Anda di halaman 1dari 3

TEORI EVOLUSI DARWIN

Teori evolusi dengan seleksi alam, yang pertama kali dirumuskan dalam buku
Darwin “On the Origin of Species” pada tahun 1859, adalah proses dimana
organisme berubah dari waktu ke waktu sebagai akibat dari perubahan sifat fisik
atau perilaku yang dapat diwariskan. Perubahan yang memungkinkan organisme
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan lebih baik akan
membantu bertahan dan memiliki lebih banyak keturunan.
Evolusi oleh seleksi alam adalah salah satu teori pembuktian terbaik dalam
sejarah sains, didukung oleh bukti dari beragam disiplin ilmu, termasuk
paleontologi, geologi, genetika dan biologi perkembangan.
Teori tersebut memiliki dua poin utama, kata Brian Richmond, kurator asal usul
manusia di Museum Sejarah Alam Amerika di New York City. “Semua kehidupan
di Bumi terhubung dan saling terkait satu sama lain,” dan keragaman kehidupan
ini adalah produk dari “modifikasi populasi oleh seleksi alam, di mana beberapa
sifat lebih diutamakan oleh lingkungan daripada yang lain,” katanya.
Lebih sederhana lagi, teori tersebut dapat digambarkan sebagai “keturunan
dengan modifikasi,” kata Briana Pobiner, seorang antropolog dan pendidik di
Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian Institution di Washington, DC, yang
mengkhususkan diri dalam studi tentang asal-usul manusia.
ada dua argumen utama yang diutarakan Darwin dalam The Origin of Species.
Pertama, spesies berevolusi dan beradaptasi agar sesuai keadaan alam. Kedua,
seleksi alam adalah mekanisme utama yang membuat spesies baru terbentuk
secara perlahan.
PERDEBATAN EVOLUSI DARWIN
Dalam konteks agama, debat mengenai benar atau tidaknya teori ini memang sangat terkait dengan
keyakinan agama bahwa Tuhan adalah pencipta semua makhluk hidup di dunia ini, sementara teori evolusi
menyangkal terjadinya fenomena penciptaan tersebut dan menggantikannya dengan suatu konsep evolusi.
Perdebatan antara Bishop Wilberforce dengan Thomas Huxley (yang menamakan dirinya sebagai
“bulldog”nya Darwin) tahun 1860 di Oxford merupakan perdebatan sengit yang pertama mengenai teori ini.

Tahun 1860 terjadi perdebatan antara Louis Agassiz (ilmuwan yang dianggap banyak berjasa dalam
membangun ilmu pengetahuan Amerika) yang menentang validitas dari argumentasi Darwin dengan Asa
Gray yang mencoba menemukan rekonsiliasi antara Darwinisme dengan ajaran agama Kristen. Agassiz
meyakini bahwa makhluk hidup (spesies) diciptakan oleh Tuhan dan tidak berubah menjadi spesies lain.
Menurutnya teori Darwin hanya merupakan suatu conjecture atau dugaan belaka, tanpa dukungan fakta,
dan adanya tingkatan kemajuan bentuk hidup dari pengamatan fosil dari suatu strata ke strata berikutnya
menunjukkan adanya perencanaan dalam penciptaan makhluk hidup dan bukan merupakan perubahan
alami akibat adanya tekanan dari lingkungan. Sementara itu Asa Gray berpandangan bahwa teori seleksi
alam yang diajukan Darwin merupakan instrumen Tuhan dalam penciptaan. Pandangan Gray ini sendiri
sebetulnya bertentangan dengan pandangan Darwin yang tidak mempercayai adanya peran Tuhan dalam
pembentukan makhluk hidup.
Beberapa argumentasi lain yang telah dikemukakan para ilmuwan sehingga menolak konsep
evolusi Darwin diantaranya adalah dipertanyakan apakah variasi dapat terakumulasi
sebagaimana yang dikatakan Darwin. Jangankan di alam, bahkan pada penyilangan buatan,
yang merupakan dasar dari argumen Darwin, ada batasan derajat perubahan yang mungkin
terjadi. Selanjutnya banyak yang meragukan apakah usia bumi cukup lama untuk
memungkinkan seleksi alam terjadi sehingga menghasilkan demikian beranekanya makhluk
hidup. Selain itu beberapa ahli geologi mempertanyakan karena bukti-bukti fosil tidak
mendukung gambaran terjadinya evolusi yang bertahap (gradual).

Anda mungkin juga menyukai