Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS INDEKS AKTIVITAS GEOMAGNET PADA SAAT

BADAI GEOMAGNET 13 OKTOBER 2016 TERHADAP


SATELIT DI INDONESIA

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai syarat maju seminar proposal

Aufi Dalila Zulaiha

120290017

PROGRAM STUDI SAINS ATMOSFER DAN KEPLANETAN

JURUSAN SAINS

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2022
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Naskah Proposal Tugas Akhir dengan judul “Analisis Indeks Aktivitas Badai
Geomagnetik Pada 13 Oktober 2016 Terhadap Satelit di Indonesia” adalah benar
dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah dibuat dan diserahkan sebelumnya,
baik sebagian ataupun seluruhnya, baik oleh saya ataupun orang lain, baik di
Institut Teknologi Sumatera maupun di institusi pendidikan lainnya.

Lampung Selatan, 29 Oktober 2022


Penulis,

Aufi Dalila Zulaiha


120290017
Diperiksa dan disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II

Ninditha Pratiwi, S.Si., M.Si. Hendra Agus Prasetyo, S.Si.,


M.Si.
NIP NIP

Disahkan oleh,
Koordinator Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan
Jurusan Sains
Institut Teknologi Sumatera

Dr. Deni Okta Lestari, S.Si.


NIP 1992102820202139
iii

Analisis Indeks Aktivitas Badai Geomagnetik Pada 13 Oktober 2016


Terhadap Satelit di Indonesia

Aufi Dalila Zulaiha 120290017

Pembimbing : Ninditha Pratiwi, S.Si., M.Si.

ABSTRAK

Badai gemagnetik merupakan gangguan pada magnetosfer Bumi yang disebabkan


oleh gelombang kejut angin Matahari dan medan magnet yang saling berinteraksi
dengan medan magnet Bumi. Hal ini dapat menyebabkan beberapa dampak yang
sangat signifikan bagi Bumi, salah satunya adalah gangguan pada satelit Bumi,
baik di orbit rendah maupun di orbit tinggi. Variasi badai geomagnetik ini
menyebabkan beberapa kerusakan yang dapat dipulihkan secara langsung maupun
kegagalan misi satelit secara total. Untuk mengatasi kerusakan yang mungkin
akan terjadi akibat badai geomagnetik ini, maka diperlukan mitigasi dengan cara
peramalan aktivitas badai geomagnetik. Badai geomagnetic dapat diakurasi
dengan menggunakan data coronal hole, coronal mass ejection, solar wind,
indeks Dst, dan Kp. Badai geomagnetic berpotensi mengganggu komunikasi radio
dan navigasi berbasis satelit.

Kata kunci : Aktivitas Matahari, Badai geomagnetik, Indeks Dst, Indeks Kp,
Medan magnet, Satelit
iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 7
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
1.4 Hipotesis ................................................................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 9
1.6 Data dan Metodologi Penelitian ............................................................... 9
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11
2.1 Badai Geomagnet ........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
v

DAFTAR GAMBAR
vi

DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matahari merupakan pusat tata surya bagi planet-planet yang mengitarinya,


termasuk Bumi. Matahari memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap planet-
planet yang mengitarinya. Hal ini dikarenakan matahari merupakan salah satu
sumber utama yang dibutuhkan oleh manusia seperti bahan bakar fosil, energi
nuklir, dan energi surya. Matahari memiliki keluaran berupa cahaya, angin surya
dan partikel-partikel energetik tidak konstan, tetapi bervariasi baik terhadap waktu
maupun terhadap posisi di Matahari dan variasi tersebut merupakan aktivitas
Matahari. Aktivitas matahari ini memiliki siklus yang periodik yaitu selama 11
tahun sekali, siklus ini disebut dengan siklus aktivitas Matahari. Pola siklus
aktivitas Matahari ini memiliki kemiripan dengan siklus sebelum-sebelumnya.
Hal tersebut menyebabkan dampak peningkatan aktivitas Matahari pada orbit dan
teknologi satelit untuk dapat dipelajari dengan baik. Siklus 24 Matahari
puncaknya diperkirakan terjadi pada bulan Mei tahun 2013.

Aktivitas badai geomagnetik memiliki berbagai dampak yang berbeda pada


sistem satelit, baik dampak yang dapat langsung diselesaikan dari stasiun di Bumi
maupun kerusakan yang sudah tidak dapat lagi diatasi dan menyebabkan
kegagalan misi satelit secara total. Pada tahun 1989, badai geomagnetik permah
membuat jaringan listrik di Kanada mati di sebagian wilayah. Badai geomagnetic
ini merupakan salah satu gangguan utama pada magnetosfer Bumi yang terjadi
ketika terdapat perubahan energy yang signifikan dari angin Matahari terhadap
lingkungan di ruang angkasa yang melingkupi Bumi. Pada tahun 1932, badai
geomagnetic yang besar pernah terjadi dan dapat dilihat dari nilai indeks Dst nya.
yang mencapi nilai-760 nT. Sedangkan, badai geomagnetic yang lebih besar lagi
terjadi pada September tahun 1859 yang mana mencapai nilai indeks Dst sebesar -
1760 nT, yang dikenal dengan nama Carrington Event.

7
Pengamatan mengenai badai geomagnet dilakukan pertama kalioleh Broun
pada tahun 1861. Badai geomagnet diamati dengan melihat variasi intensitas
komponen H medan magnet, jika terjadi penurunan intensitas secara signifikan
maka dapat diindikasi terjadi badai. Selanjutnya pada penelitian Moos di tahun
1910 barulah dapat diidentifikasi pola badai geomagnet, yaitu terjadi peningkatan
mendadak komponen H medan magnet kemudian diikuti dengan penurunan yang
besar, cepat dan tidak beraturan selama beberapa jam lalu diakhiri dengan
pemulihan yang lambat selama 2-3 hari. Terdapat efek serius yang ditimbulkan
oleh badai geomagnet yakni dapat mengganggu aktivitas manusia di bumi
maupun di luar angkasaBadai geomagnet diamati dengan cara melihat nilai variasi
intensitas komponen H medan magnet dan diikuti dengan penurunan yang besar,
cepat dan tidak beraturan selama beberapa jam lalu diakhiri dengan pemulihan
yang lambat selama 2-3 hari. Tingkat aktivitas gangguan geomagnet pada
magnetosfer dan ionosfer dapat diketahui dampaknya dengan nilai indeks aktivitas
geomagnet. Indeks aktivitas geomagnet merupakan ukuran sederhana dari
aktivitas geomagnet yang terjadi di magnetosfer dan ionosfer Bumi selama
periode kurang dari beberapa jam yang dicatat oleh observatorium.

Dalam rangka mengetahui seberapa besar nilai indeks Dst dan indeks K pada
saat kejadian badai geomagnet 13 Oktober 2016 dan apakah badai tersebut
memiliki dampak yang besar dan mempengaruhi sistem operasi satelit yang ada di
Indonesia, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hal tersebut. Badai
geomagnet pada 13 Oktober 2016 tercatat sebagai salah satu dari Top 50
geomagnetic storms of 2016 dengan nilai Dst yang mencapai -104nT yang
termasuk kedalam kriteria badai kuat berdasarkan nilai Dst-nya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah yang


akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana dampak aktivitas badai geomagnetik terhadap komunikasi
radio dan navigasi berbasis satelit di Indonesia?

8
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui


seberapa besar nilai indeks Dst dan indeks K pada saat badai geomagnetik
terhadap satelit di Indonesia dengan harapan diperoleh informasi penyebab

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis penulis untuk penelitian ini adalah didapatkannya hasil


trend dari nilai indeks badai geomagnet pada tanggal 13 Oktober 2016 dan tingkat
gangguan medan magnet terhadap satelit di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai
berikut.
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari rekaman
jaringan sensor magnetometer BMKG Sumatera dan Jawa bagian Barat
pada tanggal 10-16 Oktober 2016. Kemudian, data satelit yang mengalami
anomaly dalam periode 2015-2016 dan data aktivitas geomagnet setiap
jam per tahun yang diwakili oleh indeks Kp.

1.6 Data dan Metodologi Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari rekaman jaringan
sensor magnetometer BMKG Sumatera dan Jawa bagian Barat pada tanggal 10-16
Oktober 2016. Kemudian, data satelit yang mengalami anomaly dalam periode
2015-2016 dan data aktivitas geomagnet setiap jam per tahun yang diwakili oleh
indeks Kp. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
aplikasi untuk mengetahui trend dan agar data harian tidka terdapat gangguan
medan magnet sehingga hasil analisis indeks geomagnet yang diperoleh akurat.
Kemudian, data hasil selisis dari komponen H medan magnet akan dirata-rata per
jam sehingga akan diperoleh nilai indeks Dst per jamnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Berikut merpakan sistematika penlisan yang digunakan pada proposal ini.

9
BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dijabarkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian dampak
aktivitas badai geomagnetic terhadap satelit di Indonesia, tujuan dilakukannya
penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi yang digunakan pada penelitian
dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijabarkan mengenai fundamental teori dan studi literature
yan berhubungan dengan penelitian. Dijabarkan pula mengenai informasi hasil
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh para ahli dalam melakukan analisis
dampak aktivitas badai geomagnetik pada satelit di Indonesia.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijabarkan mengenai desain penelitian, metode penelitian


serta alat dan bahan yang akan diterapkan dalam penelitian ini.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijabarkan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan
meliputi proses pengumpulan data, pra-proses data, eksperimen dan pembahasan
atau analisis hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN

Pada bab ini dijelaskan kesimpulan yang didapatkan setelah dilakukan


penelitian mengenai analisis dampak aktivitas badai geomagnetik pada tahun 2013
terhadap satelit di Indonesia, serta beberapa saran yang dapat dilakukan guna
meningkatkan kualitas hasil penelitian terkait di waktu yang akan dating.

LAMPIRAN

Berisi beberapa dokumentasi serta data pendukung yang digunakan untuk


menunjang keberlangsungan penelitian.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Badai Geomagnet


Badai geomagnet merupakan fenomena yang disebabkan oleh lontaran
massa korona atau biasa disebut dengan Coronal Mass Ejections (CME), adanya
flare matahari (solar flares), dan fenomena luban korona (coronal holes)
(Basavaiah, 2011). Lontaran massa korona (CME) adalah fenomena terlontarnya
plasma dari matahari dalam jumlah yang besar dan membawa medan magnet.
Pada saat CME terjadi, partikel-partikel dan medan magnet dilontarkan ke
antariksa dan terbawa oleh angin surya, kemudian angin surya tersebut akan
menuju ke Bumi dan bertumbukan dengan magnetosfer dan terjadilah injeksi
energy medan listrik melalui mekanisme rekoneksi (Ballatore & Gonzales, 2003).
Energy tersebutlah yang akan menyebabkan pertumbuhan arus cincin di sekitar
Bumi yang memicu adanya gangguan medan magnet Bumi skala global atau
disebut badai geomagnet. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa CME merupakan
salah satu penyebab terjadinya gangguan di ruang antar planet yang memicu
terjadinya badai, namun tidak semua peristiwa CME dapat dikatakan pemicu
badai geomagnet (Masrurui & Nanda, 2018).

Pada saat siklus matahari menurun, pengaruh lubang korona atau coronal
holes sangat dominan terjadi pada medium antar planet. Lubang korona tersebut
akan bermigrasi dari daerah polar ke lintang yang lebih rendah bahkan ada yang
sampai ke ekuator matahari (Jackson, 1997). Migrasi dari lubang korona tersebut
menghasilkan aliran plasma yang akan menerpa magnetosfer Bumi dengan
interval periodic dan akan menyebabkan badai geomagnet yang berulang
(recurrent geomagnetic storms). Namun, umunya badai tersebut hanya
berkekuatan sedang. Lalu, untuk mengetahui aktivitas matahari yang berpengaruh
pada Bumi perlu dilakukan pengamata terhadap CME dan flare seraca kontinu.
Walaupun, CME dan flare merupakan peristiwa yang berbeda namun seringkali
terjadi secara simultan. Dan pengamatan terhadap kedua peristiwa itu
menunjukkan bahwa CME dan flare berkaitan dengan kejadian badai geomagnet.

11
Badai geomagnet terdahsyat pernah terjadi pada tahun 1859, dimana
jaringan telegraf Boston-Portland digunakan tanpa menggunakan baterai selama
lebih dari satu jam. Peristiwa ini dikenal dengan Carrington Event, yang mana
merupakan badai geomagnet terbesar sepanjang sejarah dengan indeks Dst
mencapai -1760nT. Badai geomagnet diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu
lemas dimana nilai indeks Dstnya ≤-30 nT, sedang nilai indeks Dstnya ≤-50 nT,
kuat nilai indeks Dst nya ≤-100 nT , sangat kuat nilai indeks Dstnya ≤-200 nT,
dan ekstrem nilai indeks Dstnya ≤-350 nT. Gangguan geomagnet ditandai dengan
indeks Dst yang negatif, yang merupakan rspon kondisi yang tidak normal dari
medan magnet antar planet (interplanetary magnetic field, IMF) dan plasma
angina surya. Tibanya IPS (interplanetary shock)dapat digunakan sebagai tanda
dimulanya aktifitas geomagnet. Kompresi magnetosfer oleh IPS menyebabkan
terjadinya permulaan badai geomagnetik (sudden storm commencement, SCC)
namun, tidak selalu terjadi pada setiap badai. SSC dapat berlangsung dalam orde
puluhan menit hingga jam dan ditandai dengan peningkatan indeks Dst dari
kondisi sebelumnya. Setelah SSC, indeks Dst akan turun drastis dan memasuki
fase utama badai yang dapat berlangsung dalam beberapa jam.

Ketidaknormalan aktivitas geomagnet disebabkan oleh dua hal, angin


surya berkecepatan tinggi (high-speed stream,HSS) atau ICME, yang masing-
masing berasal dari lubang korona dan CME. Interaksi angin surya berkecepatan
rendah (low-speed stream, LSS) dan HSS akan membentuk CIR (corotating
interaction region), ditandai dengan peningkatan rapat proton angin surya dan
intensitas IMF sebelum HSS (Richardson & Cane, 2012). Tetapi, persentase CIR
sebagai sumber badai geomagnetik kuat relatif kecil dibandingkan ICME (Zhang,
et al., 2007). Selain itu, CIR lebih sering terbentuk pada fase minimum siklus
Matahari, sementara di fase maksimum didominasi oleh ICME. CME yang
terlontar ke ruang antar planet disebut ICME, yang memiliki beragam struktur
sebagai sumber badai geomagnetik kuat (Echer, Gonzalez, Tsurutani, & Gonzalez,
2008) (Zhang, et al., 2007). CME merupakan pelapasan massa dan energi terbesar
dan paling eksplosif Matahari mencapai 1012 kg dalam selang waktu beberapa
puluh menit dan dapat mencapai kecepatan 2000 km s -1 bahkan lebih (Zurbuchen,
Weberg, Steiger, Mewaldt, Lepri, & Antiochos, 2016). CME sering kali

12
berasosiasi dengan flaredan filament, namun juga tak jarang sebagai peristiwa
tunggal (Zhang, et al., 2007). Selain itu, ada kalanya beberapa CME terjadi dalam
waktu yang bersamaan, sehinga struktur ICME menjadi lebih kompleks. Dari
ragam struktur IMF dan plasma angin surya, lebih dari 30% ICME yang teramati
di dekat Bumi menunjukkan struktur MC. MC memiliki bebarapa ciri khas
struktur IMF, di antaranya; rotasi medan magnet Bz atau By dan intensitas medan
magnetik yang tinggi (Echer, Gonzalez, Tsurutani, & Gonzalez, 2008). Selain itu,
plasma angin surya menunjukkan penurunan rapat dan temperatur proton, juga
perbandingan tekanan gas dengan tekanan magnetik (plasma beta) yang rendah.
Daftar gangguan yang disebabkan oleh badai geomagnetik terus bertambah dari
waktu ke waktu, di antara gangguan ekstrim yang tidak mudah dilupakan adalah
Quebeq Power Outage (1989) dan Halloween Event (2003). Badai 13 Maret 1989
disebut Quebeq Power Outage karena menyebabkan terputusnya aliran listrik di
Quebeq, Kanada, hingga lebih dari 9 jam. Selain itu, badai ini juga menyebabkan
gangguan pada sistem kabel serat optik jaringan telekomunikasi trans-atlantik.
Pada 31 Oktober 2003, meskipun tidak sekuat badai sebelumnya, badai ini
menyebabkan kerusakan jaringan listrik di Afrika Selatan dan Swedia. Selain
jaringan listrik, objek vital yang rentan terdampak cuaca antariksa adalah sistem
navigasi dan komunikasi. Kedua sistem ini sangat sensitif terhadap variabilitas
rapat elektron

13
DAFTAR PUSTAKA

Ballatore, & Gonzales, W. D. (2003). On the estimates of ring current injection


and decay. Earth Planets Space 55, 427-435.

Basavaiah. (2011). Geomagnetism: Solid Earth and Upper Atmosphere


Perspectives. 167.

Echer, E., Gonzalez, W. D., Tsurutani, B. T., & Gonzalez, A. L. (2008).


terplanetary conditions causing intense geomagnetic storms (Dst 100 nT)
during solar cycle 23 (1996–2006). J. Geophys. Res., vol. 113, no. A05221.

Jackson, V. (1997). Heliospheric observations of solar disturbances and their


potential role in the origin of storms. Magnetic Storms Mon, 59.

Masrurui, M. F., & Nanda, B. M. (2018). ANALISIS INDEKS AKTIVITAS


GEOMAGNET PADA SAAT BADAI GEOMAGNET 13 OKTOBER
2016. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 5 No. 2 , 72.

14
Richardson, I. G., & Cane, H. V. (2012). Solar Wind Drivers of Geomagnetic
Storms during More than Four Solar Cycles. J. Space Weather Space Clim
Vol. 2 No. A01.

Zhang, J., Richardson, I., Webb, D., Gopalswamy, N., Huttunen, E., Kasper, J., et
al. (2007). olar and Interplanetary Sources of Major Geomagnetic Storms
(Dst ≤ -100 nT) During 1996–2005. J. Geophys. Res., vol. 112, no.
A10102.

Zurbuchen, T. H., Weberg, M., Steiger, R. v., Mewaldt, R. A., Lepri, S. T., &
Antiochos, S. K. (2016). Composition of Coronal Mass Ejections. The
Astrophysical J., vol. 826, no. 10, 1-8.

15

Anda mungkin juga menyukai