Dosen:
Oleh :
DEPARTEMEN GEOMATIKA
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga tugas Laporan yang berjudul “Penurunan Dan Kenaikan Muka Tanah
Menggunakan Metode Differential Interferometri Synthetic Aperture Radar (DInSAR)” ini
dapat saya selesaikan. Laporan ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah membantu demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca
yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Menggunakan metode ini, akan dibentuk pasangan citra master dan slave dari
dua pasang atau lebih citra SAR yang direkam pada lokasi yang sama di permukaan
bumi namun dengan waktu yang berbeda. Perubahan nilai fase yang direkam sensor
SAR menunjukkan perubahan posisi suatu titik di permukaan bumi. Adapun teknik
Differencing Interferometric SAR (DInSAR) merupakan proses untuk menghilangkan
efek atmosfer dan topografi sehingga didapatkan nilai deformasi suatu wilayah.
1
BAB II
DASAR TEORI
Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1
(BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai
operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut
diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur
tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama,
semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran.
Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat
sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang condong
kejadian itu adalah akibat pengeboran.
Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat
sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT
Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk
mengganti tanah masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp6 triliun.
2
Gambar 1 Peta Semburan Lumpur Lapindo
3
lumpur dan mencari penyelesaian cepat untuk jutaan kubik lumpur yang telah
terhampar di atas tanah.
2.2 Radar
Radar (yang dalam bahasa Inggris merupakan singkatan
dari Radio Detection and Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah
suatu sistem gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur
jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan
bermotor dan informasi cuaca (hujan).
Konsep radar adalah mengukur jarak dari sensor ke target. Ukuran jarak tersebut
didapat dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang elektromagnetik
selama penjalarannya mulai dari sensor ke target dan kembali lagi ke sensor.
Ada tiga komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar, yaitu antena,
transmitter (pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal) .
Antena
Antena yang terletak pada radar merupakan suatu antena reflektor berbentuk
piring parabola yang menyebarkan energielektromagnetik dari titik fokusnya dan
dipantulkan melalui permukaan yang berbentuk parabola. Antena radar memiliki du
akutub (dwikutub). Input sinyal yang masuk dijabarkan dalam bentuk phased-
array (bertingkat atau bertahap). Ini merupakan sebaran unsur-unsur objek yang
tertangkap antena dan kemudian diteruskan ke pusat sistem RADAR.
4
radar melalui reflektor antena. Pada umumnya, receiver memiliki kemampuan untuk
menyaring sinyal yang diterimanya agar sesuai dengan pendeteksian yang diinginkan,
dapat memperkuat sinyal objek yang lemah dan meneruskan sinyal objek tersebut ke
pemroses data dan sinyal (signal and data processor), dan kemudian menampilkan
gambarnya di layar monitor (display). Selain tiga komponen di atas, sistem radar juga
terdiri dari beberapa komponen pendukung lainnya, yaitu
Dalam bidang penerbangan, penggunaan radar terlihat jelas pada pemakaian Air
Traffic Control (ATC). Air Traffic Control merupakan suatu kendali dalam pengaturan
lalu lintas udara. Tugasnya adalah untuk mengatur lalu lalang serta kelancaran lalu
lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas (take off), terbang di
udara, maupun yang akan mendarat (landing). ATC juga berfungsi untuk memberikan
layanan bantuan informasi bagi pilot tentang cuaca, situasi dan kondisi bandara yang
dituju. radar mempunyai kelebihan dalam komunikasi . radar yang sangat kuat dapat
membantu pilot untuk melihat cuaca , layaknya pesawat terbang dan lain lain
6
dengan lintasan kedua, maka akan terlihat fringes (rumbai - rumbai) pada interferogram
yang dinamakan displacement fringes. Pada interferogram terdapat 2 macam fringe
utama, yaitu displacement fringe yang diakibatkan karena pergeseran permukaan
topografi , kedua adalah topographic fringe yang diakibatkan bentuk topografi.
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Coregistration
(InSAR Processing)
Interferogram
DInSAR Interferogram
Geocoding
Hasil dan
Pembahasan
8
Penjelasan Diagram Alir
1. Data SAR
Untuk menganalisa deformasi di suatu daerah, dilakukan pengolahan data SAR di
lokasi yang sama dengan waktu perekaman berbeda. Data tersebut dibentuk menjadi
pasangan data master dan slave.
2. Proses Co-registration
Setiap data SAR yang diperoleh memiliki sistem koordinat masin-masing, sebelum
proses lebih lanjut, diawal perlu dilakukan proses co-registration yang merupakan
proses penyatuan sistem koordinat antar citra dalam satu pasangan.
3. InSAR Processing
Sebelum memasuki tahap ini, sebelumnya dilakukan proses coregistrasi citra SAR,
selanjutnya akan dilakukan tahap Interferogram formating untuk membentuk data
interferogram. Dalam tahap ini pula dilakukan proses Flattening untuk mengubah
bidang proyeksi citra menjadi bidang datar. Dalam proses ini pula ditentukan nilai
koherensi citra SAR yang diolah.
4. DInSAR Processing
Pada tahap ini, dilakukan proses phase filtering untuk menghilangkan noise yang ada.
Selain ini dilakukan proses phase unwrapping untuk menentukan fase absolut
interferometrik dari fase relatif.
5. Geocoding
Pada tahap ini dilakukan transformasi koordinat kembali ke geografis.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui besar subsidance dan uplift maka dibuat potongan melintang di bagian
Utara, Selata, Barat, dan Timur tanggul Lumpur Lapindo kemudian ditampilkan grafik besar
deformasi sehingga diketahui besar rata-rata subsidance dan uplift yang terjadi.
a. Besar rata- rata nilai uplift pada tahun 2008-2009 yaitu 0 – 10 cm/th, sedangkan besar
subsidence antara 0 - -20 cm/th. Sebagian besar uplift terjadi di bagian Utara,
sedangkan di bagian Selatan, Barat dan Timur sebagian besar mengalami subsidence.
10
b. Besar rata- rata nilai uplift pada tahun 2009-2010 yaitu 0 – 5 cm/th, sedangkan besar
subsidence antara 0 - -20 cm/th. Uplift yang terjadi di bagian Utara hanya sebagian
kecil, sebagian besar di tiap bagian mengalami subsidence.
11
c. Besar rata- rata nilai uplift pada tahun 2010-2011 yaitu 0 – 5 cm/th, sedangkan besar
subsidence antara 0 - -15 cm/th. Uplift yang terjadi di bagian Utara, Barat dan Timur
hanya sebagian kecil, sebagian besar di tiap bagian mengalami subsidence.
d. Berdasarkan gambar grafik dari ketiga pasang data didapatkan bahwa antara tahun 2008
sampai 2011 besar rata-rata uplift antara 0 – 10 cm/tahun, sedangkan besar rata-rata
subsidance antara 0 - -20 cm/th.
12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penerapan metode DInSAR baik digunakan dalam mengamati deformasi di area
Lumpur Lapindo dengan ketelitian sub-sentimeter. Teknik ini belum dapat dikatakan
sebagai teknik pengukuran ground movement yang akurat, namun teknik DInSAR
mampu menggambarkan pola deformasi secara general.
5.2 Saran
Karena pengolahan data SAR dengan teknik DInSAR masih memiliki kesalahan
atau dekorelasi berupa dekorelasi temporal, atmosferik, serta noise, maka sebaiknya
gunakan teknik yang lebih akurat untuk penelitian selanjutnya, yaitu teknik PS-InSAR
(Persistent Scatterer Interferometry SAR).
13
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. (2017, Januari 24). SAR_Sistem. Dipetik September 25, 2017, dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/SAR_Sistem
Yulyta, S. A. (2015, Agustus). Studi Pengamatan dan Kenaikan Muka Tanah Menggunakan
Metode Defferential Interferometri Synthetic Aperture Radar (DInSAR) Studi Kasus
Lumpur Lapindo, Sidoarjo. Geoid Vol.11, 62-66.
Augustan. 2010. Mengamati Perubahan Gunung Api di Indonesia dengan Metode InSAR.
Indonesia : INOVASI Online, Catatan Riset.
Prasetyo, Yudo. 2009. Teori, Konsep dan Metodologi Teknik Permanent Scatterer (PS-InSAR)
Didalam Pemetaan Deformasi Permukaan Bumi. 6 Maret 2012.
<http://yudopotter.wordpress.com/2009/10/20/teori-konsep-dan-metodologi-teknik-
permanentscatterer-ps-insar-didalam-pemetaan-deformasi-permukaan-bumi>
14