PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era yang mendukung dan terfakta semakin boomingnya ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin berkembang pesatnya pula penemuan-penemuan ilmu dan teknologi
terbaru khususnya dalam bidang kesehatan. Namun sebelum abad ke-20 kebanyakan ilmu
yang telah ditemukan terdahulu baru terealisasi pada zaman ini. Namun tak bisa
dielakkan bahwa ilmu dan teknologi yang sejatinya menguntungkan namun masih ada
kontroversi dalam penggunaanya. Ada yang mempermasalahkan dalam hubungannya
dengan syariat agama, adapula teknologi yang bersangkutan harus patut dipertanyakan
sesuaikah dengan ciri pribadi bangsa khususnya peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami mengambil sampelnya yaitu tindakan
embriotomi, yaitu tindakan pembedahan obstetri yang bertujuan untuk memperkecil
ukuran kepala, memperkecil ukuran bahu atau volume rongga dada pada janin mati
dengan tujuan agar dapat dilahirkan per vaginam. Namun seiring waktu tindakan ini
malah tidak digunakan lagi, mengapa demikian? Marilah kita amati isi makalah ini untuk
mengetahui sejauh mana makalah ini membahas tindakan medis yang tergolong kuno ini.
Dan bagaimana pendapat para pemuka agama khususnya para ulama?, serta bagaimana
jika ditinjau dari mata hukum negara Indonesia maupun negara luar?
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tindakan medis embriotomi itu?
2. Bagaimana menurut pandangan syariat islam?
3. Bagaimana jika menurut pandangan muhammadiyah?
4. Bagaimana jika ditinjau dari mata hukum negara Indonesia?
5. Bagaimana jika ditinjau dari mata hukum negara barat?
C. TUJUAN
Adapun disusunnya makalah ini bertujuan:
1. Pembaca tenaga kesehatan pada umumnya dan calon bidan pada khususnya dapat
mengetahui bagaimana tindakan embriotomi itu.
D. MANFAAT
1. Bidan bisa mengambil tindakan yang seuai kondisi yang terjadi, dimana dalam hal
ini tindakan yang diambil adalah embriotomi jika janin mati ataupun demi
menyelamatkan ibu.
2. Bidan bisa mengerti hukum tentang tindakan embriotomi yang hendak diambil dan
yang paling penting adalah atas persetujuan keluarga.
3. Dengan tindakan ini bisa menekan angka kematian ibu namun disisi lain akan
membiarkan angka kematian janin akan meningkat.
B. Jenis tindakan:
1. Kraniotomi
Definisi:
Tindakan untuk memperkecil ukuran kepala janin dengan cara memberi lubang dan
mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapat dilahirkan pervaginam.Tindakan
kraniotomi biasanya disusul dengan ekstraksi kepala dengan menggunakan
kranioklast sehingga tindakan ini lazim disebut sebagai tindakan perforasi &
kranioklasi
Perforator SIMPSON:
Peforator memiliki dua daun dengan tepi tajam dan ujung yang runcing,
masing-masing dibatasi dengan “ bahu penahan “
Tangkai perforator bila daun sedang dalam keadaan tertutup, akan dalam
keadaan terbuka dengan sebuah “penahan”
Cranioclast BRAUN:
Terdiri dari dua daun ( sendok jantan dan betina ) yang pemasangannya dilakukan
secara terpisah.
Sendok jantan dimasukkan kedalam lubang ditengkorak kepala janin.
Sendok betina diletakkan pada daerah muka janin.
Penguncian dilakukan setelah kedua daun terpasang dengan benar.
2. Dekapitasi
Definisi :
Tindakan untuk memisahkan kepala dari tubuh janin dengan cara memotong leher
janin.
Indikasi : Letak Lintang
Tehnik:
Dengan pengait ini, leher janin ditarik kebawah sekuat mungkin dan kemudian
diputar kearah kepala janin (pada saat yang sama, asisten memfiksasi kepala
anak dari dinding abdomen) untuk mematahkan tulang leher janin.
Gambar 11 Gambar 12
3. Kleidotomi
Definisi : Tindakan memotong atau mematahkan 1 atau dua buah klavikula untuk
memperkecil diameter lingkar bahu.
Tehnik :
Definisi: Tindakan merusak dinding abdomen atau thorax untuk mengeluarkan organ
viseral
5. Spondilotomi
6. Pungsi
Indikasi: Hidrosepalus
Islam memperhatikan masalah keturunan (nasab) menjadi sesuatu yang penting. Namun
jika janin masih dalam kandungan meninggal, yang menjadikan pertanyaan sekarang
tindakan yang bagaimanakah yang harus kita ambil demi menyelamatkan nyawa ibu?
haruskah ditempuh berbagai cara? Meskipun cara yang dilakukan tidak wajar menurut
orang awam? Seprti tindakan embriotomi? Bagaimana menurut pandangan
Muhammadiyah?
Di dalam ajaran Islam terdapat pula macam-macam aliran, dengan indikasi medis,
baik yang berasal dari ibu maupun yang berasal dari janin, terutama sebagai hasil dari
kemajuan subspesialisasi fetomaternal yang diperoleh dari USG sehingga indikasinya
menjadi jelas.
Dalam al-qur’an dan hadits belum ada hukum yang jelas mengenai tindakan medis
embriotomi. Hal tersebut membutuhkan proses ijtihad sebagai cara penentuan hukumnya.
Namun sebagai referensi bisa kita membaca beberapa hal yang kami temukan berikut:
Al Zahrawi lahir lebih dari seribu tahun lalu, antara tahun 936-940 M, di Al Zahra,
sekitar 6 mil sebelah utara Cordoba, ibukota Andalusia. Di kota itulah beliau tinggal,
belajar, mengajar, sekaligus praktik kedokteran dan bedah hingga beliau wafat sekitar
tahun 1013, dua tahun setelah kejatuhan kota Al Zahra. Dari perjalanan hidup dan
tulisannya, beliau menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam perkembangan kedokteran.
Dalam bukunya beliau membuat teori dalam Kitab At Tasrif. Buku itu telah diterjemahkan
ke bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12, dan bersama Kitab Al Qanun
Ibnu Sina, dikenal sebagai buku teks yang dipakai di berbagai universitas di Eropa hingga
abad ke-17. Dua dari risalah beliau berhak mendapat perhatian khusus., salah satunya
adalah risalah ke-28 Beliau telah memperkenalkan kraniotomi yang dilakukannya pada
janin yang telah mati. Dari bukti tersebut ternyata tindakan kraniotomi yang merupakn
salah satu jenis dari tindakan embriotomi pada abad ke-17 telah digunakan dengan alasan
demi menyelamatkan nyawa ibu (kondisi mendesak) dalam agama islam diperbolehkan.
Tentang hak atas keselamatan jiwa ini telah difirmankan dalam QS Al-Israa (17) ayat 33:
"dan, janganlah kamu sekalian membunuh suatu jiwa yang telah Allah haramkan (untuk
membunuhnya), kecuali karena suatu hak..."
Pada ayat ini ditegaskan bahwa kita dilarang membunuh manusia yang diharamkan oleh
Allah; kecuali karena suatu hak. Apakah yang dimaksud dengan "suatu hak" itu? Kata-
kata "hak" yang dimaksud pada ayat ini ialah karena yang bersangkutan melanggar
Pandangan Muhammadiyah tentang EmbriotomiPage 10
larangan syari'at yang hukumannya adalah hukuman mati atau hukuman bunuh. Perbuatan
dosa yang diganjar dengan hukuman bunuh (mati) ialah :
Pasal 14: ”Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa pra-kehamilan, kehamilan, pasca
persalinan, dan masa diluar kehamilan dan persalinan”
Pasal 15:
(2) dalam keadaan daruruat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu
(3) tindakan medis tertentu sebagimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
Pandangan Muhammadiyah tentang EmbriotomiPage 11
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan
tim ahli
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau ibu hamil atau keluarganya.
(4) ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Definisi legal paling umum tantang embriotomi sampai saat ini, dengan tujuan
menyelamatkan nyawa ibu. Beberapa Negara memperluas hukum mereka menjadi
“untuk mencegah cidera tubuh yang serius atau permanen pada ibu atau
mempertahankan kehidupan atau kesehatan ibu. Beberapa Negara bagian mengijinkan
embriotomi apabila kondisi janin mati dalam kandungan, salah satu negara terkenal yang
melegalkan tindakan ini adalah Uni Sofyet dan Amerika.
Kedua negara yang terkenal dalam hal pengembangan IPTEK ini malah memilih
tindakan embriotomilah yang paling efektif dilakukan jika janin mati dalam kandungan.
Dan tindakan ini sangat dilindungi dalam hukum negara mereka. Namun sejak abad ke-
20 tindakan ini sudah dianggap kurang efektif dan kurang relevan lagi dan beralih pada
penemuan terbaru yang dikembangkan yaitu SEXIO CESSARIA
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kepada bidan sebelum melakukan tindakan apapun apalagi yang berhubungan dengan
nyawa lakukanlah infoermed consent terlebih dahulu agar kita mendapatkan misconduct.
Jika kita belum ahli dalam bidang tindakan embriotomi sebaiknya dirujuk karena hal
tersebut adalah patol, sebagai bidan kita hanya berwenang dalam fisiologis.
DAFTAR PUSTAKA