Anda di halaman 1dari 6

Nama : Shafira Eka Maydana

Kelas : XI IPS-2 (34)

“SEMUT GIGI ENAM”

Pada suatu hari, ada seorang pemuda tinggi yang tengah berjalan di
tengah hutan, Ia berniat untuk berkemah di hutan tersebut. Pemuda itupun mulai
mencari tempat yang aman dan cocok untuk Ia mendirikan tenda untuk
bermalam. Dan pemuda itupun mendapatkan tempat yang sesuai, “Nampaknya
tempat ini cocok untuk tempat pendirian tendaku, letaknya juga dekat dengan
sumber air.” Ucap sang pemuda yang sembari melihat sekeliling. Pemuda pun
mulai mendirikan tenda selama 1 jam, dan langit mulai gelap karena waktu sudah
menunjukkan sore hari. Langit mulai petang, suara jangkrik pun terdengar secara
bersahutan, dan suara air terdengar gemericik. Pemuda memutuskan untuk
membuat api unggun karena hawanya yang sangat dingin di alam terbuka, dan
nyamuk juga mulai berdatangan untuk mencari asupan (darah manusia). Api
unggun pun berhasil dibuat oleh pemuda itu, dan pemuda mulai menyanyikan
lagu, “api unggun sudah menyala, api unggun sudah menyala”. Tetapi tiba-tiba
hujan turun membasahi tenda si pemuda dan api unggun pun padam karena
diguyur hujan. Lalu si pemuda kebingungan mencari tempat untuk berteduh.
Selang beberapa waktu kemudian, si pemuda menemukan sebuah gubug tua
dan pemuda itupun masuk kedalam gubug tersebut. Didalam gubug tersebut
terdapat segerombolan semut kecil hitam yang sedang berjalan beriringan di
tiang penyangga gubug.

Pemuda tersebut melihat segerombolan semut itu, ternyata si pemuda


phobia dengan semut dan Ia berniat untuk membunuh para semut-semut
tersebut. Akan tetapi, tiba-tiba ada salah satu semut yang menghampiri pemuda
tersebut. Semut itu memiliki 6 gigi seperti kelinci.

Semut gigi 6 : “Wahai pemuda, janganlah kau membunuh kami yang tengah
kesulitan ini.”

Pemuda : “(terdiam, kaget bercampur dengan ketakuan mengetahui ada semut


yang bisa berbicara layaknya manusia).”
Pemuda : “Kau semut bisa berbicara? Bagaimana bisa!.”

Semut gigi 6 : “Ya, aku memang bisa berbicara.”

Semut gigi 6 : “Tolong jangan bunuh aku dan temanku yang lainnya.” Sambung
semut.

Pemuda : “Kan sudah takdirmu meninggal memang.” Jawab pemuda sembari


senyum tipis bergurau.

Semut gigi 6 : “Jika kau menyelamatkan nyawa kami, maka aku berjanji akan
membalas kebaikanmu.”

Pemuda : “Apa bisa janjimu itu aku percaya?. Kau hanya sebatas semut yang
kecil.”

Semut gigi 6 : “Tentu saja aku bisa menepati janjiku itu. Jika tidak, carilah aku
untuk menagih janjiku.”

Pemuda : “Baiklah, aku akan melepaskanmu dan juga teman-teman mu yang


lainnya.”

Semut gigi 6 : “Terimakasih wahai pemuda atas kebaikanmu.”

Semut gigi 6 : “Semoga kau bertemu dengan kami kembali suatu saat.” Sambung
semut.

Keesokan harinya, suara ayam berkokok membangunkan si pemuda


yang tengah tertidur didalam gubug yang Ia jadikan tempat untuk berteduh dari
hujan. Tanpa berpikir panjang, pemuda itu langsung bergegas keluar dari gubug
dan berlari mencari sumber suara ayam yang berkokok. Ia mencari ayam itu
untuk dijadikan sarapannya. Setelah berlari mencari sumber suara, si pemuda
berhasil menemukan ayam itu, lalu Ia menangkap ayam itu dan dibawa ke tenda
yang telah di Ia dirikan semalam. Sesampainya di tenda, si pemuda terkejut
sebab melihat tendanya roboh akibat diterjang hujan semalam. Si pemuda pun
bergegas membangun kembali tendanya untuk tempat istirahatnya. Setelah
selesai membenarkan tendanya, si pemuda berlanjut memasak ayam. Ayam pun
matang, dan pemuda langsung melahap habis ayam yang telah Ia masak.

Setelah kenyang, pemuda itu pun bersiap untuk kembali ke rumah. Tanpa
disadari, saat diperjalanan si pemuda bertemu dengan seekor ular yang besar.
Ular itu mematok kaki si pemuda, dan pemuda merasa kesakitan. Sedangkan
tidak ada seorangpun yang bisa menolongnya pada saat itu. Si pemuda ingat
perkataan semut, bahwa Ia akan menolongnya saat si pemuda membutuhkan
bantuan. Keajaiban datang, tiba tiba semut gigi 6 datang disaat pemuda
membutuhkan bantuannya. Dan akhirnya pemuda itu selamat dari patokan ular.

Pemuda : “Terimakasih semut, kau telah menyelamatkan nyawaku. Aku


berhutang budi padamu.”

Semut gigi 6 : “Tak usah begitu pemuda, aku telah berjanji padamu kemarin.”

Pemuda : “Sungguh aku tak menyangka kau bisa menyelamat nyawaku. Aku
meminta maaf karena kemarin aku telah berencana untuk membunuhmu dan
teman-temanmu.”

Semut gigi 6 : “Lupakan saja, sekarang segera kembali ke rumahmu dengan hati-
hati.”

Pemuda : “Baiklah, aku akan segera kembali ke rumah. Sekali lagi, terimakasih
banyak semut, sampai bertemu di lain waktu.”

Pada akhirnya, si pemuda meninggalkan hutan dan kembali ke rumah.


Sesampainya di rumah dengan selang beberapa hari, si pemuda selalu berbuat
kebaikan pada setiap semut dan phobianya terhadap semut hilang. Si pemuda
menceritakan pengalaman yang dialaminya selama berkemah di hutan kepada
orang-orang terdekatnya. Alangkah terkejutnya mereka saat mendengar cerita si
pemuda. Jelas, mereka tidak percaya bahwa si pemuda mengalami kejadian
yang aneh di hutan. Mereka beranggapan bahwa si pemuda hanya ilustri.
Strukrur dari teks cerpen “Semut Gigi Enam”

• Orientasi

Berisi mengenai perkenalan. Pada teks tersebut, terletak pada paragraf 1.

• Komplikasi

Berisi mengenai pengungkapan peristiwa. Pada teks tersebut, terletak


pada paragraf ke 2-3.

• Klimaks

Berisi konflik hingga puncak masalah. Pada teks tersebut, terletak pada
paragraf ke 4.

• Koda

Berisi mengenai penyelesaian masalah. Pada teks tersebut, terletak pada


paragraf ke 5.

Kaidah kebahasaan teks cerpen “Semut Gigi Enam”

Konjungsi Kronologis:

• Lalu si pemuda kebingungan mencari tempat.

• Setelah berlari mencari sumber suara.

• Pada akhirnya, si pemuda.

Dialog:

Semut gigi 6 : “Wahai pemuda, janganlah kau membunuh kami yang


tengah kesulitan ini.”

Pemuda : “(terdiam, kaget bercampur dengan ketakuan mengetahui ada


semut yang bisa berbicara layaknya manusia).”

Pemuda : “Kau semut bisa berbicara? Bagaimana bisa!.”

Semut gigi 6 : “Ya, aku memang bisa berbicara.”


Semut gigi 6 : “Tolong jangan bunuh aku dan temanku yang lainnya.”
Sambung semut.

Pemuda : “Kan sudah takdirmu meninggal memang.” Jawab pemuda


sembari senyum tipis bergurau.

Semut gigi 6 : “Jika kau menyelamatkan nyawa kami, maka aku berjanji
akan membalas kebaikanmu.”

Pemuda : “Apa bisa janjimu itu aku percaya?. Kau hanya sebatas semut
yang kecil.”

Semut gigi 6 : “Tentu saja aku bisa menepati janjiku itu. Jika tidak, carilah
aku untuk menagih janjiku.”

Pemuda : “Baiklah, aku akan melepaskanmu dan juga teman-teman mu


yang lainnya.”

Semut gigi 6 : “Terimakasih wahai pemuda atas kebaikanmu.”

Semut gigi 6 : “Semoga kau bertemu dengan kami kembali suatu saat.”
Sambung semut.

Pemuda : “Terimakasih semut, kau telah menyelamatkan nyawaku. Aku


berhutang budi padamu.”

Semut gigi 6 : “Tak usah begitu pemuda, aku telah berjanji padamu
kemarin.”

Pemuda : “Sungguh aku tak menyangka kau bisa menyelamat nyawaku.


Aku meminta maaf karena kemarin aku telah berencana untuk membunuhmu
dan teman-temanmu.”

Semut gigi 6 : “Lupakan saja, sekarang segera kembali ke rumahmu


dengan hati-hati.”

Pemuda : “Baiklah, aku akan segera kembali ke rumah. Sekali lagi,


terimakasih banyak semut, sampai bertemu di lain waktu.”
Kata sifat:

• Ada seorang pemuda tinggi yang tengah.

• Pemuda menemukan sebuah gubug tua.

• Terdapat segerombolan semut kecil hitam.

Anda mungkin juga menyukai