Anda di halaman 1dari 3

Pengawal:

Hai anak muda! Jangan membuat keributan di depan istana! Nanti kalau raja mendengar
ada keributan di depan istana, pasti kau akan dibunuhnya!

Ciung Wanara:
Aku ingin menghadap baginda! Sampaikan kepada baginda aku Ciung Wanara ingin
menghadap baginda prabu!

Pengawal:
Berhenti! berhenti! Baik, baik akan aku adukan kau kepada baginda.

Adegan 13

Pengawal:
Ampun baginda!
Ada seorang pemuda tampan mengacau di depan istana. Dia ingin bertemu dengan
baginda.
Aria kebonan(raja):
Apa? Berani-beraninya pemuda itu mengacau membuat keributan di depan istanaku!
Suruh dia datang menghadapku segera!

Pengawal:
Baik baginda

Pengawal:
Ampun baginda. Ini pemuda yang membuat keributan di depan istana baginda.

Ciung Wanara:
Betul baginda. Saya datang ingin menghadap baginda.(sambil menyembah)

Aria Kebonan(raja):
Hai Anak Muda! Siapa namamu dan dari mana asalmu?!

Ciung Wanara:
Nama hamba Ciung Wanara, putera kakek dan nenek Balangantrang dari desa Geger
Sunten. (dengan lantang.)

Aria Kebonan(raja):
Apa maksudmu datang kemari?

Ciung Wanara:
Begini, Tuanku. Hamba mempunyai seekor ayam sabung yang aneh. Induknya mengandung
selama setahun. Sarangnya sebuah kandaga. Lebih aneh lagi, sebelum menetas, telur
ini pernah hanyut di sungai.

Narator:
Baginda teringat pada Naganingrum yang mengandung selama setahun. Sedangkan Dewi
Pangrenyep sudah mengira, bahwa yang sekarang berada di hadapannya adalah putera
Naganingrum. Kedatangannya hendak membalas dendam.

Aria Kebonan(raja):
Heemmm. Jadi kau ingin mengadu ayammu dengan ayam milikku? Ayam jagoku besar dan
tidak pernah terkalahkan oleh ayam siapapun. Ayamku kunamai si Jelug. Ayammu pasti
kalah. Apa taruhannya?

Ciung Wanara:
Jika ayam hamba yang kalah, hamba bersedia menyerahkan nyawa hamba. Tapi
sebaliknya, jika ayam baginda yang kalah, maka hamba mohon diberi separuh kerajaan
Galuh Pakuan.
Aria Kebonan(raja):
Baiklah! Aku setuju atas usulmu!

Narator:
Karena raja Galuh Pakuan merasa yakin, bahwa ayam jagonya akan menang, Baginda
segera membawa ayamnya ke halaman dan diikuti oleh Ciung Wanara.

mulailah kedua ayam jantan itu dilepaskan untuk diadu. Terjadilah perkelahian yang
seru antara ayam Ciung Wanara dengan milik baginda Galuh Pakuan. Ayam milik baginda
ternyata kalah, mati seketika kena patuk ayam Ciung Wanara.

Adegan 14

Aria Kebonan(raja):
(Kesal sambil bergumam: Haaahhh! Kurang ajar! ayamku mati dihajar ayam Ciung
Wanara.
Bagaimanapun aku harus terima kekalahan ini dan kupenuhi janjiku).
Baiklah aku penuhi janjiku. Sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui,
kuserahkan separuh wilayah kerajaan pada Ciung Wanara negara sebelah Barat.
Sedangkan sebelah Timur kuserahkan kepada Hariang Banga putraku. Dan Masing-masing
dari kalian kuberikan gelar Prabu.

Narator:
Pada suatu hari, Ciung Wanara yang telah membuat penjara besi untuk mengurung
orang-orang jahat kemudian mengundang Prabu Barma Wijaya Kusuma dan Dewi Pangreyep
untuk memeriksa penjara yang baru dibangun.

Adegan 15

Ciung Wanara:
Prabu, ratu, tolong lihat ruangan penjara ini. Apa sudah sesuai dengan ketentuan?
Untuk ruangan penjara? Silahkan masuk baginda!

Aria Kebonan(raja):
(dengan tanpa curiga) Baik.baik akan kami periksa ruangan ini.

Ciung Wanara:
Ha .. ha.. ha..Bagus! Bagus! Bagus! Masuk, masuklah terus ke dalam, prabu dan ratu.
Begitu sudah di dalam ruangan, akan segera aku kunci.
(terdengar suara orang mengunci pintu)

Narator:
Setelah selesai melakasanakan rencana dan siasat untuk menghukum Prabu Barma Wijaya
dan Dewi Pangrenyep. Dia kemudian memberitahu orang-orang di kerajaan tentang
perbuatan jahat Barma dan Pangrenyep.

Ciung Wanara:
Wahai rakyat Galuh Pakuan. Dengarkan bahwa raja kalian Prabu Barma Wijaya dan Dewi
Pangreyep yang kejam kini telah menghuni penjara istana.

Narator:
orang-orang pun bersorak.

Rakyat:
Hore! Hore! hore!!
Syukurlah. Pasti negara kita sekarang akan menjadi aman, tentram, damai dan
sejahtera.
Hariang Banga:
Apa....?! Ciung Wanara memenjarakan ayah dan bundaku? Aku akan melawan Ciung
Wanara. Aku akan mengadakan pemberontakan!

Narator:
Hariang Banga sangat marah, ketika mendengar ayah dan ibunya dipenjarakan.

Terjadilah perkelahian yang seru antara Ciung Wanara dengan Hariang Banga.

Hariang Banga:
Hai ciung! Aku akan melawanmu! Aku tidak rela ayah bundaku kau siksa dalam penjara!
Ayo kita bertanding, Sekarang! Aku akan menghancurkanmu!

Ciung Wanara:
Ayo, aku penuhi tantanganmu!

Narator:
Tak seorangpun yang mengalah. Perkelahian dilakukan terus menerus siang dan malam.
Tiba-tiba muncullah Raja Prabu Permana Di Kusuma didampingi oleh Ratu Dewi
Naganingrum dan Uwa Batara lengser.

Raja Prabu Permana Di Kusuma:


Hariang Banga dan Ciung Wanara! Hentikan pertempuran ini. Pamali berperang melawan
saudara sendiri! Kalian adalah saudara, kalian berdua adalah anak-anakku yang akan
memerintah di negeri ini. Ciung Wanara di Galuh dan Hariang Banga di timur sungai
Brebes, negara baru. Dan Semoga sungai ini menjadi batas dan mengubah namanya dari
Sungai Brebes menjadi Sungai pamali untuk mengingatkan kalian berdua bahwa adalah
pamali untuk memerangi saudara sendiri. Biarlah Dewi Pangrenyep dan Barma Wijaya
yang dahulu adalah Aria Kebonan dipenjara karena dosa mereka.

Narator:
Setelah mendengar penjelasan ayahandanya Ciung Wanara segera menjemput kakek dan
nenek Balangantrang. Mereka semua hidup berbahagia di dalam istananya yang kemudian
bernama Pakuan Pajajaran.dan Sejak itu pula nama sungai pamali dikenal sebagai
Cipamali (dalam Bahasa Sunda) atau Kali Pemali (dalam Bahasa Jawa). pamali yang
artinya ("tabu" atau "dilarang" dalam bahasa Sunda dan Jawa).

Anda mungkin juga menyukai