Anda di halaman 1dari 7

Dosis :

Cara :
- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan
kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
-
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO₂ dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak
9. Edukasi l Jaga kehangatan
l Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka
l Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
10. Prognosis l Ad vitam : dubia ad malam
l Ad sanationam : dubia ad malam
l Ad fungsionam : dubia ad malam

11. Tingkat evidens IV


Tingkat
12. Level C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis l dr. Elly Siahaya, Sp.A
l dr. Damaris, Sp.A
l dr. Hanna Kurniawati, Sp.A

14. Indikator Medis l Bayi bernapas, denyut jantung > 100 kali/menit, tidak sianosis, tonus otot baik
l Sebagian besar bayi baru lahir (90%) tidak memerlukan bantuan pernapasan
l Sekitar 10% bayi mbaru lahir memerlukan bantuan pernapasan dan 1% memerlukan bantuan resusitasi
lengkap (intubasi, kompresi dada, pemberian obat) untuk kelangsungan hidupnya
l 80 % Pasien sembuh dalam waktu 3 minggu
15. Kepustakaan 1.
Kattwinkel J. McGowan JE, Zaichkin J. Textbook of neonatal resuscitation; edisi ke-6. AAP & AHA, 2011: 1-302
2. American Academy of Pediatrics. Special report- neonatal resusctation: 2010 American Heart Association
guidelines for cardipulmonary resusctation and emergency cardiovascular care. Pediatrics 2010: 126(5): e1400-
11
3. Hansen AR. Soul JS. Perinatal asphyxia and hypoxic-ischemia encephalopathy. Dalam: Cliherty JP, Stark AR.
Eds. Manual of neonatal care: edisi ke-7. Boston: Lippincott Williams & Wilkins, 2012: 711-28.
4. Ringer SA. Resuscitation in the delivery room. Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of neonatal care;
edisi ke-7. Boston: Lippincott Williams & Wilkians, 2012: 47-62.
5. Gomelia TL. Cunningham MD, Eyal FG, Neonatalogy, management, procedures, on call problems disease and
drugs; edisi ke-6, New York: Lange Books/Mc Graw-Hill, 2009; 624-35.
6. Indrasanto E. Dharmasetiawani N. Rohsiswatmo R. Kaban RK. Buku Acuan pelatihan pelayanan obstetri dan
neonatal emergersi komprehensif. Jakarta: Depkes RI, 2008; 31-41.
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUNTALOKO
Jl. Sis Al Jufri Nomor 214 Telp. / Faks. (0450) 21032
CLINICAL PATHWAY :ASFIKSIA NEONATORUM
Nama Pasien: ............................................... No. Rekam Medis: ..................................... Tgl Lahir: ........................Jam.....................
Jenis Kelamin: Cara Lahir: Berat Lahir: Panjang Badan: Lingkar Kepala Nilai Apgar
................................. ................................. ...........................gram ...........................cm ...........................cm ...............................
Diagnosis Awal: ........................................ Kode ICD 10 : ....................................... Rencana rawat : ..........hari
Aktivitas Pelayanan R. Rawat Tgl/Jam msk: Tgl/Jam klr: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp):
.......................... ........................... .......................... ................ Hari ................ ....................... .......................
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3
Diagnosis:
■ Penyerta ................................................ ................................................ ................................................
■ Komplikasi ................................................ ................................................ ................................................
■ ................................................ ................................................ ................................................
Assesmen Klinis:
■ Konsultasi (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) .........................
■ ................................................ ................................................ ................................................ .........................
Pemeriksaan Penunjang: DTL, Gula Darah Skrining TSH .........................
Tindakan: Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat Perawatan Tali Pusat
..................................................... ..................................................... ..................................................... .........................
Obat-obatan: Inj. Vit. K1 1 mg IM atau Vit. K1 2 mg oral -
Nutrisi: ASI ad libitum ASI ad libitum ASI ad libitum
Mobilisasi:
Hasil (Outcome)
Kesadaran
■ Febris ................................................ ................................................ ................................................
■ Sesak (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)
■ Sianosis (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)
■ Ikterus (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)
■ (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)

Pendidikan/Rencana
Pemulangan: ■ Perawatan bayi dan tali ■ Imunisas ■ Kontrol poliklinik
pusat ■ Hepatitis B 0
■ Perawatan mamae
■ Tentang ASI
Varians: ................................................. ................................................. .................................................
................................................. ................................................. .................................................

Jumlah Biaya
Nama Perawat: Diagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan : ICD 9 - CM
.............................................. ■ Utama .......................................... ............ ■ Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
Nama Dokter: ■ Penyerta .......................................... ............ ■ Visite/Konsul: Pemeriksaan Fisik 89.7
.............................................. .......................................... ............ ■ Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
Nama Pelaksana ■ Komplikasi .......................................... ............ ■ ASI 99.98
Verifikasi: .......................................... ............ ■ Injeksi obat Vitamin K1 99.2
.............................................. .......................................... ............ ............................................................................... ..............
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS : HIPERBILIRUBINEMIA PADA BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar serum bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang
(definisi) diharapkan berdasarkan umur bati atau lebih dari persentil 90. Sedangkan ikterus neonatorum adalah keadaan klinis bayi
yang ditandai oleh pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yg berlebih. Ikterus
tampak secara klinis bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dt.

2. Anamnesis l Riwayat ikterus pada anak sebelumnya


l Riwayat keluarga anemi dan pembesaran hati dan limpa
l Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil
l Riwayat infeksi maternal
l Riwayat trauma persalinan
l Riwayat asfiksia

3. Pemeriksaan Fisik Umum :


Keadaan umum (gangguan nafas, apnea, instabilitas suhu, dll)
Khusus :
l
Dengan cara menekan kulit ringan dengan memakai jari tangan dan dilakukan pada pencahayaan yang memadai.
l Berdasarkan kramer dibagi menjadi :

Derajat
Daerah ikterus Perkiraan kadar bilirubin
ikterus
I Kepala dan leher 5,0 mg/dL
II Sampai badan atas ( di atas umbilikus) 9,0 mg/dL
III Sampai badan bawah ( di bawah umbilikus) hingga tungkai atas ( di 11,4 mg/dL
atas lutut)
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dL
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dL

4. Kriteria Diagnosis Hiperbilirubinemia fisiologis


l Terjadi peningkatan bilirubin indirek pada cukup bulan dengan puncak 6-8 mg/dL pada usia 3 hari
l Kadar 12 mg/dL masih dalam batas fisiologis
l Pada bayi prematur dapat meningkat 10-12 mg/dL pada usia 5 hari
Hiperbilirubinemia non fisiologis
l Ikterus mulai sebelum berusia 36 jam
l Peningkatan kadar bilirubin serum > 0,5 mg/dL/jam
l Total birilubin serum > 15 mg/dL pada bayi cukup bulan dan diberi susu formula
l Total birilubin serum > 17 mg/dL pada bayi cukup bulan dan diberi ASI
l Ikterus klinis > 8 hari pada bayi cukup bulan dan > 14 hari pada bayi kurang bulan

Peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih
dari persentil 90.

Gambar 1. Nomogram untuk penentuan risiko berdasarkan kadar bilirubin serum spesifik berdasarkan waktu pada saat bayi
pulang
Nomogram-persentil ke-95 untuk kadar bilirubin serum
24 jam : ≥ 8 mg/dL (137 μM/L)
48 jam : ≥ 14 mg/dL (239 μM/L)
72 jam : ≥ 16 mg/dL (273 μM/L)
84 jam : ≥ 17 mg/dL (290 μM/L)
Hiperbilirubinemia direk bila kadar bilirubin direk > 1 mg/dL bila bilirubin total < 5 mg/dL atau kadar bilirubin direk
> 20% dari bilirubin total bila bilirubin total > 5 mg/dL.

5. Diagnosis l Hiperbilirubinemia fisiologis


l Hiperbilirubinemia non fisiologis

6. Diagnosis l Infeksi virus, sepsis atau meningitis


Banding l Kelainan kongenital susunan syaraf pusat.
l Trauma persalinan
l Kelainan metabolisme bawaan

7. Pemeriksaan l Bilirubin total


Penunjang l Bilirubin direk dan indirek
l Faal hati
l Albumin
l Golongan darah (ABO dan Rhesus) ibu dan anak
l Darah rutin Hapusan darah
l Retikulosit
l Coomb test
l Kadar enzim G6PD (pada riwayat keluarga dengan defisiensi G6PD)
l USG abdomen (pada ikterus berkepanjangan)

8. Terapi a. Follow up pada bayi baru lahir yang pulang


l dipulangkan sebelum 24 jam
l dipulangkan usia 24-47.9 jam
l dipulangkan usia 248-72 jam

b. Fototerapi
Fototerapi dilakukan bila kadar total serum bilirubin (TERSEBUT) melebihi batas yang diharapkan sesuai pada gambar
2

Gambar 2. Guideline fototerapi pada bayi usia gestasi 35 minggu atau lebih

c. Penghentian fototerapi
Tergantung pada usia saat fototerapi dan penyebab hiperbilirubinemia. Pada bayi yang masuk rumah sakit (TSB 18
mg/dL), fototerapi dapat dihentikan bila TERSEBUT <13 mg/dL atau 14 mg/dL.

d. Transfusi tukar
Dilakukan bila kadar total serum bilirubin melampaui garis seperti pada gambar 3
HIPERBILIRUBINEMIA PADA BAYI BARU LAHIR

8. Terapi

Gambar 3. Guideline transfusi tukar pada bayi usia gestasi 35 minggu atau lebih. Transfusi tukar segera bila bayi
menunjukkan tanda ensefalopati bilirubin akut (hipertonia, opistotonus, panas, menangis melengking) atau TSB ≥5 di atas
garis. Faktor risiko : isoimun hemolitik, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas temperatus, sepsis asidosis.

Tabel 1. Rekomendasi manajemen hiperbilirubinemia pada bayi kurang bulan (sehat dan sakit) dan bayi cukup bulan (sakit)

Total serum bilirubin (mg/dL)


Bayi sehat Bayi sakit
BB (g) Fototerapi Transfusi Tukar Fototerapi Transfusi tukar
Kurang bulan
<1000 5-7 Bervariasi 4-6 Bervariasi
1000-1500 7-10 Bervariasi 6-8 Bervariasi
1501-2000 10-12 Bervariasi 8-10 Bervariasi
2001-2500 12-15 Bervariasi 10-12 Bervariasi
Cukup bulan
>2500 15-18 20-25 12-15 18-20

9. Edukasi l Kunci tata laksana hiperbilirubinemia adalah mengidentifikasi proses non fisiologis yang menjadi penyebab dasar
meningkatnya kadar bilirubin serum
l Fasilitas yang tidak dilengkapi dengan instrumen atau teknik diagnostik yang diperlukan harus merujuk neonatus ke
fasilitas yang tingkatannya lebih tinggi
l Terapi sinar tidak boleh digunakan pada kasus hiperbilirubinemia direk

10. Prognosis Hiperbilirubinemia fisiologis


l Ad vitamin : dubia ad bonam
l Ad sanationam : dubia ad bonam
l Ad fungsionam : dubia ad bonam
Hiperbilirubinemia non fisiologis
l Ad vitamin : dubia ad malam
l Ad sanationam : dubia ad malam
l Ad fungsionam : dubia ad malam

11. Tingkat Evidens I

12. Tingkat Level C


Rekomendasi

13. Penelaah Kritis l dr. Elly Siahaya, Sp.A


l dr. Damaris, Sp.A
l dr. Hanna Kurniawati, Sp.A

14. Indikator Medis l Gejala klinis ikterus menghilang, kadar bilirubin normal
l Hiperbilirubinemia fisiologis terjadi 50-60% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi kurang bulan, gejala klinis
keseluruhan menghilang dalam 2 minggu.
l Pada hiperbilirubinemia non fisiologis, ikterus bertahan > 14 hari
l 80% Pasien akan sembuh dalam waktu 7 hari
15. Kepustakaan 1. Gomelia TL. Cunningham MD, Eyal FG, Neonatalogy, management, procedures, on call problems disease and drugs;
edisi ke-6, New York: Lange Books/Mc Graw-Hill, 2009; 624-35.
2. Martin CR, Cloherty JP. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual neonatal care: edisi
ke-7. Boston: Lippincott Williams & Wilkins, 2012; 304-339.
3. Khosim MS. Surjono A. Setyowireni D, et al. Buku Panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk dokter, bidan
dan perawat di rumah sakit. Jakarta: IDAI, MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 42-8.
4. Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Santosa GI, Usman A, eds. Buku ajar
neonatologi, edisi ke-1, Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2008; 147-69
5. American Academy of Pediatrics. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of
gestation. Pediatrics 2004; 114; 297-316.
6. Indrasanto E, Dharmasetiawan N, Rohsiswatmo R, Kaban RK. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi komprehensif. Jakarta: Depkes RI, 2008; 181-91.

Anda mungkin juga menyukai