Anda di halaman 1dari 26

SKENARIO 2

PBL DASAR TERAPI


T.A. 2021/2022

Oleh:
Suluh Priyosahubawa
(2020-83-123)

Tutor:
Tutor: dr. Vebiyanti Tentua., M.Sc., Sp.P
SKENARIO
“Perutku nyeri”
Tn. Anton 47 Tahun diantarlkan keluarganya ke IGD dengan keluhan nyeri pada
seluruh perut sejak 1 hari SMRS, yang awalnya terasa seperti kembung dan tidak
nyaman namun lama kelamaan semakin nyeri. Keluhan disertai perut yang
semakin membesar secara perlahan-lahan. Sejak 3 hari lalu pasien sudah tidak
bisa BAB. Sesaat sebelum dibawa ke rumah sakit pasien muntah berwarna
kehijauan dan berbau busuk. Kesadaran composmentis, GCS E4V5M6, TD 100/80
mmHg, Nadi 110x/menit, Suhu 38oC, Pernapasan 30x/menit. Penilaian nyeri VAS
8, pemeriksaan abdomen inspeksi: distensi (+), darm contour (+), darm steifung
(+); auskultasi: Bising usus meningkat; Palpasi: nyeri tekan seluruh region
abdomen; perkusi: hipertimpani. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan
herringbone appearance(+), stepladder sign(+). Laboratorium: Leukosit 31.0000,
Hb 10. Dokter mendiagnosis pasien dengan ileus obstruksi dan dilakukan
tatalaksana cairan untuk menstabilkan hemodinamik serta direncanakan operasi
cito.
LEARNING OBJECTIVE
Prinsip Dasar Dari Terapi Cairan Dalam Tatalaksana Pasien

Jenis Dan Tujuan Terapi Cairan Sesuai Scenario

Efektifitas Dan Efek Samping Dari Terapi Cairan Dalam Pentalaksanaan


Pasien

Asepsis Dan Antisepsis Terapi Cairan

Prinsip Dasar Operatif

Efektivitas Dan Efek Sdamping Erapi Operatif Bagi Pelaksanaan Pasien

Indikasi Dan Kontraindikasi Terapi Operatif


1. Prinsip Dasar Dari Terapi Cairan Dalam
Tatalaksana Pasien
1. Total Body Water (TBW)
2.Komposisi Cairan Tubuh
3. Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan setiap harinya dapat ditentukan dengan rumus
Holiday Segar:
Contoh Menghitung kebutuhan Cairan
Laki Laki Usia 30 thn,.BB= 56 KG TB=170 cm, berapa kebutuhan cairan
Laki Laki tersebut?
Jawab:
BB pasien = 56 kg (10,10,36)
Maka : 10 Kg pertama x 100 = 1000 ml
10 Kg kedua x 50 = 500 ml
36 Kg Terakhir x 20 = 720 ml
Total Cairan Yang dibutuhkan = 1000+500+720
= 2.220 ml/hari
2. Jenis Dan Tujuan Terapi Cairan Sesuai
Scenario
1. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan primer yang digunakan untuk terapi
intravena prehospital. Tonisitas kristaloid menggambarkan konsentrasi
elektrolit yang dilarutkan dalam air, dibandingkan dengan yang dari
plasma tubuh. Ada 3 jenis tonisitas kritaloid, diantaranya:
1. Isotonis
2. Hipertonis
3. Hipotonis
2. Cairan Koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul
tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk
resusitasi cairan pada pasien dengan defisit cairan berat seperti pada
syok hipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi darah, pada
penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein
jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Berdasarkan jenis
pembuatannya, larotan koloid terdiri dari:
1. Koloid Alami
2. Koloid Sintetik
3. Efektifitas Dan Efek Samping Dari
Terapi Cairan Dalam
Pentalaksanaan Pasien
1. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan primer yang digunakan untuk terapi
intravena prehospital. Tonisitas kristaloid menggambarkan konsentrasi
elektrolit yang dilarutkan dalam air, dibandingkan dengan yang dari
plasma tubuh. Ada 3 jenis tonisitas kritaloid, diantaranya:
1. Isotonis
2. Hipertonis
3. Hipotonis
2. Cairan Koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul
tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk
resusitasi cairan pada pasien dengan defisit cairan berat seperti pada
syok hipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi darah, pada
penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein
jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Berdasarkan jenis
pembuatannya, larotan koloid terdiri dari:
1. Koloid Alami
2. Koloid Sintetik
4. Asepsis Dan Antisepsis Terapi Cairan
1. Asepsis
2. Antisepsis
Antisepsis diartikan sebagai penghancuran atau penghambatan mikroorganisme pada
jaringan hidup, dengan demikian membatasi atau mencegah hasil berbahaya dari infeksi.
Di mana pada kedua istilah ini merujuk kepada pencegahan terjadinya infeksi, selain itu
teknik asepsis dapat dialkukan seperti menjaga kebersihan tangan dengan mencuci
taangan dengan sabun dan air atau dengan menggunakan handrub berbasis alkohol.
Handhygien harus dilakukan sebelum persiapan peralatan steril untuk menghindari
kontaminasi. peralatan, dan mungkin perlu diulang segera sebelum prosedur. Selanjutnya
untuk penyimpanan peralatan harus disimpan di lingkungan yang bersih dan kering. Serta
dalama melakukan prosedur medis harus dilakukan di lokasi yang menjaga privasi dan
martabat pasien, seperti ruang perawatan, di samping tempat tidur dengan tirai ditarik
atau di rumah pasien sendiri, dan untuk mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme
di udara, area prosedur harus disiapkan dengan menutup jendela, mematikan semua
kipas yang sedang digunakan dan menghindari pembuatan tempat berlabuhnya bakteri
dan agen infeksius lainya
5. Prinsip Dasar Terapi Opertif
Prinsip dasar terapi operatif yang diberikan pada ileus obstruksi adalah
mengobservasi terlebih dahulu dengan cermat pasien. Segera setelah
diagnosis ileus obstruksi ditegakkan, maka resusitasi cairan, elektrolit,
dan asam basa harus dimulai. Langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menentukan apakah akan dilakukan terapi operatif
atau terapi nonoperatif. Salah satu contoh yang membutuhkan operasi
segera adalah obstruksi intestinal komplit yang akut yang merupakan
keadaan emergensi dengan tujuan terapinya adalah membebaskan
obstruksi
Dalam tatalaksana, ada farmakologi dan juga nonfarmakologi. Untuk
tindakan operasi ialah termasuk bagian dari tatalaksana
nonfarmakologi. Prinsip dasar dari setiap tindakan operasi itu berbeda-
beda.
Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi:
1. Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan bertujuan untu dilepaskan atau bagian yang
mengalami obstruksi dibuang, usus yang mengalami strangulasi harus dipotong
2. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan.
Setelah tindakan laparotomy, dilanjutkan dengan tindakan pembedahan yang pada
umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan pada obstruksi ileus:

1. Koreksi sederhana.
2. Tindakan operatif by-pass.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung- ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus.
6. Efektivitas Dan Efek Samping Erapi
Operatif Bagi Pelaksanaan Pasien
Beberapa kemungkinan yang dapat timbul akibat operasi reseksi usus
halus:
• Short bowel syndrome (kumpulan gejala yang dapat timbul ketika
tubuh kehilangan sebagian dari usus halus, gejala berupa diare,
lemah, pucat, feses berminyak, penurunan berat badan, dehidrasi, dll)
• Kekurangan nutrisi akibat penyerapan yang tidak maksimal
• Gangguan penyerapan protein, lemak, karbohidrat dan vitamin
7. Indikasi Dan Kontraindikasi Terapi
Operatif
1.Indikasi
Berikut beberapa indikasi yang memungkinkan untuk dilakukan laparatomi.12
1) Strangulasi
2) Obstruksi lengkap
3) Hernia Inkaserata
4) Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif
5) Trauma abdomen
6) Peritonitis
7) Pendarahan saluran pencernaan
8) Masa pada abdomen
2. Kontraindikasi
Tindakan pembedahan pembedahan laparatomi umumnya
menimbulkan masalah nyeri, karena terdapat ancaman terhadap
tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Nyeri atau rasa sakit merupakan
respon yang paling sering dipahami oleh individu ketika mengalami
post pembedahan.
Nyeri merupakan keluhan yang paling sering diungkapkan pasien
dengan tindakan pembedahan laparatomi. Nyeri tersebut biasa disebut
dengan nyeri pasca operasi. Nyeri pasca operasi ini harus segera
ditindak lanjuti karena menyebabkan komplikasi serta trauma pada
pasien
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai