Anda di halaman 1dari 6

Nama Mahasiswa : Yustin Maya Rompon

NIM : 22011132

SKENARIO 1

Ny Surty, 37 th , penjual soto , mengalami luka bakar derajat III 26% di bagian tangan dan
dada,akibat tersiram air panas, dokter merencanakan untuk melakukan operasi skin graft
pada klien dan telah ditentukan operasi akan dilakukan 3 hari lagi.Ny. Surty dirawat di
ruang klas 3 yang berisi 4 pasien. Sehari sebelum operasi , suaminya menolak
menandatangani surat persetujuan operasi dan mengatakan pada perawat bahwa istrinya
mau dirawat dirumah saja.

Pertanyaan :

Menurut anda apa penyebab penolakan keluarga klien untuk dilakukannya operasi?

Jawab : Menurut saya penyebab penolakan keluarga pasien, mungkin beberpa hal :

1. Kurangnya edukasi kepada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan dijalani
klien, OP skin graft sendiri merupakan cangkok kulit yang dimana prosedur bedah
dengan mengangkat kulit dari satu area tubuh dan memindahkannya ke area tubuh
lainnya.
2. Klien takut akan hasil dari OP skin graft/cangkok kulit yang dimana prosedur
bedah dengan mengangkat kulit dari satu area tubuh dan memindahkannya ke area
tubuh lainnya. Sedangkan daerah luka yang dialami klien ny. Surty di bagian dada
dan merupakan body image yang khas bagi kaum hawa dan klien berumur 37
tahun masih tergolong muda, sehingga memungkinkan klien untuk menolak
tindakan oprasi.
3. Kurang biaya.
SKENARIO 2

Bp. Darso , 53 th mengalami kecelakaan lalulintas dan telah menjalani amputasi kaki
kirinya sebatas lutut. 3 hari pasca operasi, luka jahitan operasi tampak kemerahan dan
ada pus dibagian tengah luka. Klien hanya tidur 3 jam dan hanya mau makan beberapa
sendok saja makan . Istrinya mengatakan suaminya tidak berani makan ikan dan telur
karena takut luka amputasinya tidak sembuh-sembuh.

Pertanyaan :

Menurut anda, informasi apa yang diperlukan oleh keluarga Bp. Darso ?

Jawab :

Menurut saya, informasi yang diperlukan oleh keluarga Bp. Darso adalah :

1. Informasi tentang kondisi luka post op amputasi klien yang menunjukkan tanda-
tanda infeksi, menyampaikan upaya mengatasinya salah satunya yaitu dengan
mengkonsumsi asupan makanan yang dapat membantu proses penyembuhan luka
pasca OP, menjelaskan nilai gizi makanan sehingga klien mau mengkonsumsi
makanan yang mengandung gizi yang baik untuk membantu proses penyembuhan
lukanya.
2. Karena klien hanya berbaring tidur terus maka perlu mengajarkan mobilisasi ringan
kepada pasien, untuk mencegah decubitus, dan membantu perderan darah ke
bagian kaki yang telah mengalami post op amputasi.
SKENARIO 3

Nn.Ls (18 th) mengeluh nyeri pd perut kanan bawah sejak pagi dan berdasarkan
pemeriksaan appendicogram Nn.Ls dinyatakan mengalami appendicitis akut dan harus
segera dioperasi.

Pertanyaan :

Jelaskan persiapan operasi yg harus dijalani Nn.Ls (persiapan fisik, mental & penunjang)

Jawab :

1. Persiapan Fisik
a) Status kesehatan fisik umum : pemeriksaan status kesehatan secara umum,
meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan
hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain- lain
b) Status nutrisi : Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup untuk perbaikan jaringan.
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit : Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam
basa dan ekskresi metabolik obat- obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik.
d) Personal hygiene : Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang di operasi.
e) Pencukuran daerah operasi : Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan
karena rambut yang dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan
juga mengganggu/ menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati- hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di
berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi.
f) Pengosongan kandung kemih : Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan
melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.

2. Persiapan mental :
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Perubahan fisiologis yang muncul akibat
kecemasan dan ketakutan misalkan pasien dengan riwayat hipertensi jika
mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan
tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.

3. Persiapan penunjang :
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak
mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi,
laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-lain.
Menganalisis Nilai AGD

1. pH : 7,32 : Menurun
PaCO2 : 32 : Menurun
HCO3 : 18 : Menurun
Kesimpulan : Asidosis Metabolik ( Terkompensasi Sebagian )

2. pH : 7,35 : Normal ( ≤ 7,40 )


PaCO2 : 48 : Meningkat
HCO3 : 28 : Meningkat
Kesimpulan : Asidosis Respiratori (Terkompensasi)

3. pH : 7,33 : Menurun
PaCO2 : 62 : Meningkat
HCO3 : 35 : Meningkat
Kesimpulan : Asidosis Respiratori (Terkompensasi Sebagian )

4. pH : 7,43 : Normal ( ≥ 7,40 )


PaCO2 : 48 : Meningkat
HCO3 : 36 : Meningkat
Kesimpulan : Alkalosis Metabolik (Terkompensasi )

5. pH : 7,45 : Normal ( ≥ 7,40 )


PaCO2 : 26 : Menurun
HCO3 : 16 : Menurun
Kesimpulan : Alkalosis Respiratori ( Terkompensasi )

6. pH : 7,50 : Meningkat
PaCO2 : 29 : Menurun
HCO3 : 24 : Normal
Kesimpulan : Alkalosis Respiratori ( Tidak Terkompensasi)

7. pH : 7,50 : Normal
PaCO2 : 29 : Normal
HCO3 : 24 : Normal
Kesimpulan : Normal

8. pH : 7,50 : Menurun
PaCO2 : 29 : Meningkat
HCO3 : 24 : Normal
Kesimpulan : Asidosis Respiratori ( Tidak Terkompensasi)

9. pH : 7,50 : Meningkat
PaCO2 : 29 : Normal
HCO3 : 24 : Meningkat
Kesimpulan : Alkalosis Metabolik ( Tidak Terkompensasi)

10. pH : 7,50 : Normal


PaCO2 : 29 : Normal
HCO3 : 24 : Normal
Kesimpulan : Normal

Anda mungkin juga menyukai