Anda di halaman 1dari 11

Penulis :Judul

Mu’jizat Dan I’jaz Al-Qur’an


Muhammad Hifzhil Khair, Muhammad Yahya, Nuril Amri.
STAI RAKHA Amuntai, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Abstrak

Mu’jizat merupakan petunjuk dari Allah SWT kepada manusia akan kebenaran
para Rasul dan NabiNya. Mereka benarbenar utusan Allah dan mereka
hanyalah memberi kabar, menyampaikan risalah dari Allah SWT. Allah
memberi kemukjizatan untuk membuktikan kebenaran kenabian dan
kerasulannya. Setiap kaum biasanya tidaklah mudah begitu saja menerima
seruan/ dakwah para Rasul sebelum mereka mengetahui bukti kebenaran
bahwa dia sebagai utusan Allah. Maka mukjizat sangat diperlukan agar
kaumnya dapat menerima seruannya. Mukjizat yang diterima Rasulullah
Muhammad saw amat banyak, namun yang paling besar adalah Al-Qur’an Al-
Karim, kitab suci wahyu Ilahi terakhir yang diturunkan kepada Rasulnya
sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia di dunia,
kitab suci yang akan dijaga kemurniannya oleh Allah sampai akhir zaman, Isi
kandungan Al-Qur’an Al-Karim diantaranya, untuk berita ghoib (Terjadinya
peperangan antara kerajaan Romawi dan Kerajaan Persia dan kemenangan di
pihak romawi),informasi sejarah(Kisah Nabi Adam, nabi Nuh dan lainya
adalah peristiwa ribuan tahun sebelum Nabi Muhammad. saw), ilmu
pengetahuan (AlQur’an mengisyaratkan bahwa “cahaya matahari bersumber
dari dirinya sendiri sedang cahaya/sinar bulan berasal dari pantulan), hokum
(Al-Qur’an mengajarkan akan dasardasar aqidah, hukum-hukum ibadah,
akhlak, dan dasar-dasar mu’amalah seperti ekonomi, politik, hidup berumah
tangga, sosial, larangan khomer, curang, mencuri), bilangan (Keseimbangan
bilangan kata dengan antonimnya dan sinononimnya).

Kata kunci : I’jazul, Rasul, Al-Qur’an, Kandungan Al-Quran

PENDAHULUAN

Nabi Muhammad adalah seorang nabi yang tidak bisa membaca dan
tidak bisa menulis. Di balik keagungan ini adalah Al-Qur'an sebagai
Mukjizat yang diturunkan. Kalau saja ketika Al-Qur'an diturunkan oleh
seorang nabi yang pandai membaca, menulis bisa menjadi orang yang
Received November 1st,2018; Revised November 25th, 2018; Accepted
December 10th, 2018
mendengarkan wahyu, tentu saja mereka akan kagum "benar mereka
pintar membaca", tidak ada yang istimewa. Di situlah kedudukan
mukjizat dapat diterima, karena si penerima tidak mengetahui/tidak
mampu sama sekali dan diberikan keistimewaan oleh Allah sebagai
pembenaran utusan-Nya.

Walaupun Nabi Muhammad adalah seorang ummi, masyarakat umum


sudah tahu dan mahir dalam hal sastra dalam bentuk puisi dan prosa. Hal
ini sesuai dengan pernyataan al-Walid bin al-Mughiroh “tidak ada yang
paling mengetahui tentang syair dan syair jin kecuali aku” ketika
berdialog dengan Abu Jahal. Oleh karena itu al-Qur'an sebagai mukjizat
bila bentuknya seperti puisi dan prosa dalam arti “lebih”, dimana dalam
bidang ilmu dikenal dengan istilah kebalaghannya. Hal ini sesuai dengan
tantangan Al-Qur'an kepada Jin dan Manusia agar bisa membuat Al-
Qur'an seperti itu, kemudian sepuluh surah dan akhirnya satu huruf. Tapi
tidak ada satupun dari mereka yang menyangkalnya.1

KONSEP ‘IJAZ AL-QUR’AN

I'jaz al-Qur'an terdiri dari dua kata: kata Ijaz dan al-Qur'an. Kata al-
Qur'an berasal dari Qara'a yang berarti kumpulan (al-Jam'u),
menghimpun menjadi satu (alDhommu) sehingga kata masdar dari kata
Qara'a adalah al-Qira'ah yang berarti mengumpulkan huruf dan kalimat
yang menyatu dalam mushab (artartil). Kata al- Qur'an juga merupakan
kata masdar dari kata Qara'a dan juga sinonim dengan kata Qira'ah.
Dalam kajian ilmu al-Sharaf, kata al-Qur'an merupakan masdar dengan
fiktif fu'laanun, meskipun bersifat masdar, tetapi artinya maf'ul, yaitu
membaca. Sedangkan al-Qur'an sebagai wakil dari definisi-definisi yang
ada, diantaranya: “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menganggap ibadah (pahala) membacanya”.

Kata’Ijaz itu sendiri secara bahasa merupakan masdar dari kata kerja
a'jaza (a'jaza, yu'jizu, i'jazan) yang artinya melemahkan. Kata a'jaza
termasuk fi'il ruba'I mazid yang berasal dari fi'il tsulasi mujarrad a'jaza
yang berarti lawan yang lemah dari kata qodaro yang berarti
kuat/mampu, kata lemah (al'ajaz) sendiri diartikan dengan: “Ungkapan
yang dimaksudkan untuk membatasi berbuat sesuatu”. Dengan demikian
Kata I'jaz al-Qur'an yang dimaksud di sini adalah: "Menyatakan
1
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 1 Juni 2022
kebenaran Nabi Muhammad dalam risalah dakwahnya dengan
menunjukkan kelemahan- kelemahan orang Arab yang menentang
kemukjizatan Al-Qur'an pada waktu itu dan menunjukkan kelemahan-
kelemahan tersebut. bangsa lain sesudahnya. (masa 10 kenabian).”
Setidaknya, ada dua hal yang menekankan definisi di atas, Pertama dari
segi tujuan, menyatakan kebenaran risalah nabi Muhammad. Kedua,
dari segi pembuktian, menunjukkan kelemahan orang-orang yang
menentang mukjizat Al- Qur'an.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mukjizat Al-Quran
Setelah mendefinisikan apa itu Al-Qur'an dan I'jaz al-Qur'an, perlu
didefinisikan apa itu mukjizat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mukjizat diartikan sebagai: “Kejadian ajaib yang sulit dijangkau oleh
kemampuan akal manusia”. Definisi ini menurut Quraish Shihab tidak
sesuai dengan isi dalam Islam. Ulama Islam mendefinisikan mukjizat
dengan: “Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui
seseorang yang mengaku sebagai nabi, sebagai bukti kenabiannya yang
ditantang kepadanya yang ragu-ragu untuk melakukan atau membawa hal
serupa, tetapi mereka tidak mampu untuk melakukannya. melayani
tantangan Dari definisi ini ada empat elemen untuk sesuatu yang bisa
dikatakan keajaiban.
1. Hal atau kejadian yang luar biasa.
2. Terjadi atau digambarkan oleh seseorang yang mengakui nabi.
3. Berisi tantangan bagi mereka yang meragukan kenabian.
4. Tantangan-tantangan ini tidak dapat atau gagal untuk dilayani.

Keajaiban dibagi menjadi dua bagian: dapat diperoleh melalui panca


indera (hissiyah) dan akal ('aqliyah). Sebagian besar mukjizat para nabi
anak-anak Iksrail disaksikan oleh umatnya melalui panca indera seperti
Musa dengan tongkatnya (mampu mengalahkan dukun Firaun dan
membelah laut). Sedangkan mukjizat nabi Muhammad sebagai nabi
terakhir sebagian besar aspek 'aqliyah karena tingginya pengetahuan
umatnya. Keajaiban itu berupa Al-Qur'an yang berlaku sampai hari
kiamat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa I'jaz al-Qur'an
adalah ilmu yang menempatkan Al-Qur'an sebagai mukjizat Nabi
Muhammad SAW yang melemahkan orang-orang yang menentangnya
sehingga mereka dapat mengakuinya sebagai utusan Allah. Tuhan
sekaligus agama yang dianut adalah agama yang benar dan menguatkan
iman umatnya.

Jika kita melihat kitab-kitab yang masih dekat dengan zaman kita
berkenaan dengan sisi keajaiban Al-Qur'an, secara umum ada beberapa
yang bisa diungkap antara lain: Manna 'al-Qatthan, menguraikan tiga
aspek pertama dari al- Aspek Lughawi, alIlmi dan al-Syar'i. M. Quraish
Shihab menjelaskan bahwa hanya ada tiga aspek, pertama bahasa, Tanda
Ilmiah dan Dakwah Gaib di masa lalu atau di masa depan. Al- Qurthubi
merinci menjadi sepuluh jenis, al-Zarqani merinci empat belas jenis.
Harap dicatat bahwa dalam hal mukjizat itu terbatas hanya pada aspek-
aspek yang disebutkan di atas. Quraish Shihab secara khusus
mengatakan bahwa tiga mukjizat yang ia gambarkan adalah sebagian
dari mukjizat Al-Qur'an dan ciri-cirinya sehingga ia menyimpulkan:

1. Susunan Kalimat/Uslub Menurut Mustafa ar-Rafi'i, seorang


tokoh sastra Arab, jika kita memperhatikan komposisi Al-Qur'an,
pasti kita akan memiliki beberapa pola dan ekspresi yang sesuai
dengan ketentuan penulisan dan penulisan, sesuai dengan fungsi
huruf demi huruf dalam hal kelancaran. dalam salam. Yang
menarik adalah bahwa ada susunan yang sempurna di dalam Al-
Qur'an tetapi jika sebuah kata yang terdapat dalam susunan itu
ditempatkan pada susunan yang teratur tidak enak untuk didengar
dan diucapkan. Diantara kata-kata tersebut adalah an- Nuzhur ()
jamak dari nadzir () nilai dhammah pada kata tersebut benar-
benar sangat berat karena pada konsonan berurutan adalah “nun”
() dan dzal (), terutama bunyi (makhraj huruf) yang kaku dan sulit
untuk diucapkan, tetapi jika kata-kata itu diterapkan dalam Al-
Qur'an tidak demikian, seperti firman Allah dalam surah al-
Qamar: ayat 1 sampai 55.

2. Al’Ijaz Imam Zahrah dalam kitab al-Mu'jizatul Kubra al-Qur'an


menjelaskan bahwa pembagian kalimat dari segi ringkas dan luas
dapat menjadi empat bentuk, sebagai berikut:

a. Bentuk al-I'jaz sedikit lafalnya, sedangkan isi yang


dikandungnya banyak.
b. Bentuk taqsir (terlalu pendek), yaitu pengucapannya tidak
cukup untuk mengungkapkan makna yang dimaksudkan.
c. Bentuk itnad (luas), yaitu jika maknanya besar dan
diungkapkan dengan banyak lafal tetapi tidak berlebihan.
d. Bentuk tathwail (panjang), yaitu jika pengucapannya terlalu
banyak sehingga melebihi artinya..

Menurut Ar-Rumany, bentuk ijaz dan itnabadalah yang termasuk


balaghatu AlQur'an, sedangkan dua bentuk lainnya termasuk
kehinaan, tidak termasuk balaghatu Al-Qur'an.

3. Berita Tentang Ghaib Pemberitaan tentang hal-hal ghaib dalam


Al-Qur'an adalah dalil yang jelas bahwa Al- Qur'an bukanlah
buatan manusia, tetapi kata-kata Zat Yang Maha Mengetahui
tentang hal- hal yang ghaib. Salah satu contohnya adalah
pemberitaan perang yang akan terjadi antara Roma dan Persia
dengan kemenangan berada di pihak Roma setelah mereka
bersemangat dalam pertempuran sebelumnya sebagaimana
dinyatakan dalam surat Ar-Rum ayat 15. Dalam ayat ini
dijelaskan bahwa alasan turunnya ayat ini adalah pertempuran
yang terjadi antara Roma, agama Kristen dan negara Persia yaitu
Wasaniyah, dimenangkan oleh Parsi. Orang-orang musyrik itu
senang dengan kekalahan Roma sambil berkata kepada kaum
muslimin, “Kamu mengira kamu ahli kitab padahal orang Nasrani
ahli kitab, sekarang teman-teman kami lebih unggul dari kamu.
Kami juga lebih dari kamu”. Mendengar penuturan tersebut,
umat Islam menjadi sedih.

Saat itu datanglah ayat yang menggembirakan kaum muslimin,


yaitu kemenangan Roma atas negara Persia dalam waktu singkat, yaitu
antara tiga sampai sembilan tahun. Kemenangan Roma tidak pernah
disangka-sangka karena perang sengit yang telah menghancurkan tentara
Romawi, bahkan mereka dikalahkan di tempat mereka sendiri. Selain itu,
negara Persia adalah bangsa yang kuat dan tangguh. Dan kemenangan
terakhir ini menambah kekuatan dan ketahanan negara Persia. Ketika
ayat itu diturunkan, Abu Bakar melawan seratus unta atas kemenangan
sembilan tahun Roma dengan seorang musyrik bernama Ubay bin
Khalaf. Ketika sembilan tahun belum berakhir, terjadi pertempuran
antara Roma dan Persia, yang dimenangkan oleh Romawi. Dengan
demikian, berita Al-Qur'an terbukti. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun
622 M yang bertepatan dengan tahun Hijriah. Alhasil Abu Bakar
memenangkan taruhan dan Nabi memerintahkannya untuk
mempersembahkan untanya.
4. Sejalan dengan Ilmu pengetahuan modrn
Di antara aspek keajaiban Al-Qur'an adalah adanya beberapa
petunjuk rinci mengenai beberapa pengetahuan umum yang telah
ditemukan dalam Al- Qur'an sebelum ditemukan oleh Ilmu
Pengetahuan Modern. Teori Al-Qur'an sama sekali tidak
bertentangan dengan teori-teori Ilmu Pengetahuan Modern. Al-
Qur'an bukanlah kitab ilmu pengetahuan, melainkan pedoman
atau pedoman dan kitab hukum dan pembetulan. Ayat-ayat
tersebut tidak terlepas dari petunjuk rinci, kebenaran samar
tentang masalah alam, kedokteran dan geografi yang temuannya
menunjukkan keajaiban Al-Qur'an dan posisinya sebagai wahyu
dari Tuhan. Al-Qur'an bukanlah ciptaan Nabi Muhammad karena
dia seorang Ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Selain itu,
ia lahir di lingkungan yang jauh dari budaya dan tidak
mendapatkan ilmu apapun dari sekolah, karena bangsa dan
keluarganya adalah umat Ummi. Selain itu, teoriteori ilmiah yang
diberikan oleh Al-Qur'an pada saat itu belum diketahui dan ilmu
pengetahuan modern belum menemukan rahasianya dan
menemukan buktinya. Berikut ini adalah di antara banyak tanda-
tanda al-Qur'an yang sesuai dengan Ilmu Pengetahuan Modern
seperti bentuk bumi, bentuk botani lainnya yang diberikan Allah
melalui al-Qur;an.

5. Hukum yang sempurna Di antara aspek keajaiban Al-Qur'an


adalah adanya hukum ilahi yang sempurna yang melebihi semua
hukum buatan manusia. Al-Qur'an al-Karim menjelaskan pokok-
pokok keimanan, hukum agama, norma keutamaan, budi pekerti,
hukum ekonomi, politik, sosial dan sosial. Al-Qur'an mengatur
kehidupan keluarga dan masyarakat dan Al-Qur'an yang
meletakkan dasar kemanusiaan yang mulia dan adil yang
disebut-sebut oleh para pembaharu abad ke-20. Seperti
persamaan kebebasan dan keadilan yang mereka sebut
demokrasi, musyawarah dan sebagainya. Di antara contoh
keunggulan hukum Al-Qur'an yang sarat dengan kebijakan
hukum yang bersifat humaniter adalah sebagai berikut:
a) Di Amerika dimunculkan hukum Khamar (Miras), namun tidak
berhasil karena hukum yang diterapkan tidak sesuai dengan cara
bijak yang diterapkan Islam dalam melarang khamar. Pada
akhirnya, mereka mengizinkannya kembali, tetapi masih
menganggap khamar mengandung bahaya laten.
b) Beberapa negara Barat, khususnya Amerika, pernah
membolehkan perceraian, setelah mereka melarang perceraian
karena bertentangan dengan ajaran gereja. Namun, mereka
melebih-lebihkan undang-undang perceraian sehingga undang-
undang tersebut justru menimbulkan masalah besar dan akhirnya
mereka mengizinkannya
c) Di masyarakat maju (Eropa) setiap hari terjadi peningkatan
kejahatan padahal sanksi yang diterapkan sudah jelas bagi pelaku
kejahatan, baik sanksi berupa kurungan tahun maupun hukuman
mati (gantung). Namun demikian, masih kita jumpai beberapa
kejahatan yang membuat merinding, seperti penculikan,
pembunuhan dan pencurian di siang bolong di rumah- rumah,
perampokan bank dan toko-toko besar, bahkan ada komplotan
komplotan yang mengancam keamanan nasional dan keselamatan
penduduk. Itu adalah bukti nyata kegagalan hukum dan peraturan
yang dibuat oleh manusia, sedangkan Islam benar-benartelah
membuktikan keamanan dan kedamaiannya dan menghilangkan
kejahatan langsung dari sumbern

Ada lima faktor  yang menyebabkan kegagalan dan ketidakmampuan


bangsa arab dalam menandingi  al-quran, yaitu:

1. Ketika menyusun syi’ir-syi’ir atau teks lisan lainnya, bangsa arab


hanya mampu mensifati benda-benda yang bisa dilihat, seperti
kuda, unta, perempuan, dll. Namun al-Quran, selain mensifati
benda-benda yang bisa dilihat, tapi juga mampu memaparkan hal-
hal ghaib, termasuk sejarah-sejarah masa lalu dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan
datang.
2. Bagaimanapun hebatnya para pujangga dan orator Arab dalam
menyusun kata-kata dan merangkai kalimat, mereka tidak mampu
menyusun kata dan rangkaian kalimat yang semuanya fasih dan
baligh. Sedangkan semua susunan kata dan rangkaian kalimta al-
Quran fasih dan baligh, sehingga tidak seorang pun mampu
menandinginya.
3. Ketika para sastrawan Arab berulang-ulang memberikan sifat
tentang sesuatu benda atau peristiwa yang terjadi dengan kalimat
berbeda-beda, maka kalimat yang kedua berbeda maksudnya
dengan kalimat yang pertama. Tetapi al-Quran tidaklah demikian,
sekalipun kalimat yang satu diulang-ulang dengan menggunakan
kalimat yang lain, namun ayat-ayat al-Quran tidak berubah dari
tujuan yang semula, bahkan akan menambah kefasihannya.
4. Para sastrawan Arab  yang paling tersohor sekalipun, hanya dapat
menyusun syi’ir yang fasih dan baligh hanya dalam satu bidang
saja, sedang dalam bidang lainnya tidak. Tetapi al-Quran semua
susunan kalimat dan ayat –ayatnya fasih dan baligh
5. Kandungan syi’ir –syi’ir para pujangga dan sastrawan Arab
banyak berisi kebohongan dan kepalsuan, namun semua
kandungan al-Quran sangat bersih dari kedustaan dan kepalsuan.

KESIMPULAN

.I’jaz adalah  upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan


pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan manusia yang
meragukan dan mengingkari kenabian. Sedangkan Mukjizat adalah
Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang
mengaku nabi sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang
ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka
tidak mampu melayani tantangan itu

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa kajian tentang ‘Ijaz al-


Quram merupakan kajian yang memperlihatkan keistimewaan al-Quran
dari berbagai sudut pandang, mulai dari bahasa yang digunakan dalam al-
Qur’an tersebut, perihal hukum yang harus diketahui dan dilaksanakan,
serta memberikan penjelasan tentang ketentuan -ketentuan yang tidak
dapat dilhat secara kasat mata oleh manusia. Informasi yang diturunkan
Allah swt merupakan informassi yang hakiki, dalam arti apapun kondisi,
bagaimanapun berubahnya zaman maka penjelasan ini tetap akan sesuai
dengan masa dan kondisi tersebut.
Ada lima faktor yang menyebabkan manusia tidak mampu
menandingi al-Quran. Kelima faktor tersebut telah terbukti terjadi pada
bangsa Arab dan akan selalu menjadi alasan sampai kapan pun mengapa
manusia tidak akan mampu menandingi al-Quran

DAFTAR PUSTAKA

Al-Banna, Gamal, (2004) Tafsir al-Qur'an al-Karim Baina al-Qudama wa


al- Muhadditsin,
(Evolusi Tafsir: Dari Jaman Klaik hingga Jaman Modern), terj.
Noviantoni Kahar, Cet 1. Jakarta:Qisthi Press. Bucaille, Maurice, (2005)
Jelajah alam bersama Al-Qur'an, terj. Sujiati, Cet 1 Solo: Pustaka Arafah.
Bucaille, Maurice, (1995)
Renungan tentang Agama dan Sains dalam Hubungan Antisipasi Ilmiah
dari al-Qur'an, dalam, Mukjizat al-Qur'an dan As-Sunnah tentang
IPTEK”,
Ed: Iwan Kusuma Hamdan, Cet 1. Jakarta: Gema Insani Press. Djalal,
Abdul, (2000) Ulumul Qur'an, Cet 2. Surabaya; Dunia Ilmu. Hamdan,
Iwan Kusuma (Red), (1995)Mukjizat al-Qur'an dan As-Sunnah tentang
IPTEK,
Cet 1. Jakarta:Gema Insani Press. Al Jarjani, Ali bin Muhammad, Kitab
al-Ta'rifat. Jakarta: Dr al-Hikmah, tth. Naik, Dr. Zakir, (2005) Jelajah
alam bersama al-Qur'an, terj. Sujiati,
Cet 1.Solo: Pustaka Arafah. Al-Qatthan, Manna',
(1997) Mabahits Fi Ulum al-Qur'an, Set 10, Kairo: Maktabah Wahbah,
1997/1417. Al-Shabuni, Muhammad Ali, (1999) al-Tibyan Fi Ulum al-
Qur'an, terj. H.Aminuddin, Cet 1. Bandung: Pustaka
Ash-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Al Qur’an, terjemah Tim
Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1996), hlm. 414
Abi alFadl Jalaludin Muhammad, Lisan al-Arab, juz V, Dar el-Fikr,
Libanon
Manna’ al-Qathan, Mabahis fi Ulumil al-Quran, Mantsurat al-Ashr al-
Hadits, Mesir
Jalaludin as-Suyuthi, al-Itqon fi ulumi al-Quran, juz II, Muassasah al-
kutub as-Saqofiyah, Mesir
Thahir bin shalih al-Jazari, Jawahirul Kalamiyah fi Idhohil aqidatul
Islamiyah, al-Hidayah, Surabaya
Muhammad bin Alwi al-Maliki, Zubdatul Itqan fi ulumil Quran, Makkah
Abdul Qahir al-Jurjani, Dala’ilul I’jaz, Taba’at al-Madany. Mesir
Ibn al-Khatib, al-Furqon, Dar el-Kutub al-Ilmiah, Libanon
M. Abdul Adzim az-Zarqoni, Manahilul Irfan fi Ulumil Quran, Juz III,
Dar el-Kutub al-Ilmiyah, Beirut
Mansur Hasbunabi, al-Kaun wa al-I’jaz fi al-Quran, Dar el-Fikr al-
Araby, Libanoni
i
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai