1 April 2016
ISSN : 2503-4413, Hal 80 - 92
Abstrak
Dewasa ini, Barat seringkali menjadi poros atau kiblat pemikiran ekonomi dunia.
Hampir bisa dipastikan bahwa ilmu-ilmu ekonomi yang diajarkan bangku-bangku sekolah dan
perguruan tinggi adalah pemikiran ekonomi yang bermazhab pada kapitalis Barat. Padahal
jauh sebelum pemikiran ekonomi dari Barat, Islam telah memiliki suatu konsep ekonomi yang
di sampaikan oleh para pemikir-pemikir muslim yang merangkap pula sebagai ulama. Tulisan
ini mencoba menguraikan pemikiran ekonomi menurut sudut pandang salah satu ulama yang
hidup pada abad puncak kejayaan peradaban Islam, Ulama tersebut yaitu Ibnu Qayyim.
Penulis mencoba menjelaskan apa dan bagaimana pemikiran ekonomi menurut Ibnu Qayyim
al-Jawziyyah. Metode yang digunakan dalam penyempurnaan tulisan ini adalah, studi
leteratur yang di ambil dari berbagai sumber baik itu beberapa buku karya Ibnu Qayyim
sendiri, maupun buku dan jurnal-jurnal terkait yang di dalamnya memuat cara pandang Ibnu
Qayyim berkaitan dengan ekonomi.
bermunculan. Hal ini dibuktikan dengan
PENDAHULUAN
beberapa fakta dan argument yang sangat
Latar Belakang
kuat yang menunjukan ekonomi Islam
Konsep dasar ekonomi Islam sudah lebih dulu lahir dan diterapkan oleh
bukanlah suatu hal yang baru dilakukan masyarakat.
pada masa ini. Konsep atau pemikiran
Lebih jauh, bahwa selama 14 abad
berkaitan dengan ekonomi telah lahir sejak
perjalanan sejarah Islam, terdapat studi
ribuan tahun yang lalu bahkan jauh sebelum
yang berkesinambungan tentang berbagai
pemikir-pemikir ekonomi dari barat
80
81
.
81
Maqrizi, 1933:90). Pada saat itu para ulama penjara melainkan setelah kematian Ibnu
memiliki peran yang penting dan Taimiyah(M. Iqbal, 2010:14).
berpengaruh terhadap khalifah maupun juga Ibnu Qayyim merupakan seorang
masyarakat masa itu(Abdul Azim Islahi, pemikir sosial yang menguraikan banyak
2012:2). hal tentang pandangan Ibnu Taimiyah dan
Salah satu guru terbesar Ibnu menunjukkan suatu pandangan analisis
Qayyim adalah Ibnu Taimiyah, gurunya dalam diskusi tentang masalah-masalah
tersebut memiliki pengaruh yang sangat ekonomi(Ichsan Iqbal, 2012:8).Ibnu
besar terhadap kematangan imu Ibnu Qayyim meninggal pada malam kamis
Qayyim. Ibnu Qayyim menyertainya setelah adzan Isya, tanggal 26 September
selama tujuh belas tahun, sejak dia 1350 M (23 Rajab 751 H). Dia dishalatkan
menginjakan dirinya di damaskus hingga kesokan harinya setelah shalat dzuhur di
wafat, Ibnu Qayyim mengikuti dan mesjid Al-Umawi, kemudian di mesjid
membela pendapat gurunya dalam banyak Jarah dan dimakamkan dipemakaman al-
kasus, itulah yang menyebabkan Bab ash-Shaghir dekat makam ibunya di
penyiksaan yang menyakitkan kepada Damaskus (Ibnul Qayyim Al-
mereka dari orang-orang taklid dan fanatik Jauziyah,2005:13).
sehingga dirinya tidak bisa keluar dari
Afham fi dzkris shalati „ala khairil Am, Selanjutnya Madarijus Salikin baina
Ash-Shawa‟iqul Mursalah „Alal Jahmiyah manazil Iyyaka na‟budu wa Iyyaka
wal Mu‟aththilah, Asy-Syafiyatul Kafiyah nasta‟in, Ibnu al-Qayyim membahas
fil Intishar lil firqatin Najiyah, Naqdul pendapat yang berbeda tentang arti dan
Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal definisi Zuhd(Abdul Azim
Mardud wal Maqbul, Hadi al-Arwah ila Islahi,2012:7).al-Turuq al-Hukmiyah, ia
biladil Arrah, Nuz-hatul Musytaqin wa telah menyentuh pada isu-isu ekonomi
raudlatul Muhibbin, al-Jawabul Kafi Li misalnya, inspeksi pasar, pengendalian
man sa`ala ‟anid Dawa`is Syafi, Tuhfatul harga, monopoli, intervensi negara, dan
Wadud bi Ahkamil Maulud, Miftah daris sebagainya. dan masih banyak lagi kitab-
Sa‟adah, dan Al-Farqu bainal Khullah wal kitab serta karya-karya besar dia yang
Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li digemari oleh berbagai pihak.
qaumihi(M. Iqbal, 2010:16).
Kerjasama dan Divisi Perburuhan produktif mereka pada sebuah kegiatan atau
sejumlah kegiatan-kegiatan yang terbatas.
Ibnu Qayyim menekankan
Dalam hal ini Ibnu Qayyim menyadari
kerjasama ekonomi dan tanggung jawab
perbedaan dan keeragaman yang dimiliki
sosial. Baginya, meskipun pekerjaan dibagi
tiap individu serta paham bahwa dalam
menjadi beberapa unit yang berbeda,
sebuah pekerjaan setiap individu
manusia adalah seperti satu tubuh. Mereka
mempunyai bagiannya masing-masing
harus bekerja sama dengan satu sama lain.
maka dari itu bisa dipastikan bahwa Ibnu
Kerjasama ini akan memberikan manusia
Qayyim juga memahami konsep spesialisasi
suatu karunia yang tidak akan pernah bisa
kerja, namun yang ditekankan dalam
mereka nikmati ketika bekerja secara
pembahasanini adalah bukan mengenai
independen. Ibnu Qayyim (1955:73)
spesialisasinya melainkan mengenai
mempercayai adanya keragaman dan
manfaat dari kerjasama, beliau mengatakan
perbedaaan manusia sehingga mereka
bahwa ketika kita bekerja sama untuk suatu
memerlukan kerja sama dan pembagian
hal tapi tetap dalam koridor masing-masing
kerja.Dalam hal ini, nampak konsep
individu maka akan terdapat suatu karunia
tasawuf sangat kental dalam pemikiran Ibnu
dari Allah yang tidak didapatkan ketika kita
Qayyim tersebut.
hanya bekerja secara independen, maka dari
Spesialisasi dalam ekonomi adalah itu Ibnu Qayyim menganggap bahwa
pembagian tenaga kerja dimana individu kerjasama itu penting.
atau perusahaan memusatkan usaha-usaha
besar dari masyarakat(Abdul Azim Islahi, mempunyai uang seharga budak itu, maka
2012:5). Dalam hal ini dia menyimpulkan budak tersebut ditaksir dengan harga yang
terutama dari hadits berikut : adil, dan tuan (yang membebaskan) itu
86
memberikan uang kepada sekutu lainnya, Bisa disimpulkan dari atas bahwa
kemudian budak itu dibebaskan. Apabila negara memiliki hak untuk mengambil
tidak (mempunyai uang), maka sesuatu dari tangan seseorang (swasta)
dimerdekakan dari budak itu apa yang setelah membayar kompensasi pada mereka
telah ia merdekakan.” Shahih Sunan Abi jika hal tersebut dikarenakan adanya
Dawud, Sunan at-Tirmidzi, dan Sunan Ibnu kepentingan yang lebih besar dari
Majah. masyarakat yang memerlukan hal itu(Abdul
Azim Islahi, 2012:5).
Maka dari itu menurut Ibnu Qayyim kekayaan dan kadang-kadang oleh
(1978:162)kadang-kadang Allah menguji mempersempit dia rezekinya
manusia dengan memberinya banyak
.
Signifikansi Ekonomi Zakat membutuhkan tenaga kerja dibandingkan
Terkait masalah zakat, Ibnu Qayyim dengan sawah tadah hujan
memberikan penjelasan yang cukup detail (http://zonaekis.com:2015).
mengenai alasan dibalik tingkat zakat yang Selain itu Ibnu Qayyim juga
berbeda-beda dan periode pembayaran menuliskan argument lainnya yang
zakat yang 1 tahun. Ibnu Qayyim menyatakan bahwa beda tingkat
memaparkan bahwa tingkat zakat akan pertumbuhan setiap barang yang
semakin rendah jika penggunaan tenaga mengakibatkan bedanya tingkat antar zakat.
kerja semakin intensif. Zakat untuk barang Terkait dengan periode pembayaran zakat,
temuan adalah yang terbesar, yakni 20% Al Qayyim berpandangan bahwa
karena untuk mendapatkan barang temuan
penggunaan periode 1 tahun adalah sangat
tersebut relatif menggunakan tenaga kerja tepat mengingat bahwa hasil dari
yang relatif lebih sedikit. Selanjutnya alasan investasikita pada umumnya baru akan
sawah tadah hujan dikenakan tingkat zakat terlihat setelah 1 tahun. Jika periode
sebesar 10 persen, relatif lebih besar pembayaran zakat dibuat setiap bulan maka
dibandingkan sawah irigasi sebesar 5 hal tersebut dapat menurunkan insentif para
persen karena pada sawah irigasi muzakki (pembayar zakat) untuk
dibutuhkan tenaga untuk membuat saluran berproduksi lebih banyak lagi
irigasi dan menyalurkannya ke sawah- (http://zonaekis.com:2015).
sawah. Sehingga sawah irigasi lebih
Bunga, Riba Fadhl dan Riba Nasi’ah pokok secara bathil, sehingga hukumnya
Istilah riba secara bahasa berarti diharamkan(Burhanuddin, 2010:39-40).
tambahan (ziyadah). Dengan kata lain, riba Secara umum, riba terbagi kedalam
artinya tumbuh dan membesar. Sedangkan empat jenis, yakni riba qardh, jahiliyah,
secara terminologi, riba dapat diartikan fadhl dan nasi‟ah(Burhanuddin, 2010:41).
sebagai pengambilan tambahan dari harta Namun Ibnu Qayyim hanya membagi riba
88
menjadi dua jenis, yakni riba Al Jali gandum, tepung dengan tepung, kurma
(terbuka) dan riba Al Khafi (samar). Riba dengan kurma, garam dengan garam,
Al Jali terjadi jika pemberi pinjaman bayaran harus dari tangan ke tangan
mengenakan tambahan biaya atau bunga (cash). Barangsiapa memberi tambahan
atas pinjamannya. Praktek seperti ini atau meminta tambahan, sesungguhnya ia
merupakan hal yang lazim dilakukan pada telah berurusan dengan riba. Penerima dan
masa jahiliyah. Sedangkan Riba Al Khafi pemberi sama-sama bersalah. “ (HR
dibagi menjadi riba al-fadl (mengenakan Muslim no. 2971, dalam kitab al-
jumlah tambahan ketika menukar barang Masaqqah).
yang sama) dan riba al-nasiyah
Selanjutnya, dari keenam jenis
(mengenakan jumlah tambahan ketika
barang ribawi tersebut Ibnu Qayyim
pembayaran tidak dilakukan pada saat yang
membaginya kedalam dua jenis yakni
sama dengan transaksi),
logam mulia dan bahan pangan.
(http://zonaekis.com:2015).Tetapi dari
Diaberpandangan bahwa menukar logam
kedua jenis riba tersebut, kontribusi
mulia dalam bentuk perhiasan dengan
utamanya terletak pada riba al-fadhl dan
logam mulia dalam bentuk uang dengan
riba al-nasi'ah yang dianggapnya sebagai
jumlah yang berbeda masih diperbolehkan
bunga yang samar (al-riba al-khafi).
mengingat ada biaya produksi dalam
Sehingga dua dari empat jenis riba yang
merubah logam mulia tersebut menjadi
diketahui saat ini merupakan sumbangan
perhiasan, tetapi menukar logam mulia
pemikiran dari Ibnu Qayyim.
dalam bentuk koin dengan logam mulia
Rasulullah telah menyebutkan dalam bentuk uang dengan jumlah yang
tentang keenam jenis barang ribawi dalam berbeda tidak diperbolehkan. Satu kata
sebuah hadits berikut, Diriwayatkan oleh kunci disini adalah bahwa uang yang
Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah saw. selanjutnya dijadikan sebagai alat ukur nilai
Bersabda: dari suatu barang haruslah bersifat stabil
“Emas hendaklah dibayar dengan emas, dan nilainya tidak dipengaruhi oleh faktor-
perak dengan perak, gandum dengan faktor eksternal lain.
Mekanisme Pasar dan Regulasi Harga dengan gurunya yakni Ibnu Taimiyah, ia
Semenjak Ibnu Qayyim menjadi mengikuti ide-ide gurunya dalam banyak
salah seorang murid yang sangat dekat kasus bahkan kata demi kata yang
89
ditulispun sama persis, meskipun dalam negara, dan sebagainya(Abdul Azim Islahi,
beberapa kasus dia melakukan modifikasi 2012:20).
dalam kalimat namun masih memiliki
Sejalan dengan IbnuTaimiyah, Ibnu
makna yang sama. Terutama, dalam
Qayyim berpandangan bahwa harga harus
kitabnya al-turuq al-Hukmiyah, dia telah
dibentuk oleh keseimbangan supply dan
menyentuh pada isu-isu ekonomi yang
demand yang terbentuk di pasar. Selain itu,
sama dengan yang dibahas oleh Ibnu
Ibnu Qayyim juga memandang penting
Taimiyah dalam kitabnya al-Hisbah fi'l-
peran dari Al Hisbah, yakni sebuah
Islam, isu-isu ekonomi yang dibahas
lembaga untuk mengontrol, mengintervensi
misalnya tentang, inspeksi pasar,
dan mengawasi kegiatan ekonomi
pengendalian harga, monopoli, intervensi
(http://zonaekis.com:2015).
Isu Utama pada al-turuq al-Hukmiyah keadilan di antara anggota masyarakat dan
untuk memberikan pedoman bagi
Setelah gurunya IbnuTaimiyah, Ibnu
pemerintah untuk melindungi masyarakat
Qayyim (1953:244) menguraikan gagasan
dari eksploitasi. Dia tidak membatasi
tentang harga pasar atau hargayang adil.
dirinya untuk analisis harga yang adil dan
Baginya, harga yang adil adalah harga
mekanisme pasar. Dia mengemukakan
normal yang terbentuk oleh permainan
pendapat kebijakan rinci kontrol harga
bebas kekuatan pasar, permintaan dan
untuk negara. Subjek kontrol harga telah
penawaran. Apabila harga tidak terbentuk
sangat kontroversial di kalangan pemikir
secara alami (mengalami distorsi), maka ia
Muslim. Seperti Ibnu Taimiyah, posisi Ibnu
menganjurkan fiksasi harga yang adil.
Qayyim adalah antara dua ekstrem,
Dalam hal ini, ia mengambil pertimbangan
larangan mutlak dan peraturan negara tanpa
tidak hanya dari nilai subjektif suatu benda
syarat harga. Dia tidak mendukung
bagi penjual tetapi juga nilai subjektif dari
pengendalian harga ketika kekuatan pasar
objek bagi pembeli(Ibn al-Qayyim,
kompetitif yang diizinkan untuk bekerja
1953:258).
secara bebas. Dia merekomendasikan
Dengan harga yang adil sebagai pengendalian harga dalam kasus monopoli
dasar, ia juga membahas kompensasi yang atau ketidaksempurnaan di pasar(Ibn al-
adil, upah yang adil, dan keuntungan yang Qayyim, 1953:253).
adil. Tujuan utama dari harga yang adil dan
isu-isu terkait lainnya adalah untuk menjaga
90
Prinsip yang sama akan berlaku melakukan kerusakan pada siapa pun. Tapi
untuk tenaga kerja dan layanan lainnya.Dia ketika kebutuhan mereka terpenuhi dan
berargumen bahwa jika minat masyarakat kepentingan mereka dilayani tanpa fiksasi
tidak dilayani dengan tidak adanya fiksasi harga, seharusnya tidak dilakukan (Ibn al-
harga, harga harus tetap untuk mereka tanpa Qayyim, 1953:264).
Chamid, Nur. (2010). Jejak Langkah _______. Zad al-Ma`ad, Cairo: al-Matba`ah
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. al-Misriyah, n.d. Vol. 3, Hlm. 15.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Qayyim,Ibnu. (1978).`Uddat al-Sabirin.
Iqbal, Ichsan. (2012). Pemikiran Ekonomi Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah.Hlm. 194.
Islam Tentang Uang, Harga dan Pasar.
_______. Miftah Dar al-Sa`adah. Beirut:
Syariah STAIN Pontianak.2 (1),
Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Part 2, Hlm.73.
Islahi, Abdul Azim. (2012). Economic
Rajab, Ibn (1956)Kitab al-Dhayl `ala
Thought of Ibnu Qayyim (1292-1350).
Tabaqat al-Hanabilah, Cairo: Matba'ah al-
International Centre for Research in
Sunan al- Muhammadiyah.
Islamic Economics, King Abdul Aziz
University, Jeddah, Saudi Arabia. S., Burhanuddin. (2010). Aspek Hukum
Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta :
Karim, Adiwarman Azwar. (2012). Sejarah
Graha Ilmu.
Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada. Edisi Ketiga. Irawan, Tony. (2012). Pemikiran ekonomi
Ibnu Al-Qayyim. [Online]. Tersedia di :
http://zonaekis.com/pemikiran-
80
92