Abstrak
Mu’jizat merupakan petunjuk dari Allah SWT kepada manusia akan kebenaran
para Rasul dan NabiNya. Mereka benarbenar utusan Allah dan mereka
hanyalah memberi kabar, menyampaikan risalah dari Allah SWT. Allah
memberi kemukjizatan untuk membuktikan kebenaran kenabian dan
kerasulannya. Setiap kaum biasanya tidaklah mudah begitu saja menerima
seruan/ dakwah para Rasul sebelum mereka mengetahui bukti kebenaran
bahwa dia sebagai utusan Allah. Maka mukjizat sangat diperlukan agar
kaumnya dapat menerima seruannya. Mukjizat yang diterima Rasulullah
Muhammad saw amat banyak, namun yang paling besar adalah Al-Qur’an Al-
Karim, kitab suci wahyu Ilahi terakhir yang diturunkan kepada Rasulnya
sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia di dunia,
kitab suci yang akan dijaga kemurniannya oleh Allah sampai akhir zaman, Isi
kandungan Al-Qur’an Al-Karim diantaranya, untuk berita ghoib (Terjadinya
peperangan antara kerajaan Romawi dan Kerajaan Persia dan kemenangan di
pihak romawi),informasi sejarah(Kisah Nabi Adam, nabi Nuh dan lainya
adalah peristiwa ribuan tahun sebelum Nabi Muhammad. saw), ilmu
pengetahuan (AlQur’an mengisyaratkan bahwa “cahaya matahari bersumber
dari dirinya sendiri sedang cahaya/sinar bulan berasal dari pantulan), hokum
(Al-Qur’an mengajarkan akan dasardasar aqidah, hukum-hukum ibadah,
akhlak, dan dasar-dasar mu’amalah seperti ekonomi, politik, hidup berumah
tangga, sosial, larangan khomer, curang, mencuri), bilangan (Keseimbangan
bilangan kata dengan antonimnya dan sinononimnya).
PENDAHULUAN
Nabi Muhammad adalah seorang nabi yang tidak bisa membaca dan
tidak bisa menulis. Di balik keagungan ini adalah Al-Qur'an sebagai
Mukjizat yang diturunkan. Kalau saja ketika Al-Qur'an diturunkan oleh
seorang nabi yang pandai membaca, menulis bisa menjadi orang yang
Received November 1st,2018; Revised November 25th, 2018; Accepted
December 10th, 2018
mendengarkan wahyu, tentu saja mereka akan kagum "benar mereka
pintar membaca", tidak ada yang istimewa. Di situlah kedudukan
mukjizat dapat diterima, karena si penerima tidak mengetahui/tidak
mampu sama sekali dan diberikan keistimewaan oleh Allah sebagai
pembenaran utusan-Nya.
I'jaz al-Qur'an terdiri dari dua kata: kata Ijaz dan al-Qur'an. Kata al-
Qur'an berasal dari Qara'a yang berarti kumpulan (al-Jam'u),
menghimpun menjadi satu (alDhommu) sehingga kata masdar dari kata
Qara'a adalah al-Qira'ah yang berarti mengumpulkan huruf dan kalimat
yang menyatu dalam mushab (artartil). Kata al- Qur'an juga merupakan
kata masdar dari kata Qara'a dan juga sinonim dengan kata Qira'ah.
Dalam kajian ilmu al-Sharaf, kata al-Qur'an merupakan masdar dengan
fiktif fu'laanun, meskipun bersifat masdar, tetapi artinya maf'ul, yaitu
membaca. Sedangkan al-Qur'an sebagai wakil dari definisi-definisi yang
ada, diantaranya: “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menganggap ibadah (pahala) membacanya”.
Kata’Ijaz itu sendiri secara bahasa merupakan masdar dari kata kerja
a'jaza (a'jaza, yu'jizu, i'jazan) yang artinya melemahkan. Kata a'jaza
termasuk fi'il ruba'I mazid yang berasal dari fi'il tsulasi mujarrad a'jaza
yang berarti lawan yang lemah dari kata qodaro yang berarti
kuat/mampu, kata lemah (al'ajaz) sendiri diartikan dengan: “Ungkapan
yang dimaksudkan untuk membatasi berbuat sesuatu”. Dengan demikian
Kata I'jaz al-Qur'an yang dimaksud di sini adalah: "Menyatakan
1
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 1 Juni 2022
kebenaran Nabi Muhammad dalam risalah dakwahnya dengan
menunjukkan kelemahan- kelemahan orang Arab yang menentang
kemukjizatan Al-Qur'an pada waktu itu dan menunjukkan kelemahan-
kelemahan tersebut. bangsa lain sesudahnya. (masa 10 kenabian).”
Setidaknya, ada dua hal yang menekankan definisi di atas, Pertama dari
segi tujuan, menyatakan kebenaran risalah nabi Muhammad. Kedua,
dari segi pembuktian, menunjukkan kelemahan orang-orang yang
menentang mukjizat Al- Qur'an.
Mukjizat Al-Quran
Setelah mendefinisikan apa itu Al-Qur'an dan I'jaz al-Qur'an, perlu
didefinisikan apa itu mukjizat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mukjizat diartikan sebagai: “Kejadian ajaib yang sulit dijangkau oleh
kemampuan akal manusia”. Definisi ini menurut Quraish Shihab tidak
sesuai dengan isi dalam Islam. Ulama Islam mendefinisikan mukjizat
dengan: “Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui
seseorang yang mengaku sebagai nabi, sebagai bukti kenabiannya yang
ditantang kepadanya yang ragu-ragu untuk melakukan atau membawa hal
serupa, tetapi mereka tidak mampu untuk melakukannya. melayani
tantangan Dari definisi ini ada empat elemen untuk sesuatu yang bisa
dikatakan keajaiban.
1. Hal atau kejadian yang luar biasa.
2. Terjadi atau digambarkan oleh seseorang yang mengakui nabi.
3. Berisi tantangan bagi mereka yang meragukan kenabian.
4. Tantangan-tantangan ini tidak dapat atau gagal untuk dilayani.
Jika kita melihat kitab-kitab yang masih dekat dengan zaman kita
berkenaan dengan sisi keajaiban Al-Qur'an, secara umum ada beberapa
yang bisa diungkap antara lain: Manna 'al-Qatthan, menguraikan tiga
aspek pertama dari al- Aspek Lughawi, alIlmi dan al-Syar'i. M. Quraish
Shihab menjelaskan bahwa hanya ada tiga aspek, pertama bahasa, Tanda
Ilmiah dan Dakwah Gaib di masa lalu atau di masa depan. Al- Qurthubi
merinci menjadi sepuluh jenis, al-Zarqani merinci empat belas jenis.
Harap dicatat bahwa dalam hal mukjizat itu terbatas hanya pada aspek-
aspek yang disebutkan di atas. Quraish Shihab secara khusus
mengatakan bahwa tiga mukjizat yang ia gambarkan adalah sebagian
dari mukjizat Al-Qur'an dan ciri-cirinya sehingga ia menyimpulkan:
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA