Anda di halaman 1dari 30

ASESMEN SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA (SKK)

AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI


(JENJANG 7)

RUSRIADI

PONTIANAK, 27 JANUARI 2023


MERENCANAKAN SISTEM
MANEJEMEN K3 KONSTRUKSI
Penyusunan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala
Prioritas, Pengendalian Risiko K3 dan Penanggung Jawab
terhadap kegiatan-kegiatan konstruksi yang dilakukan.

Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya


yang dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan SMK3.

Sasaran umum adalah pencapaian Nihil Kecelakaan Kerja yang


Fatal (Zero Fatal Accidents) pada pekerjaan Konstruksi.

Sasaran khusus yang disusun secara rinci guna terciptanya


sasaran umum dengan pelaksanaan Program-program.

Program K3 yang disusun harus mencantumkan sumber daya


yang dipergunakan, jangka waktu, indikator pencapaian,
monitoring dan penanggungjawab serta biaya yang
dianggarkan.
PENERAPAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
TERKAIT DENGAN K3 KONSTRUKSI

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala


kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi.

DASAR HUKUM

UU No. 14/1969  Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja


UU No.   1/1970  Tentang Keselamatan Kerja
UU No. 23/1992  Tentang Kesehatan
UU No.   3/1992  Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU No. 18/1999  Tentang Jasa Konstruksi/
UU No. 28/2002  Tentang Bangunan Gedung
UU No. 13/2003  Tentang Ketenagakerjaan
Permenaker   No. 1/1980
DASAR HUKUM (LANJUTAN)

Permenaker   No. 1/1980


Keselamatan & Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan

Keputusan Bersama Menaker‐menpu   No. 174/Men/1986   & 104/Kpts/1986


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Kegiatan Konstruksi

Pp No 50 Tahun 2012
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (Smk3)

Permen Pu   No.  05/2014


Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021
Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
PERATURAN
PERUNDANGAN K3
1. PERSONIL : 2. ALAT / MESIN:
Per.Menaker No.01/1976; Per.Menaker No.01/1978;
Per.Menaker No.01/1979; Per.Menaker No.04/1980;
Per.Menaker No.02/1982; Per.Menaker No.01/1982;
Per.Menaker No.01/1988; Per.Menaker No.02/1983;
Per.Menaker No.01/1989; Per.Menaker No.03/1985;
Per.Menaker No.02/1992; Per.Menaker No.04/1985;
Kep.Menakertrans No.186/1999; Per.Menaker No.05/1985;
Kep.Menakertrans No.187/1999. Per.Menaker No.02/1989;
Per.Menaker No.04/1998;
3. SISTEM : Per.Menakertrans No.03/1999;
Per.Menaker No.01/1980; Kep.Menakertrans No.51/1999;
Per.Menaker No.02/1980; SE Menakertrans No.01/1997;
Per.Menaker No.01/1981; SE Menakertrans No.01/1979.
Per.Menaker No.03/1982;
Per.Menaker No.05/1996; 4. KELEMBAGAAN K3
Per.Menaker No.03/1998; Kep.Menaker No.155/1984;
Per.Menaker No.11/2005; Per.Menaker No.04/1987;
Kep.Menaker No.68/2004. Per.Menaker No.04/1995
KOMUNIKASI KEPADA
SUPERVISOR K3 KONTRUKSI DI
TEMPAT
TUJUAN :
KERJA
• Elemen kompetensi ini ditujukan
agar dalam pekerjaan, seorang Ahli
Muda K3 Konstruksi dapat
melakukan komunikasi dan
koordinasi dengan Supervisor K3,
sehingga mengurangi kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja dan menjaga agar pekerjaan
tetap berjalan sesuai rencana
IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA
No Uraian Identifikasi Bahaya Dampak/Resiko Penetapan Pengendalian Risiko

1 Pekerjaan Pengukuran dan - Sesak nafas saat pematokan Luka Ringan hingga Sedang APD : Helm, Sepatu, Sarung
Pematokan menggunakan cat semprot Tangan,masker Memasang Rambu
- Luka terkena paku dan gergaji saat K3
pembuatan patok dari kayu / bambu

2. Mobilisasi dan - Tertabrak Kendaraan Mobilisasi Luka Ringan hingga kematian 1. Menggunakan Pakai APD
demobilisasi - Tertimpa Tumpukan Material Standart
- Ganguan Lalu lintas 2. Menggunakan alat komunikasi 2
arah
3. Memasang Rambu/ Bendera Lalu
Lintas
4. Memakai Pengawalan Petugas
Lalu Lintas
5. Menggunakan Truck layak operasi
6. Memantau & mengidentifikasi
jalur mobilisasi alat
7. Petugas Lalu-lintas Standby
dilokasi Mob dan Demob
8. Briefing kepada pekerja sebelum
bekerja setiap harinya

3 Pekerjan Cor Beton - Gangguan pernafasan Luka Ringan hingga Sedang 1). mengikuti prosedur kerja yang
akibat debu material aman dan baik serta
menggunakan APD berupa
Masker
- Iritasi kulit kulit akibat Luka Ringan hingga Sedang 2). mengikuti prosedur kerja yang
bersentuhan langsung aman dan baik serta
dengan beton menggunakan APD berupa
Sarung Tangan
- Terluka akibat alat 3). mengikuti prosedur kerja yang
manual (pengaduk aman dan baik serta
semen) menggunakan APD berupa
Masker, sarung tangan, safety
shoes, safety helmet
Dengan adanya pengenalan IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA sejak awal hal ini dapat membantu seluruh pihak yang
berada dalam proyek atau tempat kerja untuk mengurangi risiko bahaya yang kemungkinan akan terjadi serta
kerugian-kerugian lainnya yang akan timbul
Sasaran dan Program K3
Konstruksi

Sasaran Khusus:
Sasaran Sasaran khusus adalah sasaran rinci
1. Sasaran Umum: per kegiatan yang berisiko K3 yang
Nihil Kecelakaan Kerja yang fatal
(Zero Fatal Accident) pada pekerjaan disusun guna tercapainya Sasaran
konstruksi Umum.
MELAKSANAKAN SISTEM
MANAJEMEN K3 KONSTRUKSI
Pelatihan K3 Konstruksi
Satu alasan pasti mengapa pelatihan K3 di bidang konstruksi
penting untuk dilakukan adalah karena tingginya kecelakaan kerja
bidang konstruksi di Indonesia.
Ada banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian
kecelakaan kerja di bidang konstruksi. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kualitas SDM rendah
2. Rendahnya jumlah ahli K3 konstruksi di Indonesia
3. Rendahnya kualitas peralatan konstruksi di Indonesia
4. Bahan dan material konstruksi yang tidak sesuai dengan standar mutu
5. Operasional yang tidak memenuhi standar keamanan
Simulasi Tanggap Darurat
Pelaksanaan simulasi tanggap darurat ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada seluruh pekerja/pegawai dalam suatu lingkup
usaha agar dapat melakukan tindakan yang benar ketika terjadi
kebakaran, gempa bumi ataupun kecelakan kerja lainnya

Dalam upaya memenuhi kesiapan untuk menangani Keadaan


Darurat, maka perusahaan WAJIB untuk :
1. Menyediakan Perlengkapan keadaan darurat seperti APAR dan sirine, Kotak
P3K, Jalur-jalur Evakuasi, Assemblly Point (Tempat berkumpul) yang sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya.
2. Menyediakan Prosedur Tanggap Darurat
3. Membentuk Tim Tanggap Darurat.
4. Melakukan Inspeksi terhadap perlengkapan keadaan darurat tersebut secara
berkala.
5. Mengadakan pelatihan dan simulasi keadaan darurat.
Inspeksi K3 Konstruksi
Inspeksi K3 adalah suatu upaya untuk memeriksa atau mendeteksi semua faktor
(peralatan, proses kerja, material, area kerja, prosedur) yang berpotensi menimbulkan
cedera atau PAK, sehingga kecelakaan kerja ataupun kerugian dapat dicegah atau
diminimalkan
1. Memeriksa apakah pelaksanaan program K3 atau standar K3
sudah berjalan efektif atau belum.
2. Mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang pekerjaan dan
tugas.
3. Mengidentifikasi bahaya yang ada di area kerja dan bahaya
tersembunyi.
4. Menemukan penyebab bahaya.
5. Merekomendasikan tindakan perbaikan untuk mengendalikan
bahaya.
6. Memantau langkah-langkah perbaikan yang diambil untuk
menghilangkan bahaya atau mengendalikan risiko (misalnya,
memantau perihal administratif, kebijakan, prosedur, peralatan
kerja, alat pelindung diri dll.).
7. Meningkatkan kembali kepedulian tentang K3, karena dengan
inspeksi, pekerja merasa bahwa keselamatannya diperhatikan.
8. Menilai kesadaran pekerja akan pentingnya K3.
9. Mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor
terhadap K3.
MENGAWASI SISTEM MANAJEMEN K3 KONSTRUKSI

Pengontrolan tindakan dan kondisi tidak aman

Jenis Tindakan Berbahaya:


1.Melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa mengamankan, lupa memberi tanda/
peringatan.
2.Membuat alat pengaman tidak berfungsi (melepaskan, mengubah, dan lain-lain).
3.Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
4.Memuat, membongkar, menempatkan, mencampur, menggabungkan dan sebagainya
dengan tidak aman (proses produksi).
5.Mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman (ergonomi).
6.Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya ( misalnya membersihkan, mengatur,
memberi pelumas, dan lain-lain).
7.Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/ dakar, mengagetkan, dan lain-lain).
8.Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
PEKERJA YANG TIDAK
MENGGUNAKAN APD

PEKERJA YANG
MENGGUNAKAN APD
PEKERJA YANG TIDAK
MENGGUNAKAN APD

PEKERJA YANG
MENGGUNAKAN APD
Pelaporan setiap kecelakaan Kerja
Insiden, kecelakaan kerja merupakan tolak ukur utama dalam mengukur tingkat kinerja K3 secara umum. Semua
kejadian yang berkaitan dengan Kecelakaan Kerja perlu dicatat dan diselidiki/investigasi guna menentukan langkah-
langkah perbaikan untuk meningkatkan kinerja K3 di tempat kerja. Form ini digunakan sebagai alat untuk mencatat
kejadian beserta kronologi kejadian insiden, kecelakaan kerja maupun nearmiss baik itu terhadap tempat, waktu,
pekerjaan, alat/mesin, bahan, serta hal-hal terkait insiden/kecelakaan kerja.
Pengukuran pencapaian pelaksanaan rencana K3
Konstruksi

 Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada


kegiatan
yang dilaksanakan pada Elemen Pengendalian dan Operasi K3, berdasarkan
upaya
pengendalian pada Elemen Perencanaan K3

Perencanaan K3

Pemeriksaan
dan Evaluasi

Pengendalian dan Operasi


PENGENDALIAN OPERASIONAL

Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus


mencakup seluruh upaya pengendalian, antara lain:

1. Menunjuk Penanggung Jawab Kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam


Struktur Organisasi K3 beserta Uraian Tugas;
2. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan;
3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat
kerja;
4. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko;
5. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan; dan
6. Penyesuaian kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3.
Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3
Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3
dilakukan mengacu pada kegiatan yang
dilaksanakan pada Pengendalian Operasional.

Tinjauan Ulang Kinerja K3.


Hasil pemeriksaan dan evaluasi
kinerja K3 selanjutnya
diklasifikasikan dengan kategori
sesuai dan tidak sesuai tolok ukur
Sasaran dan Program K3. Hal-hal
yang tidak sesuai, termasuk
bilamana terjadi kecelakaan kerja
dilakukan peninjauan ulang untuk
diambil tindakan perbaikan.
RAMBU-RAMBU K3
Rambu K3 biasanya dikelompokan menjadi 4 warna utama yang masing-masing
warna mewakili instruksi yang berbeda.

Warna kuning merupak
an rambu yang mewakili
instruksi
peringatan waspada ter
hadap orang-orang yang
berada di sekitar rambu
tersebut.
RAMBU-RAMBU K3

Warna biru merupakan rambu yang mewakili instruksi perintah yang


bersifat wajib dan harus dipatuhi oleh semua orang yang berada di situs
konstruksi tanpa terkecuali.
RAMBU-RAMBU K3

Warna merah merupakan
rambu yang mewakili instruksi
peringatan bahaya ataupun lara
ngan yang apabila dilanggar
dapat mengancam jiwa si
pelanggar dan orang-orang
yang berada di sekitarnya.
RAMBU-RAMBU K3

Selain dari rambu untuk larangan dan perintah, ada rambu-rambu yang
ditujukan untuk petunjuk ataupun arahan yang diwakilkan oleh
warna hijau yang dapat dijadikan acuan jika membutuhkan petunjuk.
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Keselamatan bukanlah sebuah slogan, itu merupakan panduan hidup

Anda mungkin juga menyukai