.
pemberian
cm/jam
sebelum
awitan sekunder,
untuk persalinan.
dari
multipara.
3.
Menyelesaikan
tanpa komplikasi.
pers
persalinan
kelahiran
Disfu
manual
atau
secara meningkat
elektronik.
komplikas
Indicator
ini
dapa
lama.
Pada pe
depresi ci
terjadi pad
Palpasi abdomen pada klien atas dan
patologis
diantara
segmen uterus.
Relaksasi
perfusi
memperba
Ambulasi
Tempatkan klien pada posisi kekuatan
baring
atau
Persalinan
sesuai toleransi.
mengakiba
ketidakseim
elektrolit
cadangan
mengakiba
Kaji derajat
hidrasi,
catat persalinan
peningkata
uterus, hem
atau penc
adanya per
Mungkin
kejadian
dan
dihubungk
hipertonik.
Oksitos
menambah
kedaruratan.
uterus hipo
Dapat mem
antara pe
persalinan
Kolaborasi
persalinan
membantu
mengubah
sesuai indikasi.
menurunka
glukosa u
kelelahan.
Melahirka
diindikasik
Bandl dan
karena CP
sesuai
indikasi
untuk
4.
Kekurangan
cairan
volume Setelah
dilakukan
asuhan Mandiri
dengan perdarahan.
Pertahankan
masukan
Penurunan
dan
mampu haluaran
akurat,
tes
urin peningkata
keton,
dan
kaji menunjuka
klien
atau
perbaikan
Ketidakade
glukossa
pemecahan
keton.
Hipotens
mengindik
cairan.
Kulit yang
mengindik
sirkulasi
2. Pengisian kapiler cepat
dibutuhkan
cairan tam
Membran
yang keri
dari dehidr
Dapat
dehidrasi
Perhatikan
respon
DJJ penurunan
abnormal.
Kolaborasi
Peningk
menunjuka
elektrolit,
mendeteks
Larutan pa
elektrolit
memperba
Berikan cairan IV
ketidakseim
dan
jan
menurunka
maternal.
Untuk
kehilangan
didokumen
Reaksi
berhubungan
berduka Setelah
dilakukan
asuhan Mandiri
kematian janin.
klien mampu menghadapi pintu ruangan, dan tempat tidur sakit dan
proses berduka dengan baik, sesuai indikasi.
yang
dibuktikan
kehilangan
Tempat d
dengan
Mengungkapkan
proses
berduka
dialami.
yang
sering
oleh meningkat
Mengidentifikasi masalah
proses berduka.
4.
Libatkan
pasangan
perencanaan
Partisipasi
teman.
pasangan
Anjurkan
dalam dan
pem
perawatan. menunjuka
kesempatan
terlibat
diskusi
kekhawatiran.
untuk kehilangan
bersama. memerluka
tentang mengekspr
kehilangan
dukungan
pendukung
Setelah
orangtua
menyangk
serta
intrepretasi menyembu
terhadap
kejadian
kematian
janin
sekitar pasangan
atau
bayi. informasi
pasangan
kemampuan
dan merupakan
untuk koping sa
terhadap in
Luas dan d
dapat terg
kehilangan
dapat
sepanjang
kedua
memberika
derajad
bersalah,
keluarga.
berduka
Anjurkan
keluarga
untuk kesempata
bahasa
tubuh.
Tingkatkan
situasi rileks.
Keban
mengantisi
dan hasil
disiapkan
pengaturan
yang dilak
perawatan,
Perhatikan rencana un
kehadiran sibling.
mereka.
Keluarga m
pada pend
agama
pembaptisa
dan koselin
Kolaborasi
Kelu
mengingin
penyebab
mungkin ti
Mayat b
tanda
Tinjau
Berikan
perlu pada
informasi
penguburan
bayi.
Hubungi membantu
bila
bantuan penyebab
diperlukan.
mencapai
berduka.
Sectio Caesarea
a.
Pre Operasi
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Ansietas
berhubungan
dengan Setelah
Tujuan
dilakukan
diharapkan
Intervensi
asuhan Mandiri
klien
Dorong
keberadaan
menurunkan
atau dari
menghilangkan ansietas.
3.
masalah.
Berik
Kembangkan hubungan pa
Anjurkan penggunaan te
meperidin
hidroksizin pamoat)
2.
prosedur invasive.
mengalami
infeksi
komplikasi
penyakit,
Mengidentifikasi
factor-faktor
Ulangi
studi
labor
Kolaborasi
Intra Operasi
No.
1.
Diagnosa Keperawatan
Kekurangan
volume Setelah
cairan
berhubungan
perdarahan
Tujuan
dilakukan
Intervensi
atau
Pertahankan
masukan
Penuruna
dan
mampu haluaran
akurat,
tes
urin peningka
stabilisasi terhadap
keton,
dan
kaji menunjuk
dengan klien
mempertahankan
asuhan Mandiri
perbaikan
Ketidaka
glukossa
pemecah
keton.
Hipoten
mengindi
cairan.
TD 120/80 mmHg
Kulit yan
mengindi
sirkulasi
Suhu 360-370C
2. Pengisian kapiler cepat
dibutuhk
penggant
Membran
yang ke
kering.
5. Bebas dari komplikasi
Kaji
bibir
mukosa
oral
dan
membran salivasi
dan
salivasi.
Dapat
dehidrasi
penuruna
Perhatikan
abnormal.
respon
DJJ
Pening
menunjuk
Kolaborasi
elektrolit
mendetek
glukosa serum.
Lar
mengand
glukosa
Berikan cairan IV
atau
ketidakse
dan
ja
menurun
maternal.
Untuk m
kehilanga
didokum
Tingkatkan kecepatan IV jika
diperlukan.
2.
dilakukan
asuhan Mandiri
dan
nadi.
mempertahankan pernafasan
Bila
Perhatikan berlebiha
terhadap
tanda kelebihan
dapat
terjadi.
berikut;
Mening
memperc
batas normal.
balik ve
TD 120/80 mmHg
terjadiny
Masukan
RR 16-24 x/menit
Suhu 360-370C
2.
Bebas
dari edema
gangguan penglihatan.
apabila
membaik
menurun
Perubaha
Kaji
status
neurologis, tanda
Bila volu
kadar Ht
MgSO
persimpa
efek
penuruna
peningka
3.
Risiko
integritas
berhubungan
penekanan
kulit asuhan
dengan diharapkan
klien
pada mempertahankan
ketat.
mekanis
serta
akumulas
yang diperkirakan.
menyeba
tehnik
yang
tepat
Mengur
untukmengatasi
dan perekat.
meningkatkan kesembuhan.
3. Bebas dari komplikasi.
Me
terjadiny
Gunakan sealant atau barier abrasi
halus
(hipoalergik
atau
Montgoumery
silk
perekat
atau
elastis
Dapat
pergantian membend
luka sek
Pengen
kegagala
penyemb
Periksa luka secara teratur dini
catat
karakteristik
dan terjadiny
integritas kulit.
lebih seri
Menuru
edema
Kolaborasi
menyeba
pada lu
pasa oper
Mem
nekrotik/
meningka
Irigasi luka ; bantu dengan
melakukan debridemen sesuai
kebutuhan.
c.
Post Operasi
No.
1.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Gangguan
rasa Setelah
nyaman;
keperawatan
jaringa
psikologis
yang multiple.
kembali,
dibuktikan
dengan sensifitas
criteria
hasil
berikut;
1.
Rasional
dilakukan Mandiri
nyeri tindakan
berhubungan
dengan
Intervensi
idiosinkratik
lokasi
insisi
ketidaknyamanan
dengan tepat
2.
gunakan
Mengungkapkan perhatikan
berkurangnya nyeri
takikardia,
hipertensi,
telah
terkontrol bahkan
pasien
4. Tampak santai.
sakit.
jika
regular
(mis
mengurang
: meningkatka sirkulasi.
tingkatkan perasaan ko
Dorong
napas
bimbingan
visualisasi.
Kolaborasi
(setelah
catatan
anestesi
kontraindikasi
intermiten
Berikan
analgetik
2.
Kerusakan
intregritas
Setelah
jaringan
imobilisasi
kulit tindakan
berhubungan
dengan
dilakukan Mandiri
awal
mampu pengantian
dan mempertahankan
indikasi.Gunakan tehnik
Mengurangi
waktu lama.
baik,
yang
dapat
resiko
dibuktikan
kriteria
sebagai perekat.
hasil
berikut;
kulit
sebelum halus.
diperkirakan.
2.
Menunjukan
halus
atau
silk
untuk
kesembuhan.
yang
membalut
menggangu
luka.
pada
Periksa
seluruh
Menurunkan pemben
ekstremitas.
luka
Membuang jaringan n
untuk
membantu
meningkatkan penyembu
Kolaborasi
Berikan es pada daerah
luka jika di butuhkan.
3.
Gangguan
Setelah dilakukan
keseimbangan
tindakan asuhan
volume
dan
debredimen
berhubungan
Lakukan
mempertahankan
dan
(termasuk
cairan
Tinjau
ulang
muntah.
intraoperasi.
1.
Kaji
catatan
Mungkin akan terjadi
penghilangan setelah pr
pengeluaran genitourinarius
sebagai berikut;
tipe
Kebutuhan
prosedur
operasi ureterolitotomi,
atau
(misaln
hister
Meningkatkan relaksas
2500 ml/hari
2. Eliminasi urin teratur
3. TTV normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 60-100 x/menit
RR 16-24 x/menit
Suhu 360-370C
4. Mual muntah berkurang
mengindikasikan kekur
Berikan
5.
Tidak
ada
pembengkakan
6.
luka pengukuran
sesuai
berkemih
wanita pasien dengan o
kebutuhan. yang
memiliki
kece
yang
lebih
hipovolemia
Pembengkakan
mengindikasikan forma
Catat munculnya mual perdarahan.
muntah. Riwayat pasien (misalnya
Catatan
retroperit
mabuk perjalanan
tekanan
pa
terpengaruh.
mengindikasikan penuru
dan dibutuhkan untuk
Periksa pembalut pada tambahan.
alat drain pada interval
regular. Kaji luka untuk
terjadinya pembengkakan
dan adanya perdarahan. Gantikan kehilangan
didokumentasikan. Cata
volume
sirkulasi
penurunan
yan
kompli
ketidakseimbangan
el
pingsan kardiovaskuler.
Pada
awalnya
peningkatan
volume
denyut perifer.
gastrointestinal.
Kolaborasi
Berikan cairan parenteral,
produksi
darah
atau
Tingkatkan kecepatan IV
jika diperlukan.
.
4.
dilakukan Mandiri
inefektif
tindakan
berhubungan
dan
dengan
klien
mampu
dan
mempertahankan
bersihan
jalan
Observasi
nafas ekspansi
pelebaran
na
dinding
adanya
dibuktikan
kriteria
hasil
berikut;
nafas
1. Menunjukkan hilangnya
edema paru.
dispnea
memob
Pengobatan diberika
ronki.
Mengeluarkan
sekret cairan IV
tanpa kesulitan
sekret
5. Menunjukkan perilaku
untuk
dapat
meningkatkan transpor o
Kelembaban
Meningkatkan drainase
nebuliser ultrasonik
contoh
postural,
atau
5.
drainase
perkusi
vibrasi
dada
sesuai
indikasi.
dil;akukan Mandiri
tindakan
ekspansi paru.
klien
Meningkatnya
takikardi/bradikardi
mampu
memperbaiki
dan
Kurangnya suara na
mempertahankan
adanya
hasil
crow,
dan
sebagai keheningan
berikut;
pernafasan sehingga
kedalaman
pernafasan,
cuping
Tidak
penggunaan
Menunjukan
rileks
tanpa
bantu pernafasan.
4.
hidung,
posisi
yang
sesak nafas.
dan
jenis fungsi
pembedahan
otot
pertama
otot,
penggunaan
pernafasan
tempat
mendorong pengeluaran
zat-zat inhalasi
Kolaborasi
Berikan
tambahan yang
menekan
SS
menstimulasi gerakan ot
Dilakukan tergantung pa
pernafasan atau jenis
endotrakeal mungkin te
penggunaan
mesin
6.
Risiko
infeksi Setelah
berhubungan
dengan
invasive
kerusakan
primer
dilakukan Mandiri
asuhan
tindakan
Tetap
pada
akibat aseptic.
komplikasi
dengan
penyakit, Fasilitasi
kriteria
risiko
paket/tanggal kadaluarsa
individu
harus di dokumentasikan
untuk
Peningkatan SDP ak
potensial
intervensi
mengurangi
1. Mengidentifikasi factordan
sebagai berikut;
faktor
infeksi.
2. Pertahankan lingkungan
atau
organ.
Dimana
menyebabkan kontraind
3. Mencapai penyembuhan
luka tepat waktu bebas Ulangi hasil pemeriksaan Gangguan pada intreg
eksudat
purulen
tidak demam
dan laboratorium
kemungkinan
sistemik.
Periksa
kulit
mengetahui
untuk
memungkinkan di per
Dapatkan
kultur
Gram.
atau
spesimen
pewarnaan
TINJAUAN KASUS
KASUS 31
Ny. S 23 tahun G1 P0 A0 masuk RS 17 Agustus 2005, tanggal pengkajian anda 18 Agustus 2005.
BB sebelum hamil 46 kg, BB sekarang 53 kg. Klien cemas bagaimana nanti dengan
persalinannya karena menurut bidan yang memeriksa sebelumnya janin klien melintang. Klien
terlihat gelisah, ekspresi wajah tegang. RR 30 x/menit, N 88 x/menit. Klien menyatakan semakin
nyeri pada daerah perut menjalar ke punggung. Saat ini dari VT pembukaan 3 cm, ketuban (+),
presentasi bahu, posisi belum masuk PAP, tidak ada hambatan jalan lahir, dari leopod IV
konvergen. His 3x/10 menit selama 20 detik, fase relaksasi baik. Klien direncanakan SC. Klien
cemas dengan rencana operasinya. Wajah tampak tegang dan berkeringat.
Soal A
1. Rencanakan NCP pada klien.
2. Apa intervensi anda dan bagaimana evaluasi terkait dengan data berikut.
Sebelum klien dibawa ke OK anda mengajarkan klien untuk banyak berdoa, mengajarkan tehnik
nafas dalam, memberikan support juga memotivasi keterlibatan keluarga untuk mendampingi
klien. Anda menjelaskan prosedur operasi. Klien di bawa ke ruang OK dan diberikan injeksi
anastesi several pada pukul 15.00 WIB. TD 120/80 mmHg, RR 24 x/menit, N 90 x/menit. Pada
shiff malam, klien kembali ke ruangan dari ruang recovery. Klien tampak tertidur, terdapat insisi
abdomen SCTP.
Soal B
1. Bagaimana prioritas diagnosa anda sekarang.
2. Rumuskan NCP bila ada diagnosa baru.
SOAL A
A. ANALISA DATA
No
.
1.
Data Focus
Masalah
Data subjektif ;
Ansietas.
Rencana
tindakan
Penyebab
situasi.
janinnya
melintang.
b. Klien mengatakan cemas
dengan rencana operasinya.
Data objektif ;
a. Klien terlihat gelisah.
b. Ekspresi wajah tegang.
c. Wajah klien tampak tegang
dan berkeringat.
d. RR 30 x/menit.
e. Nadi 88x/menit.
2.
Data subjektif ;
Gangguan
pada
daerah
perut
menjalar ke punggung.
Data objektif ;
a. VT pembukaan 3 cm.
b. Ketuban (+).
c. Presentasi bahu.
d. Posisi belum masuk PAP.
e. Tidak ada hambatan jalan
lahir.
f. Leopod IV konvergen.
g. His 3 /10 menit dalam 20
detik.
h. Fase relaksasi baik.
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Ansietas
berhubungan Setelah dilakukan asuhan Mandiri
dengan rencana tindakan keperawatan
operasi dan krisis situasi.
klien
diharapkan
mampu
Intervensi
Dorong keberadaan/partisipasi
emosiona
berikut;
1.
Klien
pengungk
Kaji
ansietas
dan
Identifik
penyebabnya
bila meningk
tingkat
diskusikan
mengungkapkan mungkin.
individu
akan
menghad
kesadaran
perasaan
ansietas.
2.
realistis.
Klien
mampu
Tentukan tingkat ansietas klien
Kelahira
sumber
dari
masalah. dipandan
menghilangkan ansietas.
3.
Memb
mengungkapkan
Berikan
waktu
dapat
untuk negatif.
Selalu be
mendengarkan pasien mengenai
ansietas berkurang.
mengura
Kembangkan
Memu
hubungan perasaan
dimulain
pasien/perawat.
Hubun
memperc
pernafasan
Bernafas
dan
dengan
relaksasi. akan
klien
atau perawata
yang opti
Kolaborasi
Me
hidroksizin persalina
pamoat)
kontrol p
Tranquili
narkotik,
ansietas,
memfoku
pernafasa
2.
keperawatan
Kaji derajad ketidaknyamanan
Tindaka
berhubungan asuhan
diharapkan
klien
mengontrol
1.
nyeri
yang verbal.
Perhatikan
pengaruh berdasark
masa
perubaha
Mengidentifikasi
dan
Bantu dalam penggunaan tehnik latar bela
3.
Mengungkapkan seperti;
berkurangnya nyeri
dalam
gosokan
Meningk
punggung,
dapat diatasi.
Berikan
perasaan
informasi
tentang
Mem
4. Tampak santai dan tenang atau efek samping biasanya, dan membuat
diantara kontraksi.
anastesik diberikan.
Instruksikan
menggunakan
nyeri.
klien
dalam
analgesic
yang
Memung
dikontrol pasien, pantau caranya
menggunakan.
mengatur
dan
durasi
pola sedikit m
Kolaborasi
Mem
hidroklorida,
atau informas
catatan
anestesi
kontraindikasi
menyebabkan
Analgesi
dan
analgesia) segera m
efektif
kecil. P
kepada t
4-5 cm.
sirkulasi.
.Men
cairan
biasa
bila ganglia,
Meningk
ke
kepala
janin
bila
variabilit
samping
paraservi
ini dapat
pemberia
dapat be
menit.
D. IMPLEMENTASI
No.
1.
Hari/Tanggal/Waktu
Kamis, 18 Agustus 2005
1.
Implementasi
Mengajarkan klien untuk banyak
1.
berdoa.
Respon
Klien mengikuti anjuran
banyak berdoa.
Klien
mampu
menggu
keluarga
mendampingi klien.
proses keperawatan.
4.
Klien
mengatakan
memahami
2.
1.
operasi.
Mengajarkan klien tehnik non
1.
Klien
farmakologis
untuk
menggu
nyeri.
3.
mampu
Mengajarkan
klien
3.
Klien
menginterprest
pro
tentang
Membantu
klien
untuk
4.
Klien
mengatakan
Evaluasi
S:O : Klien tampak tenang.
TD 120/80 mmHg
RR 24 x/menit.
Nadi 90 x/menit.
A : Ansietas dapat diatasi.
2.
berkurang.
Klien mau bekerjasama
pemeriksaan
Klien menginterprestasikan
berkurang dalam skala 4
SOAL B
A. ANALISA DATA
No
.
1.
Data Fokus
Masalah
Penyebab
Data Subjektif ; -
Data objektif ;
nyeri.
jaringan
Risiko infeksi.
Kerussakan barier
SCTP.
Data subjektif ; Data objektif ;
a. Terdapat insisi abdomen
SCTP.
primer
dan
terpajan
mikroorganisme.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Gangguan rasa nyaman; Setelah
dilakukan Mandiri
asuhan
Kaji derajad ketidaknyamanan melalui
Tinda
Intervensi
keperawatan
diharapkan isyarat
verbal
dan
non
verbal. adal
yang
dengan
criteria
masa
hasil
peru
sebagai berikut;
1.
latar
Mengidentifikasi
menggunakan
untuk
dan
Bantu dalam penggunaan tehnik
Dap
tehnik pernafasan atau relaksasi yang tepat.
mengatasi
nyer
sereb
ketidaknyamanan dengan
Bantu tindakan kenyamanan seperti; kond
Men
gosokan punggung, tekanan sacral,
tepat
2.
Berikan
informasi
dan
tentang men
diatasi.
4.
Tampak
tenang.
Me
dan penyerta.
pers
Instruksikan
klien
menggunakan
dikontrol
analgesic
pasien,
pantau
dalam peng
yang
caranya
Me
menggunakan..
untu
Kolaborasi
nyer
Berikan
analgesik
alfaprodin,
meperidin
IV
hidroklorida,
hidroklorida
seperti; biasa
atau med
(setelah
dan
An
menyebabkan deng
peng
efek
keci
akan
lebih
keef
kepa
abso
2.
Risiko
infeksi Setelah
dilakukan Mandiri
berhubungan
dengan tindakan
diharapkan sterilisasi,
dan
mengalami aseptic.
mikroorganisme.
terpajan klien
tidak
infeksi
dengan
prosedur/kebijakan yang
men
sebagai
komplikasi
dan
penyakit, steril.
kriteria
paka
hasil
steri
sebagai berikut;
dem
1. Mengidentifikasi factor-
haru
perik
intervensi
untuk
adan
potensial
pem
mengurangi
infeksi.
lingk
2. Pertahankan lingkungan
dan
Steri
3. Mencapai penyembuhan
luka tepat waktu bebas
kada
Ulangi
hasil
pemeriksaan atau
untuk
kemungkinan doku
infeksi sistemik.
perlu
Pen
men
infek
oper
atau
siste
Dim
kont
adanya infeksi .
pros
dan
men
waktu terjadi.
sum
luka
lingk
Kolaborasi
pers
yang
steri
men
infek
Iden
tipe
deng
Gram
Berikan antibiotik sesuai petunjuk
mem
perlu
yang
iden
khus
dapa
wak
jam.
Dap
prof
terja
PATHWAYS
Syok hipovolemik
Resti
infek
si
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi. 1984. Obstetric Patologi. Bandung; FK UNPAD
Cunningham, Gary. 1995. Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta; EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
-----. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: EGC
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta; EGC
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta; EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; Tridasa
Printer
-----. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta; Tridasa Printer
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini telah dikonsultasikan dan diperiksa, siap dinilai oleh dosen pengampu
mata kuliah Keperawatan Maternitas II Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran.
Oleh:
1.
Ayu Tantri s
010301011
2.
Bety Mardiyatmi
010301012
1.
luiziano madur19 April 2013 08.54
makasi bang postingnya sangat membantu buat saya..
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
andri sutiawan
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2013 (21)
o Januari (21)
perpisahan adik ku
imunisasi
2012 (4)