Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
PSPF 20222 B
SKOR NILAI :

PENGERTIAN DAN TEORI-TEORI BELAJAR

Nama : Aprita Irawan


NIM : 4223121021
Dosen pengampu : Dra. Rahmulyani M.Pd. Kons
UNNIVERSITAS NEGRI MEDAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI S1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas rahmat dan
berkat yang allah berikan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikilogi
Pendidikan. Saya berterimakasih kepada ibu Dra. Rahmulyani M.Pd. Kons.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan dan membangun tugas saya ini.

Medan February 22, 2023

APRITA IRAWAN
NIM : 4223121021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I ..................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 4
1.2. Tujuan CBR ........................................................................................................................ 4
1.3. Manfaat CBR...................................................................................................................... 4
1.4. Indentitas buku utama ...................................................................................................... 5
1.5. Identitas buku pembanding............................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................... 6
ISI .......................................................................................................................................... 6
2.1. Ringkasan materi buku utama ............................................................................................... 6
2.2. Ringkasan materi buku pembanding ................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................. 18
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 18
3.1.Keterkaitan antar bab ........................................................................................................... 18
3.2.Kemukhtahiran buku ............................................................................................................ 18
3.3.Keunggulan dan kelemahan buku utama .............................................................................. 19
3.4. Keunggulan dan kelemahan buku pembanding ................................................................... 19
BAB IV ................................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................................ 20
4.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 20
4.2. Saran .................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 21

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Karakteristik adalah ciri-ciri perseorangan yang bersumber dari latar belakang
pengalaman yang dimiliki peserta didik termasuk aspek lain yang yang ada pada diri mereka
seperti kemampuan umum, ciri fisik, serta emosional yang berpengaruh terhadap keefektifan
pembelajaran. Karakteristik ini dapat membedakan yang satu dengan yang lainnya.
Karakteristik ini perlu dipahami guru untuk mengetahui perbedaan dan kebutuhan belajarnya
agar guru dapat memberikan pelayanan yang sesuai.

1.2. Tujuan CBR


Adapun tujuan saya mengerjakan CBR ini ialah :
1. agar memenuhi salah satu tugas wajib mata kuliah psikologi pendidikan.
2. Agar dapat lebih menguasai materi pembelajaran psikologi pendidikan.
3. Agar mengetahui buku mana yang lebih baik dijadikan referensi.

1.3. Manfaat CBR


Adapun manfaat saya mengerjakan CBR ini ialah :
1. Untuk menambah wawasan yang luas.
2. Meningkatkan daya mengkritisi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
3. Agar mengetahui keunggulan dan kelemahan serta ringkasan dari buku utama dan
pembanding.

2
1.4. Indentitas buku utama

SAMPUL JUDUL Psikologi


BUKU pendidikan
PENULIS Sri milfayetty
PENERBIT PPs Unimed

KOTA TERBIT Medan


TAHUN 2023
TERBIT
TEBAL BUKU 242 hal
ISBN 978-602-8207-
18-8

1.5.Identitas buku pembanding

SAMPUL JUDUL Psikologi


BUKU pendidikan
PENULIS Prof. Dr.
Nurhidayah
M.Pd
PENERBIT UNM
(Universitas
Negri Malang)

KOTA TERBIT Malang


TAHUN 2017
TERBIT
TEBAL BUKU 180 halaman
ISBN 978-979-495-
934-3

3
BAB II
ISI
2.1. Ringkasan materi buku utama
Alfet Binet pada tahun 1857-1911 bersama dengan Theodore Simon mendefinisikan
intelegensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pola berpikir atau tindakan, bila tindakan
dan cara berfikir tersebut telah digunakan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan
autocritism. Intelegensi adalah kemampuan menunjukkan pemikiran yang jernih, oengetahuan
mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan tepat,
kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal.

Tinggi rendahnya tingkat intelegensi dinyatakan dengan menterjemahkan hasil tes


intelegensi kedalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat
kecerdasan seseorang dibandingkan secara relative terhadap suatu norma.

Istilah intelegensi diperkenalkan sejak tahun 1912 oleh William Stem (jerman),
kemudian tahun 1916 oleh Lewis Madison dan sejak saat ini IQ resmi digunakan.
Pengklassifiasian IQ dapat digolongkan pada golongan normal, tidak normal dan eksepsional
(luar biasa). Normalitas dan eksepional intelegensi mengacu pada kriteria-kriteria statistik dan
ditentukan oleh batas-batas penyimpangan hasil tes intelegensi individu dari suatu norma.

Standarisasi tes IQ binet revisi Stanford secara lengkap disajikan pada table di bawah
ini.

IQ KLASSIFIKASI
150-169 Sangat superior
120-149 Superior
110-119 Rata-rata tinggi
90-109 Rata-rata normal
80-89 Rata-rata rendah
70-79 Batas lemah
30-69 Lemah mental

4
Ciri-ciri yang dimiliki individu yang sangat tinggi atau superior berdasarkan penelitian
Wolf and Steven yaitu : cepat belajar, berminat membaca biografi, punya kecenderungan
ilmiah, telah dapat membaca sebelum masuk sekolah, suka dengan belajar, punya penalaran
abstak yang baik, mampu berbicara dengan baik, tulisan tangannya jelek, tunggal, sulung, lahir
dari pasangan suami istri agak tua, penyesuaiannya baik, sehat jasmani, punya skor tinggi
dalam berbagai prestasi, imajinasi baik, tingkat energy tinggi.

Karakteristik individu yang digolongkan oleh gifted secara akademis ialah :

1. Kemampuan untuk belajar yang tinggi.


Apabila seorang individu cermat dalam mengamati situasi social dan alamiah,
indpenden, cepat dan efisien dalam mempelajari fakta dan prinsip, cepat paham dalam
membaca disertai oleh daya ingat yang superior.
2. Kekuatan dan kepekaan fikiran.
Siap mengungkapkan prinsip-prinsip yang mendasari sesuatu. Mampu melakukan
analisa sintesa dan mengorganisasikan unsur-unsur, situasi-situasi kritis, diri sendiri
dan orang lain.
3. Keingin tgahuan dan dorongan.
Ketahanan mental dan keteguhan pada tujuan ulet, kadang-kadang menolak aturan.
Mampu melakukan rencana-rencana dengan ekstensif tapi bermakna.

Pemahaman tentang penggolongan IQ akan membantu guru dalam menerapkannya


dalam pendidikan. Anak yang berada pada IQ superior maupun retardasi mental sama-sama
menimbulkan masalah, sehingga perlu memberikan pendidikan secara khusus kepada mereka.
Tidak bijaksana menempatkan yang slow leaner (lamban) satu kelas dengan gifted (berbakat).
Dapat kita bayangkan bagaimana sukarnya anak yang slow leaner mengejar pembelajaran
sedangkan anak yang gifted merasa bosan dengan pelajaran yang dianggap terlalu mudah,
akibatnya akan terjadi reaksi kompensatif berupa perilaku kenakalan dikelas untuk
menunjukkan kehebatannya kepada teman sekelas mereka.

Di sekolah-sekolah sangatlah terbatas guru yang kompeten untuk mendidik anak


berbakat, sehingga pendekatan kepada anak ini kurang efektif. Dapat mengakibatkan anak yang
superior menjadi frustasi, nakal, dan bahkan keluar dari sekolah. Seorang anak yang acuh tak
acuh di dalam kelas merupakan tanda terjadinya kegalalan dalam pemberian program
individualis.

5
Tes intelegensi digunakan dalam pendidikan untuk mendapatkan gambaran secara garis
besar tentang perkembangan kemampuan intelektual. Dengan data ini guru dapat meng
identifikasi konseli yang mungkin akan mengalami hambatan dalam belajar dan konseli yang
secara potensial berkemampuan tinggi, sehingga dapat diambil langkah-langkah selanjutnya.

Didalam penggunaan tes inteligensi, guru perlu memahami bahwa hasil tes ini dapat
membedakan antara peserta didik yang cerdas dan yang kurang cerdas. Sehingga apabila
menyampaikan informasi perlu dilakukan secara hati-hati karena peserta didik akan merasa
tidak nyaman jika hasil yang mereka dapat kurang baik. Dan dapat membuat konseli menjadi
sombong jika hasilnya baik.

Skala yang digunakan dalam tes intelegensi adalah secara interval. Berbeda dengan
cara ketika kita mengukur tinggi badan yang menggunakan skala ratio, sehingga tidak diketahui
titik nol mutlaknya. Satuan nilai IQ juga tidak sama, artinya perbedaan nilai 100 dan 120 tidak
sama dengan perbedaan nilai antara 50 dan 70. Nilai IQ 100 hanya dibuat atas pertimbangan
praktis dan di ambil dari nilai rata-rata sampel individu yang seusianya.

Kondisi lain yang harus diperhatikan ketika menggunkan hasil tes intelegensi adalah
dalam menafsirkan nilai IQ yang kurang. Hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Karena banyak factor yang membuat hasil ini kurang sehingga peluang untuk hasil ini
sangatlah besar.

Hasil yang kurang baik ini dapat terjadi bukan karena IQ seorang individu kurang,
melainkan karena beberapa hal seperti, dalah faham sehingga soal yang dikerjakan menjadi
salah. Ataupun factor kurang raasa percaya pada diri sendiri sehingga nilai IQnya tidak
mencerminkan hasil yang sesungguhnya. Individu tersebut bukanlah slow learner (lambat
belajar) tetapi late developer (perkembangan terlambat). Slow learner adalah seseorang yang
memiliki IQ 80-90 dankeadaan ini berlangsung tahun demi tahun sehingga terjadi hambatan
dalam belajar.

Dan seorang yang dikatakan late developer adalah seorang seseorang yang pada tahun
pertama dalam hidupnya memiliki IQ dibawah normal, tetapi mengalami kenaikan nilai IQ
menjadi normal atau melebihi normal. Dan pada tes intelegensi tidak dapat membedakan slow
learner dan late developer. Kemudian IQ juga tidak dapat mengukur aspek perkembangan
mental secara menyeluruh hanya secara umum, sehingga diperlukan pengukuran lainnya.

6
Seorang individu yang memiliki IQ yang sama tetapi belum tentu memiliki
perkembangan mental yang sama. Karena nilai tersebut adalah jumlah dari skor yang berbeda-
beda.

Howard Gardner merumuskan teori intelegensi ganda (multiple intelligence). Yang


pertama adalah intelegensin linguistic yang digunakan untuk membaca dan menulis. Kedua
yaitu intelegensi matematik logis yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah berbentuk
logika simbolis dan juga abstrak. Yang ketiga yaitu intelegensi spasial yang digunakan dalam
mencaari cara berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Yang keempat yaitu intelegensi
music. Yang kelima intelegnsi menyanyi, memainkan alat music ataupun mendengar music.
Keenam ialah inlegensi interpersonal yaitu digunakan dalam hal berkomunikasi, saling
memahami dan berinteraksi dengan orang lain.

Proses belajar internal yang berlangsung pada diri individu sebagai hasil proses
pembelajaran. Dalam konteks belajar setiap orang memiliki kecenderungan yang unik untuk
lebih sensitive pada salah satu indranya. Misalnya, ada orang yang lebih mudah menangkap
dan meresapkan sesuatu dari penglihatannya disbanding dengan menangkap dan meresapkan
sesuatu dari penglihatannya dibandingkan dengan perasaanya.

Individu digolongkan ata lima tipe pengamatan yaitu, tipe visual, auditif, taktil,
gustative, dan olfaktoris. Tipe visual seorang individu saat belajar akan cenderung lebih mudah
menerima informasi penglihatan, auditif melalui pendengaran, taktil dengan sentuhan atau
meraba. Sedangkan gusatif dengan melalui indra penciuman dan olfaktoris melalui indra
pengecap.

Setiap orang perlu menyeimbangkan ketiga gaya belajar ini dalam diri. Tidak terpaku
dalam satu gaya belajar saja. Sebagaimana dikemukakan Gordon Dryden(1996) bahwa ketika
peserta didik hanya belajar melalui penglihatannya maka perolehan nya hanya sebesar 10%
dengan mendengar hanya sebesar 30%, dari penglihatan dan pendengaran sebesar 50%
sedangkan dari yang dikatakan sebesar 70% dan sebesar 90% dari yang dilakukan. Sedangkan
jika individu ingin mendapatkan hasil yang 100% adalah dengan mengajarkan kepada
oranglain tentang pengetahuan yang telah dia dapat dan dia miliki.

7
Gaya belajar dapat dikelompokkan atas dua elemen yang mempengaruhinya. Pertama
adalah gaya belajar independen dan kedua gaya belajar tergantung. Gaya belajar independen
akan membutuhkan suasana yang tenang dan tidak mau diganggu. Sedangkan belajar
tergantung perlu ditemani oleh radio atau music-musik ketika individu mau belajar.

Menurut Wolfolk cara yang konsisten yang dilakukan oleh seseorang mencakup
informasi, cara mengingat, cara berfikir, mengolah informasi dan memecahkan persoalan.
Seseorang dengan gaya belajar mandiri adalah seseorang yang berusaha membebaskan diri dari
lingkungannya pada saat dia belajar atau pada saat dia membuat keputusan tentang suatu hal.
Dan individu yang dengan gaya belajar tergantung adalah seseorang yang mudah terpengaruh
lingkungan pada saat belajar.

Gaya belajar mandiri tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan dimasa
lampau. Berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya, dan tidak peduli atas nama-
nama orang lain. Siswa yang memiliki gaya belajar mandiri cenderung ingin meningkatkan
rasa keingin tahuannya. Pendekatan komunikatif sangat memberikan peluang kepada siswa
dengan berbagai kegiatan komunikasi dan permainan yang menarik.

Gaya belajar bergantung apabila bergantung pada pendiidkan sewaktu kecil, di didik
untuk selalu memperhatikan orang lain, mengingat hal-hal dalam konteks social dengan luas,
memerlukan petunjuk yang lebih banyak untuk memahami sesuatu lebih peka akan kritik dan
perlu mendapat dorongan. Mereka harus lebih banyak dibantu oleh guru dan teman dalam
bentuk memberikan kerja kelompok.

Gaya belajar bergantung juga memiliki dampak positif yaitu anda bias mendapatkan
gambaran secara keseluruhan, pandangan yang lebih luas, serta konfigurasi suatu masalah
atau gagasan ataupun kejadian secara umum. Guru dapat membantu peserta didik agar belajar
secara mendalam dengan cara memberitahu mereka bahwa ada yang lebih penting daripada
sekedar mengingat materi pembelajaran. Serta ajukan pertanyaan yang mensyaratkan untuk
penyesuaian informasi dengan kerangka materi yang lebih luas.

8
Individu yang memiliki gaya berfikir reflektif cenderung mengingat informasi yang
terstruktur. Membaca dengan memahami dan menginterprestasikan teks. Memecahkan
problem dan membuat keputusan. Seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi akan
tampil dalam kemampuan menangkap informasi yang rumit dan kompleks. Kecerdasan atau
kecakapan seseorang dalam belajar mempengaaruhi juga kualitas multiple inteligences yang
dimilikinya.

9
2.2. Ringkasan materi buku pembanding
Seorang guru dalam mendidik peserta didiknya harus memahami pengetahuan tentang
psikologi belajar. Sehingga guru dapat mengetahui bagaimana peserta didiknya belajar. Peserta
didik yang beragam latar belakang akan mempengaruhi cara ia belajar dan cara guru mengajar.
Sehingga seorang guru dalam hal ini dituntut dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan
kondisi peserta didiknya. Seorang guru sudah tentu harus memahami teori-teori belajar. Teori
belajar dikelompokkan ke dalam empat ketegori, yaitu teori belajar behavioristik, kognitif,
humanistik, dan konstruktivistik.

Salah satu prinsip dalam teori belajar perilaku ialah bahwa konsekuensi-konsekuensi
yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku daripada konsekuensi-
konsekuensi yang lambat datangnya. Prinsip kesegeraan konsekuensi-konsekuensi ini penting
artinya di dalam kelas. Khususnya bagi murid-murid sekolah dasar, pujian yang diberikan
segera setelah anak itu melakukan suatu pekerjaan dengan baik, dapat merupakan suatu
reinforser yang lebih kuat daripada angka yang diberikan kemudian.

Langkah-langkah dalam pembentukan perilaku baru adalah: yang pertama pilihlah


tujuan, buat tujuan itu sekhusus mungkin, tentukan sampai dimana siswa-siswa itu sekarang,
apa yang telah mereka ketahui?, yang kedua kembangkan satu seri langkah-langkah yang dapat
merupakan jenjang untuk membawa mereka dari keadaan sekarang ke tujuan yang telah
ditetapkan, bagi sebagian peserta didik langkah-langkah itu mungkin terlalu besar, untuk
sebagian lagi mungkin terlalu kecil, yang ketiga ubahlah langkah-langkah itu sesuai dengan
kemampuan setiap peserta didik; dan yang ke empat ialah berilah umpan balik selama pelajaran
berlangsung.

Perlu diingat, makin baru materi pelajaran, makin banyak umpan balik yang dibutuhkan
oleh para siswa. Pengurangan Tingkah Laku (Extinction) Tingkah laku akan terus berlangsung
bila mendapat reinforcement. Tingkah laku yang tidak lagi diperkuat, pada suatu waktu akan
hilang. Cepat lenyapnya suatu respons berkaitan dengan lamanya waktu terhadap respons yang
telah diperkuat. Extinction ini penting dalam proses perkembangan karena kemungkinan
seseorang untuk menghilangkan tingkah laku yang tidak lagi bermanfaat.

10
Generalisasi (Generalization) Tingkah laku yang dipelajari dalam suatu situasi
rangsangan cenderung diulang dalam situasi-situasi serupa. Misalnya anak perempuan yang
pernah dijahili teman laki-lakinya menganggap semua teman lakilaki suka jail. Generalisasi
merupakan konsep yang beranggapan bahwa sesuatu yang terjadi pada sebagian kecil
kelompok, akan sama pula peristiwanya dengan kelompok yang besar.

Diskriminasi (discrimination) Seseorang juga memerlukan kecakapan membedakan


situasi serupa tetapi berbeda. Diskriminasi dikembangkan melalui defferential reinforcement.
Dalam proses ini respons yang tepat pada stimulus tertentu akan diperkuat, sedangkan respons
yang tidak tepat tidak diberikan reinforcement, maka individu dapat belajar memberikan
respons yang benar hanya bilamana ada stimulus yang benar pula. Berbeda dengan
generalisasi, asal stimulus itu mirip diberikan respons, yang sudah barang tentu ada keuntungan
dan kekurangannya.

Vicarious Learning atau Matched Dependent Behavior Manusia kadang dapat


menyingkat proses belajar melalui imitasi terhadap tingkah laku sebagai model yang
mempunyai kekuatan memberi ganjaran secara tidak langsung (mediating reward). Proses
belajar tersebut dinamai belajar vicarious atau matched dependent behavior yaitu proses belajar
yang tidak melibatkan penguat langsung tetapi melalui mengamati bahwa model mendapat
penguat dari tingkah laku yang ditirunya. Contohnya seorang meniru gaya akting seorang aktor
film yang menarik perhatian banyak orang.

Teori Kohler menekankan pentingnya proses mental yang didasarkan pada anggapan
bahwa subjek itu beraksi pada keseluruhan yang bermakna. Kohler mengemukakan adanya
hukum transformasi dan hukum organisasi persepsi yang merupakan kunci untuk memahami
belajar. Di samping itu, Kohler juga mengemukakan konsep pemahaman (insight). Belajar
dirumuskan sebagai konstelasi stimulus, oganisasi, dan reaksi.

Hukum Pragnanz ini merupakan hukum umum, yang menyatakan bahwa organisasi
psikologi cenderung dan selalu bergerak ke arah keadaan Pragnanz, yaitu keadaan penuh arti.
Apabila seseorang mengamati sekelompok objek, maka ia akan mengamatinya dalam arti
tertentu, artinya ia akan mengatur kesan pengamatannya sedemikian, sehingga pengelompokan
objek itu mempunyai arti tertentu baginya, pengaturan itu mungkin menurut bentuk, warna,
dan ukuran. Hukum-hukum khusus yang dikemukakan di bawah ini merupakan prinsip-prinsip
yang umum digunakan untuk pengaturan itu.

11
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah prinsip penggabungan unsur (pengabungan
hukum kesamaan dan hukum kedekatan), pengelompokan unsur (mencakup hukum kontinuitas
dan ketertutupan), pemisahan unsur (mencakup hukum kontras dan kesatuan objek dengan latar
belakang), dan integrasi persepsi visual (mencakup prinsip bentuk gambar dan ketertutupan).
objek pokok tidak dapat dilepaskan dari latar belakang. Mana yang menjadi objek pokok dan
mana yang latar belakang dapat berubahubah bergantung pada pusat perhatian individu.

Selain itu antara objek dengan latar belakang juga saling memberi arti. Berbeda dari
teori-teori behavioristik yang mengabaikan peranan pengertian (insight) dalam belajar, teori
Gestalt justru menganggap bahwa insight itu adalah inti belajar. Belajar yang sebenarnya
bersifat insightfull learning. Jadi sumber yang utama adalah dimengertinya hal yang dipelajari.
Eksperimen-eksperimen Kohler sebagaimana sedikit telah disinggung di bagian depan
dipandang merupakan bukti mengenai hal ini. Kera yang berada di dalam kandang mengamati
pisang yang ada di luar kandang yang tidak dapat dijangkau dengan kaki dan tangannya. Pada
jarak yang lebih dekat darinya adalah tongkat. Antara pisang dengan tongkat dan kandang
sebenarnya terkandung hubungan yang berarti. Dalam hal ini masih berupa hubungan tempat.

proses belajar akan terjadi bila terbentuk suatu pemahaman melalui persepsi. Dalam
rangka memperoleh pemahaman, di sini mengutamakan bentuk keseluruhan yang terstuktur
dan teratur. Dengan demikian belajar diartikan sebagai suatu proses mental untuk memperoleh
pemahaman interaksi antara individu dan lingkungannnya. Melalui interaksi ini, akan tersusun
tanggapan, imajinasi, dan pandangan baru yang secara bersama-sama membentuk pemahaman
(insight) untuk memecahkan masalah. Pemahaman baru berfungsi apabila ada tanggapan
terhadap masalahnya sehingga mampu memahami kesulitan yang dihadapi, unsur-unsur, dan
tujuannya. Untuk itulah memahami suatu mata pelajaran akan membuahkan hasil apabila
dalam belajar diawali dengan memperhatikan kerangka umum secara cermat dan kemudian
dibuat rinciannya.

Teori belajar yang dipopulerkan oleh Jean Piaget dikenal dengan sebutan teori
perkembangan Kognitif. Piaget sebagai salah seorang pakar psikologi Kognitif menemukan
teori mengenai belajar berdasar pada kesannya atas sikap para peserta didik dalam memahami
dunianya. Mereka memiliki kebutuhan belajar dalam dirinya, yaitu senantiasa berperan aktif
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

12
Interaksi antara diri dan lingkungannya secara terus menerus akan menumbuhkan suatu
pengetahuan. Piaget mempelajari perkembangan inteligensi atau kecerdasan individu mulai
lahir sampai dewasa. Perkembangan kognitif - berpikir - sejalan dengan pertumbuhan
biologisnya. Artinya struktur kognitif individu bukan suatu ketentuan yang sudah ada
sebelumnya dan bersifat statis, melainkan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
bertambahnya usia melalui proses adaptasi dan interaksi dengan lingkungannya.

Semakin dewasa seseorang, makin banyak pengetahuannya, karena telah banyak


memperoleh pengalaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain,
belajar merupakan pengetahuan sebagai akibat atau hasil adaptasi dan interaksi dengan
lingkungan.

Piaget memandang bahwa fungsi intelek dari tiga perspektf, yakni: yang pertama proses
fundamental yang terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, yang kedua cara bagaimana
pengetahuan disusun, dan yang ketiga perbedaan kualitas berpikir pada berbagai tahap
perkembangannya. Cara bagaimana pengetahuan tersusun adalah diperoleh melalui
pengalaman fisik dan pengalaman logis matematis. Penyusunan pengetahuan melalui
pengalaman fisik terjadi ketika berinteraksi dengan lingkungan. Individu mengabstraksikan
ciri-ciri fisik yang inheren pada objek yang kemudian disebut pengetahuan eksogen. Misalnya
semua objek yang berada di luar individu adalah sumber pengetahuan. Penyusunan
pengetahuan itu sendiri melalui pengalaman logis matematis terjadi dalam proses berpikir
individu yang melakukan kegiatan belajar mengajar.

Teori kognitif berpandangan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspekaspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan
aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

13
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah
dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada
konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur
kognitif yang telah dimiliki siswa. Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu
aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses
internal. Dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur.

Dengan asumsi bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses belajar dapat berjalan
dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif tang
telah dimiliki seseorang.

Semua ini merupakan tingkah laku sebagai hasil belajar yang disebut dengan
kapabilitas. Kapabilitas ini timbul melalui stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses
kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar. Dengan demikian belajar dapat diartikan
sebagai proses kognitif yang mengubah sikap stimulasi lingkungan melalui pengolahan
informasi menjadi kapabilitas baru. Lebih lanjut Gagne dan Briggs (1979) menyatakan bahwa
belajar melibatkan tiga komponen, yaitu kondisi internal, kondisi eksternal, dan hasil belajar.

Belajar merupakan interaksi antara kondisi internal peserta didik yang berupa potensi
dengan kondisi eksternal yang berupa stimulus dari lingkungan melalui proses kognitif peserta
didik. Dengan proses kognitif ini akan terbentuklah kapabilitas atau kecakapan (kemampuan)
sebagai hasil belajar yang meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, siasat kognitif,
keterampilan motorik, dan sikap.

Informasi verbal merupakan kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam


bentuk bahasa tulis atau lisan. Dengan kapabilitas ini memungkinkan peserta didik untuk
berperan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan intelektual merupakan kapabilitas yang
berfungsi untuk berinteraksi dengan lingkungan, mempresentasikan konsep dan lambang.
Siasat kognitif merupakan kapabilitas peserta didik untuk menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya.

14
Kapabilitas ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
Keterampilan motorik merupakan kapabilitas untuk melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urutan dan koordinasi, sehingga terwujud gerakan yang otomatis. Sikap merupakan
kapabilitas untuk menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Sikap merupakan unsur psikologis yang muncul setelah adanya persepsi terhadap
sesuatu hal. Sehingga orang sebelum bersikap terhadap suatu hal, ia harus mengetahui hal
tersebut untuk membentuk suatu sikap terhadap hal tersebut. Sikap belajar pada diri peserta
didik perlu dibangun sedemikian rupa secara sadar agar peserta didik melakukan aktivitas
belajar sesuai dengan hakikat dan tujuan belajar. Sikap belajar peserta didik merupakan
kesiapan mental peserta didik melalui pengalaman serta memberikan pengaruh secara langsung
terhadap respons peserta didik nantinya. Sikap belajar peserta didik harus dikuatkan dari waktu
ke waktu secara kontinu, sebab sikap merupakan kondisi yang dinamis dan sikap terbentuk dari
hasil pengalaman peserta didik itu sendiri. Sikap belajar merupakan kecenderungan berperilaku
yang dapat bersifat positif dan negatif.

15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Keterkaitan antar bab

Keterkaitan antara bab materi yang saya pilih di buku utama dengan yang lainnya
sangatlah berkaitan. Penyusunan materi yang rapi dan saling berkaitan misalnya, pada
pembahasan mengenai karakteristik belajar seorang peserta didik yang dikaitkan dengan
teori-teori belajar.

3.2.Kemukhtahiran buku

kedua buku ini dicetak dalam 2-6 tahun terakhir. Buku utama dicetak pada tahun
2023, dan buku pembanding dicetak pada tahun 2017. Jika dilihat dari tahun terbitnya buku
yang saya ambil dapat diartikan bahwa konsep dan teori yang berada di dalam buku ini
masih menyangkut akan hal yang terjadi di masa sekarang.
Sebagai ilmu pengetahuan yang baik dan bagus seharusnya ilmu penget ahuan
t ersebut harus berkembang seir ing dengan perkembangan zaman dan
manus ianya sehingga menghas ilkanp e ng e t a hu a n ya ng be r gu na ba g i p ar a
p e ng g u na t e r ma s u k gu r u d a la m membantu kegiatan guru sebagai pengolah dan
pelaksana pembelajaran disekolah.

16
3.3.Keunggulan dan kelemahan buku utama
keunggulan kelemahan
Buku ini memaparkan penjelasab teori Terdapat beberapa kata yang
yang berdasarkan kehidupan peserta bergandengan, padahal harusnya
didik di zaman sekarang yang harus dipisah. Mungkin itu kekhilafan penulis,
diteladani oleh seorang calon pendidik namun alangkah lebih baiknya di
sempurnakan.
Penulis buku menulis istilah peserta Dibutuhkannya bebrapa catatan kaki
didik, karena istilah tersebut dalam buku ini.
mengandung arti yang lebih luas dan
lebih sopan di bandingkan
menggunakan istilah anak didik.
Penulis mengguanakan pemilihan -
ukuran huruf dan margin sesuai dengan
jenjang usia pembaca.

3.4. Keunggulan dan kelemahan buku pembanding

keunggulan kelemahan
Buku ini memaparkan teori-teori belajar Ada beberapa kalimat yang masih
dengan lengkap dan jelas sehingga membutuhkan penjelasan.
dapat diterapkan oleh calon pendidik.
Setiap teori ataupun pendapat selalu Dalam menjelaskan pola pembelajaran
disertai dengan sumber. tidak begitu membuat pembaca
mengvisualisaikan kalimat tersebut.
Permasalahan yang sering terjadi -
dikalangan belajar mengajar di kupas
dengan baik dan tuntas dibuku ini.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Selain kecerdasan gaya belajar dan gaya berfikir juga mempengaruhi cara individu
dalam belajar. Gaya belajar meliputi kecenderungan seseorang dalam memasukkan
informasi. Gaya tersebut antara lain visual, auditori dan kinestik. Mengacu pada elemen
yang mempengaruhi gaya belajar ini ada individu yang memiliki cara belajar mandiri dan
tergantung.

4.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan ialah agar kelak makalah saya dapat menjadi referensi
atau rujukan bagi mahasiswa lainnya. Dan hasil kritisi dan rangkuman buku utama dan
buku pembanding saya dapat menjadi acuan dan potensi semangat pembacanya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Sri Milfayetty, DKK.2023.psikologi pendidikan. Medan : PPs UNIMED.

Nur Hidayah, DKK.2017.psikologi pendidikan. Malang : UNM.

19

Anda mungkin juga menyukai