Anda di halaman 1dari 9

SINOPSIS CERITA CALON ARANG

Pada suatu masa di Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Erlangga, hidup seorang
janda yang sangat bengis.Ia bernama Calon Arang. Ia tinggal di desa Girah. Calon Arang
adalah seorang penganut sebuah aliran hitam. Ia mempunyai seorang putrid yang sudah
dewasa bernama Ratna Manggali. Karena sifatnya yang bengis, Calon Arang tidak disukai
oleh penduduk Girah.Tak seorang pemuda pun yang mau memperistri Ratna Manggali.
Mengetahui hal ini, Calong Arang marah dan menenung rakyat sebagai hukuman.
Caranya ia melakukan upacara yang mengerikan di atas kuburan sambil menyampaikan
sesaji. Dewi Durga turun dan mengabulkan permohonan Calon Arang.

Kutukan Calon Arang menjadi kenyataan. Akibat ulah Calon Arang itu, rakyat semakin
menderita. Tidak ada obat yang dapat menanggulangi wabah penyakit aneh itu. Di
Istana Kerajaan Daha Patih melaporkan kepada Raja tentang ulah Calon Arang.

Setelah mendapat laporan yang menyedihkan ini Raja Erlangga mencoba mencari jalan
untuk memusnahkan penyakit dan penyebabnya. Mula-mula pasukan tentara dikirim ke
Girah untuk membunuh Calon Arang tetapi tidak berhasil karena sang janda sangat sakti.
Beberapa orang utusan raja itu terbunuh.

Setelah berhari-hari merenungkan masalah ini akhirnya Patih dan Raja Erlangga sepakat
untuk meminta tolong kepada Empu Bharadah. Raja mengutus Patih untuk pergi ke
padepokan Empu Bharadah di Desa Lemah Tulis untuk meminta tolong. Permohonan
diterima Empu Bharadah. Empu Bharadah meminta Bahula agar dapat membantu
dengan tulus untuk mengalahkan Calon Arang. Bahula yang masih lajang diminta
bersedia memperistri Ratna Manggali. Lalu Bahula pergi menghadap Calon Arang untuk
melamar Ratna Manggali. Lamaran diterima lalu menikahlah Bahula dengan Ratna
Manggali.

Diadakanlah pesta pernikahan besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam. Pesta pora
yang berlangsung itu sangat menyenangkan hati Calon Arang. Ratna Manggali dan
Bahula juga sangat bahagia.Mereka saling mencintai dan mengasihi.Pesta pernikahan
telah berlalu, tetapi suasana gembira masih meliputi desa Girah. Bahula memanfaatkan
saat tersebut untuk melaksanakan tugasnya. Dari Ratna Manggali, Bahula mengetahui
bahwa Calon Arang selalu membaca kitab dan tiap malam melakukan upacara di
kuburan.
Bahula segera mengatur siasat untuk mencuri Kitab Sihir.Tepat tengah malam, Bahula
menyelinap memasuki tempat peraduan Calon Arang.Rupanya Calon Arang tidur terlalu
lelap, karena kelelahan setelah selama tujuh hari tujuh malam mengumbar
kegembiraannya. Bahula berhasil mencuri Kitab sihir Calon Arang lalu

Bahula pulang ke Lemah Tulis sambil membawa kitab dan menceriterakan kebiasaan
CalonArang kepada Empu Bharadah. Bahula segera disuruh kembali ke Girah sebelum
diketahui oleh mertuanya. Empu Bharadah menyusul ke Girah.

Di kuburan Desa Girah bertemulah Bharadah dengan Calon Arang. Bharadah


memperingatkan Calon Arang agar menghentikan tenungnya karena terlalu banyak
kesengsaraan yang diderita oleh rakyat. Namun Calon Arang tidak mengindahkan
peringatan Empu Bharadah. Akhirnya terjadi pertempuran hebat antara Calon Arang dan
Empu Bharadah. Karena Kitab sihir yang selama ini berada ditangannya telah hilang,
akhirnya Calon Arang tewas. Setelah mengetahui Ibunya meninggal Ratna Manggali
merasa sedih, ia menangis. Namun ia sadar mungkin ini sudah jalan terbaik untuk
Ibunya. Sejak itu, desa Girah menjadi aman tenteram seperti sediakala.

ALUR

Narator : Alkisah pada suatu masa di Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Erlangga,
hidup seorang janda yang sangat bengis. Ia bernama Calon Arang. Ia tinggal di desa
Girah. Calon Arang adalah seorang penganut sebuah aliran hitam. Ia mempunyai seorang
putri yang sudah dewasa bernama Ratna Manggali. Karena orang takut kepada sang
janda, maka tak ada laki-laki yang berani melamar Ratna Manggali. Mengetahui hal ini,
Calong Arang marah dan menenung rakyat sebagai hukuman. Ia melakukan upacara
yang mengerikan di atas kuburan sambil menyampaikan sesaji.

Babak ke-1

Musik : Suara burung hantu dan auman anjing hutan

SETTING : Suasana seram

Suatu malam Calon Arang berada di kuburan dengan berbagai sesaji untuk Dewi Durga

(1) Calon Arang : (Duduk di kuburan, di depannya sudah ada sesaji-sesaji) “ Datanglah….
Datanglah Dewi Durga! Aku membutuhkan bantuanmu…. Datanglah….”(menyebarkan
bunga tujuh rupa)
(2) Dewi Durga : (muncul tiba-tiba) “ Ha…ha….ha…ha ada apa kau memanggilku Calon
Arang? ”

(3) Calon Arang : “ Hamba membutuhkan bantuan Dewi….”

(4) Dewi Durga : “ Bantuan apa yang kau butuhkan? Kau ingin harta? Ataukah kau ingin
kesaktian?”

(5) Calon Arang : “ Bukan itu Dewi…. Hamba ingin membuat tenung untuk warga Desa
Girah yang sudah lancang. Terutama para pemudanya yang tidak mau

saya nikahkan dengan Ratna Manggali, putri saya.”

(6) Dewi Durga : “ Tenung apa yang ingin kau buat?”

(7) Calon Arang : “ Hamba ingin warga desa Girah mengalami wabah penyakit yang tidak
ada obatnya.”

(8) Dewi Durga : “ Baiklah…. Akan kukabulkan permohonanmu.”

(9) Calon Arang : “ Terimakasih, Dewi…”

(10) Dewi Durga : “ Taburkan serbuk ini ke sungai niscaya akan muncul penyakit aneh
yang tidak ada obatnya.” (memberikan sebuah kantong yang berisi serbuk racun ke
Calon Arang)

(11) Calon Arang : “ Baik.. Dewi. Akan saya taburkan serbuk ini. Saya sudah tidak sabar
melihat

hancurnya warga desa Girah.”

(12) Dewi Durga : “ Cepatlah pulang ke rumahmu ! Dan segera taburkan serbuk ini.”

(13) Calon Arang : “ Saya akan segera pulang. Sekali lagi terimakasih Dewi.”

(14) Dewi Durga : “ Iya… ha….ha… ha…”

(Calon Arang kembali ke rumahnya)

Narator : Ketika perjalanan pulang, Calon Arang melewati beberapa sungai. Ia langsung
menaburkan serbuk racun yang diberikan oleh Dewi Durga. Keesokan harinya sudah
muncul berbagai penyakit aneh yang mewabah di desa Girah. Tidak ada obat yang dapat
menanggulangi wabah penyakit aneh itu.

Babak ke -2

Sementara itu di Istana Kerajaan, Raja Erlangga mendapat laporan dari Patih tentang
ulah Calon Arang.

(15) Patih : (berlutut dan memberi hormat kepada Raja) “ Hormat hamba paduka.”

(16) Raja Erlangga : “ Kuterima hormatmu Patih. Ada apa gerangan? Sepertinya ada hal
penting yang ingin kamu sampaikan.”

(17) Patih : “ Betul paduka. Hal ini berkaitan dengan nasib warga.”

(18) Raja Erlangga : “ Ada apa dengan wargaku Patih?”

(19) Patih : “ Warga di desa Girah mengalami wabah penyakit aneh paduka. Penyakit itu
tidak ada obatnya. Semua tabib yang ada tidak mampu mengobati wabah aneh itu .”

(20) Raja Erlangga : “ Apakah penyebabnya sudah diteliti?”

(21) Patih : “ Berdasarkan keterangan warga, ini adalah penyakit kutukan yang dibuat
oleh Calon Arang, si Penyihir Hitam.”

(22) Raja Erlangga : (kaget) “ Apa? Calon Arang? Berani-beraninya dia membuat
kekacauan. Segera kirim pasukan untuk menyerang Calon Arang! Jangan biarkan dia
hidup.”

(23) Patih : “ Baik paduka. Akan segera saya lakukan.(memberi hormat) Saya mohon
pamit untuk memberi tahu prajurit.”

(24) Raja Erlangga : “ Iya segeralah beri tahu para prajurit untuk mempersiapkan
perang.”

(25) Patih : “ Baik paduka.” (keluar dari istana dan segera memberitahu prajurit)

Narator : Segera setelah diberi tahu oleh Patih para prajurit mempersiapkan segala
sesuatu untuk perang. Mula-mula pasukan tentara dikirim ke Girah untuk membunuh
Calon Arang tetapi tidak berhasil karena sang janda sangat sakti. Beberapa orang utusan
Raja itu terbunuh.
Setelah berhari-hari merenungkan masalah ini akhirnya Patih dan Raja Erlangga sepakat
untuk meminta tolong kepada Empu Bharadah. Raja mengutus Patih untuk pergi ke
padepokan Empu Bharadah di Desa Lemah Tulis untuk meminta tolong. Permohonan
diterima Empu Bharadah.

Babak ke-3

Empu Bharadah meminta Bahula agar dapat membantu dengan tulus mengalahkan
Calon Arang.

Empu Bharadah dan Bahula duduk di ruang tamu untuk membahas tentang misi
kerajaan.

(26) Empu Bharadah : “ Ada hal penting yang ingin kusampaikan kepadamu. Ini tugas
Kerajaan.”

(27) Bahula : “ Tugas apa yang harus saya kerjakan guru?”

(28) Empu Bharadah : “ Tugas ini harus kau lakukan dengan tulus dan ikhlas. Menikahlah
dengan Ratna Manggali .”

(29) Bahula : “ Baik Guru.”

(30) Empu Bharadah : “ Setelah kamu menikahi Ratna, tanyakan padanya tentang
kesaktian Calon Arang.”

(31) Bahula : “ Baik guru, apakah saya hanya bertanya?”

(32) Empu Bharadah : “ Tentu saja tidak. Kamu harus mencari kelemahannya. Lalu
beritahu aku tentang kelemahan itu. Dan aku akan melawannya.”

(33) Bahula : “ Saya pasti akan melakukan hal itu guru. Lusa saya akan pergi ke rumah
Calon Arang, saya akan melamar putrinya. Pasti lamaran saya diterima.”

(34) Empu Bharadah : “ Kalau itu sudah pasti. Jangan sampai kamu lalai tugas ini. Ini
berhubungan dengan warga. Selain itu, kamu juga bisa memperdalam ilmu yang kamu
miliki.”

(35) Bahula : “ Iya guru. Saya akan berusaha semaksimal mungkin.”

(36) Empu Bharadah : “ Baiklah. Segera lakukan persiapan untuk prosesi lamaran itu.”
(37) Bahula : “ Segera saya persiapkan.”

Babak ke-4

Beberapa hari kemudian Bahula pergi menghadap Calon Arang untuk melamar Ratna
Manggali.

8) Bahula : (mengetuk pintu rumah Calon Arang) “ Permisi…. “

(39) Ratna Manggali : (membuka pintu) “ Maaf ada perlu apa ya tuan kemari?”

(40) Bahula : “ Saya ingin bertemu dengan Nyi Calon Arang.”

(41) Ratna Manggali : “ Oh… Tuan mencari Ibu. Silahkan duduk dulu tuan. Saya akan
panggilkan Ibu.”

(42) Bahula : “ Iya. Terimakasih.”(duduk)

( Ratna Manggali memanggil ibunya, kemudian ia membuatkan minuman untuk tamu )

(43) Calon Arang : (bergegas menuju ruang tamu dan segera duduk) “ Oh…. Ada tamu
ternyata. Ada perlu apa tuan datang kemari?”

(44) Bahula : “ Saya datang ke rumah Nyai ini untuk melamar putri Nyai.”

(45) Calon Arang : “ Apakah kamu betul-betul ingin menikahi putriku? Kamu tidak main-
main kan?”

(46) Bahula : “ Saya benar-benar ingin menikah dengan putri Nyai. Tidak ada niat untuk
bermain-main.”

(47) Calon Arang : “ Baiklah. Akan kuterima lamaranmu. Akan kupersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan putriku.”

(48) Bahula : “ Terima kasih Nyai. Saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk
Ratna Manggali.”

(49) Calon Arang : “ Putriku, kemarilah. Ada

hal penting yang ingin kubicarakan kepadamu.”

(50) Ratna Manggali : “ Iya Ibu…(menuju ruang tamu sambil membawa minuman, ia
memberikan minuman kepada Bahula) Ini tuan silahkan diminum.”
(51) Bahula : “ Terimakasih.”

(52) Ratna Manggali : “ Maaf ibu. Ada hal penting apa yang ingin ibu sampaikan?”

(53) Calon Arang : “ Kamu pasti akan senang mendengarnya. Pemuda ini datang kemari
untuk melamarmu.”

(54) Ratna Manggali : “ Apa?(kaget) apakah benar itu?”

(55) Bahula : “ Benar Ratna. Aku datang kesini untuk melamarmu. Dan ibumu menerima
lamaranku. Kita akan segera menikah.”

(56) Calon Arang : “ Benar putriku. Pernikahanmu akan dilakasanakan dua pekan lagi. Ibu
akan mempersiapkan semuanya.”

(57) Ratna Manggali : “ Karena Ibu senang aku pasti juga sangat senang.”

(58) Calon Arang : “ Ibu benar-benar senang Ratna.”

Babak ke-5

Musik : Gending Jawa

Setting : suasana riuh gembira

Narator : Diadakanlah pesta pernikahan besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam.
Pesta pora yang berlangsung itu sangat menyenangkan hati Calon Arang. Ratna Manggali
dan Bahula juga sangat bahagia.Mereka saling mencintai dan mengasihi.

(Kedua mempelai berdiri untuk berjabat tangan dengan tamu undangan)

(59) Calon Arang : “ Akhirnya, kamu menikah putriku. Kamu mempunyai suami yang
tampan dan gagah.”(memeluk putrinya)

(60) Ratna Manggali : “ Iya ibu. Aku senang sekali.”

(61) Calon Arang : “ Semoga kalian sampai kakek nenek.”

(62) Bahula : “ Amiin…”

(Mereka melanjutkan pesta dengan hati yang gembira)


Narator : Pesta pernikahan telah berlalu, tetapi suasana gembira masih meliputi desa
Girah. Bahula memanfaatkan saat tersebut untuk melaksanakan tugasnya. Dari Ratna
Manggali, Bahula mengetahui bahwa Calon Arang selalu membaca kitab dan tiap malam
melakukan upacara di kuburan.

Bahula segera mengatur siasat untuk mencuri Kitab Sihir.Tepat tengah malam, Bahula
menyelinap memasuki tempat peraduan Calon Arang.Rupanya Calon Arang tidur terlalu
lelap. Bahula berhasil mencuri Kitab sihir Calon Arang lalu Bahula pulang ke Lemah Tulis
sambil membawa kitab dan menceriterakan kebiasaan CalonArang kepada Empu
Bharadah. Bahula segera disuruh kembali ke Girah sebelum diketahui oleh mertuanya.

Babak ke-6

Musik : Musik peperangan

Setting : Suasana menegangkan

Empu Bharadah menyusul ke Girah. Di kuburan Desa Girah bertemulah Bharadah


dengan Calon Arang.

(63) Empu Bharadah : “ Hentikan tenungmu sekarang juga Calon Arang! Jangan kau
lanjutkan perbuatan kejimu.”

(64) Calon Arang : “ Apa urusanmu? Kenapa kau urusi urusan pribadiku?”

(65) Empu Bharadah : “ Urusanmu sekarang menjadi urusanku! Karena kau telah berani
menyengsarakan warga desa ini. Cepat hentikan tenungmu!”

(66) Calon Arang : “ Tidak mau! Apa hakmu menyuruhku menghentikan tenungku?”

(67) Empu Bharadah : “ Hentikan tenungmu. Atau kau tidak selamat.”(marah)

(68) Calon Arang : “ Sudah! Jangan banyak bicara.” (tiba-tiba menyerang Empu
Bharadah)

(69) Empu Bharadah : “ Baik akan kulakukan jika kamu ingin bertarung.” (menyerang
balik Calon Arang)

Terjadi pertempuran hebat antara Calon Arang dan Empu Bharadah. Karena Kitab sihir
yang selama ini berada ditangannya telah hilang, akhirnya Calon Arang tewas.

Musik : Tak ada yang abadi by Peterpan


Setting : Suasana haru

Ratna Manggali kaget dan sedih ketika mendapat kabar tentang tewasnya Calon Arang.
Ia dan Bahula segera menuju ke kuburan untuk menemui jasad ibunya.

(70) Ratna Manggali : “ Ibu….. jangan pergi Ibu….. Jangan tinggalkan Ratna
ibu…”(menangis dan memeluk ibunya yang sudah tidak bernyawa)

(71) Bahula : “ Sabar Dinda, mungkin ini jalan terbaik untuk kita semua. Ikhlaskan
saja.”(menenangkan hati istrinya yang bersedih)

(72) Empu Bharadah : “ Jangan bersedih. Ini sudah takdir Sang Maha Kuasa.”

(73) Bahula : “ Iya Guru.”

(74) Ratna Manggali : “ Bagaimana mungkin aku tidak bersedih. Ibuku


meninggal.”(melepaskan pelukannya)

(75) Bahula : “ Iya aku tahu. Apakah dengan tangisanmu Ibumu dapat kembali hidup?
Tidak kan?”

(76) Ratna Manggali : “ Baiklah. Saya akan mencoba mengikhlaskan Ibu.”

(77) Empu Bharadah : “ Segera makamkan mayat mertuamu Bahula. Semoga setelah
kejadian ini keadaan akan membaik kembali.”

(78) Bahula : “ Baik Guru, akan saya lakukan.”

Narator : Pemakaman Calon Arang segera dilakukan. Sejak itu, desa Girah menjadi aman
tenteram seperti sediakala. Seluruh rakyat merasa senang karena sudah tidak ada yang
membuat keresahan. Ratna dan Bahula pun juga berbahagia, hidup mereka

damai dan menjadi seorang suami istri yang saling menyayangi.

Seperti itulah akhir kisah Calon Arang yang memiliki sifat pemarah dan tidak dapat
menguasai nafsunya. Hendaknya seseorang tidak memaksakan kehendaknya kepada
orang lain dan tidak melakukan sesuatu hal yang dibenci orang lain. Karena pemaksaan
kehendak akan berakibat buruk bagi diri sendiri ataupun orang-orang yang berada di
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai