Anda di halaman 1dari 13

BAB IV PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SMK

B. Laporan Keuangan SMK


1. Definisi Laporan Keuangan SMK
Laporan Keuangan SMK adalah dokumen keuangan yang wajib disusun untuk
menerapkan BLUD. Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan merupakan salah
satu dari persyaratan dokumen administratif. Laporan keuangan disusun untuk
menjelaskan nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan
kegiatan operasional SMK, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi suatu entitas, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
Kepala Sekolah yang akan menerapkan BLUD pada SMK juga harus membuat
laporan keuangan sesuai dengan pasal 44 ayat (1) dan ayat (2)
19
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang BLUD yang
dijelaskan sebagai berikut:
(1) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf e disusun
oleh kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang akan menerapkan
BLUD sesuai dengan sistem akuntansi yang diterapkan pada pemerintah
daerah.
(2) Laporan keuangan terdiri atas:
a. laporan realisasi anggaran;
b. neraca;
c. laporan operasional:
d. laporan perubahan ekuitas; dan e. catatan atas laporan keuangan.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 981/1010/SJ tahun 2019 tentang
Modul Penilaian dan Penetapan BLUD menjelaskan bobot dokumen laporan
keuangan. Bobot dokumen tersebut dijelaskan pada format penilaian dokumen
administratif, indikator, dan bobot penilaian penerapan BLUD, khususnya pada
format A.1: SKPD yang telah mempunyai Unit Pelaksana Teknis Daerah, pada
Nomor 5 untuk dokumen administratif yang dinilai pada laporan keuangan
dengan nilai bobot 20% pada 5 (lima) laporan keuangan sebagai berikut:
a. LRA sesuai dengan SAP b. Neraca sesuai dengan SAP c. LO sesuai dengan
SAP d. LPE sesuai dengan SAP e. CaLK sesuai dengan SAP
Masing-masing laporan keuangan tersebut mempunyai nilai 0 atau 10 dengan
bobot per unsur masing-masing sebesar 2,0.
SMK bukan merupakan entitas akuntansi maka dalam penyusunan 5 (lima)
komponen laporan keuangan dimaksud harus memecah dari laporan keuangan
SKPD baik secara manual dan/atau sistem aplikasi. Laporan keuangan
SKPD yang digunakan sebaiknya yang sudah audited karena penyajian nilainya
sudah dianggap wajar oleh pemeriksa eksternal pemerintah. Alternatif lain yang
dapat digunakan jika terdapat kesulitan dalam memecah laporan keuangan
SKPD menjadi laporan keuangan SMK adalah dengan menyusun 5 (lima)
komponen laporan keuangan tersebut berdasarkan bukti transaksi atau media
rekapitulasi data dari bukti transaksi seperti Buku Kas Umum (BKU) Bendahara
Penerimaan dan Pengeluaran Pembantu atau catatan yang memiliki informasi
yang mirip dengan BKU, ditambah data-data lain seperti data persediaan, aset
tetap, aset tak berwujud (berikut penyusutan dan amortisasi) serta data-data
akrual lain seperti data utang piutang. 5 (lima) komponen laporan keuangan yang
dimaksud di atas terdiri atas:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan laporan yang menyajikan


ikhtisari sumber, alokasi, dan pemakai sumber daya ekonomi yang dikelola, serta
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya
20
dalam suatu periode pelaporan yang terdiri dari unsur pendapatan dan belanja.
2. Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu
entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal
pelaporan. Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas.
3. Laporan Operasional (LO) merupakan salah satu unsur laporan keuangan
yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) merupakan laporan yang menyajikan
peningkatan maupun penurunan aktiva-aktiva bersih atau kekayaan entitas
selama periode tertentu yang didasarkan prinsip-prinsip pengukuran tertentu
yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan salah satu unsur laporan
keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, LO, LPE, dan Neraca
dalam rangka pengungkapan yang memadai.
SMK dapat saja baru dibentuk dan akan langsung menerapkan BLUD maka
SMK baru tersebut tidak menyusun 5 (lima) komponen laporan keuangan tetapi
hanya menyusun prognosis/proyeksi keuangan berupa LRA dan LO sesuai
dengan sistem perencanaan dan penganggaran yang diterapkan oleh
pemerintah daerah. Pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor:
981/1010/SJ tahun 2019 khususnya pada format A.2: SKPD yang belum
mempunyai unit pelaksana teknis daerah, pada Nomor 5 untuk dokumen
administratif yang dinilai pada prognosis/proyeksi laporan keuangan dengan nilai
bobot 20% pada 2 (dua) laporan keuangan sebagai berikut:
a. LRA sesuai dengan sistem perencanaan dan penganggaran yang diterapkan
pemerintah daerah
b. LO sesuai dengan sistem perencanaan dan penganggaran yang diterapkan
pemerintah daerah
Masing-masing laporan keuangan mempunyai nilai 0 atau 10 dengan bobot per
unsur masing-masing sebesar 5,0.
2. Akuntansi SMK
SMK menyusun 5 (lima) komponen laporan keuangan tersebut, perlu
pemahaman akuntansi yang memadai. Akuntansi adalah proses identifikasi,
pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan
kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya.
Proses identifikasi dan pencatatan dalam akuntansi yang dimaksud adalah
setiap kejadian transaksi keuangan diperlukan adanya pencatatan serta
identifikasi pada pos-pos akun mana yang sesuai dengan kejadian transaksinya.
Begitu pula dengan pengklasifikasi transaksi yang dilakukan termasuk dalam
bagian pos akun yang mana saja nanti digunakan ketika sudah melakukan
pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran transaksi kemudian disajikan
dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan pedoman atau peraturan-
peraturan yang mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akuntansi SMK
21
sendiri adalah bagian dari akuntansi SKPD karena sebagai UPTD, SMK
merupakan unit kerja dari SKPD. Dalam pengaturan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah sebenarnya tidak dikenal akuntansi
SMK, namun untuk keperluan persyaratan dokumen administratif menjadi BLUD,
maka SMK harus membuat 5 (lima) komponen laporan keuangan. Laporan
keuangan SMK mempunyai basis akuntansi yang sama dengan
laporan keuangan SKPD yaitu basis kas untuk statutory report seperti LRA dan
basis akrual untuk laporan keuangan LO dan Neraca.
3. Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan Pembentukan BLUD SMK
Siklus akuntansi pemerintah daerah dan SMK sama dengan siklus akuntansi
pada umumnya. Pencatatan transaksi juga harus disertakan dengan dokumen-
dokumen dan bukti transaksi yang sah untuk kemudian dimasukkan kedalam
jurnal dan buku besar. Bukti transaksi dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu
bukti penerimaan kas, bukti pengeluaran kas dan bukti memorial yang kemudian
dimasukkan ke jurnal umum, yang kemudian diposting ke buku besar dan
selanjutnya dimasukan dalam neraca saldo sampai ke penyajian laporan
keuangan. Berikut ini merupakan gambar ilustrasi dari Siklus Akuntansi.
Gambar 2 Siklus Akuntansi
Gambar di atas menerangkan siklus akuntansi yang perlu dijadikan pedoman
bagi para entitas pemerintah daerah khususnya pada entitas akuntansinya
seperti SKPD termasuk SMK. Dokumen transaksi disini maksudnya adalah
dokumen-dokumen yang terkait transaksi pendapatan dan belanja yang terjadi di
dalam SMK. Contohnya seperti pendapatan dari pemanfaatan aset SMK dan
belanja operasional SMK untuk meningkatkan kualiatas pelayanan pendidikan
SMK. Pendanaan yang diberikan dicatat sebagai penerimaan kas dan
pengeluaran dicatat sebagai belanja.
Transaksi yang telah selesai didokumentasikan, kemudian dimasukan dalam
jurnal transaksi, dimana dalam membuat jurnal ini perlu pemahaman lebih jauh
tentang persamaan akuntansi yang akan dibahas berikutnya. Pada saat
22
penjurnalan yang dilakukan harus dilakukan dengan teliti dimana posisi debit dan
kreditnya, agar tidak salah dalam tahapan selanjutnya. Pada tahapan
selanjutnya tiap transaksi dalam penjurnalan yang sudah dimasukan kedalam
pos-pos akun dibuatkan buku besar yang sifatnya sebagai penerjemah kenaikan
atau penurunan nilai akun atas transaksi pada penjurnalan sebelumnya. Hal ini
cukup mudah, karena hanya melakukan posting atau memindahkan tiap-tiap
akun yang terjadi pada saat transaksi penjurnalan. Hal penting yang perlu diingat
sebelum melakukan posting setiap akun jurnal ke buku besar adalah nilai saldo
awal atau saldo tahun sebelumnya yang wajib dimasukan terlebih dahulu.
Tahapan selanjutnya adalah membuat neraca saldo. Neraca saldo merupakan
tahapan sebelum penyusunan laporan keuangan, dimana dalam neraca saldo ini
berfungsi untuk mengelompokkan saldo nilai akun-akun yang ada di dalam buku
besar, serta sebagai koreksi untuk penyeimbangan posisi debit dan kredit yang
telah dilakukan pada saat transaksi sebelumnya. Ketika neraca saldo yang
sudah seimbang posisi debit dan kreditnya, kemudian dimasukan ke dalam
tahapan laporan keuangan. Laporan keuangan ini sesuai dengan penyajian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dimana setiap akun dalam neraca
saldo perlu disajikan dalam lima komponen laporan keuangan yang telah
ditentukan sebelumnya.
Siklus akuntansi ini merupakan rangkaian tahapan perlakuan data transaksi
keuangan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, hal ini dikarenakan
adanya saling keterkaitan tahapan satu sama lain. Pembetulan dalam siklus
akuntansi tidak dapat dilakukan secara langsung dan harus melihat proses
awalnya terlebih dahulu jika didapati ada salah satu tahapan/siklus yang perlu
dikoreksi. Siklus akuntansi ini harus dipahami dengan baik dan benar oleh SMK
yang akan menyajikan laporan keuangan agar hasilnya baik dan maksimal.
a. Persamaan Akuntansi
Persamaan akuntansi, atau juga disebut persamaan dasar akuntansi adalah
komponen yang membentuk dasar untuk semua sistem akuntansi.
Persamaan sederhana ini menggambarkan dua fakta tentang perusahaan atau
suatu instansi yakni apa yang dimiliki perusahaan dan berapa besar hutang
perusahaan atau instansi tersebut. Persamaan akuntansi menyamakan aset
dengan kewajiban/liabilitas dan modalnya, hal ini menunjukkan bahwa semua
aset perusahaan atau instansi diperoleh melalui kewajiban hutang dan/atau
modal. Berikut ini adalah gambar ilustrasi persamaan akuntansi:
Gambar 3 Ilustrasi Persamaan Akuntansi
Gambar diatas menjelaskan bahwa aset sama dengan jumlah kewajiban/liabilitas
dan modal. Pemahaman ini adalah hal dasar dan awal ketika mempelajari
persamaan dasar akuntansi.

ASET KEWAJIBAN MODAL


23
Kewajiban/liabilitas dan modal pada dasarnya hanyalah sumber pendanaan bagi
perusahaan/instansi untuk memperoleh aset. Persamaan akuntansi umumnya
ditulis dengan kewajiban/liabilitas yang muncul sebelum modal. Hal seperti ini
harus konsisten dengan pelaporan keuangan di mana aset dan
kewajiban/liabilitas lancar selalu dilaporkan sebelum aset dan kewajiban/liabilitas
jangka panjang. Persamaan ini berlaku untuk semua kegiatan bisnis dan
transaksi. Aset akan selalu sama dengan kewajiban/liabilitas dan modal. Jika
aset meningkat, kewajiban/liabilitas atau modal pemilik harus meningkat untuk
menyeimbangkan persamaan.
Sebaliknya berlaku jika kewajiban/liabilitas atau modal yang menurun.
Persamaan akuntansi ini adalah alat bantu dalam menganalisis dokumen
transaksi yang kemudian dicatat dalam bentuk jurnal. Persamaan akuntansi ini
juga merupakan persamaan untuk seluruh transaksi yang terdapat dalam
instansi manapun, termasuk untuk transaksi di pemerintah daerah. Istilah modal
pada pemerintahan diganti dengan istilah ekuitas sehingga persamaan
akuntansinya menjadi seperti berikut:
Gambar 4 Persamaan Akuntansi Pemerintahan
Persamaan akuntansi di SKPD pun tidak terlalu berbeda dengan di pemerintah
daerah. Sedikit perbedaan ada pada komponen ekuitas, karena posisi SKPD
sebagai entitas akuntansi maka terdapat akun Rencana Kerja Pejabat
Pengelolaan Keuangan Daerah (RK PPKD) untuk menampung penerimaan dan
pengeluaran kas antara SKPD dengan PPKD.
Persamaan akuntansi yang serupa juga dapat digunakan pada SMK dengan
asumsi SMK setara dengan SKPD sehingga dianggap seperti entitas akuntansi
yang langsung bertransaksi dengan PPKD, sehingga masih menggunakan akun
RK PPKD sebagai akun transitoris dengan PPKD. Hal ini dikarenakan tidak
dikenal akun transitoris antar unit kerja didalam SKPD dalam regulasi dan
pedoman manapun. Persamaan akuntansi untuk menyusun laporan keuangan
SMK dapat digambarkan sebagai berikut:

ASET KEWAJIBAN EKUITAS


24
Gambar 5 Persamaan Akuntansi UPTD SMK
Nilai RK PPKD tersebut kemungkinan terbentuk dari penerimaan kas SMK dari
Kas Umum Daerah baik dari sumber dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lainnya serta
pengeluaran kas SMK ke Kas Umum Daerah misalnya yang berasal dari
pemanfaatan aset SMK yang merupakan pendapatan lain-lain PAD yang sah.
Penjelasan persamaan akuntansi tersebut mempertegas bahwa dasar
pemahaman akuntansi menjadi alat yang sangat membantu dalam penyusunan
laporan keuangan. Hal ini membutuhkan pemahaman yang cukup baik dan
benar agar tercapainya penyusunan laporan keuangan SMK yang baik dan
benar.
1. Jurnal
Proses awal dalam siklus akuntansi adalah identifikasi transaksi dimulai dengan
pengumpulan data yang diambil dari bukti transaksi.
Berdasarkan bukti transaksi kemudian dikelompokkan transaksi-transaksi yang
terjadi dan dapat dipertanggungjawabkan berupa nota, faktur, kuitansi atau
memo yang diverifikasi. Semua transaksi yang sudah dikelompokkan, maka
harus dicatat ke dalam jurnal berdasarkan urutan kronologi transaksi keuangan.
Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi-transaksi suatu entitas secara
kronologis dan sistematis.
Contoh format jurnal umum dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 9 Format Jurnal Umum Tanggal No Bukti Kode
Rekening Uraian Debit Kredit
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
25 Keterangan:
(1) Tanggal terjadinya transaksi secara berurutan dengan kronologis terjadinya
transaksi.
(2) Nomor bukti transaksi.
(3) Nomor kode rekening.
(4) Nama akun yang di debit ditulis terlebih dahulu kemudian baris selanjutnya
ditulis akun yang di kredit dan ditulis menjorok kesebelah kanan.
(5) dan (6) Jumlah rupiah dari akun yang di debit maupun di kredit.
Pencatatan transaksi dalam jurnal diatur dalam sebuah mekanisme debit dan
kredit. Pengertian debit dalam persamaan akuntansi menunjukan sisi sebelah kiri
dan kredit menunjukan sebelah kanan.
Mekanisme untuk menggunakan aturan debit dan kredit pada setiap akun utama
akuntansi terlihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 10 Mekanisme Aturan Debit dan Kredit Pada Akun Utama Akuntansi
No Jenis Akun Bertambah Berkurang Keterangan
1 Aset Debit Kredit Aset jika bertambah dicatat di debit.
Aset jika berkurang dicatat di kredit.
2 Utang Kredit Debit Utang jika bertambah dicatat di kredit. Utang jika berkurang dicatat di debit.
3 Ekuitas Kredit Debit Ekuitas jika bertambah dicatat di kredit.
Ekuitas jika berkurang dicatat di debit.
4 Pendapatan Kredit Debit Pendapatan jika bertambah dicatat di kredit.
Pendapatan jika berkurang dicatat di debit.
5 Beban Debit Kredit Beban jika bertambah dicatat di debit.
Beban jika berkurang dicatat di kredit.

Berikut ini adalah contoh jurnal dari beberapa transaksi SMK:


Pada tanggal 5 Januari 2020 instansi membeli perlengkapan kantor seharga
Rp2.000.000,00.
26
Tabel 11 Contoh 1 Jurnal Transaksi SMK
Tanggal No Bukti Kode
Rekening Uraian Debit Kredit
5-Jan-20 Xxxx x.x.x.xx
x.x.x.xx
Perlengkapan Kantor Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu SMK
2.000.000,00
2.000.000,00

Pada tanggal 15 Januari 2020 dibayar beban telepon sebesar Rp1.000.000,00.


Tabel 12 Contoh 2 Jurnal Transaksi SMK
Tanggal No Bukti Kode
Rekening Uraian Debit Kredit
15-Jan-20
Xxxx x.x.x.xx
x.x.x.xx
Beban telepon Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu SMK
1.000.000,00
1.000.000,00

Pada tanggal 21 Januari 2020 instansi telah menerima Pendapatan pemanfaatan


aset sekolah sebesar Rp5.000.000,00.
Tabel 13 Contoh 3 Jurnal Transaksi SMK
Tanggal No Bukti Kode
Rekening Uraian Debit Kredit
21-Jan-20
Xxxx x.x.x.xx
x.x.x.xx
Kas di Bendahara Penerimaan Pembantu SMK Pendapatan pemanfaatan aset sekolah –LO
5.000.000,00
5.000.000,00
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah
basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan
ekuitas (Paragraf 42 Kerangka Konseptual Nomor 71 Tahun 2010) sedangkan
dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA
disusun berdasarkan basis kas (Paragraf 44 Kerangka Konseptual Nomor 71
Tahun 2010). Basis kas dapat dikatakan khusus digunakan untuk LRA.
Mekanisme basis laporan keuangan pemerintah terlihat dalam tabel sebagai
berikut:
27
Tabel 14 Mekanisme Basis Laporan Keuangan Pemerintah
Ada hal penting yang wajib diketahui terkait pencatatan jurnal realisasi anggaran
yang berbasis kas, dimana, jurnal basis kas ini akan dilakukan apabila sudah
memenuhi dua kriteria yaitu:
a) Terdapat aliran kas (masuk/keluar); dan b) Merupakan realisasi
anggaran.
Apabila dua syarat di atas tidak terpenuhi maka pencatatan realisasi anggaran
tidak perlu dilakukan. Contoh jurnal realisasi anggaran pada sebagai berikut:
a. Bendahara Penerimaan Pembantu Sekolah menerima uang sebesar
Rp5.000.000,00 dari pembayaran Pendapatan pemanfaatan aset sekolah.
Tabel 15 Contoh 1 Jurnal Realisasi Anggaran
Tanggal No Bukti
Kode
Rekening Uraian Debit Kredit
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx
x.x.x.xx
Estimasi Perubahan SAL Pendapatan pemanfaatan aset sekolah - LRA
5.000.000,00
5.000.000,00

b. Bendahara Pengeluaran Pembantu SMK membayarkan uang sebesar


Rp3.000.000,00 untuk belanja perjalanan dinas.
Tabel 16 Contoh 2 Jurnal Realisasi Anggaran
Tanggal No Bukti Kode
Rekening Uraian Debit Kredit
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx
x.x.x.xx
Belanja Perjalanan Dinas Estimasi Perubahan SAL
3.000.000,00
3.000.000,00
Kode Akun Uraian Laporan Basis
1 Aset
Neraca Akrual
2 Kewajiban 3 Ekuitas
4 Pendapatan LRA
LRA Kas
5 Belanja 6 Pembiayaan 7 Pendapatan LO
LO Akrual
8 Beban

28
Hal lain yang perlu menjadi perhatian bahwa setiap transaksi harus dilakukan
jurnal basis akrual dan apabila memenuhi syarat maka juga dilakukan jurnal
basis kas. Apabila dalam satu transaksi terdapat jurnal basis akrual dan jurnal
basis kas maka jurnal dicatat pada saat yang sama. Berikut ini adalah contoh
transaksi yang memenuhi syarat basis kas dan basis akrual:
c. Bendahara Penerimaan Pembantu SMK menerima uang sebesar
Rp5.000.000,00 dari pembayaran Pendapatan Pemanfaatan Aset Sekolah.
Tabel 17 Contoh 3 Jurnal Realisasi Anggaran
Tanggal No Bukti Kode
Rekening Uraian Debit Kredit
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx

d. Bendahara Pengeluaran Pembantu Sekolah membayarkan uang sebesar


Rp3.000.000,00 untuk belanja perjalanan dinas.
Tabel 18 Contoh 4 Jurnal Realisasi Anggaran
Tanggal No Bukti Kode
Rekening Uraian Debit Kredit
x-xx-xx xxxx x.x.x.xx
x.x.x.xx
Beban Perjalanan Dinas Kas di Bendahara Pengeluaran
Pada pelaksanaan penyusunan laporan keuangan sekolah, jurnal akuntansi
tersebut di atas idealnya dibuat langsung berdasarkan bukti transaksi. Alternatif
lain yang dapat dipilih untuk mempercepat proses jurnal akuntansi dapat dibuat
dari catatan Buku Kas Umum (BKU) yang dibuat oleh Bendahara Penerimaan
Pembantu dan Bendahara Pengeluaran Pembantu selama suatu tahun anggaran
yang disepakati
29
menjadi laporan keuangan untuk dokumen administratif menjadi BLUD.
Apabila semua transaksi tersebut sudah dicatat dalam jurnal akuntansi maka
laporan keuangan SMK yang berbasis kas akan terbentuk.
Selanjutnya perlu dilakukan jurnal untuk mencatat transaksi akrual yang meliputi
transaksi sebagai berikut:
a. Pengakuan piutang jika ada, dapat dilakukan berdasarkan tagihan kepada
penerima jasa dari SMK. Untuk kasus tertentu diperlukan adanya tanda terima
atau berita acara serah terima pekerjaan yang ditandatangani pihak SMK dan
dan penerima jasa dari SMK;
b. Pengakuan persediaan baik yang bertambah maupun berkurang berdasarkan
laporan persediaan SMK yang menyajikan informasi saldo awal, mutasi keluar,
mutasi masuk dan saldo akhir;
c. Pengakuan investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang jika ada,
berdasarkan surat berharga, sertifikat deposito maupun dokumen investasi lain;
d. Pengakuan aset tetap, aset dikerjasamakan, dan aset tak berwujud baik yang
bertambah maupun berkurang berdasarkan laporan barang SMK yang
menyajikan informasi saldo awal, mutasi keluar, mutasi masuk dan saldo akhir;
e. Pengakuan beban penyusutan/amortisasi di LO dan akumulasi
penyusutan/amortisasi di Neraca berdasarkan tahun perolehan dari laporan
barang dan kebijakan akuntansi pemda;
f. Pengakuan aset rusak sebagai aset lainnya jika ada berdasarkan surat
permohonan penghapusan aset dari Kuasa Pengguna Barang;
dan
g. Pengakuan utang jangka pendek maupun jangka panjang jika ada,
berdasarkan tagihan dari debitur atau perjanjian pinjaman.
2. Buku Besar
Transaksi yang sudah dikelompokkan dan dicatat ke dalam jurnal berdasarkan
urutan kronologi transaksi keuangan memerlukan proses klasifikasi. Proses
klasifikasi transaksi dari jurnal ke buku besar dikenal dengan istilah Posting.
Posting adalah proses pemindahan jurnal suatu transaksi ke dalam buku besar
dari masing-masing akun dalam jurnal terkait. Buku besar adalah buku yang
digunakan untuk mengelompokkan transaksi berdasarkan akun/kode rekening
sehingga diperoleh saldo akhir akun/kode rekening tersebut. Setiap akun
memiliki satu buku besarnya masing-masing sehingga jumlah buku besar yang
dimiliki sebuah entitas sama banyaknya dengan jumlah akun yang dimilikinya.
Buku besar dibuat dalam sebuah format tertentu dan dengan aturan tertentu
yang telah disepakati. Contoh format buku besar dapat dilihat sebagai berikut:
30
Tabel 19 Format Buku Besar Kode Rekening :
Uraian :
Anggaran :

Keterangan:
(1) Tanggal terjadinya transaksi secara berurutan dengan kronologis terjadinya
transaksi.
(2) Nomor surat bukti transaksi.
(3) Uraian transaksi.
(4) Bagian ref mengacu pada pencatatan dalam jurnal yaitu halaman jurnal pada
saat transaksi dicatat.
(5) dan (6) Jumlah rupiah dari akun yang di debit maupun di kredit.
(7) Jumlah saldo dari transaksi
Sebelum melakukan posting, terlebih dahulu memasukkan semua saldo awal
untuk akun-akun Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang diperoleh dari Neraca Awal
Tahun kedalam buku besarnya masing-masing. Ketika transaksi periode berjalan
telah dimulai, tiap transaksi yang telah dicatat dalam jurnal kemudian diposting
kebuku besar. Berdasarkan contoh jurnal di atas, dapat dilakukan posting ke
buku besar sebagai berikut:
Jurnal Transaksi pendapatan tunai oleh Bendahara Penerimaan Pembantu SMK:
Tanggal No Bukti Uraian Ref Debit Kredit Saldo
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

31
Tabel 20 Contoh Pengisian Buku Besar dari Jurnal
Tanggal No
Bukti
Kode
Rekening Uraian Debit
Kredit 21-Jan-20 xxxx x.x.x.xx
x.x.x.xx
Kas di Bendahara Penerimaan Pembantu SMK Pendapatan Pemanfaatan Aset Sekolah -LO
5.000.000,00
5.000.000,00
Buku Besar :
Kode Rekening : x.x.x.xxx
Uraian : Kas di Bendahara Penerimaan Pembantu SMK
Anggaran :
Tanggal No Bukti Uraian Ref Debit Kredit
21-Jan-20 xxxx Penerimaan pendapatan
Pemanfaatan Aset Sekolah
Xx 5.000.000,00
BukuBesar :
Kode Rekening : x.x.x.xxx
Uraian : Pendapatan Pemanfaatan Aset Sekolah -LO
Anggaran :

Anda mungkin juga menyukai