Pada suatu hari, ada seorang pemuda tinggi yang tengah berjalan di
tengah hutan, Ia berniat untuk berkemah di hutan tersebut. Pemuda itupun mulai
mencari tempat yang aman dan cocok untuk Ia mendirikan tenda untuk
bermalam. Dan pemuda itupun mendapatkan tempat yang sesuai, “Nampaknya
tempat ini cocok untuk tempat pendirian tendaku, letaknya juga dekat dengan
sumber air.” Ucap sang pemuda yang sembari melihat sekeliling. Pemuda pun
mulai mendirikan tenda selama 1 jam, dan langit mulai gelap karena waktu sudah
menunjukkan sore hari. Langit mulai petang, suara jangkrik pun terdengar secara
bersahutan, dan suara air terdengar gemericik. Pemuda memutuskan untuk
membuat api unggun karena hawanya yang sangat dingin di alam terbuka, dan
nyamuk juga mulai berdatangan untuk mencari asupan (darah manusia). Api
unggun pun berhasil dibuat oleh pemuda itu, dan pemuda mulai menyanyikan
lagu, “api unggun sudah menyala, api unggun sudah menyala”. Tetapi tiba-tiba
hujan turun membasahi tenda si pemuda dan api unggun pun padam karena
diguyur hujan. Lalu si pemuda kebingungan mencari tempat untuk berteduh.
Selang beberapa waktu kemudian, si pemuda menemukan sebuah gubug tua
dan pemuda itupun masuk kedalam gubug tersebut. Didalam gubug tersebut
terdapat segerombolan semut kecil hitam yang sedang berjalan beriringan di
tiang penyangga gubug.
Semut gigi 6 : “Wahai pemuda, janganlah kau membunuh kami yang tengah
kesulitan ini.”
Semut gigi 6 : “Tolong jangan bunuh aku dan temanku yang lainnya.” Sambung
semut.
Semut gigi 6 : “Jika kau menyelamatkan nyawa kami, maka aku berjanji akan
membalas kebaikanmu.”
Pemuda : “Apa bisa janjimu itu aku percaya?. Kau hanya sebatas semut yang
kecil.”
Semut gigi 6 : “Tentu saja aku bisa menepati janjiku itu. Jika tidak, carilah aku
untuk menagih janjiku.”
Semut gigi 6 : “Semoga kau bertemu dengan kami kembali suatu saat.” Sambung
semut.
Setelah kenyang, pemuda itu pun bersiap untuk kembali ke rumah. Tanpa
disadari, saat diperjalanan si pemuda bertemu dengan seekor ular yang besar.
Ular itu mematok kaki si pemuda, dan pemuda merasa kesakitan. Sedangkan
tidak ada seorangpun yang bisa menolongnya pada saat itu. Si pemuda ingat
perkataan semut, bahwa Ia akan menolongnya saat si pemuda membutuhkan
bantuan. Keajaiban datang, tiba tiba semut gigi 6 datang disaat pemuda
membutuhkan bantuannya. Dan akhirnya pemuda itu selamat dari patokan ular.
Semut gigi 6 : “Tak usah begitu pemuda, aku telah berjanji padamu kemarin.”
Pemuda : “Sungguh aku tak menyangka kau bisa menyelamat nyawaku. Aku
meminta maaf karena kemarin aku telah berencana untuk membunuhmu dan
teman-temanmu.”
Semut gigi 6 : “Lupakan saja, sekarang segera kembali ke rumahmu dengan hati-
hati.”
Pemuda : “Baiklah, aku akan segera kembali ke rumah. Sekali lagi, terimakasih
banyak semut, sampai bertemu di lain waktu.”
• Orientasi
• Komplikasi
• Klimaks
Berisi konflik hingga puncak masalah. Pada teks tersebut, terletak pada
paragraf ke 4.
• Koda
Konjungsi Kronologis:
Dialog:
Semut gigi 6 : “Jika kau menyelamatkan nyawa kami, maka aku berjanji
akan membalas kebaikanmu.”
Pemuda : “Apa bisa janjimu itu aku percaya?. Kau hanya sebatas semut
yang kecil.”
Semut gigi 6 : “Tentu saja aku bisa menepati janjiku itu. Jika tidak, carilah
aku untuk menagih janjiku.”
Semut gigi 6 : “Semoga kau bertemu dengan kami kembali suatu saat.”
Sambung semut.
Semut gigi 6 : “Tak usah begitu pemuda, aku telah berjanji padamu
kemarin.”