Kehidupan pada era globalisasi menuntut kualitas sumber daya manusia yang handal
agar dapat bertahan dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan. Usaha yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang handal tersebut adalah
melalui dunia pendidikan. Hal tersebut dikarenakan dunia pendidikan mempunyai peranan
yang sangat strategis untuk mencetak sumber daya manusia yang siap menghadapi persaing-
an bebas.
Salah satu sistem pendidikan yang mampu mencetak sumber daya manusia yang
handal dan siap bersaing di dunia kerja adalah pendidikan kejuruan. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu. Senada dengan hal tersebut, Finch dan Crunkilton (1999: 10)
menyebutkan bahwa tujuan pendi- dikan kejuruan ada dua macam yaitu pendidikan untuk
hidup (education for life) dan pendidikan untuk mendapatkan penghasilan dalam hidup
(education for earning a living). Kedua tujuan tersebut akan terlaksana jika pendidikan
kejuruan diarahkan pada pencapaian kompetensi seseorang. Realisasi pendidikan kejuruan
untuk mewujudkan tujuan tersebut diselenggarakan oleh pemerintah melalui Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Berikut adalah Pengaruh Kinerja Guru, Pemanfaatan fasilitas belajar, dan Motivasi
Berprestasi Siswa secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Teori Kejuruan.
Berdasarkan analisis regresi linier ganda antara variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y, maka
diperoleh besar nilai Fhitung = 28,899 > Ftabel = 2,66 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel X1, X2, dan X3 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar
teori kejuruan. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat dari Murphy (2009: 22) yang
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: “The extent to which
educators, students, and the total educational environ- ment reflect cultural competence
significantly affects the nature and type of schooling, conditions for learning, as well as
learning outcomes”.
Pendapat Murphy (2009: 22) di atas menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar diantaranya adalah pendidik, siswa dan lingkungan
pendidikan yang mencerminkan budaya kompetensi. Pendidik dapat dilihat dari kinerja
mengajar guru, faktor siswa dapat dipengaruhi dari motivasi berprestasi yang dimiliki dan
lingkungan dapat berasal dari pemanfaatan fasilitas belajar. Oleh karena itu kinerja mengajar
guru, pemanfaatan fasilitas belajar dan motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar teori kejuruan. Kesimpulan yang dapat kita
Nama/ NIM: Rindra Bunga Aulia/ 192130023
ambil yaitu:
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja mengajar guru terhadap
prestasi belajar teori kejuruan dengan besarnya pengaruh secara parsial adalah 32,8 %.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pemanfaatan fasilitas belajar
terhadap prestasi belajar teori kejuruan dengan besarnya pengaruh secara parsial
adalah 9 %.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi siswa
terhadap prestasi belajar teori dengan besarnya pengaruh secara parsial adalah 14,1%.
4. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja mengajar guru,
pemanfaatan fasilitas belajar dan motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama
terhadap prestasi belajar teori kejuruan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK se-
Kota Yogyakarta dengan besarnya penga- ruh secara simultan adalah 34,3 %,
sedangkan 63,7 % dipengaruhi oleh faktor yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin kinerja mengajar guru, pemanfaatan fasilitas belajar dan motivasi berprestasi
siswa maka secara bersama-sama akan memberikan peningkatan yang signifikan
terhadap prestasi belajar teori kejuruaan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK se-
Kota Yogyakarta.
BELAJAR SISWA
Dalam kegiatan belajar, minat berperan sebagai kekuatan yang akan mendorong
siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus tekun belajar, berbeda
dengan siswa yang hanya menerima pelajaran tanpa ada niat yang ada dalam dirinya, maka
ia tidak tekun dalam belajar. Secara garis besar menurut Khodijah (2014) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu : (1)
faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar yang meliputi faktor-faktor fisiologis dan
faktor-faktor psikologis, (2) faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar yamg
meliputi faktorfaktor sosial dan faktor-faktor non-sosial.
Penelitian ini bertempat di SMA Gajah Mada Medan Jalan. H.M. Said No.19
Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Gajah Mada Medan
berjumlah 54 siswa. Arikunto (2004) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini
yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Gajah Mada Medan tahun
2019 yang berjumlah 33 orang. Sedangkan variabel penelitian mncakup variabel bebas (X)
adalah faktot-faktor yang mempengaruhi minat belajar matematika siswa yang terdiri dari
5 variabel yaitu rajin dalam belajar, tekun dalam belajar, Rapi dalam mengerjakan tugas,
Memiliki jadwal belajar, Disiplin dalam belajar. Variabel terikat adalah prestasi belajar
(Y).
Hasil analisis data disimpulkan untuk variabel yang memiliki nilai yang paling
minimum adalah Rajin dalam belajar dan Tekun dalam belajar sebesar 6. Variabel yang
memiliki nilai yang paling maximum adalah variabel memiliki jadwal belajar adalah 36,
variabel yang memiliki jumlah yang tertinggi adalah memiliki jadwal belajar sebesar 864,
variabel yang memiliki rata rata tertinggi adalah memiliki jadwal belajar 26,18 , variabel
yang memiliki standar deviasi tertinggi adalah memiliki jadwal belajar sebesar 5,807 dan
yang memiliki nilai varian tertinggi adalah memiliki jadwal belajar sebesar 33.716. Dari
Nama/ NIM: Rindra Bunga Aulia/ 192130023
Perkembangan teknologi yang pesat pada masa kini salah satunya dapat dilihat
melalui perkembangan teknologi di dunia industri otomotif. Di Indonesia, pertumbuhan
industrinya pun kian merajai jika dibanding- kan dengan jenis industri lainnya. Pesatnya
perkembangan teknologi otomotif tentu saja akan diiringi dengan meningkatnya kebutuhan
tenaga kerja di bidang otomotif. Terkait hal itu, pemerintah sudah melakukan antisipasi
salah satunya dengan membuat Rencana Strategis (Renstra) yang salah kebijakannya
adalah membalik rasio peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dibanding
(Sekolah Menengah Atas) SMA dari 30:70 pada tahun 2004 menjadi 67:33 pada tahun
2014. Perubahan rasio tersebut tentu saja akan menuntut sebuah transformasi secara
menyeluruh di dunia pendidikan.
Transformasi di dunia pendidikan yang direncanakan tentu saja haruslah memenuhi
kaidah prinsip link and match yang menjadi inti dari keberhasilan penerapan pendidikan
kejuruan. Melalui penerapan konsep ini tidak hanya secara masif memicu transformasi
sarana dan prasarana pendidikan namun juga menuntut perubahan pada guru sebagai aktor
utama yang menjalankan pembelajaran di sekolah. Fakta yang terjadi di Indonesia sebagai
salah satu negara berkembang harus meng- hadapi beberapa hambatan untuk mewujudkan
pendidikan kejuruan yang ideal berdasarkan konsep link and match seperti kekurangan
guru berkualitas, sulit memenuhi biaya ope- rasional yang tinggi, peralatan praktik yang
serba kurang, ketidakjelasan kurikulum, dan masalah pemeliharaan serta perbaikan
peralatan (Bukit, 2014).
Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan menunjukkan bahwa hasil belajar
me- rupakan gambaran efektivitas pembelajaran. Hasil belajar praktik kelistrikan
otomotif yang selalu rendah menunjukkan gambaran keber- hasilan pembelajaran praktik
yang terjadi di SMK Keahlian TKR di Kota Yogyakarta yang masih bermasalah.
Permasalahan-permasalahan yang selama ini diduga menyebabkan hasil belajar praktik
selalu rendah ini diantaranya
(1) motivasi siswa belajar yang masih rendah;
(2) persepsi siswa mengenai kelistrikan itu memiliki tingkat bahaya yang tinggi;
(3) media pembelajaran kelistrikan yang terbatas;
(4) sarana dan pra sarana bengkel yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan
praktikum;
(5) latar belakang pendidikan siswa yang berbeda-beda; dan
(6) guru belum mene- mukan cara yang tepat dalam membangun pemahaman awal siswa
Nama/ NIM: Rindra Bunga Aulia/ 192130023
Kedua, terdapat pengaruh yang signifikan dari media pembelajaran terhadap hasil
belajar pembelajaran praktik kelistrikan otomotif, dengan nilai sig.0,039 < (α: 0,05), dan
kontribusi sebesar 5,85%.
Ketiga, terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar siswa terhadap hasil
belajar pembelajaran praktik kelistrikan otomotif, dengan nilai sig.0,036 < (α: 0,05), dan
kontribusi sebesar 4,71%.
Oleh: Yuzarion
Hubungan kausal antara sikap orangtua terhadap anak, sikap guru terhadap
peserta didik, self-regulated learning (SRL) dengan prestasi belajar peserta didik telah
terbukti layak/fit dan mendapat dukungan empiris. Hasil pengujian hipotesis ini
membuktikan model teoritik yang dibangun, terdapat pengaruh sikap orangtua terhadap
anak, sikap guru terhadap peserta didik, dan self-regulated learning (SRL) terhadap
prestasi belajar peserta didik, menjadi teori: (1) sikap orangtua terhadap anak
mempengaruhi self- regulated learning (SRL) dan prestasi belajar peserta didik; (2) sikap
guru terhadap peserta didik mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, dan self-
regulated learning (SRL); dan (3) self- regulated learning (SRL) mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik.
Saran penelitian ini: (1) guru agar bersikap kondusif, peduli, bertanggung jawab,
sensitif, dan mendorong kreativitas peserta didik, menggali dan mengenalkan self-
regulated learning dengan 6 faktor pembentuknya dan melakukan pelatihan self- regulated
learning, melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar; (2) orangtua agar berpandangan positif terhadaap anak,
berdiskusi dan menggali potensi diri anak terutama yang berkaitan dengan self-regulated
learning; dan (3) peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang variabel pada
penelitian ini di tingkat pendidikan yang lainnya.
BELAJAR MAHASISWA
sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat”.
karena di masyarakat terdapat berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang berarti bagi
mahasiswa, yang tidak didapatkan di keluarga dan di sekolah. Dalam kehidupan
bermasyarakat, mahasiswa dapat belajar berorganisasi dan bergaul untuk menambah
pengalaman-pengalaman hidupnya.