Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
PEDOMAN PELAYANAN RAWAT INAP

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama diseluruh


dunia.Dengan tema ini, pelayanan kesehatan dan kelompok profesional kesehatan sebagai
pemberipelayanan harus menampilkan akuntabilitas sosial mereka dalam memberikan
pelayananyang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme,
sehinggadiharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat. Sebagai konsekuensinya
peningkatankinerja memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan
yangberdasarkan standar tertulis.

Dalam pelayanan keperawatan di Rawat Inap, standar sangat membantu perawatuntuk


mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga harus berfikir realistis tentang pentingnyaevaluasi
sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi. Namun keberhasilandalam
mengimplementasikan standar sangat tergantung pada individu itu sendiri, usahabersama dari
semua staf serta partisipasi dari seluruh anggota profesi.

Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Perawatan perlu di tingkatkan dan dikembangkan


secaraberkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan, pengobatan,
perawatan,ke pasien baik dengan penyakit menular atau penyakit tidak menular.Standar
yangdikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatifyang tepat seperti yang
tercantum dalam standarpelaksanaannya. Standar selalu berhubungandengan mutu karena
standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan carapelayanan yang akan
diberikan serta hasil yang ingin dicapai.

Standar merupakan pernyataan-pernyataan tertulis mengenai harapan-harapansingkat


ketrampilan/kompetensi untuk memastikan pencapaian suatu hasil tertentu. Untukmenjamin
mutu asuhan yang diberikan, standar merupakan landasan normatif dan parameteruntuk
menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan yang seharusnya.
Dalampenyusunan standar diharuskan untukmemperhatikan proses dan harapan yang akan
terjadidalam upaya meningkatkan mutu layanan.Standar praktik sangat diperlukan dalam
pelayanan keperawatan di Rawat Inap.Standar sangat membantu keperawatan untuk
memcapai asuhan yang berkualitas. Standardigunakan terutama pada tiga proses evaluasi
yaitu menilai diri sendiri, inspeksi danakreditasi.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum
Perencanaan dan pengelolaan bangunan instalasi rawat inap Puskesmas
Perawatan padadasarnya adalah suatu upaya dalam menetapkan fasilitas fisik, tenaga
danperalatan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagimasyarakat

1
sesuai dengan kebutuhan.Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi
Rawat Inap ini bertujuan untuk memberikan petunjuk agar dalam perencanaan dan
pengelolaan suatu bangunan instalasi rawat inap di Puskesmas Perawatan
memperhatikan kaidah-kaidah pelayanan kesehatan, sehingga bagunan instalasi rawat
inap yang akan dibuat dapat menampung kebutuhan-kebutuhan pelayanan dan dapat
digunakan oleh pemakai, pengelola serta tidak berakibat buruk bagi keduanya.

2. Tujuan Khusus
1. Memberikan Pelayanan kepada pasien rawat inap sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang tepat.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien serta mempunyai
keinginanyang terus menerus untuk mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan dalammemberikan pelayanan.
3. Memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien untuk kesembuhan yang
optimalsehingga dapat memuaskan pasien.
4. Memberikan pelayanan kepada pasien dengan ramah, sopan, dan hangat sehingga
memberikan kesan yang positif.
5. Memberikan pelayanan Informasi kesehatan dengan tepat pada pasien dan
keluarga, sehingga dapat memenuhi hak pasien dan keluarga.

C. SASARAN PEDOMAN

Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai pegangan dan acuan
bagi Puskesmas Perawatan Karangdadap dan Pengelola Rawat Inap khususnya.
Disamping itu pedoman ini juga dipakai sebagai acuan bagi konsultan perencana dalam
membuat perencanaan suatu banguan instalasi rawat inap di Puskesmas Perawatan,
sehingga masing-masing pihak dapat mempunyai persepsi yang sama.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Ruang lingkup pedoman di unit rawat inap meliputi; ruang lingkup


pedoman pelayanan rawat inap dan ruang lingkup pedoman instalasi rawat
inap. Standar pelayanan yang diberikan di unit rawat inap adalah:

a. Penerimaan pasien
b. Pelayanan keperawatan
c. Pelayanan medik
d. Pelayanan penunjang pelayanan medik
e. Pelayanan farmasi
f. Pelayanan gizi
g. Pelayanan Keuangan

Standar Unit Kerja Rawat Inap di Puskesmas Perawatan meliputi ruang rawat
pasien, ruangpos perawat, ruang konsultasi, ruang tindakan, ruang administrasi, ruang

2
dokter, ruang perawat, ruang loker, ruang kepala rawat inap, ruang linen kotor, ruang linen
bersih, spoolhoek, kamar mandi/toilet, pantri, gudang bersih, gudang kotor.Adapunkondisi
ruangan dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Ruang Pasien rawat inap
Ruangan untuk pasien yang memerlukan asuhan keperwatan dan pengobatan
secaraberkesinambungan lebih dari 24 jam.

2. Ruang Administrasi
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di
ruangrawat inap. Ruangan ini menjadi satu dengan nurse station di ruang rawat inap
bagian depanyang dilengkapi dengan meja kursi, lemari berkas/ arsip, telepon dan
komputer. Kegiatan di ruangan ini meliputi: Tempat serah terima pasien baru dan
pulang,pendatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila diperlukan
persetujuan pengobatan,tindakan perawatan ataupun tindakan medik).

3. Ruang kepala rawat inap


Ruangan ini bergabung dengan ruangan Bidang keperawatan yang mana ruangan
tersebutuntuk melakukan menejemen asuhan dan pelayanan keperwatan diantaranya
pembuatanprogram kerja dan pembinaan.

4. Ruang Linen bersih


Ruang untuk menyimpan bahan-bahan linen bersih yang akan di gunakan di ruang
rawat,dan linen bersih tersebut di tempatkan di dalam lemari yang ada di nurse station.

5. Ruang linen kotor


Ruang untuk menyimpan bahan-bahan linen kotor yang telah di gunakan di ruang
rawatinap sebelum di bawa ke ruang cuci (laundri) dilengkapi wadah seperti ember
untuk linenyang kotor.

6. Spoolhoek
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa
cairan.Pada ruangan spoolhoek harus di sediakan kran air bersih untuk tempat mencuci
tangan atautempat cairan.

7. Kamar mandi/toilet
Fasilitas diatur kebutuhan dan harus dijaga kebersihannya karena dengan kamar
mandi/toiletyang bersih.

Lingkup kerja unit rawat inap


Memberikan pelayanan rawat inap pada pasien anak, dewasa dan geriatri yang meliputi:
1. Pemeriksaan dan konsultasi oleh dokter
2. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan
3. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum
4. Pemeriksaan penunjang diagnostik

3
5. Tindakan medis yang bersifat diagnostik, terapeutik dan operatif
6. Pemberian obat- obatan pada pasien sesuai dengan catatan daftar obat pasien dan
instruksi dokter.
7. Pemberian surat rujukan
8. Pemakaian peralatan yang tersedia seperti oksigen.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Standar ketenagaan yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas Rawat Inap


menurut Pedoman Kerja Puskesmas (Depkes RI, 2002): Dokter kedua di Puskesmas yang
telah mendapatkan latihan klinis di Rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri-
gynekologi, pediatri dan internis. Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam
bidang perawatan bedah, kebidanan, pediatri dan penyakit dalam. Ditambah tiga orang
perawat/bidan yang diberi tugas bergilir dan satu orang pekarya kesehatan (SMU atau lebih).

Dalam hal ketenagaan untuk memenuhi standar minimum di Puskesmas Perawatan


Karangdadap, maka Puskesmas Perawatan Karangdadap diharuskan terdapat minimal satu
orang dokter penanggung jawab rawat inap dan satu orang perawat kepala ruang yang telah
mendapatkan pelatihan BTCLS serta satu orang bidan penanggungjawab poned yang telah
mendapatkan pelatihan PPGDon.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Pengaturan tenaga kerja di unit Rawat Inap Puskesmas Perawatan Karangdadap


berdasarkan shift. Tenaga kerja di unit Rawat Inap saat ini berjumlah 10 orang yang
memegang tanggung jawab sebagai:
1) Ka.Instalasi: 1 orang jabatan dokter
2) Kepala Ruangan: 1 orang pendidikan minimal S1 keperawatan
3) Ketua Tim: 2 orang pendidikan S1 atau D3
4) Perawat pelaksana: 6 orang pendididkan D3,
5) ditambah 10 orang bidan sebagai tenaga PONED

Tenaga kerja di unit Rawat Inap ini berkerja dengan jadwal sebagai berikut :
1) Kepala instalasi: Senin s/d Sabtu: sesuai jadwal reguler puskesmas
2) Kepala Ruangan: Senin s/d Jumat dimulai pukul 07.00 – 14.00. Setiap sabtu masuk
sebanyak 1 x dlm sebulan
3) Perawat Katim: Senin s/d Jumat, dan berdinas di sabtu dan minggu secara bergantian,
jam kerja sesuai dengan shift pagi dan sore
4) Perawat pelaksana: Bekerja sesuai dengan shift yang sudah di jadwalkan

C. JADWAL KEGIATAN

Pengaturan tenaga kerja di unit rawat inapPuskesmas Perawatan Karangdadap


berdasarkan shift dan nonshift dapat dibawah ini :
a. Karyawan shift
 Senin- Minggu
 Shift I : 08.00 - 15.00

5
 Shift II : 15.00 - 21.00
 Shift III : 21.00 - 08.00

b. Karyawan non shift


 Senin-jum’at : 07.00-14.00

Izin meninggalkan dinas maksimal adalah 3 jam dalam satu hari kerja dengan
persyaratan mengisi fom izin meninggalkan dinas (IMD) yang ditanda tangani oleh
atasan langsung dan dapat dipertanggungjawabkan urgensinya.

BAB III

6
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Bangunan rawat inap terletak pada lokasi yang tenang, aman dan nyaman serta
memilikiaksesibilitas atau pencapaian dari sarana penunjang rawat inap. Lokasi rawat inap
Puskesmas Perawatan Karangdadap terletak di sebelah kanan bangunan rawat jalan, yang
berbentuk huruf L, diawali dari depan ke belakang terdiri dari ruang IGD, ruang linen bersih +
rekam medik, nurse station, ruang VK1, ruang VK2, ruang PI, ruang nifas, gudang, kamar
mandi pasien, dan ruang rawat inap terdiri dari empat kamar dengan dua tempat tidur untuk
masing-masing kamar. Dari empat kamar pasien mempunyai nama untuk menentukan
lokasinya, yaitu: kamar BMW, kamar VW, kamar CRV dan kamar APV, dengan diselingi dua
kamar mandi pasien.

Berikut adalah denah rawat inap:

UGD
U
R.LINEN
+REK.M

R.NURSE

VK1

LAB PAN VK2


TRI

VW BMW R.NIFAS

APV CRV GUDANG

B. STANDAR FASILITAS

7
Standar sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas
Rawat Inap Ruangan rawat tinggal yang memadai (nyaman, luas dan terpisah antara anak,
wanita dan pria untuk menjaga privacy).

1. Peralatan operasi terbatas


2. Peralatan obstetri patologis
3. Peralatan resusitasi
4. Minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan
5. Alat Komunikasi dan Transportasi:
6. Alat laboratorium sederhana
7. Satu buah ambulance (minimal)

Standar diatas merupakan syarat minimal, karena untuk menuju peningkatan


kualitas pelayanan, diperlukan inovasi seorang kepala Puskesmas, baik terkait obat-obatan,
penunjang medis, protap perawatan medis dengan referensi yang uptodate, juga adanya
medical review secara berkala maupun pengembangan kegiatan non medis dan lainnya.

1. ALAT KESEHATAN
1.1 ALAT DIAGNOSTIK UMUM
1.1.1 RAWAT INAP
1.1.1.1 Baterey
1.1.1.2 Gluko test
1.1.1.3 Stik Gluko Test
1.1.1.4 Spatel Lidah
1.1.1.5 Stetoskop
1.1.1.6 Tensimeter
1.1.1.7 Termometer

1.2 ALAT TERAPI CAIRAN


1.2.1 RAWAT INAP
1.2.1.1 Infus Set Standar
1.2.1.2 Infus Set Micro
1.2.1.3 Wing Needle 25 G
1.2.1.4 IV CAT NO 20
1.2.1.5 IV CAT NO 22
1.2.1.6 IV CAT NO 24

1.3 BAHAN HABIS PAKAI


1.3.1 RAWAT INAP
1.3.1.1 Alkohol 70% 1000CC
1.3.1.2 Betadhin 60CC
1.3.1.3 Perhidrol 60CC
1.3.1.4 Rivanol 60CC
1.3.1.5 Hypavic
1.3.1.6 Kain kasa gulung 10 cm
1.3.1.7 Kain kasa gulung 5 cm

8
1.3.1.8 Kain kasa steril M
1.3.1.9 Plester 5 cm
1.3.1.10 Sofratul
1.3.1.11 Hand scoon
1.3.1.12 Spuit disposable 1 CC
1.3.1.13 Spuit disposable 3 CC
1.3.1.14 Spuit disposable 5 CC
1.3.1.15 Spuit disposable 10 CC
1.3.1.16 Spuit disposable 20 CC
1.3.1.17 Kateter
1.3.1.18 Kondom kateter
1.3.1.19 Urine Bag

1.4 PERALATAN STANDART TINDAKAN


1.4.1 RAWAT INAP
1.4.1.1 Air bag dewasa
1.4.1.2 Air bag anak
1.4.1.3 Nebulizer
1.4.1.4 Bengkok
1.4.1.5 Kom
1.4.1.6 Pinset Anatomis
1.4.1.7 Gunting Jaringan
1.4.1.8 Gunting Plester
1.4.1.9 Pispot
1.4.1.10 Urioir
1.4.1.11 Baskom

2. OBAT – OBATAN
2.1 CAIRAN INFUS DAN OKSIGEN
2.1.1 RAWAT INAP
2.1.1.1 Asering
2.1.1.2 Cairan Infus D 5%
2.1.1.3 Cairan Infus D 10%
2.1.1.4 Cairan Infus KAEN 3A
2.1.1.5 Cairan Infus KAEN 3B
2.1.1.6 Cairan Infus NaCl
2.1.1.7 Cairan Infus RL
2.1.1.8 Tabung Oksigen besar
2.1.1.9 Tabung Oksigen kecil
2.1.1.10 Regulator

2.2 OBAT-OBATA INJEKSI DAN INHALASI


2.2.1 RAWAT INAP
2.2.1.1 Adona/trenexamat
2.2.1.2 Adrenalin Bi Tatras
2.2.1.3 Aminophilin
2.2.1.4 Amoxicilin
2.2.1.5 Ampisilin
2.2.1.6 Aqua pro Inj
2.2.1.7 Artesunat

9
2.2.1.8 Atropin
2.2.1.9 Berotec
2.2.1.10 Bicarbonat Natricus (Melon)
2.2.1.11 Cefotaxim 1gr
2.2.1.12 Cortison
2.2.1.13 Dexametason
2.2.1.14 Diazepam
2.2.1.15 Diphenhidramin
2.2.1.16 Fenobarbital
2.2.1.17 Gentamisin
2.2.1.18 Kanamisin 1gr
2.2.1.19 Kloramphenikol 1gr
2.2.1.20 Metergin
2.2.1.21 Metoklopramid
2.2.1.22 Neurotropik
2.2.1.23 Papaverin
2.2.1.24 Piracetam
2.2.1.25 Pulmicort dws
2.2.1.26 Pulmicort ped
2.2.1.27 Ranitidin
2.2.1.28 Tramadol
2.2.1.29 Ventolin inhalansi
2.2.1.30 Vitamin K

2.3 OBAT-OBATAN ORAL


2.3.1 Antiviral, Antifungi, Antiparasit
2.3.1.1 Amoksilin 500
2.3.1.2 Amoksilin 250
2.3.1.3 Amoksilin DS 125
2.3.1.4 Amoksilin DS 250
2.3.1.5 Artesunat Tab
2.3.1.6 Asiklovir 400
2.3.1.7 Ciprofloksasin
2.3.1.8 Doksisiklin
2.3.1.9 Eritromisin 500
2.3.1.10 Eritromisin DS 200
2.3.1.11 Griseofulsin
2.3.1.12 Ketokonazol
2.3.1.13 Kloramfenikol 250
2.3.1.14 Kloramfenikol susp 125
2.3.1.15 Kotrimoksazl 480
2.3.1.16 Kotrimoksazol susp 120
2.3.1.17 Mebendazol 100
2.3.1.18 Mebendazol susp 100
2.3.1.19 Metronidazol 500
2.3.1.20 Metronidazol sp 125
2.3.1.21 Primakuin 15
2.3.1.22 Tetrasiklin 250
2.3.1.23 Tiamfenikol 500
2.3.2 Analgtik, Antipireutik, Anti Infllamasi ns
2.3.2.1 Antalgin

10
2.3.2.2 Asam mefenamat 500
2.3.2.3 Ibuprofen 400
2.3.2.4 Natrium Diklofenat
2.3.2.5 Parasetamoll 500
2.3.2.6 Parasetamol sp 125
2.3.2.7 Tramadol
2.3.3 Antiinflamasi Steroid dan Anti alergi
2.3.3.1 Citirizin
2.3.3.2 CTM
2.3.3.3 Dexametason 0,5
2.3.3.4 Metil Prednisolon 4
2.3.4 Obat system Pencernaan
2.3.4.1 Antasid Tab
2.3.4.2 Antasid sp
2.3.4.3 Bikarbonat Natrikus
2.3.4.4 Cimetidin
2.3.4.5 Dulcolac
2.3.4.6 Extra Beladona
2.3.4.7 Hepagard
2.3.4.8 Hiosin
2.3.4.9 Metokloperamid
2.3.4.10 Metoklorporamid sp
2.3.4.11 Nodiar
2.3.4.12 Papaverin
2.3.5 Obat system Pernapasan
2.3.5.1 Ambroksol tab
2.3.5.2 Ambroksol sp
2.3.5.3 Aminophilin
2.3.5.4 Coredril
2.3.5.5 Dextromethorfan tab
2.3.5.6 Dextromethorfan sp
2.3.5.7 GG
2.3.5.8 OBH
2.3.5.9 Salbutamol tab 4
2.3.6 Obat system Urinaria dan Reproduksi
2.3.6.1 Batugin Elexir sp
2.3.6.2 Metil ergometrin
2.3.7 Obat system Syaraf
2.3.7.1 Betahistin
2.3.7.2 Ergotamin
2.3.7.3 Flunarizin
2.3.7.4 Piracetam
2.3.7.5 Sitikolin 500
2.3.8 Obat system Kardiovaskuler
2.3.8.1 Adona
2.3.8.2 Captopril 25
2.3.8.3 Clonidin
2.3.8.4 Digoksin
2.3.8.5 Diltiazem 30
2.3.8.6 Furosemid
2.3.8.7 Hemorogard
2.3.8.8 Nifedipin

11
2.3.8.9 Propanolol 40
2.3.8.10 tensigard
2.3.9 Obat system Metabolik
2.3.9.1 Allopurinol 100
2.3.9.2 Gemfibroksil 300
2.3.9.3 Glibenkamid 5
2.3.9.4 Metformin 500
2.3.9.5 Prolipid
2.3.9.6 Prouric
2.3.9.7 PTU
2.3.9.8 Simvastatin
2.3.10 Obat Psikiatri dan anti epilepsy
2.3.10.1 Diazepam 2
2.3.10.2 Fenitoin 100
2.3.10.3 Fenobarbital 30
2.3.11 Vitamin dan mineral
2.3.11.1 Aspar K
2.3.11.2 Kalk
2.3.11.3 Neurotropik
2.3.11.4 Oralit
2.3.11.5 Recovit
2.3.11.6 SF
2.3.11.7 Vit B1
2.3.11.8 Vit B6
2.3.11.9 Vit B12
2.3.11.10 Vit B Complek
2.3.11.11 Vit C
2.3.11.12 Vit K
2.3.11.13 Zink
2.3.12 Lain-lain
2.3.12.1 Dulcolac supp
2.3.12.2 Gentian Violet
2.3.12.3 Gliserin

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

12
A. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan Rawat Inap meliputi pendaftaran, penerimaan pasien, informed
consent, kegiatan rawatan, tindakan pra rujukan, rujukan, tindakan pra pemulangan
pasien pemulangan pasien.

B. METODE
Rawat Inap di Puskesmas Perawatan Karangdadap dalam merawat pasien
menggunakan metode Hierarki kebutuhan Maslow, yaitu perawatan diprioritaskan
dalam skala kebutuhan dasar manusia, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis
Merupakan kebutuhan biologis, terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air,
dan suhu tubuh konstan.
2. Kebutuhan keamanan
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, kebutuhan keamanan menjadi aktif dan
tubuh membutuhkan kemanan terhidar dari cedera
3. Kebutuhan cinta sayang dan kepemilikan
4. Kebutuhan esteem kebutuhan
5. Aktualisasi diri
Sedangkan pemeriksaan pasien menggunakan metode head to too, dengan
cara memeriksa fisik pasien dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan pendekatan
biopsikososialspiritual tanpa mengabaikan aspek etika dan estetika.

C. LANGKAH KEGIATAN

Pendokumentasian diurutkan berdasarkan ruangan di mulai dari kelas 1 diikuti


kelas berikutnya, namun dalam hal ini dikarenakan Puskesmas perawatan
Karangdadap masih dalam standar perawatan dasar sehingga menggunakan kelas III
semua.
Langkah kegiatan:
Formulir – formulir pemeriksaan yang di butuhkan untuk pasien di simpan di
dalam laci yang terbuat dari kayu yang berbeda disusun secara rapi sehingga mudah
untuk di ambil jika di perlukan.
Catatan perkembangan perawatan di letakan pada Snelhechter (map
berpenjepit) berukuran A4. Pada map tersebut di berikan nama ruangan kamar. Dan
catatn tersebut di urutkan sesuai kamar pasien yang sedang dirawat.
Formulir Bukti tindakan rawat inap yang berwarna hijau yang sudah di
tandatangani bagian kasir di simpan dalam Brief Ordner (map besar berpenjepit) di
simpan di dalam lemari dan penyimpanan diurutkan Sistem Tanggal (Chronological
Filing System).

13
Surat permintaan barang , surat nota dinas , bukti permintaan uang di simpan
dalam map penjepit Snelhechter. Yang dipisah dan disimpan dalam lemari kayu yang
disusun sesuai dengan tanggal.
Buku Register rawat inap, buku ekpedisi pemeriksaan penunjang, buku
observasi ttv, buku pembagian tugas, buku ronde rawat inap, buku expedisi permintaan
obat, disimpan dalam lemari terbuat dari kayu dan diurutkan menggunakan sistem
Sistem Nomor (Numeric Filing System).

14
BAB V
LOGISTIK

Logistik Unit Gawat Darurat meliputi :

1. Barang habis Pakai (BHP)


2. Alat Rumah Tangga (ART)
3. Alat Tulis Kantor (ATK)

NO NAMA BARANG JML

1 HANDSCOON UKURAN (L) 1 KTK

2 HANDSCOON UKURAN (L) 2 KTK

3 HYPAFIK 15x5cm 1 ROL

4 WOODEN TONGUE 100 PC

5 HANDSCOON UKURAN (M) 2

6 ALKOHOL 70% 1 LTR

7 KASSA BALL 2 ROL

8  LEUKOPLAST BESAR 2 ROL

9 GELANG PASIEN  85 PC

10  GELANG PASIEN  75 PC

11  HANDSCOON (XS)  1 KTK

Mekanisme permintan barang habis pakai (bhp) :

 Permintaan obat-obatan dilakukan pada jam kerja (07.30 s/d 14.00)


 Permintaan obat/alkes yang sudah diambil di gudang farmasi menjadi tanggungjawab
masing-masing unit
 Pengambilan obat di gudang farmasi dilakukan sampai tanggal 29
 Pengambilan obat di gudang farmasi harus ditandatangani oleh ka.unit/koordinator
NO NAMA BARANG JML

1 AMPLOP PENDEK 1 KTK

2 AMPLOP PANJANG (KOP) 1 KTK

3 STIKER YOKER 3 BKS

4 MAP HIJAU 2

5 BLANGKO GADAR 2 RIM


15
Mekanisme permintaan barang ATK dan ART :

 Permintaan barang ATK dan ART diajukan setiap bulannya tanggal 24


 Permintaan dibuat oleh Koordinator ruangan diketahui oleh ka.unit dan di tandatangani
 Permintaan selanjutnya diajukan kepada bagian umum dan kepegawaian kemudian
ditandatangani dan selanjutnya diserahkan ke bagian logistic

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Pengertian

16
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :

 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

Tujuan

 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

17
KTD yang tidak dapat dicegah

Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )

Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS

Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL

Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

B. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien

18
b. Melaporkan pada dokter jaga UGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui


tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan


untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai

19
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

20
Indikator-indikator pelayanan Unit Rawat Inap dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan Rawat Inap. Indikator-indikator berikut bersumber
dari sensus harian rawat inap :

1.    BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes
RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Rumus :

(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%


(jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode)

 2.    ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of


inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI
(2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang
lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus :

(jumlah lama dirawat) 


(jlh pasien keluar (hidup + mati))

 3.    TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.

Rumus :

((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan) 

21
(jlh pasien keluar (hidup + mati))

 4.    BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy
rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :

Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) 


(jumlah tempat tidur)

  5.    NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.

Rumus :

Jumlah pasien mati > 48 jam     × 100%


(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

 6.    GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar.

Rumus :

Jumlah pasien mati seluruhnya   × 100%


(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format


tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan.

BAB IX

PENUTUP

22
Setiap Unit Perawatan selalu mengupayakan efisiensi dan efektifitas pelayanan.
Sedapat mungkin mereka berupaya menyelamatkan sebanyak - banyaknya dalam waktu
sesingkat singkatnya sesuai dengan tingkat kebutuhan dan keparahan penyakitnya. Dengan
demikian sumber daya manusia dan sarana di Perawatan sangat menentukan keberhasilan
pelayanan kepada pasien.

Dalam pembuatan pedoman ini disadari bahwa pedoman ini tidak sempurna masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh kerena itu masukkan dan saran untuk perbaikan
peningkatan buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semoga pedoman
ini dapat bermanfaat.

23

Anda mungkin juga menyukai