ABSTRAK
Interaksi rumah sakit dengan manusia dan lingkungan dapat menyebabkan masalah
kesehatan lingkungan yang ditandai dengan indikator menurunnya kualitas media kesehatan
lingkungan di rumah sakit seperti media air, udara, pangan, sarana, bangunan serta vektor dan
binatang pembawa penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran terhadap kesehatan
udara dalam hal ini mikrobiologi udara, suhu, kelembaban dan pencahayaan dalam ruangan
sebagaimana diatur dalam Permenkes No. 7 Tahun 2019. RSUD Banggai belum pernah
melakukan pengukuran parameter suhu, kelembaban dan pencahayaan di ruangan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kesehatan udara di RSUD Banggai
Kabupaten Banggai Laut Tahun 2022.
Jenis penelitian adalah deskriptif. Populasi adalah semua ruangan pelayanan dan
perawatan. Sampel adalah 17 ruangan pelayanan dan perawatan. Metode pengumpulan data
yaitu data primer dan sekunder. Metode pengolahan data editing, entry, cleaning, tabulating.
Analisis data deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan data dengan apa adanya.
Hasil pengukuran kesehatan udara dari 12 ruangan : parameter suhu terdapat 3 ruangan
yang memenuhi syarat (25%), 9 ruangan tidak memenuhi syarat (75%). Parameter kelembaban
2 ruangan memenuhi syarat (16,7%), 10 ruangan tidak memenuhi syarat (83,3%). Parameter
pencahayaan keseluruhan tidak memenuhi syarat (100%). Mikrobiologi udara ruang operasi
memenuhi syarat (100%). Saran kepada direktur RSUD Banggai untuk bisa memaksimalkan
sarana dan prasarana terkait suhu, kelembaban, pencahayaan di ruangan agar pasien dan
pengunjung merasa nyaman berada di ruangan RSUD Banggai Kabupaten Banggai Laut. Serta
melakuakan pengukuran kesehatan udara secara berkala setiap 6 bulan sekali.
ABSTRACT
Hospital interactions with humans and the environment can cause environmental health
problems which are indicated by indicators of declining quality of environmental health media in
hospitals such as water, air, food, facilities, buildings and vectors and disease-carrying animals.
Therefore it is necessary to measure the health of the air in this case air microbiology, temperature,
humidity and lighting in the room as regulated in Permenkes No. 7 of 2019. RSUD Banggai has
never measured the parameters of temperature, humidity and lighting in the room. The purpose of
this study was to obtain an overview of air health in Banggai Hospital, Banggai Laut Regency in
2022.
This type of research is descriptive. The population is all service and treatment rooms. The
sample is 17 service and treatment rooms. Data collection methods are primary and secondary
data. Data processing methods are editing, entry, cleaning, tabulating. Descriptive data analysis
describes or describes the data as it is.
The results of air health measurements from 12 rooms: temperature parameters there are
3 rooms that meet the requirements (25%), 9 rooms do not meet the requirements (75%). The
humidity parameter of 2 rooms met the requirements (16.7%), 10 rooms did not meet the
requirements (83.3%). Overall lighting parameters are not eligible (100%). The operating room air
microbiology was qualified (100%). Suggestions to the director of Banggai Hospital to be able to
maximize facilities and infrastructure related to temperature, humidity, lighting in the room so
that patients and visitors feel comfortable in the Banggai Hospital, Banggai Laut Regency. And
carry out regular air health measurements every 6 months.
PENDAHULUAN
Pencemaran udara memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak
mengingat udara merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika
pencemaran tidak segera ditanggulangi maka akan berdampak serius terhadap
kesehatan. Untuk tetap sehat manusia membutuhkan sekitar 13,5 kg atau 10.000 liter
udara bersih setiap hari dan manusia tidak bisa hidup antara satu sampai dua menit
tanpa udara (Sugiarto, 2003).
Kualitas udara dalam ruangan (Indoor Air Quality) merupakan masalah yang
perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Menurut National Institute Of Occupational Safety and Health (NIOSH) 1997 penyebab
timbulnya masalah kualitas udara dalam ruangan pada umumnya disebabkan beberapa
hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%), adanya sumber kontaminan dari luar
ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%), dan lain-lain (3%)
(Jayanti et al., 2016).
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan juga berhubungan dengan
bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam ruangan (karpet, AC, perlengkapan medis,
pasien dan bahkan keluarga pasien), kondisi bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran
udara dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku atau aktivitas medis (Soedomo,
2001).
Forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health Security Agenda
(GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda yang dibahas
(Kemenkes, 2017). Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit ini sebelumnya
dinamakan infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection).
Menurut Sukar, dkk, (2004), sumber pencemaran udara ruangan meliputi asap
dan buangan yang berasal dari biologi seperti pollen, tungau, mould, serangga,
mikroorganisme dan pet allergen. Jika manusia berada di dalam ruangan dengan
sirkulasi lingkungan udara yang buruk, maka perlu diperhatikan mengenai kualitas
udara dan kemungkinan terakumulasinya bahan pencemar seperti karbon monoksida,
oksida nitrogen, dan tidak terkecuali mikrobiologi yang menyebar di udara.
Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Penyelenggaraan kesehatan
lingkungan ini diselenggarakan melalui upaya penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian yang dilakukan terhadap lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Salah satu tempat dan fasilitas umum
tersebut adalah rumah sakit (Husnin, dkk, 2010).
Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya, menggunakan berbagai bahan dan
fasilitas atau peralatan yang dapat mengandung bahan berbahaya dan beracun.
Interaksi rumah sakit dengan manusia dan lingkungan hidup di rumah sakit dapat
menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang ditandai dengan indikator
menurunnya kualitas media kesehatan lingkungan di rumah sakit, seperti media air,
udara, pangan, sarana dan bangunan serta vektor binatang pembawa penyakit (Husnin,
dkk, 2010).
Berdasarkan hasil laporan kesehatan udara RSUD Banggai Tahun 2021 dengan
parameter mikrobiologi udara di ruangan nifas adalah 73 CFU/m3 sedangkan baku
mutunya adalah 200 CFU/m3, jadi hasil dari uji mikrobiologi udara pada ruangan nifas
sudah sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019
Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Sedangkan uji parameter mikrobiologi
udara di ruangan operasi (OK/IBS) 28 CFU/m3 sedangkan baku mutunya adalah 10
CFU/m3 yang artinya tidak sesuai. Dari hasil laporan tersebut tidak ada hasil
pengukuran suhu, kelembaban dan pencahayaan di ruangan sehingga belum diketahui
bahwa kesehatan udara di RSUD Banggai sudah memenuhi syarat atau tidak. Selain itu
parameter suhu, kelembaban dan pencahayaan belum pernah diukur di RSUD Banggai,
Tujuan dari penlitian ini Untuk memperoleh gambaran kesehatan udara di RSUD
Banggai Kabupaten Banggai Laut .
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah deskriptif, Lokasi penelitian dilaksanakan pada semua
ruangan di RSUD Banggai Kabupaten Banggai Laut, populasinya semua ruangan
pelayanan dan perawatan. Sampel adalah 17 ruangan pelayanan dan perawatan. Metode
pengumpulan data yaitu data primer dan sekunder. Metode pengolahan data editing,
entry, cleaning, tabulating. Analisis data deskriptif menggambarkan atau
mendeskripsikan data dengan apa adanya.
HASIL
Hasil Pengukuran Variabel Penelitian
Hasil pengukuran parameter suhu di RSUD Banggai Kabupaten Banggai Laut
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 1 Hasil Pengukuran Suhu di RSUD Banggai
Kabupaten Banggai Laut Tahun 2022
Sum ber:
Rata-rata Standar Menurut PMK
No Nama Ruangan Keterangan
(ºC) No. 7 Tahun 2019
Data
1 Ruang operasi 26,3 22-27 MS
2 Ruang bersalin 30,5 24-26 TMS
9 Instalasi 21-30 MS
29,4
sterilisasi
10 Administrasi 29,5 20-28 TMS
11 Ruang dapur 29,9 22-30 MS
12 IGD 29,3 20-24 TMS
primer, 2022
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
suhu
baku mutu
Ruangan
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
200
100
0
pencahayaan
s i g s i ik t i
e ra an tra lin o ile m as baku mutu
d i s k t r
op gu in li fa
ng m p o
ru
a ad
Ruangan
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
200
100
(CFU/m³)
0
mikrobiologi udara
kamar kamar
operasi operasi baku mutu
kosong dengan
aktifitas
Ruangan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
https://repository.binawan.ac.id/279/1/K3%20-%20ERIKA%20-%202018%20repo.pdf.
Diakses pada tanggal 25 Juni 2018
Husain. (2010). Identifikasi Mikroorganisme Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Banggai. Universitas Tompotika Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Luwuk.
Jayanti, A. (2016). Studi penyehatan udara di SMA N 1 Karangmojo Gunung Kidul.
Tersedia dalam : Jurnal Kesehatan Lingkungan
Kemenkes RI. (2017). Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016.
Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Kepmenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Jakarta2004.
Kemenkes RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1335/Menkes/SK/X/2002. Standar Operasional Pengambilan Dan
Pengukuran Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit
Lakitan, Benyamin. (2010). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: RajawaliPers.