TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Penyakit ini ditandai dengan adanya penonjolan isi perut melalui bagian
dinding perut yang lemah. Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae yang
berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah
(defek) pada dinding rongga itu. Dinding rongga yang lemah itu membentuk
suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di
daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. 1
Hernia adalah penonjolan gelung atau ruas organ atau jaringan melalui
dada melalui suatu lubang pada diafragma. Salah satu penyebab terjadinya
dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada
b. Non-Traumatica terdiridari:
1) Kongenital
1
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma
2) Akuisita
dekat xyphoid prosesus atau di bagian anterior dari diafragma. Terjadi sekitar
pada sisi kanan tubuh. Kemudian pada hernia bochdalek defek terjadi pada
bagian dorsal atau di bagian posterior dari diafragma. Hernia bochdalek ini
mencapai 95% kasus. Dalam hal ini kelainan diafragma ditandai dengan
dalam rongga dada. Mayoritas hernia bochdalek (80-85%) terjadi pada sisi
kiri diafragma, sebagian besar kasus sisanya terjadi pada sisi kanan dan
abdomen. Hernia hiatal dapat dibagi menjadi dua yaitu hernia geser (sliding
2
fundus gaster ke atas dan yang ketiga adalah hernia kombinasi sliding yang
disebabkan oleh adanya trauma benda tumpul atau tajam pada perut terutama
pada sisi kiri sebab pada sisi kanan perut terlindungi oleh hati.4
% pada sisi kanan, dan 15 % terjadi bilateral. hal ini terjadi karena adanya
hepar di sisi sebelah kanan yang berperan sebagai proteksi dan memperkuat
insidennya 1:2100 – 1:5000 kelahiran. Insiden yang tinggi pada bayi dan
adalah orang pertama yang mendeskripsikan kelainan ini pada tahun 1754.
dari hernia ini. Tipe yang paling sering terjadi (80%) adalah defek
Ditemukan pada 1 diantara 2200 – 5000 dan 80 – 90 % terjadi pada sisi tubuh
bagian kiri. Hernia Bochdalek paling banyak dijumpai pada bayi dan anak-
anak. Pada dewasa sangat jarang (sekitar 10% dari semua kasus) dan sering
3
C. ETIOLOGI
septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot
uterus ibu sebelum lahir, berbagai sistem organ berkembang dan matur.
abdomen, dan usus juga berkembang pada minggu itu.Pada hernia tipe
terjadi karena berbagai faktor, yang berarti “banyak faktor” baik faktor
4
Pada Hernia kongenital gangguan difusi bagian sentral dan bagian
Morgagni. Tempat ini dapat menjadi lokasi hernia retrosternal yang disebut
pleuroperitoneal. 8
tendineus kiri karena di sebelah kanan dilindungi oleh hati. Visera seperti
lambung dapat masuk ke dalam toraks segera setelah trauma atau berangsur-
abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma tumpul abdomen., baik pada
cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling sering akibat
seering adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi
yang kronik, susah buang air besar, adanya pembesaran prostat pada pria,
5
akan meningkat sesuai dengan penambahan umur. Hal tersebut dapat
D. ANATOMI
Gambar 1. Diafragma
Gambar 2. Diafragma
Diafragma merupakan struktur muskulotendineus yang terletak antara
kaudal dan di sebelah kiri dan kanan dengan lengkung iga. Diafragma
6
ditembus oleh beberapa struktur. Hiatus aorta yang terletak di sebelah dorsal
setinggi Th.XII dilalui aorta, duktus torasikus dan v.azigos. hiatus esofagu
yang terletak di ventral hiatus aorta setinggi Th.X dilalui oleh esofagus dan
kedua nervus vagus. Hiatus v.kava inferior dan cabang kecil n.frenikus.
yang berasal dari C.2-5. Pada jejas lintang sumsung tulang belakang tingkat
ipsilateral yang pada Foto Rontgen memberi tanda diafragma letak tinggi. Di
dibanding hernia diafragmatika kanan, hal ini terjadi karena adanya hepar di
kubah yang memisahkan thorak dan abdomen. Pada sisi thorak, diliputi oleh
7
Otot diafragma berawal dari kosta ke 6 bagian bawah pada kedua sisi,
dari posterior prosesus xipoideus dan dari external dan internal ligamentum
arcuatus. Ada 3 struktur yang melewati diafragma yaitu: aorta, esophagus dan
vena cava. Aorta melintasi diafrgama pada level TI2, Eshopagus pada level
TI0, Vena cava pada level T8-9. Arteri untuk diafragma berasal dari
E. PATOFISIOLOGI
kongenital dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu hernia morgagni dan
dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada.
pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang
8
mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia diafragmatika, antara
melalui hiatus esofagus diafragma. Terdapat 2 jenis hernia hiatus yang sangat
berbeda, bentuk yang paling sering adalah hernia hiatus direk (sliding)
gastrointestinal. 13
9
Gambar 4. Hiatal Hernia
diafragma kiri adalah akibat dari efek buttressing dari liver. Organ abdomen
yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster, omentum, usus halus,
kolon, lien, hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata
dari usus yang mengalami herniasi ke rongga thorax ini. Hernia diafragmatika
10
Sekitar 80-90% ruptur diafragma terjadi akibat kecelakaan sepeda
yang timbul antara rongga pleura dan rongga peritonium. Trauma dari sisi
pada sisi ipsilateral. Trauma dari arah depan menyebabkan peningkatan tekan
terlemah. 12
terjadi pada sisi kanan yang biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat dan
karena letak hepar disebelah kanan yang sekaligus menjadi suatu proteksi.
Kanada dan Amerika Serikat biasanya yang terkena adalah sisi kiri khususnya
pada pasien yang menyetir mobil, sedangkan pada penumpang biasanya yang
mediastinum dengan ukuran 5-I5 cm, paling sering pada sisi posterolateral,
11
titik insersinya, (3) tekanan mendadak pada organ viscera yang diteruskan ke
diafragma. 12
F. DIAGNOSIS
I. Gambaran Klinis
sesak terutama kalau tidur datar, dada tampak menonjol, tetapi gerakan
sianosis akan berkurang. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa
sisi hernia tidak berkembang secara sempurna. Setelah lahir, bayi akan
menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk
12
- Nyeri epigastrium. Perasaan nyeri tersebut kadang-kadang menjalar
epigastrium.
menyebabkan spasme. 14
tajam) dan adannya trauma penyerta di tempat lain. Pada beberapa kasus
tidak adanya gejala atau keluhan yang muncul pada saat trauma seperti
perforasi. Gejala dan tanda awal yang dapat ditemukan (I) distress napas,
(2) menurunnya suara napas pada sisi yang terkena, (3) ditemukannya
suara usus di dinding dada, (4) gerakan paradoksal saat bernapas, (5)
13
kemungkinan timbulnya nyeri pada abdomen yang tidak khas, (6)
disertai trauma lain, trauma thorak dan abdomen, dibawah ini merupakan
diafragma: (I) fraktur pelvis 40%, (2) ruptur lien 25%, (3) ruptur hepar,
(4) ruptur aorta pars thorakalis 5-I0%. Pada suatu penelitian retrospektif
hubungan yang unik antara kejadian ruptur diafragma dan ruptur aorta
mendiagnosisnya menjadi:
Early diagnosis
pernapasan
terkena.
Delayed diagnosis
kemudian. 11
14
Grimes membanginya dalam 3 fase, yaitu:
segala komplikasinya
adanya isi abdomen pada rongga thoraks, terlihat selang NGT di dalam
gambaran opak yang terlihat luas mulai dari daerah perut sampai ke
hemithorax. Hal ini bisa saja terjadi secara homogen atau bisa juga
terdapat daerah yang lusen oleh karena adanya usus. Daerah yang terlihat
15
juga dapat terlihat. CT-Scan dan MRI sangat membantu dalam melihat
meningkat 71 -100%, tanda ruptur diafragma pada CT- Scan yaitu: (1)
segmental tidak terlihat, (3) herniasi organ viscera ke intra thorak, (4)
herniasi. 12
teknik ini tidak berlaku pada pasien yang mengalami mekanikal ventilasi
oleh karena adanya tekanan positif. USG dapat juga berguna untuk
gambaran pinggiran bebas dari tepi diafragma yang robek sebagai flap
16
pada kasus dengan pemeriksaan yang lain tidak terdeteksi jelas.
ruptur diafragma pada CT- Scan yaitu: (1) gambaran langsung adanya
herniasi organ viscera ke intra thorak, (4) collar sign, berkaitan dengan
17
Gambar 6. Foto CT- Scan Thorak Irisan Tranversal Tampak Herniasi
Dari Gaster Masuk Ke Kavum Thorak Sebelah Kiri.
18
Hernia Morgagni pada radiografi dada rutin, biasanya muncul
bagian anterior dinding dada. Evaluasi lebih lanjut dan diagnosis dapat
19
Hernia Bochdalek pada radiografi konvensional, hernia mungkin
20
Pada radiografi hernia hiatus esophagus muncul sebagai lesi
G. DIAGNOSIS BANDING
dan kista paru kongenital. Diagnosis ini dikukuhkan oleh sinar-X dada dan
abdomen yang menunjukkan adanya simpul usus terisi udara di dalam rongga
21
pneumothorax dan kista paru kongenital yang memperlihatkan gambaran-
Pneumothorax
darah besar dan jaringan lunak superior mediastinum dan leher. 21, 22
terkena.
daerah diafragma. 21
parenkim paru melalui suatu celah berupa klep akibat suatu peradangan
22
kronis. Kista paru dapat pula disebabkan kelainan kongenital yang secara
dengan ukuran bervariasi. Bila kista paru lebih dari satu dan tersebar di kedua
(70%) kasus ini disertai dengan hipospadia paru. Pembedahan elektif perlu
insufisiensi jantung paru pada neonatus. Reposisi hernia dan penutupan defek
harus menjelaskan segala kemungkinan pilihan tata laksana kepada orang tua
23
tersebut di pusat pelayanan medis yang memadai termasuk prognosis dari
kasus ini.
2. Stabilisasi preoperative
24
inspirasi bertekanan rendah dipilih karena menurunkan kemungkinan
prognosis.
hernia diafragmatika sebesar 42% pada era awal, menjadi sebesar 79%
pada era sekarang ini. Waktu yang tepat untuk memberikan ECMO
masih kotroversial.
25
Gambar 17. Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
5. Pemberian surfaktan
6. Terapi antenatal
26
7. Terapi pembedahan perinatal
hasil yang lebih baik. Waktu yang tepat untuk melakukan pembedahan
penundaan sampai 7-10 hari dapat juga ditoleransi. Banyak ahli bedah
8. Transplantasi paru
meliputi deteksi dan tata laksana komplikasi yang dapat terjadi setelah
27
perdarahan, distres pernapasan, hipotermia, produksi urin yang
Teknik Operasi
1. Posisi Supine.
peritoneum.
28
- Lakukan putaran 360º dari cardiac gaster yang mengelilingi
- Hiatus di tutup
3. Dor (anterior).
Indikasi Operasi
e. Esophageal stricture
I. PROGNOSA
29
Prognosis dari hernia diafragma traumatika ini tergantung dari
akan menjadi lebih buruk bila didapatkan tanda-tanda shock hemoragik pada
saat pasien datang dan didapatkan trauma skor yang tidak baik. 12
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. VD
Umur : 17 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Cimpendak 22/08 Malawili
Pekerjaan : Pelajar
30
No RM : 01259154
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Nafas sesak
B. Keluhan Penyerta : Nyeri dada kiri
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien baru datang dengan keluhan nafas sesak sejak kurang lebih
1 tahun SMRS. Awalnya keluhan sesak dirasakan oleh pasien hilang
timbul dan terkadang hilang hanya dengan beristirahat sehingga tidak
terlalu diperhatikan baik oleh pasien maupun oleh keluarga. Namun
lama kelamaan sesak dirasa bertambah berat walaupun tidak sedang
beraktifitas. Keluhan sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca (dingin
bertambah sesak). Keluhan sesak tidak diikuti dengan batuk namun
disertai dengan dada sebelah kiri terasa nyeri dan perut terasa penuh.
Keluhan sesak tidak disertai dengan warna kebiruan pada bibir dan
anggota gerak.
Saat tumbuh kembang pasien hingga remaja tidak ada permasalan
kesehatan hingga kurang lebih sejak 1 tahun terakhir pasien sering
mengeluhkan nafas sesak disertai dengan nyeri pada dada kiri yang
mengganggu aktifitas fisik pasien. Pasien merupakan anak kedua dari 3
bersaudara. Tidak ada sakit serupa dalam keluarga pasien. Riwayat
persalinan normal, lahir spontan di bidan dengan berat badan cukup dan
cukup usia kehamilan.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi obat : disangkal
- Riwayat sesak napas : tidak disangkal
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat mondok di RS : hernia diafragma (usia 5 bulan)
31
Menurut ibu pasien saat pasien berumur 5 bulan pernah berobat ke
Rumah Sakit dikarenakan pasien mudah sesak dan jika sesak bibir
berwarna kebiruan. Dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang saat itu dokter mendiagnosis pasien dengan Hernia
Diafragma dan menyarankan untuk dilakukan operasi. Akan tetapi
karena keterbatasan sarana dan prasarana pada Rumah Sakit
tersebut dan kelangkaan biaya untuk operasi maka ibu pasien
memutuskan untuk tidak melakukan tindakan operasi dan hanya
mendapat pengobatan dan kontrol rutin.
Status Generalis
1. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : Mesocephal, simetris.
- Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut, tidak mudah rontok
2. Pemeriksaan Mata
- Palpebra : Edema (-/-).
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
32
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor, diameter 3 mm
5. Pemeriksaan Mulut : Bibir sianosis (-), bibir pucat, bibir kering (-),
lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-),
ikterik (-), tonsil : dbn
6. Pemeriksaan Leher
- Trakea : Deviasi trakea (-)
- JVP : Tidak meningkat
7. Pemeriksaan Dada
Pulmo
Inspeksi : Dada asimetris, dinding dada kiri tampak
lebih menonjol
Palpasi : VF lobus superior kanan = kiri
VF lobus inferior kanan > kiri
Perkusi : Sonor / Redup pada hemithorax (S) inferior
Auskultasi : Suara dasar : Kanan vesikuler
Kiri vesikuler
Suara tambahan : BU (+) hemithorax (S)
inferior
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC III 2 cm medial
LMC sinistra, kuat angkat (-).
Perkusi : Batas jantung kiri atas SIC I LPSS
Batas jantung kanan atas SIC II LPSD.
Batas jantung kiri bawah SIC III 2 cm medial
LMC sinistra.
Batas jantung kanan bawah SIC III LPSD.
33
Auskultasi : S1 > S2, reguler, bising (-).
8. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
Auskultasi : Bising usus (+).
Palpasi : Nyeri tekan (-).
Hepar dan lien tak teraba.
Palpasi : Timpani.
9. Pemeriksaan Extremitas
- Superior : Deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-),
sianosis (-), edema (-).
- Inferior : Edema (-/-), hiperemis jari (-/-).
34
Tampak gambaran udara usus dengan haustra dan incisurae (+) di
hemithoraks kiri yang pada foto lateral terproyeksi diposterior kiri,
kesan Eventerasio Daifragma kiri DD Hernia Diafragma kiri
(bochdalek)
C. USG
V. DIAGNOSIS KERJA
Hernia Diafragmatika Sinistra
35
DURANTE OP
36
37
LAPORAN OPERASI
1. Posisi supine dalam GA, toilet medan operasi tutup doek steril
berlubang.
2. Insisi subcosta (S) ± 15 cm, perdalam lapis demi lapis, sampai
peritoneum.
3. Buka peritoneum, identifikasi sistema usu. Didapatkan adanya hernia
diafragmatika (S), dengan gaster yang masuk ke dalam defect.
4. Dilanjutkan pembebasan isi hernia diafragma.
5. Identifikasi diafragma bagian superior dan inferior.
6. Buat teugel pada diafragma
7. Dilakukan jahitan pada defect tersebut dengan benang multifilamen non
absorbable 2.0.
8. Dilanjutkan jahit luka operasi lapis demi lapis
9. Operasi selesai.
38
FLOW CHART FOLLOW UP
39
Minggu, 24 Agustus 2014 (HCU Bedah) DPH 2
S : Nyeri Post Op (+), Kentut (+), BAB (+)
O : KU/Kes : Sedang / CM
R. Abdomen:
I : Luka Post Op tertutup kassa, rembes (-)
A : BU (+)
P : Tympani
P : NT (+)
A : Post Repair Hernia Diafragma + Plikasi ai Hernia Diafragmatika (S)
P : - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- ACC Pindah Bangsal
40
Selasa, 26 Agustus 2014 (Bangsal) DPH 4
S : Nyeri Post Op (-), Kentut (+), BAB (+)
O : KU/Kes : Sedang / CM
R. Abdomen:
I : Luka Post Op kering
A : BU (+)
P : Tympani
P : NT (+)
A : Post Repair Hernia Diafragma + Plikasi ai Hernia Diafragmatika (S)
P : - IVFD RL 20 tpm
- Obat – Obat Injeksi Stop
- Tx Oral :Ciprofloxacin 2x1, Na Diclofenac 2x1, Ranitidin 2x1
- BLPL
- Kontrol Poli Bedah Anak tanggal 29/08/14
41
BAB III
PEMBAHASAN
etiologi, serta prognosis dari penderita. Pada kasus ini, penderita didiagnosis
berdasarkan dari keluhan utama sesak nafas disertai nyeri dada kiri sejak ± 1
wanita usia 17 tahun datang dengan keluhan sesak dan nyeri pada dada kiri. Pada
mulanya keluhan sesak dirasakan oleh pasien hilang timbul dan terkadang hilang
hanya dengan beristirahat sehingga tidak terlalu diperhatikan baik oleh pasien
maupun oleh keluarga. Namun lama kelamaan sesak dirasa bertambah berat
walaupun tidak sedang beraktifitas. Dari riwayat penyakit terdahulu saat pasien
berumur 5 bulan pernah berobat ke Rumah Sakit dikarenakan pasien mudah sesak
dan jika sesak bibir berwarna kebiruan. Dari hasil pemeriksaan fisik dan
karena keterbatasan biaya dan alat kesehatan pada RS pada waktu itu. Sejak 1
tahun terakhir pasien sering mengeluhkan nafas sesak disertai dengan nyeri pada
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya bentuk dan gerak yang asimetris
pada toraks, terdapatnya bising usus pada hemithoraks kiri. Hal ini diperkuat dari
gambaran radiologi foto toraks jantung terdorong ke atas, lalu di paru terdapat
bayangan lusen, menyerupai struktur usus di lapang atas sampai bawah paru kiri.
Dari hasil USG thoraks juga didapatkan hasil tampak bayangan usus-usus dengan
42
peristaltik yang menempati hemithoraks kiri bawah sampai kurang lebih setinggi
ICS IV/V anterior e.c hernia diafragmatika. Diagnosis pasti hernia diafragmatika
ialah ketika dilakukan tindakan operatif repair hernia pada pasien ini, terlihat
dalam rongga thoraks. Pada pasien ini organ abdomen yang masuk ke dalam
Prognosis ad vitam pasien ini dubia ad bonam. Dubia karena pada kasus
penderta sudah mendapatkan antibiotik yang sesuai dengan kultur dan resistensi
darah, sehingga setelah dilakukan tindakan operatif repair hernia, kedaan umum
penderita semakin bertambah baik dan sepsis pada penderita bukan menjadi
masalah lagi. Prognosis ad functionam pada penderita ini dubia ada malam. Dubia
karena pada dasarkan operasi repair hernia pada penderita ini berjalan lancar dan
dengan hasil yang sangat baik. Penderita pun dalam keadaan perbaikan pada
waktu pulang dari rumah sakit. Ad malam karena karena tetap harus dengan
pemantauan ketat pada pasien ini karena bukan tidak mungkin terdapat kelainan-
43
BAB IV
KESIMPULAN
serta diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu Foto Thorax. Sampai saat ini
hernia diafragmatik kongenital dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu hernia
morgagni dan hernia Bochdalek Pada hernia Bockdalek sering ditandai gejala
pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari
pembentukan otot.
prinsip penanganan awal atau diagnostik yang tepat agar dapat tercapai outcome
yang optimal. Penatalaksanaan dengan tindakan operasi dan perlu diingat bahwa
defek hernia, serta edukasi yang baik mengenai keadaan penyakit pasien.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
14. Dudley Hugh A.F. Hernia Diafragmatika Kongenital. Dalam: Hamilton
Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press. Page 549.
15. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta.2010. Hal 95 - 120.
16. Reksoprodjo, Soelarto, dkk, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa
Aksara, FKUI, Jakarta.
17. A. Grace Pierce & Neil R Borley, At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga,
Erlangga, Jakarta, 2006.
18. Anggraini, DG 2005. Anatomi dan Aspek Klinis Diafragma Thorax, USU
Press, Medan.
19. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 1998. Buku Kuliah 1 Ilmu kesehatan Anak, Infomedika, Jakarta.
46