“SUKU MINANGKABAU”
SURABAYA
28 Oktober 2020
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
Di setiap negara pasti memiliki budaya yang berbeda-beda, sebagai masyarakat kita
tidak ada salahnya untuk mempelajari budaya-budaya yang ada, itu juga dapat menambah
wawasan dan menjadi tolak ukur untuk kita masing-masing agar dapat mengetahui lebih
banyak lagi perbedaan-perbedaan dan mendapatkan hal-hal baru yang belum kita ketahui
sebelumnya. Mempelajari juga memiliki berbagai manfaat, salah satunya dapat menjadi bekal
dalam beradaptasi dan bergaul dengan masyarakat sekitar.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari tentang adat istiadat dan tata cara kegiatan yang
ada di dalam suku Minangkabau
BAB II
LANDASAN TEORI
Negara Indonesia adalah negara yang bersifat multikulturalisme. Hal ini tergambar
dari jumlah pulau, beragam suku, agama, serta beraneka macam budaya yang ada di
dalamnya. Setiap daerah pasti memiliki berbagai macam adat. Adat berarti gagasan
kebudayaan yang di dalamnya terdapat kandungan nilai-nilai norma, kebiasaan, dan juga
nilai-nilai budaya yang dilakukan secara terus-menerus serta diikuti oleh masyarakat dalam
daerah tersebut. Apabila suatu adat dilanggar/tidak dilaksanakan oleh masyarakat yang ada
dalam lingkungan tersebut, maka dapat terjadi kekacauan dan dapat muncul sanksi tak tertulis
kepada pelaku yang dianggap menyimpang dan tidak mentaati aturan yang berlaku.
Budaya memiliki cara hidup yang berkembang mengikuti zaman dari generasi ke
generasi secara turun-temurun yang berisikan beberapa orang dan membentuk suatu
kelompok. Terbentuknya suatu budaya dikarenakan adanya unsur-unsur yang menjadi dasar,
seperti halnya sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya
seni dari masyarakat di daerah tersebut.
Kata Minangkabau berasal dari kata “manang” yang berarti menang dan kabau
berasal dari kata “kabau” yang berarti kerbau. Kata Minangkabau memiliki kisah di mana
kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh Raja Adityawarman ditaklukan oleh pasukan
kerajaan Majapahit. Budaya Minangkabau dipahamkan dengan keberadaan penduduk dan
masyarakat yang menganutnya, sehingga disebut sebagai kawasan budaya Minangkabau.
Kawasan tersebut memiliki budaya yang luas dan tidak dibatasi oleh batasan sebuah provinsi,
yang membuat kawasan budaya Minangkabau berbeda dengan kawasan administratif
Sumatera Barat.
Minangkabau pula dipahamkan sebagai nama dari sebuah suku, yaitu suku
Minangkabau. Dimana suku tersebut memiliki daerah, bahasa, dan penduduknya sendiri.
Selain itu, Minangkabau juga dipahami sebagai sebuah nama kerajaan masa lalu, yang
berpusat di Pagaruyung. Kerajaan tersebut sering juga disebut sebagai kerajaan Pagaruyung,
dengan masa pemerintahan yang cukup lama, dan pernah mengirimkan utusan-utusan ke
negeri Cina.
● Bendera Marawa
Dipakai atau dipasang ketika acara nasional atau acara daerah serta acara keagamaan,
seperti Peringatan 17 Agustus dan hari nasional lainnya, peringatan hari besar Islam (Idul
fitri, Idul Adha, Isra’ Mi’raj, Maulid nabi, 1 Muharram). Dipakai atau dipasang saat
pelantikan/pengambilan sumpah pejabat nasional dan daerah atau penyambutan terhadap
pejabat Internasional, nasional maupun daerah yang datang berkunjung saat berada di
Sumatera Barat atau ranah minang.
Marawa dengan tiga warna akan dipasang di gerbang pada bagian kiri dan kanan,
dimana tempat upacara pelantikan pejabat diadakan, dan marawa yang mendampingi
merupakan marawa berwarna satu, berwarna dua yang diambil dari marawa kebesaran alam
Minangkabau.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Minangkabau adalah suku yang sangat kompleks, Hampir semua aspek kehidupan,
sosial, ekonomi, budaya, agama diatur dengan jelas. Norma adat yang berlaku di masyarakat
biasanya diajarkan oleh orang tua, mamak, dan penghulu dalam bentuk pepatah dan petitih,
setiap orang harus selalu saling mengingatkan dan mengajarkan orang terdekatnya untuk
selalu berada dalam garisan dan ketentuan adat Minangkabau.
Minangkabau yang memiliki dua alur, adat dan agama, menurut seorang pemimpin
harus bisa menjalankan dan dapat mematuhi aturan yang ada atau yang telah lahir. Seorang
pemimpin akan bisa memakmurkan kesejahteraan rakyatnya. Adanya kekuasaan berawal
dari sebuah kesepakatan, maka pemimpin akan menanamkan ilmu musyawarah untuk
melaksanakan undang-undang. Masyarakat Minangkabau memiliki perundang-undangan,
yakni agama dan adat yang bersumber dari kitab Allah SWT dan alam. Semuanya memiliki
alur keteladanan dan pendidikan. Oleh karena itu kehidupan di Minangkabau bersifat nyata
dan benar, orang Minangkabau akan berpikir sebelum bertindak adalah adanya sebuah
hukum/aturan akan menjadi panutan bagi orang Minangkabau.
1. FILOSOFI
❏ Alam takambang manjadi guru → merupakan suatu adagium yang mengajak
masyarakat Minangkabau untuk selalu menuntut ilmu
❏ Adat basandi syarak, syarak basandi kitabbullah, syarak → adat harus
bersendi syariat, syariat bersendi kitab Allah SWT
❏ Dima Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung → memahami posisi dalam
kehidupan sosial. Dimanapun kita berada kita perlu memahami dan mengikuti
kebiasaan setempat, sebagai tanda hormat, tanpa melupakan jati diri sebagai
orang minangkabau
❏ Adat nan sabana adat → takdir, atau kehendak dari Allah yang bersifat tetap
dan tidak pernah berubah.
2. BAHASA
Suku Minang adalah salah satu suku besar yang tersebar di Indonesia.
Kebiasan orang Minang merantau membuat mereka mudah ditemukan di mana pun.
Orang Minang sangat mudah dikenali paling tidak dari logat saat mengucapkan bahasa
Minang.
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah salah satu anak cabang dari bahasa
Austronesia yang dipakai di wilayah Sumatera Barat, bagian barat provinsi Riau. Secara
historis, daerah sebar tutur Bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan Kerajaan
Pagaruyung yang berpusat di Batusangkar, Sumatera Barat. Batas-batasnya biasa dinyatakan
dalam ungkapan Minang berikut ini:
Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan
dengan Natal, Sumatera Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu. Durian Ditakuak
Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir, Sialang Balantak Basi
adalah wilayah di Rantau Barangin, Kabupaten Kampar, Riau sekarang.
Bahasa Minangkabau juga menjadi bahasa lingua franca di kawasan pantai barat
Sumatera Utara, bahkan menjangkau jauh hingga pesisir barat Aceh. Di Aceh, penutur bahasa
ini disebut sebagai Aneuk Jamee. Selain itu, bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh
masyarakat Negeri Sembilan, Malaysia yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal
ranah Minang sejak berabad-abad silam.
Untuk komunikasi antar penutur bahasa Minangkabau yang sedemikian beragam ini,
akhirnya di pergunakanlah dialek Padang sebagai bahasa baku Minangkabau atau disebut
Baso Padang atau Baso Urang Awak. Bahasa Minangkabau dialek Padang inilah yang
menjadi acuan baku (standar) dalam menguasai bahasa Minangkabau
➢ Panggilan/Sebutan
➔ Uda/Uni
➔ Awak/Denai
➔ tarimokasih (terimakasih)
➔ alah makan? (sudah makan?)
➔ salamaik pagi (selamat pagi)
➔ elok-elok (hati-hati)
➔ rancak bana (bagus)
➔ lamak bana (sangat enak)
➔ basobok awak lah (ketemu yuk)
➔ apo kaba (apa kabar)
➔ pai ka sinan (ingin ke sana)
➔ siko se da (di sini saja)
➔ lapa (lapar)
➔ gadang bana (sangat besar)
3. KEKELUARGAAN
Konsekuensi dari sistem pewarisan pusaka tinggi, setiap warisan akan jatuh pada anak
perempuan, anak laki-laki tidak mempunyai hak memiliki, tetapi hanya mengusahakan.
Sedangkan anak perempuan mempunyai hak memiliki sampai diwariskan pula kepada
anaknya. Seorang laki-laki hanya boleh mengambil sebagian dari hasil harta warisan
sesuai dengan usahanya dan sama sekali tidak dapat mewariskan kepada anaknya.
Kalau ia meninggal, maka harta itu akan kembali pada ibunya atau kepada adik
perempuan dan kemenakannya.
Dalam dalam sistem kekerabatan matrilineal, satu rumah gadang dihuni oleh satu
keluarga. Rumah ini berfungsi untuk kegiatan-kegiatan adat dan tempat tinggal.
Keluarga yang mendiami rumah gadang adalah orang-orang yang seketurunan yang
dinamakan saparuik (dari satu perut) atau setail darah menurut garis keturunan ibu. Ibu,
anak laki-laki dan anak perempuan dari ibu, saudara laki-laki ibu, saudara perempuan
ibu, serta anak-anaknya, atau cucu ibu dari anak perempuannya disebut saparuik,
karena semua mengikuti ibunya. Sedangkah ayah (suami ibu) tidak termasuk keluarga
di rumah gadang istrinya, akan tetapi menjadi anggota keluarga dari paruik rumah
gadang tempat ia dilahirkan (ibunya).
4. ADAT PERKAWINAN
Perkawinan pada hakekatnya adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan
perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang kekal dan bahagia. Bagi masyarakat
Minangkabau yang beragama Islam, perkawinan dilakukan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang No. 1/1947 tentang Perkawinan. Ragam perkawinan masyarakat adat
Minangkabau ada dua, yaitu perkawinan ideal (perkawinan antara keluarga dekat, seperti
anak dari kemenakan) dan kawin pantang (perkawinan yang tidak dapat dilakukan seperti
anak seibu atau seayah).
Perkawinan dalam suku Minangkabau juga tentunya berbeda dengan suku yang lain,
dalam adat Minangkabau adat perkawinan memiliki beberapa adat dan tata tertib yang wajib
dipatuhi dan diikuti bagi pasutri yang ingin menikah.
Dalam adat ini calon mempelai wanita membeli calon mempelai pria dengan
harga yang disepakati oleh keluarga calon pengantin pria, disini keluarga dari calon
mempelai wanita juga harus berbesar hati untuk membiayai seluruh keperluan dalam
prosesi pernikahan. Semakin tinggi pendidikan seorang pria Minang akan semakin
tinggi nilai jualnya. Dalam adat ini apabila pendidikan dari calon mempelai pria
semakin tinggi maka harga yang harus dibayarkan oleh keluarga calon mempelai
wanita juga semakin tinggi. Harga yang diberikan oleh keluarga pengantin pria juga
harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi calon mempelai wanita.
Meskipun adat Minang dikenal adat yang tergolong “ribet” namun dari sini
kita bisa menilai bahwa adat Minang sangat kaya akan adat istiadatnya.
1. MARESEK
Keluarga calon mempelai wanita mendatangi keluarga calon mempelai pria untuk
meminang. Bila pinangan diterima, maka akan berlanjut ke proses bertukar tanda sebagai
simbol pengikat perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. Acara ini melibatkan
orangtua, ninik mamak dan para sesepuh dari kedua belah pihak. Rombongan keluarga calon
mempelai wanita datang membawa sirih pinang lengkap disusun dalam carano atau kampia
(tas yang terbuat dari daun pandan) yang disuguhkan untuk dicicipi keluarga pihak pria.
Selain itu juga membawa hantaran kue-kue dan buah-buahan. Menyuguhkan sirih di awal
pertemuan mengandung makna dan harapan. Bila ada kekurangan atau kejanggalan tidak
akan menjadi gunjingan, serta hal-hal yang manis dalam pertemuan akan melekat dan diingat
selamanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara batimbang tando/batuka tando (bertukar
tanda). Benda-benda yang dipertukarkan biasanya benda-benda pusaka seperti keris, kain
adat, atau benda lain yang bernilai sejarah bagi keluarga. Selanjutnya berembuk soal tata cara
penjemputan calon mempelai pria.
3. MAHANTA SIRIAH/MINTA IZIN
Calon mempelai pria mengabarkan dan mohon doa restu tentang rencana pernikahan
kepada mamak-mamak-nya, saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang telah
berkeluarga dan para sesepuh yang dihormati. Hal yang sama dilakukan oleh calon mempelai
wanita, diwakili oleh kerabat wanita yang sudah berkeluarga dengan cara mengantar sirih.
Calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (sekarang
digantikan dengan rokok). Sementara bagi keluarga calon mempelai wanita, untuk ritual ini
mereka akan menyertakan sirih lengkap. Ritual ini ditujukan untuk memberitahukan dan
mohon doa untuk rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang didatangi akan
memberikan bantuan untuk ikut memikul beban dan biaya pernikahan sesuai kemampuan.
4. BABAKO-BABAKI
Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut bako) ingin memperlihatkan
kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuan. Acara ini biasanya
berlangsung beberapa hari sebelum acara akad nikah. Mereka datang membawa berbagai
macam hantaran. Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai
kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), barang-barang yang diperlukan
calon mempelai wanita (seperangkat busana, perhiasan emas, lauk-pauk baik yang sudah
dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya). Sesuai tradisi, calon
mempelai wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Kemudian para tetua
memberi nasihat. Keesokan harinya, calon mempelai wanita diarak kembali ke rumahnya
diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa berbagai macam barang bantuan tadi.
5. MALAM BAINAI
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke
kuku-kuku calon pengantin wanita. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah.
Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai
wanita. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air yang berisi keharuman tujuh macam
kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi
untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita dengan baju tokah dan bersunting rendah
dibawa keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik
dengan memercikkan air harum tujuh jenis kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua.
Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.
6. MANJAPUIK MARAPULAI
Ini adalah acara adat yang paling penting dalam seluruh rangkaian acara perkawinan
menurut adat Minangkabau. Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon
pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Prosesi ini juga dibarengi pemberian
gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa. Lazimnya pihak
keluarga calon pengantin wanita harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang
menandakan kehadiran mereka yang penuh tata krama (beradat), pakaian pengantin pria
lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk-pauk, kue-kue serta buah-buahan. Untuk daerah
pesisir Sumatera Barat biasanya juga menyertakan payung kuning, tombak, pedang serta
uang jemputan atau uang hilang. Rombongan utusan dari keluarga calon mempelai wanita
menjemput calon mempelai pria sambil membawa perlengkapan. Setelah prosesi
sambah-mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang diserahkan. Calon
pengantin pria beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.
Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita
lazimnya merupakan momen meriah dan besar. Diiringi bunyi musik tradisional khas Minang
yakni talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri
dari pemuda-pemuda berpakaian silat, serta disambut para dara berpakaian adat yang
menyuguhkan sirih. Sirih dalam carano adat lengkap, payung kuning keemasan, beras
kuning, kain jajakan putih merupakan perlengkapan yang biasanya digunakan. Keluarga
mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut dengan tari Gelombang Adat
Timbal Balik. Berikutnya, barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan sirih
lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum
memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan,
lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.
Ada lima acara adat Minang yang lazim dilaksanakan setelah akad nikah. Yaitu
memulang tanda, mengumumkan gelar pengantin pria, mengadu kening, mengeruk nasi
kuning dan bermain coki.
● Mamulangkan Tando, Setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang
diberikan sebagai ikatan janji sewaktu lamaran dikembalikan oleh kedua belah
pihak.
● Malewakan Gala Marapulai, Mengumumkan gelar untuk pengantin pria. Gelar
ini sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan yang disandang mempelai pria.
Lazimnya diumumkan langsung oleh ninik mamak kaumnya.
● Balantuang Kaniang atau Mengadu Kening, Pasangan mempelai dipimpin oleh
para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka satu sama lain. Kedua
mempelai didudukkan saling berhadapan dan wajah keduanya dipisahkan dengan
sebuah kipas, lalu kipas diturunkan secara perlahan. Setelah itu kening pengantin
akan saling bersentuhan.
● Mangaruak Nasi Kuniang, Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerjasama
antara suami isri harus selalu saling menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali
dengan kedua pengantin berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di
dalam nasi kuning.
● Bamain Coki, Coki adalah permainan tradisional Ranah Minang. Yakni
semacam permainan catur yang dilakukan oleh dua orang, papan permainan
menyerupai halma. Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa saling
meluluhkan kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta kemesraan,
3.2 Notulen
Dari
Tanya :
Jawab :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masyarakat Minangkabau adalah suatu kelompok etnis yang menjunjung tinggi adat-adatnya
maka dari itu kita harus mempelajari adat-adatnya seperti cara berpakaian , bahasa ,
pernikahan , keluargaan maka dari itu kita harus mempelajari banyak adat-adat yang ada
disini itu
4.2 Penutup
Dengan demikian makalah ini, maka kami berharap dengan ini informasi yang
disampaikan dapat menjelaskan mengenai Suku Minangkabau.
Jika ada kekurangan dalam makalah ini kami ucapkan permintaan maaf, sekian dan
terimakasih.