TINJAUAN PUSTAKA
6
apabila rancang
bangun ini benar
diterapkan maka dapat
mencegah kecelakaan
terjatuhnya
penumpang saat
memasuki bus serta
membantu penumpang
dalam menaiki bus.
3. Efektivitas Pesan Hanika Observasi Penelitian ini dibuat
Keselamatan Lalu Destiana atau
guna mengurangi
Lintas Melalui Media pengamatan
Public Announcer langsung pelanggaran pada
Guna Mengurangi
marka stopline dengan
Pelanggaran Pada
Marka Stopline membuat desain pesan
keselamatan
menggunakan media
public announcer yang
dilakukan setiap APILL
menyala merah.
(Hasil Observasi, 2020)
7
stopline (Nilam Ayu Lestari, 2020).
II.3 Keselamatan Lalu Lintas Jalan
Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, mendefinisikan Keselamatan Lalu lintas dan Angkutan
Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko
kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,
kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Keselamatan berlalu lintas sangat
dipengaruhi oleh disiplin pengendara, dengan meningkatkan disiplin
pengendara dapat menabah tingkat keselamatan berlalu lintas.
Menurut Bungin, 2010:94 disiplin berlalu lintas terdiri dari Pemahaman
peraturan peraturan lalu lintas, Tanggung jawab atas keselamatan diri dan
orang lain, Kehati-hatian, dan Kesiapan diri dan kondisi kendaraan. Bahwa
pengendara yang berkendara dengan hati-hati, selalu taat akan peraturan
lalu lintas, bertanggungjawab akan keselamatan diri, orang lain dan
kesiapan kondisi kendaraan yang digunakan akan berpengaruh besar
terhadap keselamatannya dalam berlalu lintas.
Dalam keselamatan atau safety bahwa yang harus ditumbuhkan oleh
masing – masing pelaku transportasi adalah tahapan yang dimulai dari
kejujuran atau willingness untuk selanjutnya dibentuk adanya kesadaran
atau awareness terhadap keselamatan transportasi. Berpijak dari sinilah
filosofi, strategi dan pengertian keselamatan transportasi harus dibentuk
dan dibangun untuk menjadikan budaya keselamatan dalam
bertransportasi. Dengan dikenalkannya falsafah dalam keselamatan
transportasi perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan keselamatan
transportasi atau dengan kata lain untuk menurunkan jumlah kecelakaan
transportasi melalui strategi pendekatan (Haryo Satmiko ATD, 2018).
Berikut strategi pendekatan :
1. Penerapan teknologi keselamatan pada prasarana serta fasilitas
transportasi.
2. Pengurangan regulasi keselamatan transportasi.
3. Perbaikan faktor manusia (human factor) transportasi.
8
II.4 Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas adalah masalah penyebab sebagian besar
kecelakaan lalu lintas. Terutama karena faktor manusia pengguna jalan
yang tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. Namun dapat juga
ditemukan penyebab di luar faktor manusia seperti ban pecah, rem blong,
jalan berlubang, dan lain-lain. Perbedaan tingkat pengetahuan dan
pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu
kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu
lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antar pengguna jalan
dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakan hukum di
jalan raya. Pemberlakuan tilang terasa belum efektif sampai saat ini sebagai
alat dalam menegakkan peraturan perundang-undangan dan sarana dalam
meningkatkan disiplin masyarakat pemakai atau pengguna jalan, sehingga
angka pelanggaran lalu lintas belum dapat ditekan (H. Muhammad Badri ,
Masriyani & Islah, 2016).
Pelanggaran lalu lintas terdapat faktor faktor didalamnya yang
dikemukakan Soejono Soekanto (1997:93) (Dalam Rahmaningrum, 2016)
sebagai berikut :
9
II.4.3. Faktor Kendaraan
Kendaraan sebagai salah satu factor penyebab terjadinya pelanggaran
lalu lintas berkaitan berat dengan adanya perkembangan yang semakin
pesat disbanding teknologi yang semakin canggih itu, maka berbagai jenis
dan jumlah kendaraan maupun diproduksi dalam waktu yang relative
singkat. Akan tetapi bila hal itu tidak di imbangi dengan perkembangan
sarana jalan yang memadai, maka dapat menyebabkan kemacetan lalu
lintas. Arus lalu lintas yang dapat menyebabkan kerawanan didalam
pemakaian jalan sehingga sering terjadi timbulnya kejahatan seperti
penodong, pencoetan dan sebagainya. Pelanggaran lalu lintas yang sering
terjadi dari faktor kendaraan adalah antara lain, ban gundul, lampu weser
yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan lain sebagainya (Dalam
Rahmaningrum, 2016).
II.4.4. Faktor Keadaan Alam
Pelanggaran lalu lintas akibat keadaan alam atau lingkungan itu
biasanya terjadi dalam keadaan yang tidak disangka-sangka. Apabila hujan
turun, maka pada umumnya semua kendaraan akan menambah
kecepatanya sehingga pelanggaran akan sangat mungkin terjadi. Misalnya
seseorang pengendara motor karena takut terkena hujan sehingga tidak
segan-segan memilih jalan pintas baik dengan melanggar peraturan lalu
lintas atau tetap mematuhi peraturan yang ada (Dalam Rahmaningrum,
2016).
10
perilaku (behavioral). Ostergaard (Venus dalam Kunarto, 2004) menyebut
ketiga aspek tersebut dengan istilaih ‘3A’ sebagai kependekan dari
awareness, attitude, dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan
rnerupakan sasaran pengaruh (target of influences) yang mesti dicapai
secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta. Tahap
pertama, kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan
perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini
pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya
keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu.
Tahap kedua, diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap. Sasarannya
adalah unfuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau
keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.
Sementara pada tahap terakhir, kegiatan kampanye ditujukan untuk
mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur (Eva Sovianal &
Susatyo Yuwono2, 2010).
11
bagian mutlak dari strategi keselamatan jalan bagi setiap wilayah
(Destiana, 2017).
12
Menurut Wirjono Prodjodikoro (2003) pengertian pelanggaran adalah
“overtredingen” atau pelanggaran berarti suatu perbuatan yang melanggar
sesuatu dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain dari pada
perbuatan melawan hukum. Bambang Poernomo juga mengemukakan
bahwa pelanggaran adalah politis-on recht dan kejahatan adalah crimineel-
on recht. Politis-on recht itu merupakan perbuatan yang tidak mentaati
larangan atau keharusan yang telah ditentukan oleh penguasa negara.
Sedangkan crimineel-on recht itu merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan hukum.
13
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas.
Pemasangan marka pada jalan mempunyai fungsi penting dalam
menyediakan petunjuk dan infromasi terhadap pengguna jalan serta untuk
mempengaruhi perilaku lalu lintas para pengguna jalan. Pada beberapa
kasus, marka digunakan sebagai tambahan alat kontrol lalu lintas yang lain
seperti rambu-rambu, alat pemberi sinyal lalu lintas dan marka-marka lain.
Marka pada jalan secara tersendiri digunakan secara efektif dalam
menyampaikan peraturan, petunjuk 9 atau peringatan yang tidak dapat
disampaikan oleh alat kontrol lalu lintas yang lain. Marka jalan juga dapat
digantikan dengan paku jalan atau kerucut lalu lintas yang dinyatakan
dengan garis-garis pada permukaan jalan (Kementrian Perhubungan,
2014).
II.8.2 Pelanggaran Marka Stop Line
Perilaku melanggar stopline sendiri adalah tindak pelanggaran marka
jalan kategori berat yang dapat menimbulkan kecelakaan, dilakukan oleh
pengemudi kendaraan bermotor (Sedayu, 2016). Pengendara dikatakan
melanggar stop-line apabila berhenti melebihi garis berhenti di belakang
zebra cross atau berhenti pada area zebra cross pada saat traffic light
menyala merah. Pengukuran Perilaku Melanggar Stop-line menggunakan
skala yang disusun berdasarkan Theory of Planned Behavior Ajzen (1991)
dengan dimensi; a) sikap; b) Norma Subjektif; c) perceived behavioral
control; d) perceived moral obligation dan e) Intensi. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan Situmorang (2013) menerangkan bahwa
pengemudi sepeda motor dengan kelompok usia dewasa menengah (40-
65 tahun) merupakan kelompok usia yang paling jarang mengalami risiko
kecelakaan karena memiliki persepsi risiko berlalu lintas yang tinggi.
Penelitian tersebut mendasari peneliti untuk menyimpulkan, persepsi risiko
berlalu lintas pengendara sepeda motor kelompok usia produktif (16-25
tahun) dikatan rendah, hal ini diasumsikan dengan jumlah pelanggar stop-
line pada kelompok usia tersebut mendominasi kasus kecelakaan yang
terjadi di Surabaya (Purani Galih Rutinata & Ike Herdiana, 2018).
Persepsi risiko memiliki dua dimensi menurut Paek & Hove, 2017
(dalam Purani Galih Rutinata & Ike Herdiana, 2018) yaitu: 1. Emotion-
14
based risk perception dengan indikator kekhawatiran (worry) pengendara
sepeda motor mengenai pelanggaran stopline, bahayanya dan Perasaan
aman atau tidak terkait perilaku melanggar stopline dan adanya
keprihatinan atau perhatian mengenai bahaya perilaku melanggar stopline;
2. Cognition-based risk perception dengan indikator kemungkinan
berakibat kecelakaan (likelihood of accident) kemungkinan mengenai bisa
tidaknya suatu kecelakaan disebabkan oleh pelanggaran stopline,
kemampuan mengemudi (driving efficacy) dan keengganan untuk
mengambil risiko dalam berkendara (aversion to risk-taking).
(Sumber : https://images.app.goo.gl/XQP41EoFGMYduMXJ7)
15
Berdasarkan MKJI 1997 penggunaan APILL bertujuan untuk :
a. Agar kecelakaan pada simpang yang dikarenakan konflik arus lalu lintas
dari pendekat simpang dapat dihindari.
b. Agar memberikan kesempatan kepada pengguna kendaraan dan kepada
pejalan kaki untuk melewati jalan utama.
c. Agar tidak terjadi tabrakan antar kendaraan bermotor dari arah yang
saling berlawanan (Nilam, 2020).
16
Gambar II.2 Bentuk Fisik Dan Simbol LDR
(Izzatika, 2015)
II.10.2 Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya buzzer
digunakan untuk alarm karena penggunaannya cukup mudah yaitu dengan
memberikan tegangan input maka buzzer akan mengeluarkan bunyi.
Frekuensi suara yang dikeluarkan oleh buzzer yaitu antara 1-5 KHz. Dalam
penggunaannya dalam rangkaian, buzzer dapat digunakan pada tegangan
sebesar antara 6V sampai 12V dan dengan tipikal arus sebesar 25 mA
(Izzatika, 2015).
Menurut Haryadi (2006) pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir
sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang
terpasang diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus
sehingga menjadi elektromagnet. Kumparan tadi akan tertarik kedalam
atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena
kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan
menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat 9 udara
bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai
indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada
sebuah alat (alarm). (Izzatika, 2015). Simbol LDR dapat dilihat pada
Gambar II.3.
17
Gambar II.3 Simbol Buzzer dan Bentuk Buzzer
(Izzatika, 2015)
18
dengan menggunakan suatu AC adapter dengan tegangan 9 volt. Jika
tidak terdapat power supply yang melalui AC adapter, maka papan
Arduino akan mengambil daya dari USB port. Tetapi apabila diberikan
daya melalui AC adapter secara bersamaan dengan USB port maka
papan Arduino akan mengambil daya melalui AC adapter secara
otomatis (B. Gustomo, 2015 ). Perangkat Arduino Uno dapat dilihat pada
Gambar II.4.
II.10.4 Laser
Laser mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh sumber cahaya
lain. Sifat-sifat khas laser antara lain kesearahan, intensitas, monokromatis,
dan koherensi. Laser He-Ne merupakan jenis laser gas yang ditimbulkan
oleh molekul dan atom netral. Laser ini dapat berosilasi pada panjang
gelombang 0,633 µm, 1,15 µm (laser gas yang pertama kali berosilasi),
dan 3,39 µm (Emi Sulistri dan Masturi, 2013).
Laser mainan yang banyak beredar di pasaran adalah salah satu jenis
laser dioda yang memiliki panjang gelombang tertentu. Laser dioda yang
dipakai pada penelitian ini adalah laser dioda berspektrum warna merah.
Laser dioda merupakan laser yang paling banyak aplikasinya dibandingkan
laser jenis lainnya karena laser dioda tersedia secara komersial dengan
berbagai panjang gelombang, bentuk yang kompak, daya yang besar dan
harga yang relatif murah. Namun, laser dioda memiliki kekurangan berupa
bentuk berkasnya yang eliptikal dan panjang gelombang mudah berubah
karena perubahan lingkungan (Minarni et al., 2013).
19
II.10.5 Light Emiting Diode (LED)
LED (Light Emitting Dioda) adalah dioda yang dapat memancarkan
cahaya pada saat mendapat arus bias maju (forward bias). LED (Light
Emitting Dioda) dapat memancarkan cahaya karena menggunakan dopping
galium, arsenic dan phosporus. Jenis dopping yang berbeda diatas
dapat menghasilkan cahaya dengan warna yang berbeda. LED (Light
Emitting Dioda) merupakan salah satu jenis dioda, sehingga hanya akan
mengalirkan arus listrik satu arah saja (Raditya Galih, 2019).
II.11 Software
Menurut (Sofian dan Migration, 2017) software atau perangkat lunak
adalah program yang berisi instruksi yang dieksekusi oleh mesin komputer
untuk melakukan pengolahan data (data proscessing) yang meliputi
pengolahan kata (word processing) , maupun catatan-catatan yang
diperlukan oleh komputer untuk menjalankan perintah yang dijalankannya
(Nilam, 2020).
20
Gambar II. 5 Tampilan software arduino IDE
(Raditya Galih, 2019)
21
II.12 Kerangka Pikir Penelitian
Teori S O R
Yang mendasari
pembuatan alat ini
adalah pelanggaran
yang ada di marka
stopline
Merencanakan uji
coba alat dan cara
uji coba alat
Rencana output
efektif atau tidak
22
dibuat dan diprogram dapat langsung diuji coba agar pesan dapat langsung
tersampaikan kepada pengguna jalan, alhasil dapat menumbuhkan respon
atau rangsangan presepsi terhadap pengguna jalan. Sehingga pengguna
jalan dapat langsung merespon dengan apa yang telah didengarnya. Hal
itulah yang mendasari peneliti membuat sebuat alat pendeteksi prototype
pelanggar marka stopline yang didasari teori S O R dan pelanggaran yang
ada di marka stopline.
23