Anda di halaman 1dari 1

KASUS POSISI

Seorang petani bernama PONIMIN menikah dengan SUKATMI, mereka mempunyai 4


orang anak kandung yang bernama Marsiyem, Mardiyem, Margiyem, dan Gunadi yang
bertempat tinggal di Gemolong, Kabupaten Sragen. Gunadi merupakan anak bungsu dan
paling dimanja oleh kedua orang tuanya.

Pada tanggal 14 Februari 2018, Ponimin dan Sukatmi hendak berpergian ke Yogyakarta
untuk berlibur, mereka berboncengan dengan menaiki mobil sekitar pukul 07.00 WIB.
Ditengah perjalanan tepatnya di Jalan Ahmad Yani, tiba-tiba keduanya mengalami
kecelakaan lalu lintas dengan truk dari arah berlawanan yang menyebabkan keduanya
meninggal dunia di tempat kejadian.

Ponimin dan Sukatmi meninggalkan harta warisan berupa tanah sawah seluas 4 ha dan
sebidang tanah pekarangan yang di atasnya berdiri sebuah bangunan rumah kuno seluas
800m2 yang ditinggali oleh anak ke-4 bernama Gunadi. Pada tanggal 20 Februari 2019
Gunadi menjual tanah seluas 2 ha tanpa sepengetahuan ke-3 saudaranya yaitu Marsiyem,
Mardiyem, dan Margiyem yang juga sebagai Ahli waris. Gunadi menjual harta waris tersebut
kepada Mulyono melalui perantara seorang Makelar yang bernama Tasya.

Atas kejadian tersebut Marsiyem, Mardiyem, Margiyem yang hendak mendiskusikan atas
pembagian harta waris orang tuanya tiba – tiba mendapat kabar bahwa Gunadi telah menjual
tanah tanpa sepengetahuan mereka akhirnya menggugat supaya hak warisnya dikembalikan.
Marsiyem ,Mardiyem dan Margiyem meminta Gunadi untuk membatalkan jual beli tersebut.
Namun Gunadi tidak mau membatalkannya karena merasa berhak mendapatkan harta waris
sebagaimana ia merupakan anak terakhir yang telah merawat orang tuanya selama mereka
masih hidup. Akhirnya, Marsiyem, Mardiyem, dan Margiyem selaku Penggugat, menuntut
Gunadi sebagai Tergugat untuk membatalkan jual beli tersebut dikarenakan sertipikat yang
tidak sah. Penggugat ingin objek sengketa dikembalikan kepada penggugat dan
membagikannya dengan ahli waris lainnya dan lain-lain tuntutan yang sah.

Anda mungkin juga menyukai