Anda di halaman 1dari 8

NAMA : WULAN AMELIA PRODI : S1 KEPERAWATAN

TINGKAT : 1A NIM : 4338114201210029

KASUS I : HAND WASHING + HANDSCON STERIL


Seorang perempuan datang ke IGD dengan kondisi telapak tangan kanan diikat dengan kain dan
banyak terdapat darah. Menurut hasil wawancara dengan orang yang mengantar, klien mengalami
kecelakaan kerja sehingga tangannya terkena alat pemotong di perusahaan tempat klien bekerja.
Tampak luka yang cukup dalam ada telapak tangan. Klien gelisah, meringis kesakitan, keringat
dingin. TD 150/90 mmHg, N 90x/menit, RR 25X/menit, S 36,30 celcius. Perawat akan melakukan
perawatan luka dan hecting agar meminimalisir perdarahan yang lebih banyak. Saat ini perawat sudah
menyiapkan alat dan sedang mencuci tangan sebelum memulai tindakan.
1. Berdasarkan kasus pemicu diatas, apa saja tujuan dari hand hygiene?
2. Ada berapa jenis hand hygiene? Jenis hand hygiene apa yang tepat dilakukan oleh perawat
sesuai kasus?
3. Ada berapa waktu mencuci tangan menurut WHO? Point mana yang sedang dilakukan oleh
perawat?
4. Ada berapa langkah dalam mencuci tangan menurut WHO?
5. Apa bedanya antara hand washing, hand rub, dan surgical handscub (langkah, waktu, durasi)?
6. Saat perawat akan mulai menggunakan handscon steril, apa yang harus diperhatikan sebelum
pemakaiannya terkait alat-alat dan bahan untuk tindakan hecting yang akan dilakukan?
7. Apa yang dimaksud dengan prinsip skin to skin dan dlove to glove pada pemakaian handscon
steril?
8. Apa resiko masalah yang akan terjadi jika perawat tidak menggunakan handscon steril dalam
tindakan tersebut?
JAWABAN
1. Tujuan dari hand hygiene berdasarkan kasus diatas adalah untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme dan menghilangkan kotoran dan pencegahan HAIs karena akan
dilakukan tindakan hecting maka harus dilakukan hand hygiene untuk mencegah
penyebaran infeksi.
2. Ada 3 jenis yaitu: hand washing, hand rub, dan surgical handscub. Berdasarkan kasus
diatas jenis hand hygiene yang tepat dilakukan oleh perawat adalah hand washing
3. Ada 5:
• Sebelum kontak dengan pasien
• Sebelum melakukan prosedur tindakan aseptic/bersih
• Setelah terpapar cairan tubuh pasien
• Setelah kontak dengan pasien
• Setelah kontak dengan lingkungan pasien
4. Menurut WHO ada 6 langkah dalam mencuci tangan.
5. Perbedaan anatara hand washing, hand rub dan surgical handcrub adalah berdasarkan
langkah-langkah nya, dan durasinya. Hand washing dan surgical handscrub durasinya
lebih lama karena dilakukan dengan sabun dan perlu dibilas dengan air mengalir
sedangkan hand rub hanya memerlukan cairan antiseptic seperti hand sanitizer dan tidak
perlu dibilas.
6. Melepaskan jam tangan, cincin, gelang atau aksesoris tangan lainnya dan mencuci tangan.
7. Resikonya perpindahan mikroorganisme dari pasien ke perawat bisa menyebabkan
tertular bakteri dan terkena percikan darah pasien.
KASUS II : PEMERIKSAAN FISIK
Seorang pasien (26 tahun, 58kg, 158 cm) datang ke RS hari pertama dengan keluhan nyeri perut
bagian kanan bawah sudah 7 hari. Keadaan umum lemah dan pucat. Hasil pemeriksaan TD = 100/70
mmHg, RR = 22X/menit, nadi = 80x/menit, suhu = 38,50 C. Untuk mendapatkan semua data pasien
lebih lengkap, perawat akan melakukan pemeriksaan fisik head to toe.
1. Berapakah IMT pasien tersebut? Bagaimana interpretasinya?
2. Perawat melakukan urutan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi saat melakukan
pemeriksaan paru. Lalu bagaimana urutan pemeriksaan pada abdomen yang sebaiknya
dilakukan perawat? Apakah sama dengan urutan pemeriksaan paru ataukah berbeda?
Sampaikan justifikasinya!
3. Sebutkan apa saja cara dalam pemeriksaan fisik untuk mengetahui baik atau buruknya
sirkulasi/peredaran darah?
4. Sebutkan apa saja cara dalam pemeriksaan fisik untuk mengetahui baik atau buruknya nutrisi?
5. Sebutkan organ bagian dalam abdomen sesuai dengan lokasi 4 kuadran!
6. Sebutkan hasil pemeriksaan fisik yang menandakan bahwa klien mengalami kekurangan
cairan?
JAWABAN
1. Rumus IMT:
BB/(TB)2mm
= 58/(158)2
= 58/(1,58)2
= 58/(2,4964)
= 23 (kelebihan berat badan)
2. Urutan pemeriksaan pada abdomen:
• Inspeksi warna kulit, lesi, jaringan parut, bentuk abdomen, kesimetrisan
• Inspeksi letak umbilicus
• Auskultasi desiran / bruit
• Perkusi abdomen di semua kuadran untuk mengetahui nyeri tekan dan adanya massa
3. Caranya:
• Inspeksi pembengkakan di baagian tubuh tertentu
• Inspeksi warna kulit
• Perkusi pada sendi
• Inspeksi keadaan
• Pemeriksaan TTV
4. Caranya adalah inspeksi penampilan pasien apakah terlihat kurus atau gemuk, inspeksi dan
palpasi warna kulit, tekstur dan kelembaban, inspeksi kuantitas rambut, tekstur dan distribusi
rambut.
5. 4 kuadran abdomen: kanan atas (hepar), kiri atas (lambung), kanan bawah (apendiks), kiri
bawah (kolon)
6. Inspeksi bibir dan kulit apakah kering atau tidak, inspeksi warna urine apakah berwarna
kuning pekat atau tidak.
KASUS III : PEMASANGAN INFUS
Nn. P (20 Tahun, BB saat di RS 53kg) dirawat hari pertama di ruang mawar karena diare selama 5
hari. Mengalami penurunan BB sebanyak 2kg. klien tampak lemas dan pucat. TD 100/70 mmHg, RR
20x/menit, nadi 85x/menit, suhu 36,0 C. perawat akan segera memasang infus untuk memberikan
terapi cairan untuk klien.
1. Ukuran iv cateter nomer berapa yang digunakan sesuai dengan kasus?
2. Ada berapa jenis cairan infus dan indikasinya?
3. Cairan infus jenis apa yang digunakan oleh perawat untuk kasus diatas adalah?
4. Sebutkan dimana saja lokasi yang dapat digunakan untuk pemasangan infus? Mana yang di
prioritaskan?
5. Bagaimana cara perhitungan kebutuhan cairan? Berapa kebutuhan cairan pasien sesuai kasus?
6. Ketika hendak memasangkan infus, perawat mengalami kesulitan menemukan vena pasien.
Dan tidak memiliki tourniquet untuk membendung aliran vena. Apa saja yang dapat
dilakukan oleh perawat?
7. Setelah perawat menusukkan jarum infus ke dalam intravena, apa yang dilakukan selanjutnya
oleh perawat?
JAWABAN
1. No 22
2. Ada dua, kristaloid dan koloid.
• Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida). Kristaloid
tidak mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas dalam ruang
intravascular dengan waktu paruh kristaloid di intravascular adalah 20-30 menit.
Beberapa peneliti merekomendasikan untuk setiap 1 liter darah, diberikan 3 liter
kristaloid isotonik. Kristaloid murah, mudah dibuat, dan tidak menimbulkan
reaksi imun. Larutan kristaloid adalah larutan primer yang digunakan untuk terapi
intravena prehospital. Tonisitas kristaloid menggambarkan konsentrasi elektrolit
yang dilarutkan dalam air, dibandingkan dengan yang dari plasma tubuh. Ada 3
jenis tonisitas kritaloid, diantaranya : isotonis, hipertonis, hipotonis.
• Koloid, Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi
dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak
lama dalam ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada
pasien dengan defisit cairan berat seperti pada syok hipovolemik/hermorhagik
sebelum diberikan transfusi darah, pada penderita dengan hipoalbuminemia berat
dan kehilangan protein jumlah besar (misalnya pada luka bakar). Cairan koloid
merupakan turunan dari plasma protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki
sifat yaitu plasma expander yang merupakan suatu sediaam larutan steril yang
digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka
baker, operasi, Kerugian dari ‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal
dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan
gangguan pada cross match
3. Cairan saline NaCL
4. Vena metacarpal, vena sefalika, vena basilica, vena sefalika mediana, vena basilica
mediana, vena anterbrakial mediana
5. Kebutuhan cairan x kg BB / 24 jam
= 50 x 53 / 24
= 2.650 / 24
= 110 cc / jam
6. Teknik palpasi
7. Bila jarum berhasil masuk ke dalam intravena, akan terlihat darah mengalir keluar.
Turunkan kateter sejajar kulit. Tarik jarum tajam dalam kateter vena (stylet) kira-kira 1
cm ke arah luar untuk membebaskan ujung kateter vena dari jarum agar jarum tidak
melukai dinding vena bagian dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm untuk
menstabilkannya.

KASUS IV : PEMASANGAN KATETER


Ny. A (25 tahun) dirawat diruang bersalin karena dijadwalkan akan melkukan operasi hari ini pukul
22.00 karena bedrest dan untuk mengukur balance cairan pasien selama dan selepas operasi maka
perawat akan dilakukan pemasangan kateter.
1. Apakah prinsip pemasangan kateter? Sampaikan justifikasinya!
2. Saat vulva hygiene (membersihkan daerah genetalia) sebelum pemasangan kateter yang
prioritas dibersihkan labia mayor atau labia minor terlebih dahulu? Sampaikan justifikasinya!
3. Saat ini perawat sudah membuka membuka selimut dan membuka celana serta pakaian dalam
pasien. Langkah selanjutnya yang dilakukan perawat adalah?
4. Sebutkan ada berapa ukuran kateter dan ukuran berapa yang sebaiknya digunakan dalam
kasus?
5. Saat akan memasukkan kateter, dan terjadi tahanan. Maka apa yang pertama kali dilakukan
oleh perawat? Apa alasannya?
6. Berapa cm perawat harus memasukkan kateter ke dalam uretra pasien sesuai kasus (pasien
peremouan)? Apakah sama dengan pasien laki-laki? Sampaikan justifikasinya!
7. Perawat sudah memasukkan kateter dan tampak urin mulai keluar dari selang kateter. Apa
yang harus dilakukan perawat selanjutnya?
8. Berapa cc cairan yang harus dimasukkan kedalam kateter untuk fiksasi? Cairan apa yang
dapat digunakan untuk fiksasi?
9. Setelah dilakukan fiksasi dengan memasukkan cairan ke dalam kateter, apa yang dilakukan
selanjutnya?
JAWABAN
1. Prinsip pemasangan kateter adalah steril
2. Labia minor dulu, karena dibersihkan dari dalam ke luar
3. Memasang perlak dibawah bokong
4. Ukuran kateter anak 8-10 French (Fr), Wanita 14-16 Fr dan Laki- laki: 16-18 Fr. Ukuran
kateter yang sebaiknya digunakan dalam kasus yaitu 14-16 Fr dengan panjang kateter 20-
26 cm
5. Minta pasien untuk Tarik nafas karena untuk mengurangi rasa sakit. Masukkan selang
kateter samoai urine keluar sebagai tanda selang telah mencapai kandung kemih,
kemudian majukan lagi sekitar 5cm dari titik tersebut.
6. 20-26 cm
7. Majukan lagi sekitar 5 cm. pada indwelling urinary catheters, kembangkan balon pada
ujung kateter foley dengan memompa air steril dengan spuit melalui lubang inflasi.
Pastikan pasien merasa nyaman dan tidak nyeri saat balon dikembangkan,
8. 50 cc yaitu larutan antiseptic formaldehida), syringe 10 ml berisi cairan steril seperti gel
lidokain untuk anestesi topical atau lubrikan berbahan dasar air.
9. Fiksasi selang kateter dengan menggunkan plester yang direkatkan ke paha pasien
KASUS V : PEMASANGAN NGT
Ny. O (30 tahun) dengan pemeriksaan TD 100/60 mmHg, suhu 38,0 derajat celcius. Dirawat di RS
karena pembengkakan pada tenggorokan yang mengakibatkan tidak bisa makan dan minum melalui
oral. Sehingga ia perlu dipasang NGT.
1. Sebutkan, apa saja indikasi pemasangan NGT?
2. Ada berapa ukuran NGT dan indikasinya? Apa ukuran NGT yang tepat bagi pasien sesuai
kasus?
3. Bagaimana saja cara pengukuran Panjang NGT yang akan dimasukkan melalui hidung
pasien?
4. Saat perawat memasukkan NGT melalui hidung mengalami tahanan. Apa yang akan
dilakukan oleh perawat?
5. Mengapa harus dilakukan pengecekkan sebelum NGT di fiksasi? Bagaimana cara
pengecekkan masuk/tidaknya NGT ke dalam lambung?
6. Menurut Analisa kalian, perawat sedang melakukan tindakan pengukuran NGT, apakah
tindakan selanjutnya yang akan dilakukan perawat?
7. Menurut Analisa kalian, saat perawat akan memasang NGT dengan posisi supine, maka
kepala pasien diberikan dalam posisi?
8. Menurut Analisa kalian, ketika sudah memposisikan kepala apa yang dilakukan setelah itu
oleh perawat?
JAWABAN
1. Pasien koma, kesulitan menelan, pasien yang keracunan, pasien yang muntah darah, pasien
pra atau post operasi esophagus atau mulut, pasien dengan masalah saluran pencernaan
atas, pasien pasca operasi mulut, faring atau esofagus dll, bayi premature atau bayi yang
tidak dapat menghisap
2. Ukuran NGT di bagi menjadi 3 kategori yaitu: Dewasa ukurannya 16-18 Fr. Anak-
anak ukurannya 12-14 Fr. Bayi ukuran 6 Fr. ukuran NGT yang tepat bagi pasien sesuai
kasus adalah 16-18 Fr
3. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan menempatkan ujung selang dari
hidung pasien ke ujung telinga atas, lalu lanjutkan sampai ke processus xyphoideus.
4. Meminta pasien untuk Tarik nafas
5. Konfirmasi posisi NGT dengan cara awal, yaitu menyambungkan spuit dan menarik
ujungnya untuk melihat ada tidaknya isi lambung, atau memasukkan 50 mL udara melalui
spuit
6. Klem bagian pangkal selang dengan arteri klem
7. Terlentang menyandarka punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri
8. Membersihkan hidung

KASUS VI : TERAPI OKSIGEN


Seorang pasien laki laki usia 50 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas disertai batuk
dengan dahak yang sulit dikeluarkan. Hasil pemeriksaan di dapatkan frekuensi napas 30x/menit,
frekuensi nadi 105x/menit. Tekanan darah 140/90 mmHg, suhu 380C, suara napas terdengar ronkhi,
terlihat retraksi dada dan pemasangan cuping hidung. Pasien didiagnosis TBC paru.
1. Berdasarkan kasus tersebut jelaskan mengapa pasien mengalami sesak napas?
2. Masalah keperawatan apa yang muncul pada pasien?
3. Terapi oksigen apa yang cocok untuk pasien
4. Sebutkan terapi oksigen lainnya dan jelaskan indikasi masing-masing dari terapi oksigen!
5. Jelaskan fungsi dari humidifier pada tabung oksigen?
6. Apa yang harus dilakukan perawat sebelum memasang kanula oksigen!
JAWABAN
1. Karena diagnose pasien tersebut adalah TBC
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
3. Oksigen dalam bentuk gas
4. Oksigen dalam bentuk gas, oksigen cair, konsentrator oksigen, terapi oksigen hiperbarik
5. Humidifier merupakan alat untuk melembabkan O2 sebelum diterima pasien, bertujuan
untuk mencegah iritasi mukosa saluran nafas pasien.
6. Menyiapkan alat, cuci tangan, hubungkan nasal kanul ke pipa oksigen kemudian
sambungkan dengan humidifier, cek aliran oksigen dengan cara meletakkan ujung kanul
ke punggung tangan rasakan aliran udara, alirkan oksigen sesuai kebutuhan, cuci tangan.

KASUS VII : ASKEP


Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 april 2022 pukul 07.30 pada Ny. P pasien post operasi section
hari ke 2, anda melakukan wawancara pada pasien dan keluarga pasien, observasi pemeriksaan fisik
pada pasien dan melihat catatan rekam medik pasien. Pengkajian didapatkan data pasien dispnea,
mengeluh masih sesak dengan RR 26x/menit, N 90x/menit, suhu 37,4 derajat celcius, TD 120/60
mmHg, hasil kulit klien tampak lengket, rambut klien Nampak tidak rapi, mata bersih, mulut dan gigi
Nampak tidak berbau karena sering menggunakan obat kumur, hidung bersih, kuku tangan dan kaki
Nampak Panjang, pada genetalia masuk terdapat kaluaran darah, pakaian klien belum diganti setelah
operasi, tempat tidur Nampak kotor dan basah.
1. Buatlah Analisa dari kasus diatas, kemudian tentukan minimal 2 masalah keperawatan yang
muncul dan penyebab berdasarkan SDKI! Urutkan berdasarkan dx priortas
2. Jelaskan tujuan serta kriteria hasil berdasarkan SLKI dari dx yang sudah diangkat pada point
ke 1
3. Buat intervensi dari diagnose SIKI!
JAWABAN
Analisa kasus

1. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Ny. P
Jenis kelamin : Perempuan
Usia :-
Pekerjaan :-
Status :-
Agama :-
Alamat :-
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sesak, pakaian belum diganti setelah operasi, tempat tidur kotor dan
basah
Vital sign : TD 120/80 mmHg, RR 26x/menit, N 90x/menit, suhu 37,5o
Kulit : kulit Nampak lengket
Rambut : tidak rapih
Mata : bersih
Mulut dan gigi : tidak berbau
Hidung : bersih
Kuku : Nampak Panjang
Genetalia : terdapat kaluaran darah

3. Diagnosa keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
b. Deficit perawatan diri
Rencana keperawatan:

No. Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan intervensi Latihan pernapasan
efektif berhubungan selama 3x24 jam, klien Tindakan
dengan pola napas diharapkan dapat memenuhi • Observasi
abnormal kriteria: - Identifikasi indikasi
Data subjektif: • Dispnea membaik dilakukannya latihan
• Dispnea • Frekuensi napas pernapasan
(mengeluh membaik • Terapeutik
sesak napas) - Sediakan tempat yang
Data objektif tenang
• RR 26x/menit - Posisi pasien nyaman
• TD 120/80 dan rileks
mmHg - Tempatkan satu
• S 37,5o C tangan di dada dan
• N 90x/menit satu tangan di perut
- Ambil napas dalam
• Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur latihan
pernapasan
- Anjurkan mengulangi
latihan 4-5 kali
2. Deficit perawatan Setelah dilakukan intervensi Dukungan perawatan diri
diri berhubungan selama 3x24 jam, klien Tindakan
dengan tidak mampu diharapkan dapat memenuhi • Observasi
melakukan atau kriteria: - Identifikasi kebiasaan
menyelesaikan • kemampuan aktivitas perawatan
aktivitas perawatan mengenakkan pakaian diri sesuai usian
diri meningkat - Monitor tingkat
Data subjektif • minat melakukan kemandirian
• - perawatan diri - Identifikasi
Data objektif meningkat kebutuhan alat bantu
• Kulit klien kebersihan diri,
tampak lengket, berpakaian, berhias,
• Rambut klien dan makan
Nampak tidak • Terapeutik
rapi, - Siapkan keperluan
• Mata bersih, pribadi (mis. Parfum,
• Mulut dan gigi sikat gigi, dan sabun
Nampak tidak mandi)
berbau karena - Damping dalam
sering melakukan perawatan
menggunakan sampai mandiri
obat kumur, - Fasilitasi
• Hidung bersih, kemandirian, bantu
• Kuku tangan jika tidak mampu
dan kaki melakukan perawatan
Nampak diri
Panjang, • Edukasi
• Pada genetalia - Anjurkan melakukan
masuk terdapat perawatan diri secara
kaluaran darah, konsisten sesuai
• Pakaian klien kemampuan
belum diganti
setelah operasi,
tempat tidur
Nampak kotor
dan basah.

Anda mungkin juga menyukai