Anda di halaman 1dari 2

1. Jenis-jenis makhluk hidup tak bisa berubah.

Tidak mungkin terjadi perubahan dari satu bentuk


makhluk hidup ke bentuk lainnya, misalnya dari ikan menjadi amfibi dan reptil, reptil ke burung, atau
mamalia darat ke paus.

2. Tiap jenis makhluk hidup tidak berkerabat satu sama lain dan tidak diturunkan dari leluhur yang
sama. Masing-masing merupakan hasil dari suatu tindakan penciptaan tersendiri.

3. Seleksi alam adalah kaidah yang berlaku di alam, tapi tidak pernah menghasilkan spesies baru.

4. Tidak ada mutasi yang memberikan keuntungan berupa peningkatan kelestarian makhluk hidup.
Selain itu, mutasi tak menambah kandungan informasi dalam materi genetis makhluk hidup.

5. Catatan fosil tak menunjukkan adanya bentuk transisional, tapi menunjukkan penciptaan tiap
kelompok makhluk hidup secara terpisah.

6. Abiogenesis (kemunculan makhluk hidup dari materi tak hidup) tak mungkin terjadi.

7. Kerumitan dan kesempurnaan yang ditemukan pada tubuh dan DNA makhluk hidup tak timbul
karena kebetulan, tapi merupakan bukti ada yang merancang kerumitan tersebut.

8. Materi dan persepsi kita adalah ilusi, sedangkan yang nyata adalah Allah, Yang Meliputi segalanya.

Adnan Oktar atau yang lebih populer dengan nama Harun Yahya adalah sosok penceramah asal
Turki yang dikenal selalu membawakan isu-isu Islam dan sains. Salah satu yang membuat nama
Harun Yahya melambung yakni penolakannya terhadap Teori Evolusi Charles Darwin.
Namanya melejit saat dia menentang keras Teori Evolusi Darwin, dan berusaha menjabarkan
teori penciptaan (kreasionisme) yang dianutnya.
Teori kreasionisme ini juga pernah dijelaskan dalam situs Harun Yahya yang bertajuk Evolution
International. Situs itu diterjemahkan ke dalam 32 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Harun
Yahya menyatakan Darwinisme sebagai kebohongan yang berakar dari paham antiagama.
Ada dua hal yang coba dibuktikan Harun Yahya. Pertama, menurut Harun Yahya teori evolusi
tak mampu menjelaskan bagaimana unsur protein dihasilkan, padahal protein adalah unsur
terpenting bagi makhluk hidup. Menurut Harun Yahya teori evolusi Darwin tak bisa
menjelaskan proses penciptaan protein yang membutuhkan protein lain dalam
pembentukannya.
Bantahan kedua Harun Yahya adalah soal fosil. Ia mengatakan tak ada fosil peralihan. Teori
Darwin menjelaskan fosil menghubungkan makhluk hidup dengan nenek moyangnya. Menurut
Harun Yahya, fungsi fosil tak begitu, melainkan untuk menentukan taksonomi makhluk hidup
serta menentukan jejak evolusi nenek moyangnya hingga mendapatkan bentuk seperti makhluk
hidup modern.
Atlas of Creation atau Atlas Pencitpaan, sebuah buku yang dikemas epik dan telah
dipublikasikan sejak tahun 2007. Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, Adnan Oktar
selalu menyebut bahwa Darwin berbohong dan tidak ada evolusi seperti yang disampaikan
dalam teorinya.
Oktar mengatakan bahwa hampir 100 juta fosil telah ditemukan sejauh ini dan semuanya
menunjukkan bahwa tumbuhan, hewan, manusia dan serangga tidak pernah mengalami evolusi
apapun dan semuanya diciptakan dengan bentuk yang sama oleh Tuhan.
Richard Dawkins ahli etologi, biologi evolusioner, dan ilmu pengetahuan umum asal Inggris
telah menunjukkan beberapa ketidakakuratan yang mencolok pada buku yang ditulis Harun
Yahya, The Atlas of Creation. Menurut Dawkins ada banyak kesalahan dalam buku tersebut.
Salah satu contohnya adalah ketika Oktar tidak mengetahui perbedaan ular dengan belut.
"Dalam salah satu halaman kembar di buku ini, fosil yang ditunjukan adalah belut dan
sedangkan hewan modernnya (di sisi lain) adalah ular," kata Dawkins.
Dawkins mencontohkan lagi bahwa dalam halaman lainnya, fosil yang ditunjukkan adalah lalat
kadis yang terawetkan dalam ambar, sedangkan hewan modernnya adalah umpan berbentuk
serangga untuk menangkap ikan yang terbuat dari bulu. "(Umpan itu) bahkan memiliki kait baja
yang keluar dari ujungnya," ujarnya. Tidak hanya Dawkins, bukti-bukti kesalahan pada setiap
halaman dalam buku dari buku Atlas of Creation yang dibuat Harun Yahya telah mengundang
banyak cemooh dari kalangan ilmuwan dan para ahli biologi dunia.

Sejak awal kemunculannya tahun 1859, teori evolusi Darwin sebenarnya telah menimbulkan polemik
di berbagai kalangan ilmuwan, akademisi, maupun agamawan.

Ketidaksepakatan terhadap konsep evolusi Darwin muncul pertama kali melalui pernyataan Uskup
Samuel Wilberforce dalam pertemuan British Association for the Advancement of Science di Oxford
University Museum pada 1860.

Kalangan yang kontra menganggap teori evolusi merupakan ajaran atau paham sesat, karena tidak
sesuai dan menyimpang dari ajaran-ajaran agama samawi. Teori itu dianggap berseberangan ketika
dikorelasikan dengan isi teks-teks kitab suci agama samawi, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.

Pada tahun 1871 Darwin menambah minyak pada api perdebatan yang masih berkobar dengan
menerbitkan buku berjudul The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex. Buku itu berisi
penjelasan yang mendukung teori evolusi dan pemikiran bahwa manusia merupakan keturunan
makhluk mirip kera.

Secara tersurat, sebetulnya Darwin tidak pernah menyatakan ataupun mengungkapkan bahwa
manusia berasal dari kera. Namun, ia mengklasifikasikan kera ke dalam ordo yang sama dengan
manusia, yakni Primates. Pengklasifikasian ini telah memicu kesimpulan bahwa manusia merupakan
keturunan kera.

Ketidaksepakatan bersama terhadap teori Darwin itulah yang kemudian melahirkan gagasan
kreasionisme atau teori penciptaan yang menjadi antitesis terhadapnya.

Salah satu orang gencar membantah teori Darwin pada masa ini adalah Harun Yahya.

Anda mungkin juga menyukai