120290017
JURUSAN SAINS
LAMPUNG SELATAN
2022
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Proposal Tugas Akhir dengan judul “Analisis Indeks Aktivitas Badai
Geomagnetik Pada 13 Oktober 2016 Terhadap Satelit di Indonesia” adalah benar
dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah dibuat dan diserahkan sebelumnya,
baik sebagian ataupun seluruhnya, baik oleh saya ataupun orang lain, baik di
Institut Teknologi Sumatera maupun di institusi pendidikan lainnya.
Disahkan oleh,
Koordinator Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan
Jurusan Sains
Institut Teknologi Sumatera
ABSTRAK
Kata kunci : Aktivitas Matahari, Badai geomagnetik, Indeks Dst, Indeks Kp,
Medan magnet, Satelit
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
7
Pengamatan mengenai badai geomagnet dilakukan pertama kalioleh Broun
pada tahun 1861. Badai geomagnet diamati dengan melihat variasi intensitas
komponen H medan magnet, jika terjadi penurunan intensitas secara signifikan
maka dapat diindikasi terjadi badai. Selanjutnya pada penelitian Moos di tahun
1910 barulah dapat diidentifikasi pola badai geomagnet, yaitu terjadi peningkatan
mendadak komponen H medan magnet kemudian diikuti dengan penurunan yang
besar, cepat dan tidak beraturan selama beberapa jam lalu diakhiri dengan
pemulihan yang lambat selama 2-3 hari. Terdapat efek serius yang ditimbulkan
oleh badai geomagnet yakni dapat mengganggu aktivitas manusia di bumi
maupun di luar angkasaBadai geomagnet diamati dengan cara melihat nilai variasi
intensitas komponen H medan magnet dan diikuti dengan penurunan yang besar,
cepat dan tidak beraturan selama beberapa jam lalu diakhiri dengan pemulihan
yang lambat selama 2-3 hari. Tingkat aktivitas gangguan geomagnet pada
magnetosfer dan ionosfer dapat diketahui dampaknya dengan nilai indeks aktivitas
geomagnet. Indeks aktivitas geomagnet merupakan ukuran sederhana dari
aktivitas geomagnet yang terjadi di magnetosfer dan ionosfer Bumi selama
periode kurang dari beberapa jam yang dicatat oleh observatorium.
Dalam rangka mengetahui seberapa besar nilai indeks Dst dan indeks K pada
saat kejadian badai geomagnet 13 Oktober 2016 dan apakah badai tersebut
memiliki dampak yang besar dan mempengaruhi sistem operasi satelit yang ada di
Indonesia, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut. Badai
geomagnet pada 13 Oktober 2016 tercatat sebagai salah satu dari Top 50
geomagnetic storms of 2016 dengan nilai Dst yang mencapai -104nT yang
termasuk kedalam kriteria badai kuat berdasarkan nilai Dst-nya.
8
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Hipotesis
Batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai
berikut.
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari rekaman
jaringan sensor magnetometer BMKG Sumatera dan Jawa bagian Barat
pada tanggal 10-16 Oktober 2016. Kemudian, data satelit yang mengalami
anomaly dalam periode 2015-2016 dan data aktivitas geomagnet setiap
jam per tahun yang diwakili oleh indeks Kp.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari rekaman jaringan
sensor magnetometer BMKG Sumatera dan Jawa bagian Barat pada tanggal 10-16
Oktober 2016. Kemudian, data satelit yang mengalami anomaly dalam periode
2015-2016 dan data aktivitas geomagnet setiap jam per tahun yang diwakili oleh
indeks Kp. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
aplikasi untuk mengetahui trend dan agar data harian tidka terdapat gangguan
medan magnet sehingga hasil analisis indeks geomagnet yang diperoleh akurat.
Kemudian, data hasil selisis dari komponen H medan magnet akan dirata-rata per
jam sehingga akan diperoleh nilai indeks Dst per jamnya.
9
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dijabarkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian dampak
aktivitas badai geomagnetic terhadap satelit di Indonesia, tujuan dilakukannya
penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi yang digunakan pada penelitian
dan sistematika penulisan penelitian.
Pada bab ini dijabarkan mengenai fundamental teori dan studi literature
yan berhubungan dengan penelitian. Dijabarkan pula mengenai informasi hasil
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh para ahli dalam melakukan analisis
dampak aktivitas badai geomagnetik pada satelit di Indonesia.
Pada bab ini dijabarkan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan
meliputi proses pengumpulan data, pra-proses data, eksperimen dan pembahasan
atau analisis hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN
LAMPIRAN
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada saat siklus matahari menurun, pengaruh lubang korona atau coronal
holes sangat dominan terjadi pada medium antar planet. Lubang korona tersebut
akan bermigrasi dari daerah polar ke lintang yang lebih rendah bahkan ada yang
sampai ke ekuator matahari (Jackson, 1997). Migrasi dari lubang korona tersebut
menghasilkan aliran plasma yang akan menerpa magnetosfer Bumi dengan
interval periodic dan akan menyebabkan badai geomagnet yang berulang
(recurrent geomagnetic storms). Namun, umunya badai tersebut hanya
berkekuatan sedang. Lalu, untuk mengetahui aktivitas matahari yang berpengaruh
pada Bumi perlu dilakukan pengamata terhadap CME dan flare seraca kontinu.
Walaupun, CME dan flare merupakan peristiwa yang berbeda namun seringkali
terjadi secara simultan. Dan pengamatan terhadap kedua peristiwa itu
menunjukkan bahwa CME dan flare berkaitan dengan kejadian badai geomagnet.
11
Badai geomagnet terdahsyat pernah terjadi pada tahun 1859, dimana
jaringan telegraf Boston-Portland digunakan tanpa menggunakan baterai selama
lebih dari satu jam. Peristiwa ini dikenal dengan Carrington Event, yang mana
merupakan badai geomagnet terbesar sepanjang sejarah dengan indeks Dst
mencapai -1760nT. Badai geomagnet diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu
lemas dimana nilai indeks Dstnya ≤-30 nT, sedang nilai indeks Dstnya ≤-50 nT,
kuat nilai indeks Dst nya ≤-100 nT , sangat kuat nilai indeks Dstnya ≤-200 nT,
dan ekstrem nilai indeks Dstnya ≤-350 nT. Gangguan geomagnet ditandai dengan
indeks Dst yang negatif, yang merupakan rspon kondisi yang tidak normal dari
medan magnet antar planet (interplanetary magnetic field, IMF) dan plasma
angina surya. Tibanya IPS (interplanetary shock)dapat digunakan sebagai tanda
dimulanya aktifitas geomagnet. Kompresi magnetosfer oleh IPS menyebabkan
terjadinya permulaan badai geomagnetik (sudden storm commencement, SCC)
namun, tidak selalu terjadi pada setiap badai. SSC dapat berlangsung dalam orde
puluhan menit hingga jam dan ditandai dengan peningkatan indeks Dst dari
kondisi sebelumnya. Setelah SSC, indeks Dst akan turun drastis dan memasuki
fase utama badai yang dapat berlangsung dalam beberapa jam.
12
berasosiasi dengan flaredan filament, namun juga tak jarang sebagai peristiwa
tunggal (Zhang, et al., 2007). Selain itu, ada kalanya beberapa CME terjadi dalam
waktu yang bersamaan, sehinga struktur ICME menjadi lebih kompleks. Dari
ragam struktur IMF dan plasma angin surya, lebih dari 30% ICME yang teramati
di dekat Bumi menunjukkan struktur MC. MC memiliki bebarapa ciri khas
struktur IMF, di antaranya; rotasi medan magnet Bz atau By dan intensitas medan
magnetik yang tinggi (Echer, Gonzalez, Tsurutani, & Gonzalez, 2008). Selain itu,
plasma angin surya menunjukkan penurunan rapat dan temperatur proton, juga
perbandingan tekanan gas dengan tekanan magnetik (plasma beta) yang rendah.
Daftar gangguan yang disebabkan oleh badai geomagnetik terus bertambah dari
waktu ke waktu, di antara gangguan ekstrim yang tidak mudah dilupakan adalah
Quebeq Power Outage (1989) dan Halloween Event (2003). Badai 13 Maret 1989
disebut Quebeq Power Outage karena menyebabkan terputusnya aliran listrik di
Quebeq, Kanada, hingga lebih dari 9 jam. Selain itu, badai ini juga menyebabkan
gangguan pada sistem kabel serat optik jaringan telekomunikasi trans-atlantik.
Pada 31 Oktober 2003, meskipun tidak sekuat badai sebelumnya, badai ini
menyebabkan kerusakan jaringan listrik di Afrika Selatan dan Swedia. Selain
jaringan listrik, objek vital yang rentan terdampak cuaca antariksa adalah sistem
navigasi dan komunikasi. Kedua sistem ini sangat sensitif terhadap variabilitas
rapat elektron
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Richardson, I. G., & Cane, H. V. (2012). Solar Wind Drivers of Geomagnetic
Storms during More than Four Solar Cycles. J. Space Weather Space Clim
Vol. 2 No. A01.
Zhang, J., Richardson, I., Webb, D., Gopalswamy, N., Huttunen, E., Kasper, J., et
al. (2007). olar and Interplanetary Sources of Major Geomagnetic Storms
(Dst ≤ -100 nT) During 1996–2005. J. Geophys. Res., vol. 112, no.
A10102.
Zurbuchen, T. H., Weberg, M., Steiger, R. v., Mewaldt, R. A., Lepri, S. T., &
Antiochos, S. K. (2016). Composition of Coronal Mass Ejections. The
Astrophysical J., vol. 826, no. 10, 1-8.
15