Latar Belakang Pertempuran Medan Area
Latar Belakang Pertempuran Medan Area
Sekutu membawa satu brigade, yaitu Brigade 4 dari Divisi India ke-26. Kedatangan brigade
itu turut dibocengi oleh orang-orang Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang
diam-diam dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia.
Pada awalnya pemerintah RI di Sumatra Utara memperkenankan mereka menempati
beberapa hotel di kota Medan, seperti Hotel de Boer, Grand Hotel, Hotel Astoria dll. Pejabat
Sumatra Utara tidak mengetahui tujuan mereka sebenarnya, melainkan semata-mata ingin
menghormati tugas mereka untuk mengurus tawanan perang yang ditahan oleh Jepang.
Dalam mengantisipasi kedatangan Sekutu dan NICA, para pemuda segera membentuk
Divisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di kota Medan pada 13 September 1945.
Sikap congkak dari bekas tawanan itu memicu timbulnya berbagai insiden dengan para
pemuda Sumatra Utara. Insiden pertama pecah di hotel di Jalan Bali, Medan pada tanggal
13 Oktober 1945. Insiden itu diawali dengan adanya seorang penghuni hotel yang
merampas dan menginjak-nginjak lencana merah-putih yang dipakai oleh seorang pemuda.
Insiden kemudian menjalar di beberapa kota lainnya seperti Pematang Siantar dan
Berastagi.
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi daerahnya. Tugas
pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah menegakkan kedaulatan dan membentuk
Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Sumatera.
Oleh karena itu, mulai dilakukan pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti senjata dan
menduduki gedung-gedung pemerintah.
Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat yang diboncengi oleh NICA.
Para Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan.
Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah putih diinjak-injak oleh
tamu di sebuah hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel tersebut sehingga mengakibatkan 96
korban luka-luka.
Para korban ternyata sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar Serikat dan rakyat menjalar ke
seluruh kota Medan.
Penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu dilalukan oleh Komando Asia Tenggara (South East
Asia Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mounbatten. Pasukan
Sekutu yang bertugas di Indonesia adalah Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang
dipimpin Sir Philip Christison. AFNEI merupakan komando bawahan dari SEAC. Tugas AFNEI di
Indonesia adalah:
1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu
3. Melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan ke negaranya
4. Menjaga keamanan dan ketertiban (law and order) dan
5. Menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai penjahat
perang.
Pada awalnya rakyat Indonesia menyambut kedatangan Sekutu dengan senang. Akan tetapi setelah
diketahui NICA ikut didalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan.
Kedatangan NICA di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan kembali Hindia-Belanda dan
berkuasa kembai di Indonesia. Datangnya pasukan Sekutu diboncengi NICA mengundang
perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Berbagai perlawan terhadap Sekutu
muncul di berbagai daerah muncul, salah satunya di Medan.
LATAR BELAKANG
Karena ultimatumnya tidak dihiraukan oleh rakyat Medan, Pasukan Sekutu mengerahkan
kekuatannya untuk menggempur kota Medan dan sekitarnya. Serangan Sekutu ini dihadapi dengan
gagah berani oleh pejuang RI dibawah koordinasi kolonel Ahmad Tahir
SEBAB-SEBAB PERTEMPURAN
1. Tawanan perang yang dibebaskan sekutu dipersenjatai & bersikap congkak sehingga
menyebabkan terjadinya insiden di beberapa tempat
2. Penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang
dipakai pemuda Indonesia. Hah ini mengundang kemarahan para pemuda Indonesia.
Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadaap hotel yang banyak dihuni pasukan
NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak sekutu memasang papan yang bertuliskan
“Fixed Boundaries Medan Area” di beberapa sudut kota. Sejak itulah Medan Area menjadi
terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik
yang berada di kota Medan.
JALANNYA PERTEMPURAN
Pd tgl 18 Okt 1945, Sekutu mengultimatum rakyat Medan untuk menyerahkan senjatanya.NICA
melakukan aksi teror yg menyebabkan pecahnya pertempuran shg banyak korban di pihak Inggris.
Tgl 1 Des 1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di
berbagai sudut pinggiran kota Medan.
Pada bulan April 1946 pasukan Sekutu berhasil mendesak pemerintah RI keluar Medan. Pasukan
Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan.
Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing yang
mencoba berkuasa kembali.
AKIBAT PERTEMPURAN
Pertempuran Medan Area berakhir pada 15 Februari 1947 pukul 24.00 setelah ada perintah dari
Komite Teknik Gencatan Senjata untuk menghentikan kontak senjata. Sesudah itu Panitia Teknik
genjatan senjata melakukan perundingan untuk menetapkan garis-garis demarkasi yang definitif
untuk Medan Area. Dalam perundingan yang berakhir pada tanggal 10 Maret 1947 itu,
ditetapkanlah suatu garis demarkasi yang melingkari kota Medan dan daerah koridor Medan
Belawan. Panjang garis demarkasi yang dikuasai oleh tentara Belanda dengan daerah yang
dikuasai oleh tentara Republik seluruhnya adalah 8,5 Km. Pada tanggal 14 Maret 1947 dimulailah
pemasangan patok-patok pada garis demarkasi itu. Akan tetapi kedua pihak, Indonesia dan
Belanda, selalu bertikai mengenai garis demarkasi ini. Empat bulan setelah akhir pertempuran ini,
Belanda melaksanakan Operatie Product atau disebut Agresi Militer Belanda I.
AKHIR PERTEMPURAN
Usaha yang sedemikian rupa juga dilakukan oleh Brigadier Jenderal T. E. D. Kelly terhadap
pemuda Medan pada tanggal 18 Oktiber 1945. Sejak saat itu pula pasukan Sekutu dan
NICA mulai melakukan aksi-aksi teror di kota Medan, sehingga permusuhan dengan
kalangan pemuda pun tidak terhindarkan.
Di sisi lain, akibat permusuhan dengan kalangan pemuda, patroli-patroli Inggris ke luar kota
tidak pernah merasa aman. Keselamatan mereka tidak dijamin oleh pemerintah RI.
Pada tanggal 10 Desember 1945, pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan
konsentrasi Tenatara Keamanan Rakyat (TKR) di Trepes, tetapi usaha itu berhasil
digagalkan.
Selanjutnya seorang perwira Inggris diculik oleh pemuda. Beberapa truk Sekutu juga
berhasil dihancurkan.
Adanya peristiwa ini menyebabkan Jenderal T. E. D Kelly kembali mengancam para
pemuda agar menyerahkan senjata mereka. Barang siapa yang tidak mau mematuhi akan
ditembak mati.
Pada bulan April 1946, tentara Inggris mulai berusaha mendesak pemerintah RI di Medan
untuk ke luar dari kota. Gubernur, Makras Divisi TKR, Walikota RI akhirnya dipindahkan ke
Pematang Siantar. Dengan demikian, Inggris berhasil menguasai kota Medan. Tanpa
adanya komando kesatuan, mustahil dapat melakukan serangan efektif terhadap
kedudukan-kedudukan pasukan Inggris dan NICA.
Pada tanggal 10 Agustus 1946, di Tebingtinggi, diadakan suatu pertemuan antara
komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.
Pertemuan itu memutuskan untuk membentuk satu komando yang bernama Komando
Resimen Laskar Rakyat Medan Area yang dibagi atas 4 sektor dan setiap sektor dibagi
atas 4 sub sektor. Setiap sektor berkekuatan 1 batalyon. Markas komano ini berkedudukan
di Sudi Mengerti (Trepes). Di bawah komando baru itulah perjuangan di Medan Area
diteruskan.
Latarbelakang Pertempuran Medan Area
Pada 03/08/2018 In Sejarah Tagged Proklamasi
Pendaratan tentara Sekutu di Medan dipimpin Brigjen. T.E.D Kelly terjadi pada tanggal
9 Oktober 1945. Kedatangan Sekutu di Medan ini juga diboncengi NICA yang dipimpin
Raymond Westerling.
Pendaratan tentara Sekutu menimbulkan kekhawatiran rakyat Medan. Sehari setelah
mendarat, ti Relief of Allied Prisoner of War and Internes (RAPWI) melakukan
pembebasan terhadap tawanan di penjara-penjara yang ada di Medan atas persetujuan
Gubernur Moh.Hassan.
Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:
1. Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah
putih.
2. Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
3. Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang
papan pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi
Medan Area)” di sudut-sudut pinggiran Kota Medan.
4. Ultimatum agar pemuda Medan menyerahkan senjata kepada Sekutu.
Setelah dibebaskam, para tawanan langsung dibentuk menjadi Medan Batalion KNIL.
Hai ini menimbulkan kekhawatiran rakyat di Medan. Insiden pertama terjadi pada
tanggal 13 oktober 1945 di Jalan Bali, Medan,.
Peristiwa tersebut diawali dengan ulah seorang penghuni hotel yang menginjak-injak
lencana merah putih yang dipakai seorang warga sekitar. Kejadian tersebut
menimbulkan kemarahan para pemuda yang berujung pada penyerangan dan
perusakan hotel tersebut.
Pada tanggal 10 Oktober 1945, pemerintah Sumatra Timur membentuk TKR yang
dipimpin Achmad Tahir, yang terdiri atas unsur bekas Heiho dan Giyugun. Selain TKR,
terbentuk pula badan perjuangan yang bernama Pemuda Republik Indonesia Sumatra
Timur.
Brigjen. Kelly berusaha melemahkan gerakan rakyat medan dengan menyampaikan
ultimatum agar pemuda menyerahkan senjata pada Sekutu. Sekutu pun mulai
melakukan pembersihan di berbagai wilayah Kota Medan.
Pada tanggal 1 Desember 1945, sekutu memperkuat dan menegaskan kedudukannya
dengan memasang patok-patok di sudut kota. Pemasangan patok-patok tersebut
disertai dengan pemasangan papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area
(Batas Resmi Wilayah Medan). Tentara sekutu kemudian melakukan pembersihan
terhadap orang-orang indonesia yang berada di wilayah Medan Area. Sekutu juga
mendesak agar pemerintahan indonesia yang ada di Medan segera keluar dari wilayah
tersebut. Tindakan Sekutu tersebut mendapat balasan dari rakyat Medan dengan
perlawanan bersenjata. Pada tanggal 10 Desember 1945, pasukan Sekutu melakukan
serangan terhadap kedudukan TKR di Trepes.
Para komandan satuan tempur TKR di Medan kemudian membentuk Komando Laskar
Rakyat Medan Area. Markas komando berada di Sudi Mengerti, Trepes. Dibawah
komando tersebut, pasukan TKR meneruskan perjuangan di Medan Area.
Source : https://usaha321.net/latarbelakang-pertempuran-medan-area.html
Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area adalah peristiwa perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai
Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, akan tetapi berita kemerdekaan Indonesia
baru terdengar sampai ke Medan pada tanggal 27 Agustus 1945 yang dibawa oleh Mr. Teuku Mohammad Hasan.
Menanggapi berita tersebut dibawah pimpinan Achmad Tahir membentuk Barisan Pemuda Indonesia.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di Medan dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Kedatangan
pasukan sekutu diikuti oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Peristiwa-
peristiwa yang melatar belakangi terjadinya pertempuran medan area :
1. Seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih
3. Sekutu memasang papan yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” (Batas Resmi Wilayah Medan)
diberbagai pinggiran kota Medan.
Pada tanggal 10 Desember 1945, sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Medan.
Serangan ini menimbulkan banyak korban dikedua belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki
kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pemantang Siantar.
Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda ke I, Belanda melancarkan serangannya terhadap pasukan RI ke semua
sektor. Perlawanan terhadap Belanda hampir 1 minggu dan setelah itu pasukan-pasukan RI mengundurkan diri dari
Medan Area.
Source : http://sejarahtokohbangsa.blogspot.com/2013/07/pertempuran-medan-area_2.html