Anda di halaman 1dari 5

Calon Arang si Penyihir Jahat

Pada suatu waktu di masa yang sangat lampau, berdirilah sebuah kerajaan yang bernama
Kahuripan. Raja yang memimpin Kahuripan ketika itu bernama Airlangga. Kerajaan Kahuripan
berada di wilayah yang sekarang disebut dengan nama provinsi Jawa Timur. Sang raja memimpin
Kahuripan dengan adil dan bijaksana rakyat Kahuripan hidup dengan aman dan makmur hasil
pertanian sangat melimpah sehingga rakyat berkecukupan.
Namun suatu hari, Calon Arang begitulah orang-orang menyebutnya dia. Calon Arang adalah
penyihir sakti dan berwatak jahat. Malam itu dia sedang apa mantra jahatnya dan mengirimkan
wabah penyakit ke sebuah desa. Keesokan harinya warga desa yang dikirimi mantra jahat Calon
Arang tiba-tiba saja mendeita penyakit aneh tubuh mereka penuh bintik-bintik hitam dan mereka
mengerang kesakitan Raja Airlangga sangat memperhatikan keselamatan rakyat mendengar sebuah
desa terkena wabah penyakit aneh sang raja segera mengirimkan patihnya yang bernama Pito
menyelidiki keadaan yang terjadi.
Pito pun segera melaksanakan perintah sang Raja untuk menyelidiki penyebab munculnya wabah
di desa.
“Hei Pak Tua , apa yang telah terjadi dengan seluruh tubuhmu ??!! ,“ tanya sang Patih heran.
“Tuan Patih , hamba tidak tahu apa yang telah terjadi. Tadi pagi seluruh warga desa juga megalami
hal yang sama,” jawab Pak Tua dengan menahan rasa sakit pada tubuhnya.
“Aku curiga ini adalah pula penyihir jahat,”ucap sang Patih dalam hati. “Pak Tua bertahanlah Aku
akan segera minta bantuan dari ibu kota,” ucap sang Patih terhadap Pak Tua.
Sang Patih kemudian bergegas untuk kembali ke Kerajaan untuk melaporkan keadaan di desa.
Sesampai di kerajaan , sang Patih langsung menemui sang Raja.
“Patih apa yang terjadi dengan Desa itu?,” tanya sang Raja.
“Ampun Paduka, seluruh warga desa terserang penyakit aneh. Tubuh mereka dipenuhi bintik hitam
dan mereka sangat merasa kesakitan, hamba curiga ini ulah penyihir jahat,” jawab sang Patih.
“Hmmm, tolong panggilkan Mpu Bharada. Dia mungkin mengetahui penyebab semua ini, “ ucap
sang Raja.
“Baik Paduka,” jawab sang Patih dengan lantang, kemudian mulai mencari Mpu Bharada.
Setelah Mpu Bharada datang, sang Raja langsung menceritakan keadaan yang sedang terjadi di
desa. Ternyata benar, Mpu Bharada mengetahui siapa ulah dibalik munculnya wabah penyakit di
desa.
“Ampun Paduka, melihat ciri-cirinya wabah itu dikirim oleh Calon Arang,” ucap Mpu Bharada.
“Hmmm, lagi-lagi Calon Arang . Kali ini ulahnya harus dihentikan untuk selamanya,” jawab sang
Raja dengan wajah yang menunjukan kemarahan.
“Siap Paduka,” jawab sang Patih dan Mpu Bharada.
Patih Pito langsung memanggil perwira andalannya yaitu Wangsa Jaya Pungga Mukti dan Pungga
Sastra untuk menangkap Calon Arang bersamanya.
“ Hei Calon Arang. Keluarlah kamu. Atas perintah Raja Airlangga aku datang untuk
menangkapmu,” teriak sang Patih.
“ Hahaha , baru semalam aku mengirim wabah penyakit itu. Hebat sekali Raja kalian bisa tahu
secepat ini, pasti karena bantuan si Bharada itu,” jawab Calon Arang sambil berjalan keluar.
“Lebih baik kamu menyerah saja sekarang karena Paduka Raja Airlangga sangat murka tidak
peduli kamu ditangkap dalam keadaan hidup atau mati,” jawab sang Patih.
“Kalau begitu majulah kalian. Hahaha,” ucap Calon Arang dengan nada yang menantang.
Perkelahian pun tidak terelakkan. Patih Pito langsung memerintahkan tiga perwira andalannya
menyerang Calon Arang. Calon Arang terlalu tangguh, tiga perwira andalannya tidak mampu
menjatuhkan Calon Arang. Melihat 3 perwiranya tidak mampu mengalahkan Calon Arang, sang
Patih pun melompat dari kudanya dan menyerang Calon Arang. Sang Patih Pito pun mengalami hal
serupa dengan para pewiranya, sang Patih tetap saja tidak bisa mengalahkan Calon Arang. Calon
Arang memang bukan penyihir sembarangan. Patih Pito bersama ketiga pewiranya terpaksa
melarikan diri dengan tubuh luka-luka dan kembali ke Kerajaan untuk menemui sang Raja.
“Ampun Paduka Raja Airlangga, hamba dan ketiga perwira hamba tidak mampu menangkap Calon
Arang,” ucap sang Patih dengan posisi berlutut.
“Mpu Bharada, sepertinya hanya engkau yang mampu mencari jalan keluar dari masalah ini.
Bagaimana menurutmu?,” ucap sang Raja terhadap Mpu Bharada.
“Paduka, hamba mempunyai rencana. Hamba akan menyuruh murid hambamelakukan sebuah
rencana rahasia,” ucap Mpu Bharada.
Mpu Bharada selama ini memiliki seorang murid yang sangat cerdas dan pemberani namanya
adalah Bahula. Mpu Bharada segera memanggil muridnya dan membisikkan sebuah rencana
rahasia. Dan Bahula pun siap melaksanakan rencana tersebut. Kemudian Bahula mendatangi rumah
Calon Arang , disana Bahula langsung bertemu dengan Calon Arang.
“Hey anak muda, siapa kamu? dan apa tujuanmu datang kemari?,” tanya Calon Arang.
“Ampun nenek, jika saya lancang. Nama saya adalah Bahula, selama ini saya bertapa agar segera
dipertemukan dengan jodoh. Nah selama saya bertapa, saya bermimpi bertemu dengan seorang
gadis yang bernaa Ratna Manggali yang merupakan putri dari nenek Calon Arang,” ucap Bahula
dengan sopan.
“Wahh, kamu pemuda yang sopan dan terpelajar. Jadi tujuanmu ke sini untuk melamar putriku?,”
tanya Calon Aran.
“ Iya benar nenenk, apakah nenek keberatan dengan lamaran saya?,” ucap Bahula.
“ Hahaha, tentu saja aku tidak keberatan. Aku memang mendambakan untuk mempunyaimenantu
lelaki sopan dan terpelajar,” jawab Calon Arang.
Meskipun seorang penyihir jahat Calon Arang memiliki seorang putri yang sangat cantik. Beberapa
hari kemudian bahula pun menikah dengan Ratna Manggali. Calonarang yang sangat bahagia
mengadakan pesta yang meriah. Semua warga desanya diundang, tentu saja mereka semua datang
karena takut dengan Calon Arang.
Tujuh hari setelah pernikahan putrinya, Calon Arang memanggil Bahula dan Ratna Manggali
“Aku akan pergi selama 2 hari untuk bertaapa, untuk itu Kamu jagalah rumah dan istrimu,” ucap
Calon Arang terhadap Bahula.
“Baik ibunda, saya akan menjaga rumah dan Ratna Manggali,” jawab Bahula.
Malam harinya setelah memastikan Ratna Manggali sudah tidur, Bahula mengendap-endap menuju
kamar Calon Arang dan memeriksa seluruh kamar Calon Arang. Bahula pun menemukan sebuah
kotak yang tersembunyi dan langsungmembuka kotak itu dan melihat banyak kitab milik Calon
Arang. Malam itu juga bahula pergi meninggalkan rumah Calonarang.
Sesampainya di rumah Mpu Bharada, Bahula pun menyerahkan kotak milik Calonarang . Cukup
lama Mpu Bharada memeriksa kitab-kitab itu hingga akhirnya Mpu Bharada tersenyum.
“Menjadi kehendak Yang Maha Kuasa, ternyata kelemahan Calon Arang adalah dengan keris
weling putih,” ucap Mpu Bharada dengan raut wajah yang senang.
“Bagaimanapun kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan. Oohh Jadi itulah maksud yang
maha kuasa memberikan keris weling putih ketika aku bertapa di puncak Gunung Arjuna,”
sambung Mpu Bharada.
Sementara itu di rumah Calon Arang.
“Dimana kotak kitab aku? Kenapa bisa hilang?,” tanya Calon Arang dengan cemas.
“Ratna Manggali, dimanakah suamimu?,” tanya Calon Arang kembali.
“Ibu aku tidak tahu di mana kotak itu dan kakanda Bahula sudah pergi,” jawab Ratna.

“Aku tidak tahu ibu, dia pergi pada malam hari ketika ibu berangkat bertapa,” jawab Ratna
Manggali.
Tiba Tiba ditengah perundingan antara Calon Arang dan Ratna Manggali.
“Keluarlah Calonarang,” teriak Mpu Bharada.
Calon Arang bergegas keluar dan menyuruh Ratna Manggali tetap di dalam rumah.
“Ternyata kamu Bharada, dan lelaki itu. Bahula, kenapa dia bisa bersamamu?,” ucap Calon Arang
marah.
“Bahula adalah muridku, dia sengaja ku perintakan untuk mencuri kitabmu,” jawab Mpu Bharada.
“Kurang ajar,” ucap Calon Arang dengan nada yang tinggi.
“Calon Arang, selama ini engkaulah musuhku yang paling berat, tidak kusangka setelah membaca
kitabmu dan ternyata kelemahanmu adalah pada keris weling putih,” ucap Mpu Bharada.
Betapa terkejutnya Calon Arang mendengar Mpu Bharada ada menyebutkan keris paling putih.
Calon Arang pun semakin terkejut ketika melihat Patih Pito datang dengan membawa keris weling
putih.
“Calon Arang, selama ini ulahmu telah mengakibatkan rakyat menderita. Tidak ada jalan lain, keris
Mpu Bharada inilah yang akan mengakhiri hidupmu,” ucap Patih Pito dengan lantang.
Dan perkelahian pun terjadi, Patih Pito pun kembali bertarung dengan Calon Arang. Tidak seperti
perkelahian sebelumnya, Patih Pito pun berhasil menghujamkan keris weling putih ke tubuh Calon
Arang, Calon Arang berteriak dengan sangat kencang.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,” begitulah teriakan Calon Arang.
Tiba-tiba, Calon Arang hilang menjadi kepulan asap Hitam. Kepulan asap itu pertanda kematian
Calon Arang. Dengan waktu yang sama, semua warga desa sembuh dari penyakit misterius itu.
Setelah kematian Calon Arang , semua warga hidup dengan damai dan tentram. Bahula dan Ratna
Manggali pun melanjutkan kehidupan mereka sebagai pasangan suami istri.
TAMAT

Calon Arang si Penyihir Jahat


Karya : Vito Halasson Rodotua
12 MIPA 3

Anda mungkin juga menyukai