Anda di halaman 1dari 4

Keunikan Malang

Sebagai
salah satu destinasi wisata Malang Raya tidak hanya menawarkan keindahan
alamnya saja, Malang juga memiliki banyak karya seni dan budaya. Salah
satunya adalah seni topeng. Menurut sejarah, salah satu pusat persebaran seni
topeng di tanah Jawa, adalah di Malang, Jawa Timur. Indonesia memiliki banyak
daerah penghasil seni topeng, sehingga penyebutan nama berdasarkan pada
daerah penghasil seni topeng itu sebagai identitas hasil budaya tradisional
setempat. Topeng yang dibuat dan berkembang di Malang, dikenal dengan
sebutan Topeng Malangan.

Kesenian topeng sudah dikenal dan dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di
pelosok Nusantara dalam kurun waktu yang telah lama.Topeng dipandang
bukan hanya sekedar benda seni saja, tetapi topeng dibuat pada mulanya
sebagai penggambaran simbolis untuk menghormati roh nenek moyang. Dalam
salah satu catatan sejarah, topeng telah dikenal sejak zaman kerajaan
Kanjuruhan, raja Gajayana. Dikatakan pada masa itu topeng pertama terbuat
dari emas dan dikenal dengan istilah Puspo Sariro, yang berarti bunga dari hati
yang paling dalam. Topeng pada masa itu merupakan tradisi kultural dan
religiusitas.
Kebudayaan wayang topeng ini akhirnya menjadi seni budaya khas Malang, yang
merupakan satu seni pertunjukan yang dimainkan oleh manusia tapi tidak
memperlihatkan wajah asli sang pemain yaitu Wayang Topeng Malang. Sesuai namanya,
para pemain dalam pertunjukan ini menggunakan topeng sebagai penutup muka.

Ciri khas Malang tampak nyata dalam seni Wayang Topeng Malang ini. Salah satu ciri
khas tersebut adalah pahatan karakter wajah seseorang pada kayu yang nampak lebih
nyata. Selain itu, ragam warnanya juga lebih beragam dibanding topeng dari daerah
lainnya.

Warna-warna tersebut yaitu merah, putih, kuning, hijau, dan hitam. Arti dari warna-warna
tersebut, secara berturut-turut  melambangkan keberanian, kesucian, kesenangan,
kedamaian, dan kebijaksanaan.

Ada lebih kurang dari 76 karakter tokoh yang terdapat dalam seni yang berkembang
sejak jaman Hindu-Buddha ini.

Topeng Malangan memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri khas terletak pada pemaknaan
bentuk hidung, mata, bibir, warna topeng dan ukirannya. Untuk warna, topeng
malang memiliki 5 warna dasar, yaitu merah, putih, hijau, kuning dan hitam.
Dimana masing masing warna berfungsi sebagai simbol dari karakter topeng
atau tokoh yang diperankannya. Putih mewakili sifat jujur, suci dan berbudi
luhur. Kuning menggambarkan kemuliaan. Hijau menggambarkan watak
kedamaian. Merah menggambarkan angkara murka, licik atau bisa juga
keberanian. Hitam menggambarkan kebijaksanaan. Ukiran atau ragam hias
pada topeng Malang, biasanya berupa urna di bagian kening. Melati, kantil,
teratai jamang, pada bagian dahi dan irah-irahan atau tutup kepala yang
mewakili sifat kebangsawanan.

Pada topeng Malang, tokoh topeng Klana, biasanya diidentifikasikan dengan


mata bulat, hidung empok, gigi bagian atas tampak, dan berwarna merah.
Karakternya adigang-adigung, agresif, keras, lugas dan tegas.
Tokoh topeng Panji, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung
kebawah, gigi bagian atas tampak dan berwarna hijau. Karakternya suka
bertapa,sakti, bijak dan baik budi.
Tokoh topeng Punakawan, diidentifikasikan dengan topeng tidak menutupi
seluruh wajah, hanya separuh wajah dan berwarna putih. Karakternya lucu,
cuek, dan bijaksana.
Tokoh topeng Putri, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung ke
bawah, gigi tidak tampak dan berwarna putih. Karakternya, lembut ,rendah hati
dan feminim.
Tokoh topeng Gunungsari, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung
kebawah, bibir tipis dan berwarna putih. Karakternya rendah hati, lembut dan
agak feminim.
Tokoh topeng Sekartaji, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung,
bibir tipis dan berwarna putih. Karakternya, lembut, rendah hati dan feminin.
Tokoh topeng Ragil Kuning, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung
mancung, gigi tidak tampak dan berwarna kuning. Karakternya lembut ,tegas
dan pemberani.
Tokoh topeng Bapang, diidentifikasikan dengan mata besar, hidung besar ,gigi
tampak atas dan berwarna merah. Karakternya sombong dan licik.

Jika dahulu topeng terbuat dari batu bahkan emas dan logam lain, saat ini
bahan dasar dalam pembuatan topeng adalah kayu. Kayu yang dipilih berasal
dari pohon dengan spesifikasi khusus. Adapun peralatan yang dipergunakan
untuk membuat topeng malang adalah gergaji, patuk lajeng, tatah, pengot, cat,
kuas dan amplas. Gergaji digunakan untuk memotong kayu menjadi
gelondongan. Patuk-lajeng digunakan untuk membuat bakalan/pola. Tatah
digunakan untuk mengukir dan melubangi (lekuk-lekuk topeng), misalnya untuk
membentuk mata, hidung maupun ukiran lain. Pengot digunakan untuk
membentuk semuanya, yaitu membentuk karakter dan mengukir. Amplas
digunakan untuk menghaluskan topeng agar ketika dicat mendapatkan hasil
yang bagus. Cat dan kuas digunakan untuk proses finishing, yaitu memberi
pewarnaan pada topeng sesuai dengan karakter tokoh topeng. Dalam proses
penciptaan topeng Malangan, pembuatnya tidak menciptakan sendiri wajah
atau bentuk topeng, melainkan meniru atau mencontoh bentuk topeng yang
sudah ada. Para pengukir topeng Malangan pada umumnya adalah seniman
yang memiliki kepiawaian tidak hanya sebagai pengukir topeng saja melainkan
juga penari topeng, bahkan ada juga sebagai dalang. Kemampuan membuat
topeng Malangan biasanya didapatkan secara turun-temurun.

Tahap pertama dalam pembuatan topeng adalah memilih jenis kayu yang cukup
tua agar saat diukir atau diraut tidak rusak karena memiliki struktur kayu yang
lebih kuat. Kayu dipotong-potong gelondongan memanjang kurang lebih 20
sentimeter sesuai dengan ukuran topeng pada umumnya. Tahapan ini biasa
disebut membuat bakalan. Bakalan kemudian dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan di bawah pohon atau di bawah atap. Masing masing potongan kayu
kemudian dibuat pola atau digambar sebelum diukir serta dilubangi sesuai
bentuknya. Pertama adalah membuat hidung, kelopak mata, baru kemudian
mulut, disesuaikan dengan karakternya. Kemudian kayu digosok menggunakan
amplas. Masuk pada tahap finishing, topeng yang sudah halus dicat atau
diwarnai. Dalam pewarnaan topeng, dahulu menggunakan pewarna alami
tradisional. Untuk warna putih menggunakan bubuk batu kapur/gamping atau
injet. Warna merah menggunakan bunga sumbo keling atau pupus daun jati.
Warna hijau dan biru berasal dari daun koro, sedangkan warna kuning dibuat
dari kunyit. Warna hitam dari arang yang ditumbuk dan dicampur dengan
minyak kelapa. Bahan pewarna tradisional tersebut memiliki kelebihan karena
tidak mudah kotor kena debu atau keringat, dan mampu menampilkan ekspresi
yang kuat.

Pada perkembangannya, ada beberapa perubahan pada topeng Malangan salah


satunya dari segi fungsi. Dahulu topeng memiliki makna religius namun saat ini
topeng Malangan banyak difungsikan sebagai bagian dari seni dan budaya.
Topeng Malangan menjadi kompenen yang wajib ada dalam tari topeng maupun
lakon wayang topeng Malang. Wayang topeng Malang biasanya mengangkat
lakon panji. Saat ini topeng diproduksi bukan hanya untuk kebutuhan seni
pertunjukkan saja tetapi juga untuk dipasarkan sebagai sovenir khas Malang
dengan berbagai ukuran.

Karimoen, atau yang dahulu akrab disapa mbah Mun sebagai seorang maestro
topeng Malang adalah seniman pembuat sekaligus penari wayang topeng
Malang. Beliau dihormati sebagai seniman topeng Malang yang telah
menghidupkan, melestarikan, dan mewariskan topeng Malang, tidak hanya
kepada anak keturunannya saja tetapi juga pada masyarakat lingkungan
sekitarnya. Berkat kegigihan beliau untuk melestarikan topeng Malang,
berdirilah sanggar Asmorobangun di Dusun Kedungmonggo. Keberadaan
sanggar ini masih eksis hingga saat ini merupakan jejak karya budaya sang
maestro.

Anda mungkin juga menyukai