Anda di halaman 1dari 242

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA

ADMINISTRASI PEMBINAAN

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


1 TEKNIS ADMINISTRASI KEJAKSAAN (TAK)
BADIKLAT KEJAKSAAN R.I.
TAHUN 2021
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang
Kejaksaan Republik Indonesia;

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29


Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 38 Tahun 2010 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia; dan

3. Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:


PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kejaksaan Republik Indonesia.
2
• Lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan
negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Kejaksaan dipimpin oleh yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden.
• Kejaksaan mempunyai TUGAS melaksanakan kekuasaan
negara di bidang penuntutan dan tugas lain berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta mengawasi
jalannya penyelenggaraan tugas pemerintahan dan
pembangunan di bidang hukum.
3
KEJAKSAAN MENYELENGGARAN FUNGSI
a. perumusan kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis, pemberian
bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan umum yang
ditetapkan presiden;
b. penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan
manajemen, administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan serta
pengelolaan atas kekayaan milik negara yang menjadi tanggung
jawabnya;
c. pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun represif yang
berintikan keadilan di bidang pidana, penyelenggaraan intelijen
yustisial di bidang ketertiban dan ketenteraman umum, pemberian
bantuan, pertimbangan, pelayanan dan penegakan hukum di bidang
perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain,
untuk menjamin kepastian hukum, menegakkan kewibawaan
pemerintah dan penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan umum yang
ditetapkan oleh presiden;
d. penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau
tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan
penetapan hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan
hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya 4
sendiri;
e. pemberian pertimbangan hukum kepada lembaga, instansi
pemerintah di pusat dan di daerah, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah dalam menyusun
peraturan perundang-undangan serta peningkatan
kesadaran hukum masyarakat; dan
f. penyelenggaraan koordinasi, bimbingan dan petunjuk teknis
serta pengawasan yang baik ke dalam maupun dengan
instansi terkait atas pelaksanaan tugas berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
yang ditetapkan oleh Presiden.

5
Kejaksaan terdiri dari :

1. Kejaksaan Agung;

2. Kejaksaan Tinggi;

3. Kejaksaan Negeri;

4. Dalam daerah hukum Kejaksaan Negeri dapat dibentuk

Cabang Kejaksaan Negeri.


6
7
8
1. JAM Bidang Pembinaan, yaitu unsur pembantu pimpinan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang Kejaksaan di Bidang BIN
bertanggung jawab kepada Jaksa Agung.
2. JAM Bidang Pembinaan dipimpin oleh
.
3. Lingkup Bidang Pembinaan meliputi pembinaan atas:
 Perencanaan;
 Pelaksanaan pembangunan sarpras;
 Organisasi dan ketatalaksanaan;
 Kepegawaian;
 Keuangan;
 Pengelolaan kekayaan milik negara;
 Petimbangan hukum;
 Penyusunan peraturan perundang-undangan;
 Kerja sama LN;
9
 Pelayanan dan dukungan teknis lainnya.
1. Perencanaan dan perumusan kebijakan di Bidang
Pembinaan;
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di Bidang
Pembinaan;
3. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga
baik di dalam negeri maupun di luar negeri;
4. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan di Bidang Pembinaan; dan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Jaksa Agung.
10
11
1. Sekretaris JAM BIDANG PEMBINAAN mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan dibidang kesekretariatan di lingkungan JAM Bidang Pembinaan.
2. Sekretaris JAM BIDANG PEMBINAAN menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan kegiatan di bidang kesekretariatan di lingkungan JAM

Bidang Pembinaan;
b. Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penyiapan dan penyusunan

laporan di lingkungan JAM Bidang Pembinaan;


c. Pengumpulan, pencatatan, pengolahan dan penyajian data kegiatan di
Bidang Pembinaan;
d. Pemantauan, penilaian dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana

dan program kerja di lingkungan JAM Bidang Pembinaan;


e. Pelaksanaan urusan ketatausahaan; dan

f. Pelaksanaan fungsi lain sesuai dengan petunjuk JAM BIN. 12


mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas dan fungsi Jaksa Agung Muda Pembinaan di
bidang perencanaan yang meliputi:
 Pengelolaan data;

 Penyusunan rencana anggaran dan program kerja


Kejaksaan;

 Pemantauan dan evaluasi kinerja dan realisasi anggaran;

 Pengembangan organisasi dan tata laksana serta fasilitasi


pelaksanaan program Reformasi Birokrasi Kejaksaan.

13
1. Penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan
meliputi pemberian bimbingan dan pembinaan teknis
penyusunan rencana anggaran dan program kerja
Kejaksaan;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan
penyimpanan data yang berhubungan dengan penyusunan
rencana anggaran dan program kerja Kejaksaan serta
fasilitasi layanan pengadaan barang atau jasa secara
elektronik di Lingkungan Kejaksaan;
3. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana kerja dan
anggaran; 14
4. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan Rencana Strategis
dan Rencana Kerja, revisi anggaran pelaksanaan Instruksi
Presiden atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan atau tambahan anggaran atau pemotongan
anggaran dari Kementerian Keuangan;

5. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta


penyusunan laporan kinerja Kejaksaan;

6. Pelaksanaan analisis jabatan, penataan organisasi dan tata


laksana; dan

7. Fasilitasi pelaksanaan program reformasi birokrasi


Kejaksaan. 15
16
mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas dan fungsi Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan di
bidang ketatausahaan Jaksa Agung, Wakil Jaksa Agung,
Staf Ahli, keprotokolan dan pengamanan pimpinan,
keamanan, kesehatan dan pembinaan rohani, serta
kerumahtanggaan.

17
1. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Jaksa Agung,
Wakil Jaksa Agung, dan Staf Ahli;

2. Pelaksanaan keprotokolan, pengamanan pimpinan,


keamanan, dan tata tertib pegawai;

3. Fasilitasi pelayanan kesehatan dan pembinaan mental


dan rohani;

4. Pelaksanaan urusan keamanan dan objek khusus; dan

5. Pelaksanaan urusan kerumahtanggaan.


18
19
mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Jaksa
Agung Muda Bidang Pembinaan di bidang
kepegawaian di Lingkungan Kejaksaan.

20
1. Penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan kepegawaian
meliputi pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis;

2. Pelaksanaan urusan tata usaha kepegawaian;

3. Penyiapan dan penyusunan formasi pegawai berdasarkan hasil analisis


jabatan dan pola karier pegawai;

4. Penyiapan bahan pengembangan pegawai dan fasilitasi administrasi jabatan


fungsional;

5. Pelaksanaan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai;

6. Pelaksanaan urusan kepangkatan, mutasi kepegawaian, dan angka kredit


jabatan fungsional; dan

7. Penyiapan bahan penetapan pemberhentian dan pensiun pegawai.

21
22
mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Jaksa
Agung Muda Bidang Pembinaan di bidang
keuangan di lingkungan Kejaksaan.

23
1. Penyusunan pedoman teknis penggunaan dan
pertanggungjawaban Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA);
2. Penyusunan pedoman teknis penyusunan dan pelaporan
keuangan dengan sistem akuntansi instansi;
3. Penyusunan pedoman teknis dan kebijakan pengelolaan
pendapatan dan piutang negara;
4. Penyusunan pedoman teknis terhadap tuntutan perbendaharaan
dan tuntutan ganti kerugian negara;
5. Koordinasi atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara di lingkungan Kejaksaan;
6. Koordinasi bidang keuangan dengan instansi terkait;
24
7. Pembinaan teknis jabatan fungsional bendaharawan dan
penerbitan Surat Keputusan tentang penetapan Pejabat
Perbendaharaan, Pejabat Pengadaan dan Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan;
8. Pengelolaan administrasi gaji dan tunjangan serta
administrasi biaya perjalanan dinas;
9. Pemantauan dan evaluasi bidang keuangan;
10. Pelaksanaan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan;

11. Pelaksanaan pengelolaan rekening dinas;

12. Melakukan tindak lanjut atas temuan Laporan Hasil


Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan
25
Keuangan Kejaksaan;
13. Pembinaan dan bimbingan teknis, kebijakan di bidang
keuangan;
14. Penyelenggaraan koordinasi pertanggungjawaban atas
pengelolaan pendapatan dan piutang negara di
Lingkungan Kejaksaan;
15. Melaksanakan penelitian, pemantauan dan penagihan
ganti kerugian negara;
16. Penyiapan bahan pertimbangan atas tuntutan ganti
kerugian negara; dan
17. Penyiapan bahan pertimbangan penilaian terhadap
26
usulan penghapusan piutang negara.
27
mempunyai tugas:

1. Melaksanakan analisis kebutuhan,

2. Pengadaan barang dan jasa,

3. Pengelolaan dan penatausahaan Barang Milik Negara

di Kejaksaan.

28
1. Penyusunan rencana program kerja;
2. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang
perlengkapan meliputi pemberian bimbingan, pembinaan
dan pengamanan teknis;
3. Penyusunan, penyiapan pembinaan administrasi serta
petunjuk teknis rencana kebutuhan dan pelaporan barang
milik negara, penilaian dan penghapusan Barang Milik
Negara, dokumen dan pelaporan pelaksanaan layanan
pengadaan barang atau jasa;
4. Penyusunan, penyiapan pelaksanaan pengadaan barang,
layanan pengadaan barang dan jasa, penyimpanan dan
pendistribusian perlengkapan;
5. Pelaksanaan, pengumpulan data, analisis, evaluasi,
penyusunan petunjuk teknis penatausahaan Barang Milik
Negara di Kejaksaan.
29
30
mempunyai tugas:

1. Melaksanakan penyusunan rancangan peraturan


perundang-undangan;

2. Pertimbangan hukum;

3. Kerja sama dan hubungan luar negeri;

4. Perpustakaan; dan

5. Dokumentasi hukum.
31
1. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang
perancangan hukum dan peraturan perundang-undangan
berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamanan
teknis;
2. Pelaksanaan koordinasi, harmonisasi, sinkronisasi
penyusunan, pemantauan dan evaluasi peraturan
perundang-undangan;
3. Penyiapan bahan pertimbangan hukum kepada satuan kerja
di Lingkungan Kejaksaan dan kementerian atau lembaga;
4. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang hukum
terkait dengan bantuan teknis, ekstradisi, pemindahan
narapidana, bantuan hukum timbal balik serta pembinaan
jaringan kerja sama hukum luar negeri; 32
5. Penyusunan bahan pembentukan, pelaksanaan dan
pemantauan, inventarisasi perjanjian internasional serta
hubungan dengan organisasi internasional dan badan
internasional;

6. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama antar instansi


pemerintah;

7. Pelaksanaan pengelolaan perpustakaan dan dokumentasi


hukum; dan

8. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja


serta laporan pelaksanaannya. 33
34
Di lingkungan Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan dibentuk
sebagai unsur penunjang tugas dan fungsi Kejaksaan, yang secara
teknis bertanggung jawab kepada Jaksa Agung dan secara
administratif kepada JAM BIN, terdiri atas :

1. Pusat Penelitian dan Pengembangan;

2. Pusat Data Statistik Kriminal dan Teknologi;

3. Pusat Pemulihan Aset.

35
36
37
38
Kelompok Jabatan Fungsional di Bidang Pembinaan terdiri atas :

1. Fungsional Jaksa

2. Fungsional Peneliti

3. Fungsional Pustakawan

4. Fungsional Perencana

5. Fungsional lainnya

39
40
41
1. Kejaksaan Tinggi dipimpin oleh
yang mengendalikan pelaksanaan tugas dan
wewenang Kejaksaan di daerah hukumnya.
2. Dalam mengendalikan pelaksanaan tugas dan
wewenang, Kepala Kejaksaan Tinggi dibantu oleh:
• Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi;
• Asisten Bidang Pembinaan;
• Asisten Bidang Intelijen;
• Asisten Bidang Tindak Pidana Umum;
• Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus;
• Asisten Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara;
• Asisten Bidang Pengawasan;
• Bagian Tata Usaha;
42
• Koordinator.
mempunyai tugas:
1. Melaksanakan pembinaan atas manajemen;
2. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana;
3. Perpustakaan;
4. Pengelolaan pegawai;
5. Keuangan dan piutang negara;
6. Perlengkapan dan pengelolaan atas barang milik negara yang menjadi
tanggung jawabnya;
7. Organisasi dan tata laksana;
8. Pengelolaan data dan statistik kriminal;
9. Penerapan dan pengembangan teknologi informasi;
10. Pelaksanaan evaluasi dan pelaksanaan program Reformasi Birokrasi;
serta
11. Memberikan dukungan pelayanan teknis dan administrasi bagi seluruh
satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Tinggi bersangkutan dalam
rangka memperlancar pelaksanaan tugas. 43
1. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan berupa
bimbingan, pembinaan dan pengamanan teknis;

2. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta pembinaan kerja sama


seluruh satuan kerja di bidang administrasi;
3. Penyiapan rencana dan koordinasi perumusan kebijakan dalam
penyusunan rencana dan program pembangunan sarana dan
prasarana, pemantauan, penilaian serta pengendalian
pelaksanaannya;
4. Pembinaan manajemen, organisasi tata laksana, analisis jabatan,
jabatan fungsional Jaksa, urusan ketatausahaan, perpustakaan, dan
pengelolaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan Barang Milik
Negara yang menjadi tanggung jawabnya; 44
5. Pembinaan dan peningkatan kompetensi, disiplin dan integritas
pegawai;
6. Pembinaan terhadap pelaksanaan anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan keuangan, pendapatan dan piutang
negara;
7. Pembinaan dan pengelolaan barang milik negara, barang sitaan
dan barang rampasan negara;
8. Pelaksanaan pembinaan manajemen terhadap pengelolaan data
dan statistik kriminal serta penerapan dan pengembangan
teknologi informasi di Lingkungan Kejaksaan Tinggi; dan
9. Pelaksanaan evaluasi dan penguatan program Reformasi Birokrasi
di Lingkungan Kejaksaan Tinggi.
45
46
47
1. Kejaksaan Negeri dipimpin oleh

yang mengendalikan pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan

di daerah hukumnya.

2. Dalam mengendalikan pelaksanaan tugas dan wewenang, Kepala

Kejaksaan Negeri dibantu oleh Kepala Seksi, Kepala Subseksi dan

Kepala Urusan.

48
mempunyai tugas:
1. Melakukan perencanaan program kerja dan anggaran;
2. Pengelolaan ketatausahaan kepegawaian;
3. Kesejahteraan pegawai;
4. Keuangan;
5. Perlengkapan;
6. Organisasi dan tata laksana;
7. Pengelolaan teknis atas barang milik negara;
8. Pengelolaan data dan statistik kriminal;
9. Pelaksanaan evaluasi dan penguatan program reformasi birokrasi; serta
10. Pemberian dukungan pelayanan teknis dan administrasi bagi seluruh satuan
kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri yang bersangkutan dalam rangka
49
memperlancar pelaksanaan tugas.
1. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta membina kerja
sama seluruh satuan kerja di Lingkungan Kejaksaan Negeri di bidang
administrasi;

2. Melakukan pembinaan organisasi dan tata laksana urusan


ketatausahaan dan mengelola keuangan, kepegawaian, perlengkapan
dan milik negara yang menjadi tanggung jawabnya;

3. Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan, keterampilan


dan integritas kepribadian aparat Kejaksaan di daerah hukumnya;
4. Melaksanakan pengelolaan data dan statistik kriminal serta
penerapan dan pengembangan teknologi informasi di Lingkungan
Kejaksaan Negeri; dan
50
5. Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi.
1. Urusan Kepegawaian;

2. Urusan Keuangan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak;

3. Urusan Perlengkapan;

4. Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan; dan

5. Urusan Data Statistik Kriminal dan Teknologi Informasi.

51
52
53
ADMINISTRASI BIDANG PEMBINAAN

54
KETENTUAN TENTANG TATA NASKAH DINAS MENGACU PADA :

Peraturan Kejaksaan Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 2019
Tentang Kode Penomoran
Naskah di Lingkungan
Kejaksaan Republik Indonesia

Peraturan Kejaksaan Republik


Indonesia Nomor 8 Tahun 2019
Tentang Tata Naskah Dinas
Kejaksaan Republik Indonesia

55
JAKSAAGUNG

REPIUBUK !NDO[!,!ES~A

PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR C02TAHUN 2019

TENTANG

KODE PENOMORAN NASKAH DINAS

DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas


administrasi umum dalam rangka memberikan
dukungan secara berdaya guna dan berhasil guna demi
terwujudnya keseragaman dan ketertiban administrasi
umum berkaitan dengan penomoran naskah dinas di
lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia, perlu
pengaturan kode penomoran naskah dinas;
b. bahwa dengan berlakunya Peraturan Jaksa Agung
Nomor PER-006/A/JA/07 /2017 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, terdapat
perubahan struktur orgamsasl tata kerja dan
nomenklatur, sehingga perlu dilakukan penyesuaian
administrasi umum pada kode penomoran naskah
dinas;
c. bahwa Surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE­
002/ A/JA/ 08/2000 tentang Kode Surat Menyurat di
Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia, Surat
Edaran Jaksa Agung Nomor SE-005/ A/JA/05/2002
tentang Penambahan Kode Surat Menyurat di
- 2 -

Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia, dan Surat


Edaran Jaksa Agung Nomor SE-002/A/JA/06/2008
tentang Penambahan Kode Surat Menyurat di
Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia, sudah tidak
sesual dengan ketentuan peraturan perundang­
undangan sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Kejaksaan tentang Kode
Penomoran Naskah Dinas di Lingkungan Kejaksaan
Republik Indonesia;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang


Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);
2. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 65);
3. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Naskah
Dinas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 432);
4. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/ A/JA/
07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1069);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN KEJAKSAAN TENTANG KODE PENOMORAN
NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA.
- 3 -

Pasal 1
Dalam Peraturan Kejaksaan ini yang dimaksud dengan:
1. Naskah Dinas adalah informasi tertulis sebagai alat
komunikasi kedinasan yang dibuat oleh pejabat yang
berwenang di lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia.
2. Kode Penomoran Naskah Dinas adalah keterituan
penulisan tanda berupa huruf danjatau angka dalam
penomoran Naskah Dinas di lingkungan Kejaksaan
Republik Indonesia.
3. Kode Pejabat adalah ketentuan penulisan tanda berupa
huruf danj atau angka yang menunjukan nama jabatan
atau nomenklatur tertentu dari penandatangan naskah
dinas.
4. Kode Wilayah adalah ketentuan penulisan tanda berupa
huruf danj atau angka yang menunjukan suatu wilayah
hukum Kejaksaan di daerah.
5. Kode Masalah adalah ketentuan penulisan tanda berupa
huruf danjatau angka yang menunjukan permasalahan
atau urusan yang berkaitan dengan tugas pokok, fungsi
dan kewenangan dari masing-masing unit kerja di
lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia.
6. Kode Kualifikasi adalah ketentuan penulisan tanda yang
menunjukan tingkatan atau pembatasan berdasarkan
nama jenis dan format naskah dinas.
7. Kode Klasifikasi adalah ketentuan penulisan tanda
dalam penggolongan tingkat keamanan surat atau
naskah dinas.
8. Nomor Urut adalah pemberian nomor yang dicatat secara
berurutan dan rutin sesuai dengan jenis dan format
naskah dinas dalam 1 (satu) tahun takwim.

Pasa12
Kode Penomoran Naskah Dinas merupakan pedoman
penomoran naskah dinas di lingkungan Kejaksaan Republik
Indonesia.
·. - 4

Pasa13
Ruang lingkup Peraturan Kejaksaan ini meliputi:
a. Kode Pejabat dan Kode Wilayah;
b. Kode Masalah;
c. Warna kertas dan map; dan
d. Cara penomoran naskah dinas.

Pasal4
(1) Kode Pejabat dan Kode Wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf a tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kej aksaan ini.
(2) Kode Masalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kejaksaan ini.
(3) Warna kertas dan map sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf c tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kejaksaan ini.
(4) Cara penomoran naskah dinas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf d tercantum dalam Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kejaksaan ini.

Pasa15
Pada saat Peraturan Kejaksaan ini mulai berlaku:
a. Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: SE­
002/A/JA/08/2000 tentang Kode Surat Menyurat di
Lingkungan Kejaksaan Repuhlik Indonesia;
b. Surat Edaran ,Jaksa Agung Nomor: SE­
005/ A/JA/05/2002 tentang Penambahan Kode Surat
Menyurat di Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia;
dan
c. Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: SE­
002/ A/ JA/06/2008 tentang Penambahan Kode Surat
Menyurat di Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
,
1 •
-5­

Pasa16
Peraturan Kejaksaan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Kejaksaan m! dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 April 2019

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

H. M. PRASETYO

Diundangkan di Jakarta

padatanggal 11 April 2019

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUB~ INDONESIA,

BERITA NEG EPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 416

- 6­

LAMPIRAN I PERATURAN KEJAKSMN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 002 TAHUN 2019
TENTANG
KODE PENOMORAN NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KODE PEJABAT DAN KODE WILAYAH

NO. KODE PEJABAT KETERANGAN


1 2 3 4

KEJAKSAAN AGUNG

1 A JaksaAgung
2 B Wakil Jaksa Agung
3 C Jaksa Agung Muda Pembinaan
4 D Jaksa Agung Muda Intelijen
5 E Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum
6 F Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
7 G Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara
8 H Jaksa Agung Muda Pengawasan
9 I Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan
10 J Staf Ahli
11 K.l Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
12 K.2 Kepala Pusat Data Statistik Kriminal dan Teknologi
Informasi
13 K.3 Kepala Pusat Penerangan Hukum
14 K.4 Kepala Pusat Pemulihan Aset

NO. KODE WILAYAH KETERANGAN

KEJAKSAAN TINGGI

1 L Sumatera 10 Provinsi
2 M Jawa 6 Provinsi
3 N Nusa Tenggara dan Bali 3 Provinsi
4 0 Kalimantan 4 Provinsi
5 P Sulawesi 5 Provinsi
6 Q Maluku 2 Provinsi
7 R Papua 1 Provinsi
31 Provinsi

NO. KODE PEJABAT KETERANGAN.


1 2 3 4

BmANG PEMBINAAN

C Jaksa Agung Muda Pembinaan


1 C.1 Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang
Pembinaan
-7­

NO. KODE PEJABAT KETERANGAN


1 2 3 4
2 C.1.1 Kepala Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
Penilaian
3 C.1.2 Kepala Bagian Tata Usaha
1 C.2 Kepa.1a Biro Perencanaan
2 C.2.1 Kepala Bagian Pengelolaan Data
3 C.2.2 Kepala Bagian Penyusunan Rencana Anggaran dan
Program Kerja
4 C.2.3 Kepala Bagian Pemantauan dan Evaluasi
5' C.2A Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana
6 C.2.S Kepala Bagian Reformasi Birokrasi
1 C.3 Kepala Biro Umum
2 C.3.1 Kepala Bagian Tata Usaha Umum dan Pimpinan
3 C.3.2 Kepala Bagian Protokol dan Pengamanan Pimpinan
4 C.3.3 Kepala Bagian Keamanan Dalam
5 C.3A Kepala Bagian Kesehatan dan Pembinaan Rohani
6 C.3.S Kepala Bagian Rumah Tangga
1 CA Kepala Biro Kepegawaian
2 CA.l Kepala Bagian Umum
3 CA.2 Kepala Bagian Pengembangan Pegawai
4 CA.3 Kepala Bagian Kepangkatan dan Mutasi
5 CAA Kepala Bagian Pemberhentian dan Pensiun
1 C.S Kepala Biro Keuangan
2 C.S.1 Kepala Bagian Perbendaharaan
3 C.S.2 Kepala Bagian Pendapatan dan Piutang Negara
4 C.S.3 Kepala Bagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
5 C.SA Kepala Bagian Umum Keuangan
1 C.6 Kepala Biro Perlengkapan
2 C.6.1 Kepala Bagian Analisa Kebutuhan
3 C.6.2 Kepala Bagian Pengadaan
4 C.6.3 Kepala Bagian Penge101aan Barang Milik Negara
1 C.7 Kepala Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri
2 C.7.1 Kepala Bagian Rancangan dan Pertimbangan
Hukum
3 C.7.2 Kepala Bagian Kerja Sama dan Hubungan Luar
Negeri
4 C.7.3 Kepala Bagian Perpustakaan dan Dokumentasi
Hukum
1 C.B Staf Umum Jaksa Agung
2 C.g Staf Khusus Jaksa Agung

BIDANG INTELIJEN

D Jaksa Agung Muda Intelijen


1 0.1 Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Inte1ijen
2 0.1.1 Kepala Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
3 Penilaian
D.1.2 Kepala Bagian Tata Usaha
4 0.1.3 Kepala Bagian Keuangan


-8­

NO. 'RODE PEJABAT


1 2 3 4
1 D.2 Direktur Ideologi, Politik, Pertahanan dan
Keamanan (A)
2 D.2.1 Kepala Subdirektorat Ideologi (A. 1)
3 D.2.2 Kepala Subdirektorat Politik (A.2)
4 D.2.3 Kepala Subdirektorat Pertahanan dan Keamanan
(A. 3)
5 0.2.4 Kepala Subdirektorat Cegah Tangkal, Pengawasan
Orang Asing, Pengamanan Sumber Daya Organisasi
Kejaksaan dan Pengamanan Penanganan Perkara
(A.4)
1 D.3 Direktur Sosial, 8udaya dan Kemasyarakatan (8)
2 D.3.1 Kepala Subdirektorat Peredaran 8arang Cetakan
dan Media Komunikasi (8.1)
3 0.3.2 Kepala Subdirektorat Aliran Kepercayaan
Masyarakat dan Aliran Keagamaan serta
Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan Agama
(B.2)
4 D.3.3 Kepala Subdirektorat Budaya dan Kemasyarakatan
(8.3)
5 D.3.4 Kepala Subdirektorat Sosial, Ketertiban dan
Kententeraman Umum, Pembinaan Masyarakat
Taat Hukum (8.4)
1 D.4 Direktur Ekonomi dan Keuangan (C)
2 D.4.1 Kepala Subdirektorat Keuangan dan Kekayaan
Negara (C. 1)
3 D.4.2 Kepala Subdirektorat Investasi dan Penerimaan
Negara (C.2)
4 D.4.3 Kepala Subdirektorat Perdagangan, Perindustrian
dan Ketenagakerjaan (C.3)
5 D.4.4 Kepala Subdirektorat Sumber Daya Alam dan
Agraria atau Tata Ruang (C.4)
1 0.5 Direktur Pengamanan Pembangunan Strategis (DJ
2 D.5.1 Kepala Subdirektorat Pengamanan Pembangunan
Infrastruktur Transportasi dan Telekomunikasi
(D. 1)
3 D.5.2 Kepala Subdirektorat Pengamanan Pembangunan
Infrastruktur Pengairan, Pertanian dan Kelautan
D.2)
4 D.5.3 Kepala Subdirektorat Pengamanan Pembangunan
Infrastruktur Energi, Sumber Daya Alam dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (D.3)
5 D.5.4 Kepala Subdirektorat Pengamanan Pembangunan
Infrastruktur Kawasan dan Sektot Strategis
Lainnya (D.4)
1 D.6 Direktur Teknologi Informasi dan Produksi Intelijen
(E)
2 0.6.1 Kepala Subdirektorat Produksi Intelijen (E.l)
3 0.6.2 Kepala Subdirektorat Pemantaua,n (E.2)
4 0.6.3 Kepala Subdirektorat Pengamanan Informasi (E.3J
-9­

NO. KODE PEJABAT KETERANGAN


1 2 3 4
5 D.6.4 Kepala Subdirektorat Pengembangan Sumber Daya
Teknologi Informasi (E.4)

1 D.7 Koordinator pada Jaksa Agung Muda Bidang


Intelijen
I

BIDANG TINDAK PIDANA UMUM

E Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum

1
E.1 Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Tindak

Pidana Umum

2
E.l.1 Kepala Bagian Penyusunan Program, Laporan dan

Penilaian

3
E.l.2 Kepala Bagian Tata Usaha

4
E.1.3 Kepala Bagian Keuangan

1
E.2 Direktur Tindak Pidana Terhadap Orang dan Harta

Benda

2
E.2.1 Kepala Subdirektorat Pra Penuntutan

3
E.2.2 Kepala Subdirektorat Penuntutan

4
E.2.3 Kepala Subdirektorat Eksekusi dan Eksaminasi

1
E.3 Direktur Tindak Pidana Terhadap Keamanan
Negara, Ketertiban Umum dan Tindak Pidana
Umum Lainnya
2 E.3.1 Kepala Subdirektorat Pra Penuntutan

3
E.3.2 Kepala Subdirektorat Penuntutan

4
E.3.3 Kepala Subdirektorat Eksekusi dan Eksaminasi

1
E.4 Direktur Tindal{ Pidana Narkotika dan Zat Adiktif

Lainnya

2
E.4.1 Kepala Subdirektorat Pra Penuntutan

3
E.4.2 Kepala Subdirektorat Penuntutan

4 E.4.3 Kepala Subdirektorat Eksekusi dan Eksaminasi

1
E.S Direktur Tindak Pidana Terorisme dan Lintas

Negara

2
E.S.1 Kepala Subdirektorat Pra Penuntutan

3
E.S.2 Kepala Subdirektorat Penuntutan

4 E.S.3
Kepala Subdirektorat Eksekusi dan Eksaminasi

1 E.6 Koordinator pada Jaksa Agung Muda Bidang


Tindak Pidana Umum

BIDANG TINDAK PIDANA KHUSUS

F Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus

1
F.1 Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Tindak

Pidana Khusus

2
F.l.1 Kepala Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
Penilaian
- 10 ­

i NO. KODE PEJABAT KETERANGAN


1 2 3 4

3
F.1.2 Kepala Bagian Tata Usaha

4
F.1.3 Kepala Bagian Keuangan

1
F.2 Direktur Penyidikan

2
F.2.1. Kepala Subdirektorat Laporan dan Pengaduan

Masyarakat

3
F.2.2 Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Korupsi dan

Tindak Pidana Pencucian Uang

4
F.2.3 Kepala Subdirektorat Pelacakan Aset dan

Pengelolaan Barang Bukti

1
F.3 Direktur Penuntutan

2
F.3.1 Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Korupsi dan

Tindak Pidana Pencucian Uang

3
F.3.2 Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Perpajakan

dan Tindak Pidana Pencucian Uang

4
F.3.3 Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Kepabeanan,

Cukai dan Tindak Pidana Pencucian Uang

1
F.4 Direktur Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi dan

Eksaminasi

2
F.4.1 Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Korupsi dan
Tindak Pidana Pencucian Uang
,
3 F.4.2 Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Perpajakan

dan Tindak Pidana Pencucian Uang

4
F.4.3 Kepala Subdirektorat Tindak Pidana Kepabeanan,

Cukai dan Tindak Pidana Pencucian Uang

1
F.S Direktur Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat

2
F.S.1 Kepala Subdirektorat Penyidikan Pelanggaran HAM

Berat

3
F.S.2 Kepala Subdirektorat Penuntutan Pelanggaran HAM

Berat

4 I F.S.3
Kepala Subdirektorat Upaya Hukum Luar Biasa,
I Eksekusi dan Eksaminasi Pelanggaran HAM Berat
1 F.6 Koordinator pada Jaksa Agung Muda Bidang
I Tindak Pidana Khusus

BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA

G Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara

1
G.1 Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan

Tata.Usaha Negara

2
G.l.1 Kepala Bagian Penyusunan Program, Laporan dan

Penilaian

3
G.l.2 Kepala Bagian Tata Usaha

4
G.1.3 Kepala Bagian Keuangan

1
G.2 Direktur Perdata

2
G.2.1 Kepala Subdirektorat Bantuan Hukum

Penyelamatan

3
G.2.2 Kepala Subdirektorat Bantuan Hukum Pemulihan

4
G.2.3 Kepala Subdirektorat Arbitrase
- 11 •

I NO. KODE PEJABAT KETERANGAN


1 2 3 4
S G.2A Kepala Subdirektorat Penegakan Hukum
I G.3 Direktur Tata Usaha Negara
2 G.3.1 Kepala Subdirektorat Bantuan Hukum Tata Usaha
Negara
3 G.3.2. Kepala Subdirektorat Penyelenggaraan
Pemerintahan
4 G.3.3 Kepala Subdirektorat Uji Materiil
S G.3A Kepala Subdirektorat Pelayanan Hukum
I GA Direktur Pertimbangan Hukum
2 GA.l Kepala Subdirektorat Pendapat Hukum
3 GA.2 Kepala Subdirektorat Pendampingan dan Audit
Hukum
4 GA.3 Kepala Subdirektorat Tindakan Hukum Lain dan
Pelayanan Hukum
I G.S Koordinator pada Jaksa Agung Muda Bidang
I
Perdata dan TUN

BIDANG PENGAWASAN

I H Jaksa Agung Muda Pengawasan


1 H.I Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan
2 H.1.I Kepala Bagian Program, Laporan dan Penilaian
3 H.I.2 Kepala Bagian Tata Usaha
4 H.1.3 Kepala Bagian Keuangan
I H.2 Inspektur I
2 H.2.l Inspektur Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3 H.2.2 Inspektur Muda Tindak Pidana Umum, Perdata dan
Tata Usaha Negara
4 H.2.3 Inspektur Muda Intelijen dan Tindak Pidana
Khusus
1 H.3 Inspektur II
2 H.3.1 Inspektur Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3 H.3.2 Inspektur Muda Tindak Pidana Umum, Perdata dan
Tata USaha Negara
4 H.3.3 Inspektur Muda Intelijen dan Tindak Pidana
I Khusus
I HA Inspektur III
2 HA.l Inspektur Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3 HA.2 Inspektur Muda Tindak Pidana Umum, Perdata dan
Tata Usaha Negara
4 HA.3 Inspektur Muda Intelijen dan Tindak Pidana
Khusus i

1 H.S Inspektur IV
2 H.S.l Inspektur Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3 H.S.2 Inspektur Muda Tindak Pidana Umum, Perdata dan
Tata Usaha Negara
4 H.S.3 Inspektur Muda Intelijen dan Tindak Pidana
Khusus
- 12 ­

NO. KODE "


PEJUAT ~ERANGAN
1 2 3 4
1 H.6 Inspektur V
2 H.6.1 Inspektur Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3 H.6.2 Inspektur Muda Tindak Pidana Umum, Perdata dan
Tata Usaba Negara
4 H.6.3 Inspektur Muda Intelijen dan Tindal<.: Pidana
Khusus
1 H.7 Inspektur Keuangan
2 H.7.1 Inspektur Muda I
3 H.7.2 Inspektur Muda II
4 H.7.3 Inspektur Muda III
5 H.7.4 Inspektur Muda IV

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

I a Badan Pendidikan dan Pelatihan


1 1.1 Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan
2 1.1.1 Kepala Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
Penilaian
3 1.1.2 Kepala Bagian Tata Usaba
4 1.1.3 Kepala Bagian Keuangan
1 1.2 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
dan Kepemimpinan
2 1.2.1 Kepala Bidang Program dan Evaluasi
3 1.2.2 Kepala Bidang Penyelenggaraan
1" 1.3 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis
Fungsional
2 1.3.1 Kepala Bidang Program dan Evaluasi
3 1.3.2 Kepala Bidang Penyelenggaraan
4 1.3.3 Kepala Bidang Pengendalian Sentra Pendidikan dan
Pelatihan

PUSAT

1 K.l Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan


2 K.l.1 Kepala Bagian Tata Usaba
3 K.1.2 Kepala Bidang Program dan Evaluasi
4 K.1.3 Kepala Bidang Kerja Sama dan Pengembangan
1 K.2 Kepala Pusat Data Statistik Kriminal dan Teknologi
Informasi
2 K.2.1 Kepala Bagian Tata Usaba
3 K.2.2 Kepala Bidang Pengelolaan Data dan Statistik
Kriminal
4 K.2.3 Kepala Bidang Penerapan dan Pengembangan
Teknologi Informasi

If
4
K.3
K.3.1
K.3.2
K.3.3
Kepala Pusat Penerangan Hukum
Kepala Bagian Tata Usaba
Kepala Bidang Penerangan dan Penyuluhan HUkum
Kepala Bidang Media dan Kehumasan
- 13 ­

NO. KODE PEJABAT KETERANGAN


1 2 3 4
5 K.3A Kepala Bidang Hubungan Antar Lembaga
1 KA Kepala Pusat Pemulihan Aset
2 KA.l Kepala Bagian Tata Usaha
3 KA.2 Kepala Bidang Pemulihan Aset Nasional
4 KA.3 Kepala Bidang Pemulihan Aset Transnasional
5 KAA Kepala Bidang Data base dan Pertukaran Informasi
6 KA.5 Kepala Bidang Benda Sitaan dan Barang Rampasan
Negara.
- 14 ­

KODE PEJABAT PADA KEJAKSAAN TINGGI DAN KEJAKSAAN NEGERI

NO. KODE PEJABAT Keteran-,an


1 2 3 4
1 KEJAKSAAN TINGGI ACEH
L.1 Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh
L.1.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh
L.1.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.1.3 Asisten Bidang Intelijen
L.1.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.1.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.1.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.1.7 Asisten Bidang Pengawasan
• L.1.8 Kepala Bagian Tata Usaha
I,..1.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Aceh
L.l.10 Kepala Kejaksaan Negeri Banda Aceh
L. 1. 11 Kepala Kejaksaan Negeri Pidie
L.l.12 Kepala Kejaksaan Negeri Lhokseumawe
L.l.13 Kepala Kejaksaan Negeri Langsa
L.l.14 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Utara
L.l.1S Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Tamiang
L.l.16 Kepala Kejaksaan Negeri Sabang
L.1.17 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Tengah
L.l.18 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Barat
L.l.19 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Selatan
L.l.20 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Tenggara
L.l.21 Kepala Kejaksaan Negeri Bireuen
L.1.22 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Timur
L.1.23 Kepala Kejaksaan Negeri Simelulu
L.l.24 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Jaya
L.1.2S Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Singkil
L.1.26 Kepala Kejaksaan Negeri Gayo Lues
L.1.27 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Besar
L.1.28 Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Barat Daya
L.1.29 Kepala Kejaksaan Negeri Nagan Raya
L.1.30 Kepala Kejaksaan Negeri Bener Meriah
L.1.31 Kepala Kejaksaan Negeri Pidie Jaya
L.1.32 Kepala Kejaksaan Negeri Subulussalam

2. KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA UTARA


L.2 Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara
L.2.1 WakH Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara
L.2.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.2.3 Asisten Bidang Intelijen
L.2.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.2.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.2.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.2.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.2.8 Kepala Bagian Tata Usaha
L.2.9 Koordinator

Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi


Sumatera Utara
L.2.10 Kepala Kejaksaan Negeri Medan
L.2.11 Kepala Kejaksaan Negeri Binja,i
- 15 ­

NO. KODE ,"


PEJA,BAT Keterane:an
1 2 3 4
L,2.12 Kepala Kejaksaan Negeri Pematang Siantar
L.2.13 Kepala Kejaksaan Negeri Sibolga
L.2.14 Kepala Kejaksaan Negeri Deli Serdang
L.2.15 Kepala Kejaksaan Negeri Padang Sidempuan
L.2.16 Kepala Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi
L.2.17 Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Balai
L.2.18 Kepala Kejaksaan Negeri Labuhan Batu
L.2.19 Kepala Kejaksaan Negeri Karo
L.2.20 Kepala Kejaksaan Negeri Dairi
L.2.21 Kepala Kejaksaan Negeri Tapanuli Utara
L.2.22 Kepala Kejaksaan Negeri Gunung SitoH
L.2.23 Kepala Kejaksaan Negeri Asahan
L.2.24 Kepala Kejaksaan Negeri Simalungun
L.2.25 Kepala Kejaksaan Negeri Langkat
L.2.26 Kepala Kejaksaan Negeri Belawan
L.2.27 Kepala Kejaksaan Negeri Toba Samosir
L.2.28 Kepala Kejaksaan Negeri Mandailing Natal
L.2.29 Kepala Kejaksaan Negeri Serdang Bedagai
L.2.30 Kepala Kejaksaan Negeri Nias Selatan
L.2.31 Kepala Kejaksaan Negeri Humbang Hasundutan
L.2.32 Kepala Kejaksaan Negeri Batu Bara
L.2.33 Kepala Kejaksaan Negeri Samosir
L.2.34 Kepala Kejaksaan Negeri Padang Lawas Utara
L.2.35 Kepala Kejaksaan Negeri Tapanuli Selatan
L.2.36 Kepala Kejaksaan Negeri Padang Lawas
L.2.37 Kepala Kejaksaan Negeri Labuhan Batu Selatan
3. KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA BARAT
L.3 Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat
L.3.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat
L.3.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.3.3 Asisten Bidang Intelijen
L.3.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.3.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.3.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.3.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.3.8 Kepala Bagian Tata Usaha
L.3.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Sumatera Barat
L.3.10 Kepala Kejaksaan Negeri Padang
L.3.11 Kepala Kejaksaan Negeri Bukittinggi
L.3.12 Kepala Kejaksaan Negeri Payakumbuh
L.3.13 Kepala Kejaksaan Negeri Pariaman
L.3.14 Kepala Kejaksaan Negeri Sawahlunto
L.3.1S Kepala Kejaksaan Negeri Solok
L.3.16 Kepala Kejaksaan Negeri Padang Panjang
L.3.17 Kepala Kejaksaan Negeri Tanah Datar
L.3.18 Kepala Kejaksaan Negeri Pasaman
L.3.19 Kepala Kejaksaan Negeri Pesisir Selatan
L.3.20 Kepala Kejaksaan Negeri Sijunjung
L.3.21 Kepala Kejaksaan Negeri Agam
L.3.22 Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Mentawai
L.3.23 Kepala Kejaksaan Negeri Pasaman Barat
- 16 ­

Ne. KODE PEJABAT '_~a:nga_n


1 2 3 4
L.3.24 Kepala Kejaksaan Negeri Dharmas Raya
L.3.2S Kepala Kejaksaan Negeri Solok Selatan
4. KEJAKSAAN TINGGI RIAU

L.4 Kepala Kejaksaan Tinggi Riau


L.4.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Riau
L.4.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.4.3 Asisten Bidang Intelijen
L.4.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.4.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.4.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.4.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.4.8 Kepala Bagian Tata Usaha
L.4.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Riau
L.4.10 Kepala Kejaksaan Negeri Pekanbaru
L.4.l1 Kepala Kejaksaan Negeri Dumaj
L.4.12 Kepala Kejaksaan Negeri Indragiri Hulu
L.4.13 Kepala Kejaksaan Negeri Bengkalis
L.4.14 Kepala Kejaksaan Negeri Indragiri Hilir
L.4.1S Kepala Kejaksaan Negeri Kampar
L.4.16 Kepala Kejaksaan Negeri Rokan Hulu
L.4.17 Kepala Kejaksaan Negeri Siak
L.4.18 Kepala Kejaksaan Negeri Kuantan Singingi
L.4.19 Kepala Kejaksaan Negeri Pelalawan
L.4.20 Kepala Kejaksaan NegeriRokan Hilir
L.4.21 Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Meranti

5. KEJAKSAAN TINGGI JAMBI

L.S Kepala Kejaksaan Tinggi Jambi


L.S.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Jambi
L.S.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.S.3 Asisten Bidang Intelijen
L.S.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.S.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.S.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.S.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.S.8 Kepala Bagian Tata Usaba
L.S.9 Koordinator

Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi


Jambi
L.S.I0 Kepala Kejaksaan Negeri Jambi
L.S.ll Kepala Kejaksaan Negeri Batanghari
L.S.12 Kepala Kejaksaan Negeri Bungo
L.S.13 Kepala Kejaksaan Negeri Sungai Penuh
L.S.14 Kepala Kejaksaan Negeri Merangin
L.S.lS Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Jabung Barat
L.S.16 Kepala Kejaksaan Negeri Sarolangun
L.S.17 Kepala Kejaksaan Negeri Tebo
L.S.18 Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Jabung Timl,lr
L.S.19 Kepala Kejaksaan Negeri Muaro Jambi
- 17 ­

NO. KODE PEJA,BAT Keterangan


4
,6. KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA SELATAN
L.6 Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan
L.6.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera
Selatan
L.6.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.6.3 Asisten Bidang Intelijen
L.6.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.6.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.6.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.6.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.6.S Kepala Bagian Tata Usaha
L.6.9 Koordinator

Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi


Sumatera Selatan
L.6.10 Kepala Kejaksaan Negeri Palembang
L.6.11 Kepala Kejaksaan Negeri Lubuk Linggau
L.6.12 Kepala Kejaksaan Negeri Ogan Komering Ilir
L.6.13 Kepala Kejaksaan Negeri Ogan Komering Uiu
L.6.14 Kepala Kejaksaan Negeri Lahat
L.6.15 Kepala Kejaksaan Negeri Muara Enim
L.6.16 Kepala Kejaksaan Negeri Musi Banyuasin
L.6.17 Kepala Kejaksaan Negeri Prabumulih
L.6.1S Kepala Kejaksaan Negeri Pagar Alam
L.6.19 Kepala Kejaksaan Negeri Banyuasin
L.6.20 Kepala Kejaksaan Negeri Empat Lawang
L.6.21 Kepala Kejaksaan Negeri Ogan Komering Uiu
Timur
L.6.22 Kepala Kejaksaan Negeri Penukal Abab Lematang
Ilir
L.6.23 Kepala Kejaksaan Negeri Ogan Komering Uiu
Selatan
L.6.24 ! Kepala Kejaksaan Negeri Ogan Ilir

7. KEJAKSAAN TINGGI BENGKULU


L.7 Kepala Kejaksaan Tinggi Bengkulu
L.7.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Bengkulu
L.7.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.7.3 Asisten Bidang Intelijen
L.7.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.7.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.7.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.7.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.7.8 Kepala Bagian Tata Usaha
L.7.9 Koordinator

Kejaksaan Negeri pada Wilayah Kejaksaan


Negeri Bengkulu
L.7.10 Kepala Kejaksaan Negeri Bengkulu
L.7.11 Kepala Kejaksaan Negeri Rejang Lebong
L.7.12 Kepala Kejaksaan Negeri Bengkulu Utara
L.7.13 Kepala Kejaksaan Negeri Bengkulu Selatan
L.7.14 Kepala Kejaksaan Negeri Mukomuko
L.7.15 Kepala Kejaksaan Negeri Seluma
- 18 ­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


1 2 3 4
L.7.16 Kejaksaan Negeri Kaur
L.7.17 Kejaksaan Negeri Lebong
L.7.18 Kejaksaan Negeri Kepahiang
8. KEJAKSAANTINGGI LAMPUNG
L.8 Kepala Kejaksaan Tinggi Lampung
L.8.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Lampung
L.8.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.8.3 Asisten Bidang Intelijen
L.8.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.8.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.8.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.8.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.8.8 Kepala Bagian Tata Usaha
L.8.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi
Lampung
L.8.10 Kepala Kejaksaan Negeri Bandar Lampung
L.8.11 Kepala Kejaksaan Negeri Lampung Selatan
L.8.12 Kepala Kejaksaan Negeri Metro
L.8.13 Kepala Kejaksaan Negeri Lampung Utara
L.8.14 Kepala Kejaksaan Negeri Lampung Barat
L.8.1S Kepala Kejaksaan Negeri Lampung Tengah
L.8.16 Kepala Kejaksaan Negeri Lampung Timur
L.8.17 Kepala Kejaksaan Negeri Way Kanan
L.8.18 Kepala Kejaksaan Negeri Tulang Bawang
L.8.19 Kepala Kejaksaan Negeri Tanggamus
i L.8.20 Kepala Kejaksaan Negeri PringSewu
9. KEJAKSAAN TINGGI BANGKA BELITUNG
L.9 Kepala Kejaksaan Tinggi Bangka Belitung
L.9.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Bangka Belitung
L.9.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.9.3 Asisten Bidang Intelijen
L.9.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.9.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.9.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.9.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.9.8 Kepala Bagian Tata Usaha
L.9.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi
Bangka Belitung
L.9.10 Kepala Kejaksaan Negeri Pangkal Pinang
L.9.11 Kepala Kejaksaan Negeri Bangka
L.9.12 Kepala Kejaksaan Negeri Belitung
L.9.13 Kepa1a Kejaksaan Negeri Bangka Barat
L.9.14 Kepala Kejaksaan Negeri Belitung Timur
L.9.1S Kepa1a Kejaksaan Negeri 8angka Selatan
L.9.16 Kepala Kejaksaan Negeri 8angka Tengah
10. KEJAKSAAN TINGGI KEPULAUAN lUAU

L.I0 Kepala Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau


L.IO.l Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau
L.IO.2 Asisten Bidang Pembinaan
L.I0.3 Asisten Bidang Intelijen
- 19 ­

NO.
KODE
<
PEJAUAT Keterangan
1 2 3 4
L.IOA Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
L.IO.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
L.IO.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
L.IO.7 Asisten Bidang Pengawasan
L.IO.8 Kepala Bagian Tata Usaba
L.IO.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri pada Wilayah Kejaksaan
Tinggi Kepulauan Riau
L.IO.IO Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Pinang
L.IO.ll Kepala Kejaksaan Negeri Batam
L.IO.12 Kepala Kejaksaan Negeri Karimun
L.IO.13 Kepala Kejaksaan Negeri Natuna
L.IO.14 Kepala Kejaksaan Negeri Lingga
L.IO.15 Kepala Kejaksaan Negeri Bintan

II. KEJAKSAAN TINGGI DKI JAKARTA


M.I Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta
M.1.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta
M.1.2 Asisten Bidang Pembinaan
M.l.3 Asisten Bidang Inte1ijen
M.IA Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
M.l.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
M.l.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
M.l.7 Asisten Bidang Pengawasan
M.l.8 Kepala Bagian Tata Usaba
M.1.9 Koordinator

Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi


DKI Jakarta
M.1.10 Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat
M.1.11 Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Utara
M.l.12 Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Barat
M.1.13 Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Timur
M.1.14 Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Se1atan

12. KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT

M.2 Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat

M.2.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat

M:2.2 Asisten Bidang Pembinaan

M.2.3 Asisten Bidang Intelijen

M.2A Asisten Bidang Tindak Pidana Umum

M.2.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus

M.2.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN

M.2.7 Asisten Bidang Pengawasan

M.2.8 Kepala Bagian Tata Usaha

M.2.9 Koordinator

Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi


Jawa Barat
M.2.10 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Bandung

M.2.11 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Cirebon

M.2.12 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Bogor

I
M.2.13 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Sukabumi

- 20 ­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


1 2 3 4
M.2.14 Kepala Kejaksaan Negeri Purwakarta
M.2.1S Kepala Kejaksaan Negeri Garut
M.2.16 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Tasikmalaya
M.2.17 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Bekasi
M.2.18 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
M.2.19 Kepala Kejaksaan Negeri Bandung
M.2.20 Kepala Kejaksaan Negeri Oepok
M.2.21 Kepala Kejaksaan Negeri Indramayu
M.2.22 Kepala Kejaksaan Negeri Sumedang
M.2.23 Kepala Kejaksaan Negeri Kuningan
M.2.24 Kepala Kejaksaan Negeri Majalengka
M.2.2S Kepala Kejaksaan Negeri Ciamis
M.2.26 Kepala Kejaksaan Negeri Karawang
M.2.27 Kepala Kejaksaan Negeri Cianjur
M.2.28 Kepala Kejaksaan Negeri Subang
M.2.29 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Cirebon
M.2.30 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Sukabumi
M.2.31 Kepala Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Bekasi
M.2.32 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Banjar
M.2.33 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Tasikmalaya
M.2.34 Kepala Kejaksaan Negeri Cimahi

13. KEJAKSAAN TINGGI JAWA TENGAH

M.3 Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah


M.3.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah
M.3.2 Asisten Bidang Pembinaan
M.3.3 Asisten Bidang Intelijen
M.3.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
M.3.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
M.3.6 Asisten Bitlang Perdata dan TUN
M.3.7 Asisten Bidang Pengawasan
. M.3.8 Kepala Bagian Tata Usaha
M.3.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi
Jawa Tengah
M.3.10 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Semarang
M.3.11 Kepala Kejaksaan Negeri Surakarta
M.3.12 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Pekalongan
M.3.13 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Magelang
M.3.14 Kepala Kejaksaan Negeri Purwokerto
M.3.1S Kepala Kejaksaan Negeri Kota Tegal
M.3.16 Kepala Kejaksaan Negeri Pati
M.3.17 Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap
M.3.18 Kepala Kejaksaan Negeri Kudus
M.3.19 Kepala Kejaksaan Negeri Klaten
M.3.20 Kepala Kejaksaan Negeri Salatiga
M.3.21 Kepala Kejaksaan Negeri Rembang
M.3.22 Kepala Kejaksaan Negeri Pemalang
M.3.23 Kepala Kejaksaan Negeri Purbalingga
M.3.24 Kepala Kejaksaan Negeri Purworejo
M.3.2S Kepala Kejaksaan Negeri Kebumen
M.3.26 Kepala Kejaksaan Negeri Sragen
- 21 ­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


1 2 3 4
M.3.27 Kepala Kejaksaan Negeri Kendal
M.3.28 Kepala Kejaksaan Negeri Blora
M.3.29 Kepala Kejaksaan Negeri Boyolali
M.3.30 Kepala Kejaksaan Negeri Brebes
M.3.31 Kepala Kejaksaan Negeri Demak
M.3.32 Kepala Kejaksaan Negeri Jepara
M.3.33 Kepala Kejaksaan Negeri Karanganyar
M.3.34 Kepala Kejaksaan Negeri Sukoharjo
M.3.3S Kepala Kejaksaan Negeri Wonogiri
M.3.36 Kepala Kejaksaan Negeri Banjarnegara
M.3.37 Kepala Kejaksaan Negeri Temanggung
M.3.38 Kepala Kejaksaan Negeri Wonosobo
M.3.39 Kepala Kejaksaan Negeri Banyumas
M.3.40 Kepala Kejaksaan Negeri Batang
M.3.41 Kepala Kejaksaan Negeri Grobogan
M.3.42 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Semarang
M.3.43 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Tegal
M.3.44 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Magelang
M.3.4S Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Pekalongan

14. KEJAKSAAN TINGGI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

M.4 Kepala Kejaksaan Tinggi D.1. Yogyakarta


M.4.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi D.L Yogyakarta
M.4.2 Asisten Bidang Pembinaan
M.4.3 Asisten Bidang Intelijen
M.4.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
M.4.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
M.4.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
M.4.7 Asisten Bidang Pengawasan
M.4.8 Kepala Bagian Tata Usaha
I M.4.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi
D.I. Yogyakarta
M.4.10 Kepala Kej aksaan Negeri Yogyakarta
M.4.11 Kepala Kejaksaan Negeri Sleman
M.4.12 Kepala Kejaksaan Negeri Bantul
M.4.13 Kepala Kejaksaan Negeri Gunung Kidul
M.4.14 Kepala Kejaksaan Negeri Kulonprogo

15. KEJAKSAAN TINGGI JAWA TIMUR

M.S Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur


M.S.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur
M.S.2 Asisten Bidang Pembinaan
M.S.3 Asisten Bidang Intelijen
M.S.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
M.S.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
M.S.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
M.S.7 Asisten Bidang Pengawasan
M.S.8 Kepala Bagian Tata Usaha
M.S.9 Koordinator
I
- 22­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


1 2 3 4
Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi
Jawa Timur
M.S.I0 Kepala Kejaksaan Negeri Surabaya
M.S.ll Kepala Kejaksaan Negeri Malang
M.S.12 Kepala Kejaksaan Negeri Jember
M.S.13 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Kediri
M.S.14 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Madiun
M.S.lS Kepala Kejal{saan Negeri Kota Pasuruan
M.S.16 Kepala Kejaksaan Negeri Bojonegoro
M.S.17 Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso
M.S.18 Kepala Kejaksaan Negeri Pamekasan
M.S.19 Kepala Kejaksaan Negeri Sidoarjo
M.S.20 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Malang
M.S.21 Kepala Kejaksaan Negeri Banyuwangi
M.S.22 Kepala Kejaksaan Negeri Blitar
M.S.23 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Mojokerto
M.S.24 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Probolinggo
M.S.2S Kepala Kejaksaan Negeri Jombang
M.S.26 Kepala Kejaksaan Negeri Ponorogo
M.S.27 Kepala Kejaksaan Negeri Gresik
M.S.28 Kepala Kejaksaan Negeri Lumajang I

M.S.29 Kepala Kejaksaan Negeri Tulung Agung


M.S.30 Kepala Kejaksaan Negeri Trenggalek
M.S.31 Kepala Kejaksaan Negeri Nganjuk
M.S.32 Kepala Kejaksaan Negeri Magetan
M.S.33. Kepala Kejaksaan Negeri Tuban
M.S.34 Kepala Kejaksaan Negeri Ngawi
M.S.3S Kepala Kejaksaan Negeri Sumenep
M.S.36 Kepala Kejaksaan Negeri Lamongan
M.S.37 Kepala Kejaksaan Negeri Sampang
M.S.38 Kepala Kejaksaan Negeri Bangkalan
M.S.39 Kepala Kejaksaan Negeri Pacitan
M.S.40 Kepala Kejaksaan Negeri Situbondo
M.S.41 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Pasuruan
M.S.42 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Probolinggo
M.S.43 Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Perak
M.S.44 Kepala Kejaksaan Negeri Batu
M.S.4S Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri
M.S.46 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Madiun
M.S.47 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Mojokerto

16. KEJAKSAAN TINGGI BANTEN

M.6 Kepala Kejaksaan Tinggi Banten


M.6.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Banten
M.6.2 Asisten Bidang Pembinaan
M.6.3 Asisten Bidang Intelijen
M.6.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
M.6.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
M.6.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
M.6.7 Asisten Bidang Pengawasan
M.6.8 Kepala Bagian Tata Usaha
M.6.9 Koordinator I
- 23 ­

NO. KODE "~'-""


PEJABAT Keterangan
1 2 3 4
Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi
Banten
M.6.10 Kepala Kejaksaan Negeri Serang
M.6.11 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Tangerang
M.6.12 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Tangerang
M.6.13 Kepala Kejaksaan Negeri Pendeglang
M.6.14 Kepala Kejaksaan Negeri Lebak
M.6.1S Kepala Kejaksaan Negeri Cilegon
M.6.16 Kepala Kejaksaan Negeri Tangerang Selatan
I 17. KEJAKSAAN TINGGI BALI

N.1 Kepala Kej aksaan Tinggi Bali


N.l.1· Wakil Kepala Kej aksaan Tinggi Bali
N.l.2 Asisten Bidang Pembinaan
N.1.3 Asisten Bidang Intelijen
N.l.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
N.l.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
N.l.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
N.l.7 Asisten Bidang Pengawasan
N.l.8 Kepala Bagian Tata Usaba
N.l.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi
Bali
N.l.10 Kepala Kejaksaan Negeri Denpasar
N.1.11 Kepala Kejaksaan Negeri Buleleng
N.l.12 Kepala Kejaksaan Negeri Klungkung
N.1.13 Kepala Kejaksaan Negeri Bangli
N.1.14 Kepala Kejaksaan Negeri Karangasem
N.l.1S Kepala Kejaksaan Negeri Gianyar
N.l.16 Kepala Kejaksaan Negeri Jembrana
N.1.17 Kepala Kejaksaan Negeri Tabanan
N. 1.18 Kepala Kejaksaan Negeri Badung
18. KEJAKSAAN TINGGI NUSA TENGGARA BARAT

N.2 Kepala Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Barat


N.2.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara
Barat
N.2.2 Asisten Bidang Pembinaan
N.2.3 Asisten Biuang Intelijen
N.2.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
N.2.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
N.2.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
N.2.7 Asisten Bidang Pengawasan
N.2.8 Kepala Bagian Tata Usaba
N.2.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di Wilayah Kejaksaan Tinggi
Nusa Tenggara Barat
N.2.10 Kepala Kejaksaan' Negeri Mataram
N.2.11 Kepala Kejaksaan Negeri Lombok Tengab
N.2.12 Kepala Kejaksaan Negeri Lombok Timur
N.2.13 Kepala Kejaksaan Negeri Sumbawa
N.2.14 Kepala Kejaksaan Negeri Bima
N.2.1S Kepala Kejaksaan Negeri Dompu
- 24­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


1 2 3 4
19. KEJAKSAAN TINGGI NUSATENGGAR,A TIMUR

N.3 Kepala Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur


N.3.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara
Timur
N.3.2 Asisten Bidang Pembinaan
N.3.3 Asisten Bidang Intelijen
N.3.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
N.3.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
N.3.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
N.3.7 Asisten Bidang Pengawasan
N.3.8 Kepala Bagian Tata Usaha
N.3.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Nusa Tenggara Timur
N.3.10 Kepala Kejaksaan Negeri Kupang
N.3.11 Kepala Kejaksaan Negeri Timur Tengah Selatan
N.3.12 Kepala Kejaksaan Negeri Timur Tengah Utara
N.3.13 Kepala Kejaksaan Negeri Belu
N.3.14 Kepala Kejaksaan Negeri Ende
N.3.15 Kepala Kejaksaan Negeri Sikka
N.3.16 Kepala Kejaksaan Negeri Flores Timur
N.3.17 Kepala Kejal<:saan Negeri Manggarai
N.3.18 Kepala Kejaksaan Negeri Ngada
N.3.19 Kepala Kejaksaan Negeri Sumba Timur
N.3.20 Kepala Kejaksaan Negeri Sumba Barat
N.3.21 Kepala Kejaksaan Negeri Alor
N.3.22 Kepala Kejaksaan Negeri Lembata
N.3.23 Kepala Kejaksaan Negeri Rote Ndao
N.3.24 Kepala Kejaksaan Negeri Manggarai Barat
N.3.25 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Kupang
• N.3.26 Kepala Kejaksaan Negeri Sabu Raijua
20. KEJAKSAAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT

0.1 Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat


0.1.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat
0.1.2 Asisten Bidang Pembinaan
0.1.3 Asisten Bidang Intelijen
0.1.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
0.1.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
0.1.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
0.1.7 Asisten Bidang Pengawasan
0.1.8 Kepala Bagian Tata Usaha
0.1.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Kalimantan Barat
0.1.10 Kepala Kejaksaan Negeri Pontianak
0.1.11 Kepala Kejaksaan Negeri Singkawang
0.1.12 Kepala Kejaksaan Negeri Sintang
0.1.13 Kepala Kejaksaan Negeri Ketapang
0.1.14 Kepala Kejaksaan Negeri Sanggau
0.1.15 Kepala Kejaksaan Negeri Mempawah
0.1.16 Kepala Kejaksaan Negeri Kapuas Hulu
0.1.17 Kepala Kejaksaan Negeri Sambas
0.1.18 Kepala Kejaksaan Negeri Bengkayang
0.1.19 Kepala Kejaksaan Negeri Landak
0.1.20 Kepala Keiaksaan Negeri Sekadau
~ 25 ­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


I 4
21 KEJAKSAAN TINGGI KALIMATAN TENGAH

0.2 Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Tengah


0.2.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Tengah
0.2.2 Asisten Bidang Pembinaan
0.2.3 Asisten Bidang Intelijen
0.2.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
0.2.5 Asisten Bidang Tindal<: Pidana Khusus
0.2.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
0.2.7 Asisten Bidang Pengawasan
0.2.8 Kepala Bagian Tata Usaha
0.2.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Kalimantan Tengah
0.2.10 Kepala Kejaksaan Negeri Palangkaraya
0.2.11 Kepala Kejaksaan Negeri Kotawaringin Timur
0.2.12 Kepala Kejaksaan Negeri Kapuas
0.2.13 Kepala Kejaksaan Negeri Barito Utara
0.2.14 Kepala Kejaksaan Negeri Kotawaringin Barat
0.2.15 Kepala Kejaksaan Negeri Barito Selatan
0.2.16 Kepala Kejaksaan Negeri Murung Raya
0.2.17 Kepala Kejaksaan Negeri Barito Timur
0.2.18 Kepala Kejaksaan Negeri Katingan
0.2.19 Kepala Kejaksaan Negeri Seruyan
0.2.20 Kepala Kejaksaan Negeri Sukamara
0.2.21 Kepala Kejaksaan Negeri Lamandau
0.2.22 Kepala Kejaksaan Negeri Gunung Mas
0.2.23 Kepala Kejaksaan Negeri Pulau Pisau

22. SAAN TINGGI KALIMANTAN SELATAN

0.3 Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan


0.3.1 Wakil Kepala Kejaksaan Kalimatan Selatan
0.3.2 Asisten Bidang Pembinaan

. 0.3.3
Asisten Bidang Intelijen
0.3.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
0.3.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
0.3.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
0.3.7 Asisten Bidang Pengawasan
0.3.8 Kepala Bagian Tata Usaha
0.3.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Kalimantan Selatan
0.3.10 Kepala Kejaksaan Negeri Banjarmasin
0.3.11 Kepala Kejaksaan Negeri Hulu Sungai Selatan
0.3.12 Kepala Kejaksaan Negeri Kotabaru
0.3.13 Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Banjar
0.3.14 Kepala Kejaksaan Negeri Hulu Sungai Utara
0.3.15 Kepala Kejaksaan Negeri Hulu Sungai Tengah
0.3.16 Kepala Kejaksaan Negeri Tabalong
0.3.17 Kepala Kejaksaan Negeri Tapin
0.3.18 Kepala Kejaksaan Negeri Tanah Laut
0.3.19 Kepala Kejaksaan Negeri Barito Kuala
0.3.20 Kepala Kejaksaan Negeri Banjarbaru
0.3.21 Kepala Kejaksaan Negeri Tanah Bumbu
0.3.22 Kepala Kejaksaan Negeri Balangan
- 26­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


1 2 3 4
23. KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN TIMUR

0.4 Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur


0.4.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur
0.4.2 Asisten Bidang Pembinaan
0.4.3 Asisten Bidang Intelijen
0.4.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
0.4.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
0.4.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
0.4.7 Asisten Bidang Pengawasan
0.4.8 Kepala Bagian Tata Usaha
0.4.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Kalimantan Timur
0.4.10 Kepala Kejaksaan Negeri Balikpapan
0.4.11 Kepala Kejaksaan Negeri Samarinda
0.4.12 Kepala Kejaksaan Negeri Kartanegara
0.4.13 Kepala Kejaksaan Negeri Paser
0.4.14 Kepala Kejaksaan Negeri Berau
0.4.15 Kepala Kejaksaan Negeri Tarakan
0.4.16 Kepala Kejaksaan Negeri Nunukan
0.4.17 Kepala Kejaksaan Negeri Bontang
0.4.18 Kepala Kejaksaan Negeri Bulungan
0.4.19 Kepala Kejaksaan Negeri Kutai Barat
0.4.20 Kepala Kejaksaan Negeri Kutai Timur
0.4.21 Kepala Kejaksaan Negeri Malinau
0.4.22 Kepala Kej aksaan Negeri Paser Utara

24. KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI UTARA

. P.1 Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara


P.l.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara
P.l.2 Asisten Bidang Pembinaan
P.l.3 Asisten Bidang Intelijen
P.l.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
P.l.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
P.l.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
P.l.7 Asisten Bidang Pengawasan
P.l.8 Kepala Bagian Tata Usaha
P.l.9 Koordinator

Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi


Sulawesi Utara
P.l.IO Kepala Kejaksaan Negeri Manado
P.l.ll Kepala Kejaksaan Negeri Minahasa
P.l.12 Kepala Kejaksaan Negeri Kotamobagu
P.l.13 Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Sangihe
P.l.14 Kepala Kejaksaan Negeri Bitung
P.l.1S Kepala Kejaksaan Negeri Tomohon
P.l.16 Kepala Kejaksaan Negeri Minahasa Selatan
P.l.17 Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Talaud
P.l.18 Kepala Kejaksaan Negeri Minahasa Utara
P.l.19 Kepala Kejaksaan Negeri Bolaang Mongondow
Utara
P.l.20 Kejaksaan Negeri Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro
- 27 ­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


1 2 3 4
25. KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI TENGAH

P.2 Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengab


P.2.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengab
P.2.2 Asisten Bidang Pembinaan
P.2.3 Asisten Bidang Intelijen
P.2A Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
P.2.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
P.2.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
P.2.7 Asisten Bidang Pengawasan
P.2.8 Kepala Bagian Tata Usaba
P.2.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Sulawesi Tengah
P.2.10 Kepala Kejaksaan Negeri Palu
P.2.11 Kepala Kejaksaan Negeri Banggai
P.2.12 Kepala Kejaksaan Negeri Toli-Toli
P.2.13 Kepala Kejaksaan Negeri Poso
P.2.14 Kepala Kejaksaan Negeri Donggala
P.2.1S Kepala Kejaksaan Negeri Banggai Laut
P.2.16 Kepala Kejaksaan Negeri Parigi Moutong
P.2.17 Kepala Kejaksaan Negeri Buol
P.2.18 Kepala Kejaksaan Negeri Tojo Una-Una
P.2.19 Kepala Kejaksaan Negeri Morowali

26. KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI TENGGARA

P.3 Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara


P.3.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara
P.3.2 Asisten Bidang Pembinaan
P.3.3 Asisten Bidang Inte1ijen
P.3A Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
P.3.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
P.3.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
P.3.7 Asisten Bidang Pengawasan
P.3.8 Kepala Bagian Tata Usaba
P.3.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Sulawesi Tenggara
P.3.10 Kepala Kejaksaan Negeri Kendari
P.3.11 Kepala Kejaksaan Negeri Bau-Bau
P.3.12 Kepala Kejaksaan Negeri Kolaka
P.3.13 Kepala Kejaksaan Negeri Muna
P.3.14 Kepala Kejaksaan Negeri Konawe
P.3.1S Kepala Kejaksaan Negeri Wakatobi
P.3.16 Kepala Kejaksaan Negeri Kolaka Utara
P.3.17 Kepala Kejaksaan Negeri Konawe Selatan
P.3.18 Kepala Kejaksaan Negeri Buton
P.3.19 Kepala Kejaksaan Negeri Bombana

27. KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI SELATAN

PA Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Se1atan


PA.l Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan
PA.2 Asisten Bidang Pembinaan
PA.3 Asisten Bidang Intelijen
PAA Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
- 28 ­

P.4.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus


P.4.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
P.4.7 Asisten Bidang Pengawasan
P.4.8 Kepala Bagian Tata Usaha
P.4.9 Koordinator

Kejaksaan Neger! dl wllayah Kejaksaan Tlnggl


Sulawesi Selatan
P.4.10 Kepala Kejaksaan Negeri Makassar
P.4.11 Kepala Kejaksaan Negeri Pare-Pare
P.4.12 Kepala Kejaksaan Negeri Palo po
P.4.13 Kepala Kejaksaan Negeri Gowa
P.4.14 Kepala Kejaksaan Negeri Bone
P.4.1S Kepala. Kejaksaan Negeri Mamuju
P.4.16 Kepala Kejaksaan Negeri Maros
P.4.17 Kepala Kejaksaan Negeri Bantaeng
P.4.18 Kepala Kejaksaan Negeri Pinrang
P.4.19 Kepala Kejaksaan Negeri Wajo
P.4.20 Kepala Kejaksaan Negeri Soppeng
P.4.21 Kepala Kejaksaan Negeri Barru
P.4.22 Kepala Kejaksaan Negeri Bulukumba
P.4.23 Kepala Kejaksaan Negeri Jeneponta
P.4.24 Kepala Kejaksaan Negeri Enrekang
P.4.2S Kepala Kejaksaan Negeri Majene
P.4.26 Kepala Kejaksaan Negeri Tana Toraja
P.4.27 Kepala Kejaksaan Negeri Pangkajene Kepulauan
P.4.28 Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Selayar
P.4.29 Kepala Kejaksaan Negeri Polewali Mandar
P.4.30 Kepala Kejaksaan Negeri Sidenrengrappang
P.4.31 Kepala Kejaksaan Negeri Sinjai
P.4.32 Kepala Kejaksaan Negeri TaKalar
P.4.33 KepalaKejaksaan Negeri Luwu Utara
P.4.34 Kepala Kejaksaan Negeri Mamasa
P.4.3S Kepala Kejaksaan Negeri Luwu
P.4.36 Kepala Kejaksaan Negeri Luwu Timur
P.4.37 Kepala Kejaksaan Negeri Pasangkayu

28. KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO

P.S Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo


P.S.l Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo
P.S.2 Asisten Bidang Pembinaan
P.S.3 Asisten Bidang Intelijen
P.S.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
P.S.S Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
P.S.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
P.S.7 Asisten Bidang Pengawasan
P.S.8 Kepala Bagian Tata Usaha
P.S.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi
Gorontalo
P.S.I0 Kepala Kejaksaan Negeri Kota Gorontalo
P.S.ll Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Gorontalo
P.5.12 Kepala Kejaksaan Negeri Boalemo
P.S.13 Kepala Kejaksaan Negeri Bone Bolango
P.5.14 Kepala Kejaksaan Negeri Pohuwato
P.S.15 Kepala Keiaksaan Negeri Gorontalo Utara
- 29­

NO. KODE PEJAJlAT Keterangan


1 2 3 4
29. KEJAKSAAN TINGGI MALUKU

Q.l Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku


Q.l.l Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku
Q.1.2 Asisten Bi dang Pembinaan
Q.1.3 Asisten Bidang Intelijen
Q.1.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
Q.1.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
Q.1.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
Q.1.7 Asisten Bidang Pengawasan
Q.1.8 Kepala Bagian Tata Usaha
Q.1.9 Koordinator
Kejaksaan Negerl di wilayah Kejaksaan Tinggi
Maluku
Q.l.I0 Kepala Kejaksaan Negeri Ambon
Q.l.ll Kepala Kejaksaan Negeri Maluku Tengah
Q.1.12 Kepala Kejaksaan Negeri Tual
Q.1.13 Kepala Kejaksaan Negeri Maluku Tenggara Barat
Q.1.14 Kepala Kejaksaan Negeri Burn
Q.1.15 Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Aru
Q.1.16 Kepala Kejaksaan Negeri Seram Bagian Barat
Q.1.17 Kepala Kejaksaan Negeri Seram Bagian Timur
Q.1.18 Kepala Kejaksaan Negeri Maluku Barat Daya

30. KEJAKSAAN TINGGI MALUKU UTARA

Q.2 Kepala Kejaksan Tinggi Maluku Utara


Q.2.1 I Wakil Kepala Kejaksan Tinggi Maluku Utara
Q.2.2 Asisten Bidang Pembinaan
,Q.2.3 Asisten Bidang Intelijen
Q.2.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
Q.2.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
Q.2.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
Q.2.7 Asisten Bidang Pengawasan
Q.2.8 Kepala Bagian Tata Usaha
Q.2.9 Koordinator
Kejaksaan Negerl di wilayah Kejaksaan Tinggi
Maluku Utara
Q.2.10 Kepala Kejaksaan Negeri Ternate
Q.2.11 Kepala Kejaksaan Negeri Tidore Kepulauan
Q.2.12 Kepala Kejaksaan Negeri Halmahera Utara
Q.2.13 Kepala Kejaksaan Negeri Halmahera Selatan
Q.2.14 Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Sula
Q.2.15 Kepala Kejaksaan Negeri Halmahera Tengah
Q.2.16 Kepala Kejaksaan Negeri Halmahera Kepulauan
Morotai
Q.2.17 Kepala Kejaksaan Negeri Halmahera Barat

31. KEJAKSAAN TINGGI PAPUA

R.l Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utara


R.l.1 Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utara
R.1.2 Asisten Bidang Pembinaan
R.1.3 Asisten Bidang Intelijen
R.l.4 Asisten Bidang Tindak Pidana Umum
R.l.5 Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus
R.1.6 Asisten Bidang Perdata dan TUN
- 30­

NO. KODE PEJABAT Keterangan


1 2 3 4
R.l.7 Asisten Bidang Pengawasan
R.l.8 Kepala Bagian Tata Usaha
R.l.9 Koordinator
Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi Pa )ua
R.1.10 Kepala Kejaksaan Negeri Jayapura
R.1.11 Kepala Kejaksaan Negeri Manokwari
R.1.12 Kepala Kejaksaan Negeri Biak Numfor
R.1.13 Kepala Kejaksaan Negeri Sorong
R.1.14 Kepala Kejaksaan Negeri Fak-Fak
R.1.15 Kepala Kejaksaan Negeri Merauke
R.1.16 Kepala Kejaksaan Negeri Jayawijaya
R.1.17 Kepala Kejaksaan Negeri Nabire
R.1.18 Kepala Kejaksaan Negeri Kepulauan Yapen
R.1.19 Kepala Kejaksaan Negeri Mimika
R.l.20 Kepala Kejaksaan Ne~eri Teluk Bintuni

KETERANGAN:
1. Kepala Subbagian/Kepala Seksi pada Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan
Kejaksaan Negeri menggunakan kode pejabat/wilayah setelah nomor kode
pejabat/wilayah atasannya masing-masing sebagaimana contoh di bawah ini:
a. Kepala Bagian Tata Usaha Umum dan Pimpinan pada Biro Umum Jaksa
Agung Muda Pembinaan :
Kepala Bagian Tata Usaha Umum dan Pimpinan C.3.l
Kepala Subbagian Tata Usaha Jaksa Agung C.3.1.l
Kepala Subbagian Tata Usaha Wakil Jaksa Agung
dan Staf Ahli C.3.1.2
Kepala Subbagian Persuratan dan Kearsipan C.3.1.3
Kepala SUbbagian Produksi dan Distribusi C.3.l.4
b. Asisten Bidang Tindak Pidana Umum pada Kejaksaan Tinggi
Asisten Bidang Tindak Pidana Umum pada
Kejaksaan Tinggi Aceh L.1.4
Kepala Seksi Tindak Pidana Terhadap Orang dan
Harta Benda L.1.4.l
Kepala Seksi Tindak Pidana Keamanan Negara,
Ketertiban Umum dan Tindak Pidana Umum L..l.4.2
Lainnya
Kepala Seksi Tindak Pidana Narkotika dan Zat
Adiktif Lainnya L.l.4.3
Kepala Seksi Tindak Pidana Terorisme dan
Lintas Negara L.1.4.4
- 31 ­

c. Kejaksaan Negeri Tipe A :


Kepala Kejaksaan Negeri Banda Aceh L.1.l0
Kepala Sub Bagian Pembinaan L.1.l0.l
Kepala Seksi Intelijen L.l.lO.2
Kepala Seksi Tindak Pidana Umum L.l.lO.3
Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus L.l.lO.4
Kepala Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara L.1.l0.S
Kepala Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan L.1.l0.6
Barang Rampasan
Pemeriksa L.l.lO.7

d. Kejaksaan Negeri Tipe B :


Kepala Kejaksaan Negeri Merauke R.l.lS
Kepala Sub Bagian Pembinaan Rl.lS.l
Kepala Seksi Intelijen Rl.lS.2
Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Rl.lS.3
Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus R1.lS.4
Kepala Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara Rl.lS.S
Kepala Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan R.l.lS.6
Barang Rampasan
Pemeriksa R1.lS.7

2. Kepala Cabang Kejaksaan Negeri diberi nomor kode pejabat/wilayah setelah


jabatan Pemeriksa di Kejaksaan Negeri setempat, disesuaikan urutannya
dengan jumlah Cabang Kejaksaan Negeri yang ada di daerah hukum Kejaksaan
Negeri yang bersangkutan.
Contoh:
Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang di Pancurbatu
Kepala Cabang Kejaksaan Deli Serdang di
Pancurbatu L.2.l4.8
Kepala Urusan Pembinaan L.2.l4.8.1
Kepala Sub Seksi Tindak Pidana Umum dan Tindak
Pidana Khusus L.2.l4.8.2
Kepala Sub Seksi Intelijen dan Perdata dan Tata
Usaha Negara L.2.l4.8.3
~ 32 ~

3. Apabila di kemudian hari terdapat pembentukan Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan


Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri baru, maka nomor kode pejabatjwilayah
penomorannya disesuaikan dengan wilayah dan urutannya setelah Kejaksaan
Tinggi, Kejaksaan Negeri, Cabang Kejaksaan Negeri yang sudah ada.
Contoh:
Kode pejabatjwilayah Kejaksaan Tinggi di Sumatera menggunakan L.l
sampai dengan L.I0. Apabila dikemudian hari terdapat penambahan
Kejaksaan Tinggi yang baru, maka menggunakan kode L. 11.
Sebaliknya, apabila terdapat pengurangan Kejaksaan Tinggi, maka nomor
kode pejabatjwilayah yang ada di bawahnya naik.

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

H. M. PRASETYO
- 33 ­

LAMPIRAN II PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 002 TAHUN 2019
TENTANG
KODE PENOMORAN NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN
REPUBLIK INDONESIA

KODE MASALAH

NO. KODE MASALAB KETERANGAN


1 2 3 4

KEJAKSAAN AGUNG

1. JA Jaksa Agung
2. WJA Wakil J aksa Agung
3. SA Staf Ahli

BIDANG PEMBINAAN

1. I Cjb Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan


2. Cs Sekretariat Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan
Cs.1 Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
3.
Penilaian
4. Cs.2 Bagian Tata Usaha
1. Cr Biro Perencanaan
2. Cr.1 Bagian Pengelolaan Data
Cr.2 Bagian Penyusunan Rencana Anggaran dan
3.
Program Kerja
4. Cr.3 Bagian Pemantauan dan Evaluasi
S. Cr.4 Bagian Organisasi dan Tata Laksana
6. Cr.S Bagian Reformasi Birokrasi
1. Cum Biro Umum
2. Cum. 1 Bagian Tata Usaha Umum dan Pimpinan
3. Cum.2 Bagian Protokol dan Pengamanan Pimpinan
4. Cum.3 Bagian Keamanan Dalam
S. Cum.4 Bagian Kesehatan dan Pembinaan Rohani
6. Cum.S Bagian Rumah Tangga
1. Cp Biro Kepegawaian
2. Cp.1 Bagian Umum
3. Cp.2 Bagian Pengembangan Pegawai
4. Cp.3 Bagian Kepangkatan dan Mu tasi
S. Cp.4 Bagian Pemberhentian dan Pensiun
1. Cu Biro Keuangan
2. Cu.1 Bagian Perbendaharaan
3. Cu.2 Bagian Pendapatan dan Piutang Negara
4. Cu.3 Bagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
S. Cu.4 Bagian Umum Keuangan
1. Cpl Biro Perlengkapan
2. Cpl.1 Bagian Analisa Kebutuhan
- 34 ­

No... KODE MASALA.H ImTERANGAN


1 3 4
3. Cp1.2 Bagian Pengadaan
4. Cp1.3 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara
1. Chk Biro Hukum Dan Hubungan Luar Negeri
2. Chk.1 Bagian Rancangan dan Pertimbangan Hukum
3. Chk.2 Bagian Kerja Sarna dan Hubungan Luar Negeri
4. Chk.3 Bagian Perpustakaan dan Dokumentasi Hukum
1. SUJA Staf Umum Jaksa Agung
2. SKJA Staf Khusus Jaksa Agung

BIDANG INTELIJEN

1. Dji Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen


2. Ds Sekretariat Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen
3. Ds.1 Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
Penilaian
4. Ds.2 Bagian Tata Usaha
5. Ds.3 Bagian Keuangan
1. Dip Direktorat Ideologi, Politik, Pertahanan dan
Kearnanan. (A)
2. Dip. 1 Subdirektorat Ideologi (A. 1)
3. Dip.2 Subdirektorat Politik (A.2)
4. Dip.3 Subdirektorat Pertahanan dan Keamanan (A.3)
5. Dip.4 Subdirektorat Cegah Tangkal, Pengawasan Orang
Asing, Pengarnanan Sumber Daya Organisasi
Kejaksaan dan Pengarnanan Penanganan Perkara
(A.4)
1. Dsb Direkorat Sosial, Budaya dan Kemasyarakatan (B)
2. Dsb.1 Subdirektorat Peredaran Sarang Cetakan dan
Media Komunikasi (B1)
3. Dsb.2 Subdirektorat Aliran Kepercayaan Masyarakat dan
Aliran Keagamaan serta Pencegahan
Penyalahgunaan dan Penodaan Agama (B.2)
4. Dsb.3 Subdirektorat Budaya dan Kemasyarakatan (B.3)
5. Dsb.4 Subdirektorat Sosial, Ketertiban dan
Kententerarnan Umum, Pembinaan Masyarakat
Taat Hukum (B.4)
1. Dek Direktorat Ekonomi dan Keuangan (C)
2. Dek.1 Subdirektorat Keuangan dan Kekayaan Negara
(C. I)
3. Dek.2 Subdirektorat Investasi dan Penerimaan Negara
(C.2)
4. Dek.3 Subdirektorat Perdagangan, Perindustrian dan
Ketenagakerjaan (C.3)
5. Dek.4 Subdirektorat Sumber Daya alam dan Agraria atau
Tata Ruang (C.4l
1. Dpp Direktorat Pengarnanan Pembangunan Strategis
(D)
2. Dpp.1 Subdirektorat Pengarnanan Pembangunan
Infrastruktur Transportasi dan Telekomunikasi
- 35 ­

NO. KODE MASALAH KETERANGAN


1 2 3 4
(D.l)
3. Dpp.2 Subdirektorat Pengamanan Pembangunan
Infrastruktur Pengairan, Pertanian dan Kelautan
(0.2)
4. Dpp.3 Subdirektorat Pengamanan Pembangunan
Infrastruktur Energi, Sumber Daya Alam dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (0.3)
5.
Dpp.4 Subdirektorat Pengamanan Pembangunan
Infrastruktur Kawasan dan Sektor Strategis
Lainnya (D.4)
1. Dti Direktorat Teknologi Informasi dan Produksi
Intelijen (E)
2. DtLl Subdirektorat Produksi Intelijen (E.l)
3. Dti.2 Subdirektorat Pemantauan (E.2)
4. DtL3 Subdirektorat Pengamanan Informasi (E.3)
5.
DtL4 Su bdirektorat Pengembangan Sumber Daya

Teknologi Informasi (E.4)

1
Dk Koordinator pada Jaksa Agung Muda Bidang
Intelijen

! BIDANG TINDAK PIDANA UMUM

Ejp Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum


1. Es Sekretariat Jaksa Agung Muda Bidang Tindak
Pidana Umum
2. Es.1 Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
Penilaian
3. Es.2 Bagian Tata Usaha
4.
Es.3 Bagian Keuanga.n
1. Eoh Direktorat Tindak Pidana Terhadap Orang dan
Harta Benda
2. Eoh.1 Subdirektorat Pra Penuntutan
3. Eoh.2 Subdirektorat Penuntutan
4. Eoh.3 Subdirektorat Eksekusi dan Eksaminasi
1. Eku Direktorat Tindak Pidana Terhadap Keamanan
Negara, Ketertiban Umum dan Tindak Pidana
Umum Lainnya
2. Eku.l Subdirektorat Pra Penuntutan
3. Eku.2 Subdirektorat Penuntutan
4.
Eku.3 Subdirektorat Eksekusi dan Eksaminasi
1. Enz Direktorat Tinda.k Pidana Narkotika dan Zat Adiktif
Lainnya
2. Enz.1 Subdirektorat Pra Penuntutan
3. Enz.2 Subdirektorat Penuntuta.n
4. Enz.3 Subdirektorat Eksekusi dan Eksaminasi
1. Etl Direktorat Tindak Pidana Terorisme dan Lintas
Negara
2. Et1.l Subdirektorat Pra Penuntutan
3. Et1.2 Subdirektorat Penuntutan I
NO~ .KODE MASALAH K;ETzER.i\;NGAN
1 2 3 4
4. Et1.3 Subdirektorat Eksekusi dan Eksaminasi
1. Ek Koordinator pada Jaksa Agung Muda Bidang
Tindak Pidana Umum !

BIDANG TINDAK PIDANA KHUSUS I


Fjp Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus
1. Fs Sekretariat Jaksa Agung Muda Bidang Tindak
Pidana Khusus
2. Fs.l Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
Penilaian
3. Fs.2 Bagian Tata Usaha
4. Fs.3 Bagian Keuangan
1. Fd Direktorat Penyidikan
2. Fd.l Subdirektorat Laporan dan Pengaduan Masyarakat
Subdirektorat Tindak Pidana Korupsi dan Tindak
3. Fd.2 Pidana Pencucian Uang
Subdirektorat Pelacakan Aset dan Pengelolaan
4. Fd.3 Barang Bukti
1. Ft Direktorat Penuntutan
2. Ft.l Subdirektorat Tindak Pidana Korupsi dan Tindak
Pidana Pencucian Uang
3. Ft.2 Subdirektorat Tindak Pidana Perpajakan dan
Tindak Pidana Pencucian Uang
4. Ft.3 Subdirektorat Tindak Pidana Kepabeanan, Cukai
dan Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Fu Direktorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi
dan Eksaminasi
2. Fu.l Subdirektorat Tindak Pidana Korupsi dan Tindak
Pidana Pencucian Uang
3. Fu.2 Subdirektorat Tindak Pidana Perpajakan dan
Tindak Pidana Pencucian Uang
i
4. Fu.3 Subdirektorat Tindak Pidana Kepabeanan, Cukai
dan Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Fh Direktorat Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat
2. Fh.l Subdirektorat Penyidikan Pelanggaran HAM Berat
3. Fh.2 Subdirektorat Penuntutan Pelanggaran HAM Berat
Subdirektorat Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi
4. Fh.3 dan Eksaminasi Pelanggaran HAM Berat
Fk Koordinator pada Jaksa Agung Muda Bidang
Tindak Pidana Khusus

BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA

Gjd Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata


Usaha Negara
1. Gs Sekretariat Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan
Tata Usaha Negara
2. Gs.l Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
Penilaian
3. Os.2 Bagian Tata Usaha
- 37 ­

NO. KODE MASALAH KETERANGAN


1 2 3 4
4. Gs.3 Bagian Keuangan
1. Gp Direktorat Perdata
2. Gp.l Subdirektorat Bantuan Hukum Penyelamatan
3. Gp.2 Subdirektorat Bantuan Hukum Pemulihan
4. Gp.3 Subdirektorat Arbitrase
5. Gp.4 Subdirektorat Penegakan Hukum
1. Gtn Direktorat Tata Usaha Negara
2. Gtn.l Subdirektorat Bantuan Hukum Tata Usaha Negara
3. Gtn.2 Subdirektorat Penyelenggaraan Pemerintahan
4. Gtn.3 Subdirektorat Uji Materiil
5. Gtn.4 Subdirektorat Pelayanan Hukum
1. Gph Direktorat Pertimbangan Hukum
2. Gph.l Subdirektorat Pendapat Hukum
3. Gph.2 Subdirektorat Pendampingan dan Audit Hukum
4. Gph.3 Subdirektorat Tindakan Hukum Lain dan

Pelayanan Hukum

Gk
Koordinator pada ,Jaksa Agung Muda Bidang
Perdata dan TUN
.
BIDANG PENGAWASAN

Hjw Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan


1. Hs Sekretariat Jaksa Agung Muda Bidang
Pengawasan
2. Hs.I Bagian Program, Laporan dan Penilaian
3. Hs.2 Bagian Tata Usaha
4. Hs.3 Bagian Keuangan
1. H.I Inspektorat I
2. H.L1 Inspektorat Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3. H.L2 Inspektorat Muda Tindak Pidana Umum, Perdata

dan Tata Usaha Negara

4. H.I.3 Inspektorat Muda Intelijen dan Tindak Pidana


Khusus
1. H.II Inspektorat II
2. H.II.1 Inspektorat Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3. H.IL2 Inspektorat Muda Tindak Pidana Umum, Perdata .
dan Tata Usaha Negara -
4. H.II.3 Inspektorat Muda Intelijen dan Tindak Pidana
Khusus
1. H.Ill Inspektorat III
2. H.III.I Inspektorat Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3. H.III.2 Inspektorat Muda Tindak Pidana Umum, Perdata

dan Tata Usaha Negara

4. H.III.3 Inspektorat Muda Intelijen dan Tindak Pidana


Khusus
1. HJV Inspektorat IV
2. H.IV.I Inspektorat Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3. H.IV.2 Inspektorat Muda Tindak Pidana Umum, Perdata
- 38 ­

NO. KODE MASALAH KETERANGAN


1 2 3 4
dan Tata Usaha Negara
4. H.IV.3 Inspektorat Muda Intelijen dan Tindak Pidana
Khusus
1. H.V Inspektorat V
2. H.V.l Inspektorat Muda Kepegawaian dan Tugas Umum
3. H.V.2 Inspektorat Muda Tindak Pidana Umum, Perdata
dan Tata Usaha Negara
4. H.V.3 Inspektorat Muda Intelijen dan Tindak Pidana
Khusus
1. H.VI Inspektorat Keuangan
2. H.Vl.l Inspektorat Muda I
3. H.VI.2 Inspektorat Muda II
4. H.VI.3 Inspektorat Muda III
5. H.VI.4 Inspektorat Muda IV

BADAN PENDIDlKAN DAN PELATlHAN

Ikb Badan Pendidikan dan Pelatihan


1. Is Sekretariat Badan Pendidikan dan Pelatihan
2. Is.l Bagian Penyusunan Program, Laporan dan
Penilaian
3. Is.2 Bagian Tata Usaha
4. Is.3 Bagian Keuangan
1. Imk Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen dan
Kepemimpinan
2. Imk.l Bidang Program dan Evaluasi
3. Imk.2 Bidang Penyelenggaraan
1. Itf Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis Fungsional
2. Itf.l Bidang Program dan Evaluasi
3. Itf.2 Bidang Penyelenggaraan
4. Itf.3 Bidang Pengendalian Sentra Pendidikan dan
Pelatihan

PUSAT

1. Kpp Pusat Penelitian dan Pengembangan


2. Kpp.l Bagian Tata Usaha
3. Kpp.2 Bidang Program dan Evaluasi
4. Kpp.3 Bidang Kerja Sama dan Pengembangan
1. Kti Pusat Data Statistik Kriminal dan Teknologi
Informasi
2. Kti.l Bagian Tata Usaha
3. Kti.2 Bidang Pengelolaan Data dan Statistik Kriminal
4. Kti.3 Bidang Penerapan dan Pengembangan Teknologi
Informasi
1. Kph Pusat Penerangan Hukum
2. Kph.l Bagian Tata Usaha
3. Kph.2 Bidang Penerangan dan Penyuluhan Hukum
- 39 ­

NO. KODE MASALAH KETERANGAN


1 2 3 4
4. Kph.3 Bidang Media dan Kehumasan
5. . KphA Bidang Hubungan Antar Lembaga
l. Kpa Pusat Pemulihan Aset
2. Kpa.l Bagian Tata Usaha
3. Kpa.2 Bidang Pemulihan Aset Nasional
4. Kpa.3 Bidang Pemulihan Aset Transnasional
5. KpaA Bidang Data base dan Pertukaran Informasi
6. Kpa.5 Bidang Benda Sitaan dan Barang Rampasan
Negara

KETERANGAN:
Untuk Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri, Kode
Masalah disesuaikan dengan Kode Masalah Kejaksaan Agung Republik Indonesia.

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

H. M. PRASETYO
- 40 -

LAMPIRAN III PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 002 TAHUN 2019
TENTANG
KODE PENOMORAN NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

WARNA KERTAS DAN MAP

I. A. Warna kertas dan map yang dipergunakan dalam administrasi Kejaksaan


Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Dari Jaksa Agung : Putih
2. Dari Wakil Jaksa Agung : Putih
3. Dari/pada bidang Pembinaan termasuk Pusat Penelitian dan
Pengembangan, Pusat Data Statistik, Kriminal dan Teknologi Informasi,
serta Pusat Pemulihan Aset : Kuning Tua
4. Dari/pada bidang Intelijen termasuk Pusat Penerangan Hukum: Hijau
Muda.
5. Dari/pada bidang Tindak Pidana Umum : Merah Tua
6. Dari/pada bidang Tindak Pidana Khusus : Merah Muda.
7. Dari/pada bidang Perdata dan Tata Usaha Negara : Kuning Muda
8. Dari/pada bidang Pengawasan : Biru Muda
9. Dari/pada Badan Pendidikan dan Pelatihan : Kuning Muda

B. Dari/di lingkungan Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang


Kejaksaan Negeri disesuaikan dengan warna seperti dimaksud pada I.A.3
sampai dengan I.A.8.

II. A. 1. Untuk Naskah Dinas dari Jaksa Agung dipergunakan kertas dengan
kepala surat, JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA dengan lambang
Garuda.
2. Untuk surat dinas sebagaimana dimaksud pada I.A.2. sampai dengan
I.A.8. dipergunakan kertas dengan kepala surat KEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA di bawahnya tertulis KEJAKSAAN AGUNG dengan
menggunakan logo Kejaksaan di sebelah kiri dan mencantumkan
alamat atau tempat kedudukan.
3. Untuk surat dari/di lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan,
dipergunakan kertas dengan kepala surat KEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA di bawahnya tertulis BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
- 41 ­

dengan menggunakan lambang Kejaksaan di sebelah kiri dan


mencantumkan alamat atau tempat kedudukan.

B. Untuk surat dari/ di daerah dipergunakan kertas masing-masing dengan


kepala surat KEJAKSAAN TINGGI, KEJAKSAAN NEGERI, CABANG
KEJAKSAAN NEGERI dengan menggunakan lambang Kejaksaan di sebelah
kiri dan mencantumkan tempat kedudukan masing-masing.

III. Untuk surat keluar di lingkungan Instansi Kejaksaan ditetapkan sebagai


berikut:
1. Asli, tembusan dan arsip surat mempergunakan kertas warna putih.
2. Tembusan surat untuk satuan kerja di lingkungan Kejaksaan
mempergunakan kertas dengan warna seperti tersebut pada LA.2
sampai dengan I.A.S.

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

H. M. PRASETYO

- 42­

LAMPIRAN IV PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 002 TAHUN 2019
TENTANG
KODE PENOMORAN NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

CARA PENOMORAN NASKAH DINAS

A. Susunan penomoran Naskah Dinas yang bersifat pengaturan antara lain


Peraturan, Instruksi, Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis, Prosedur Tetap
Standar Operasional Prosedur dan Surat Edaran, susunannya terdiri dari
tulisan Nomor, Nomor Naskah (nomor urut dalam satu tahun takwin), tulisan
Tahun dengan huruf kapital dan tahun terbit.

Contoh petunjuk penomoran Peraturan :

PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

B. Penomoran Naskah Dinas lainnya selain Naskah Dinas yang bersifat


pengaturan, antara lain Keputusan, Surat Perintah/Surat Tugas, Nota Dinas,
Surat Dinas, dan naskah dinas lainnya, menggunakan susunan penomoran
sebagai berikut:
Contoh
Kade
Kualifikasi/ Namar Pejabat / Kade
Bulan Tahun Penamaran Surat
klasifikasi Urut Kade Masalah
Wilayah
1 2 3­ 4 5 6 7

DARI JAKSA AGUNG


KEP 01 A JA 09 2018 KEP-O 1/ A/JA/09 / 2018
SR 01 A Cjb 09 2018 SR-O 1 / A/Cjb/09/20 18
R 01 A Dji 09 2018 R-O 1 / A/ Dji/09 /2018
T 01 A Ejp 09 2018 T-O 1/ A/Ejp/09/20 18
B 01 A Fjp 09 2018 B-01/ A/Fjp/09 /2018
B 01 A Gjd 09 2018 B-Ol/A/Gjd/09/2018
B 01 A Hjw 09 2018 B-O 1/ A/Hjw /09/2018
B 01 A Ikb 09 2018 B-Ol/A/Ikb/09/2018

DARI WAKIL JAKSA AGUNG

KEP 01 B WJA 09 2018 KEP-Ol /B/WJA/09 /2018


SR 01 B Cjb 09 2018 SR-O 1 /B/Cjb/09 /2018
R 01 B Dji 09 2018 R-Ol/B/Dji/09/2018
T 01 B Ejp 09 2018 T-Ol /B/Ejp/09 /2018
B 01 B Fjp 09 2018 B-O 1/B/Fjp/09/2018
B 01 B Gjd 09 2018 B-O I/B/Gjd/09 /2018
B 01 B Hjw 09 2018 B-O I/B/Hjw /09/2018
B 01 B - Ikb 09 2018 B-O 1/BLlkbL09 L20 18
- 43 -

Kode
Kualifikasi/ I Nomor Pejabat / Kode
Bulan 1'ahun Penomoran Surat
Klasifikasi Urut Kode Masalah
Wilayah
1 2 3 4 5 6 7

DARI JAKSA AGUNG MUDA PEMBINAAN

KEP 01 C Cjb 09 2018 KEP-O 1/C/Cjb/09 /2018


SR 01 C Cs 09 2018 SR-O 1/C/Cs/09 /2018
R 01 C Cr 09 2018 R-O 1/C/Cr/09 /2018
T 01 C Cum 09 2018 1'-01 /C/Cum/09 /2018
B 01 C Cp 09 2018 B-Ol/C/Cp/09/2018

DARI JAKSA AGUNG MUDA IN1'ELIJEN

KEP 01 D Dji 09 2018 KEP-Ol /D /Dji/09 /2018


SR 01 D Ds 09 2018 SR-O I/D/Ds/09 /2018
R 01 D Dip 09 2018 R-Ol /D /Dip/09 /2018
l' 01 D Dsb 09 . 2018 1'-01 /D/Dsb/09 /2018
B 01 D Dek 09 2018 B-Ol /D/Dek/09 /2018

DARI JAKSA AGUNG MUDA 1'INDAK PIDANA UMUM

KEP 01 E Ejp 09 2018 KEP-Ol /E/Ejp/09 /2018


SR 01 E Es 09 2018 SR-O 1/ E/ Es/09 /2018
R 01 E Eoh 09 2018 .R-Ol/E/Eoh/09/2018
l' 01 E Eku 09 2018 1'-01/ E/ Eku/09 /2018
B 01 E Enz 09 2018 B-Ol/E/Enz/09/2018

DARI JAKSA AGUNG MUDA 1'INDAK PIDANA KHUSUS

KEP 01 F Fjp 09 2018 KEP-Ol /F/Fjp/09/2018


SR 01 F Fs 09 2018 SR-Ol /F/Fs/09 /2018
R 01 F Fd 09 2018 R-Ol/F/Fd/09/2018
l' 01 F Ft 09 2018 1'-01 /F /Ft/09 /2018
B 01 F Fu 09 2018 B-Ol/F/ Fu/09/2018

DARI JAKSA AGUNG MUDA PERDA1'A DAN 1'A1'A USAHA NEGARA

KEP 01 G Gjd 09 2018 KEP-Ol /G/Gjd/09 /2018


SR 01 G Gs 09 2018 SR-Ol/G/Gs/09/2018
R 01 G Gp 09 2018 R-Ol/G/Gp/09 /2018
l' 01 G Gtn 09 2018 1'-Ol/G/Gtn/09/2018
B 01 G Gph 09 2018 B-Ol/G/ Gph/09/2018

DARI JAKSA AGUNG MUDA PENGAWASAN

KEP 01 H Hjw 09 2018 KEP-Ol/H/Hjw/09/2018


SR 01 H Hs 09 2018 SR-O 1/H/Hs/09 /2018
R 01 H H.I 09 2018 R-Ol /H/H.I/09 /2018
l' 01 H H.II 09 2018 1'-01/ H/H.II/09 /2018
B 01 H H.I11 09 2018 B-OljH/H.III/09/2018

DARI KEPALA BADAN PENDIDlKAN DAN PELATIHAN

KEP 01 I Ikb 09 2018 KEP-Ol/I/lkb/09/2018


SR 01 I Is 09 2018 SR-O 1/1/ls/09 /2018
R 01 I Imk 09 2018 R-O 1/1/lmk/09 /2018
l' 01 I Itf 09 2018 1'-01 /1/Itf/09 /2018
B 01 I Itf 09 2018 B-O 1/1/Itf/09 /2018

DARI S1'AF AHLI

B 01 J Sa 09 2018 B-Ol /J /Sa/09 /2018


- 44 -

Kode
Kualifikasi/ Nomor Pejabat/ Kode
Klasifikasi Bulan Tahun Penomoran Surat
Urut Kode Masalah
Wilayah
1 2 3 4 5 6 7

DARI KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PRIN 01 K.l Kpp 09 2018 PRIN-O 1 /K.l /Kpp/09 /2018


SR 01 K.l Kpp.l 09 2018 SR-O I/K.l/Kpp.l/09 /2018
R 01 K.l Kpp.2 09 2018 R-O 1/K.l /Kpp.2/09 /2018
T 01 K.l Kpp.3 09 2018 T-O 1/K.l/Kpp.3/09 /2018
B 01 K.l Kpp.3 09 2018 B-O I/K.l/Kpp.3/09 /2018

DARI KEPALA PUSAT DATA STATISTIK KRIMINAL DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PRIN 01 K.2 Kti 09 2018 PRIN-O 1 /K.2/Kti/09 /2018


SR 01 K.2 Kti.l 09 2018 SR-O I/K.2/Kti.l/09 /2018
R 01 K.2 Kti.2 09 2018 R-Ol /K.2/Kti.2/09 /2018
T 01 K.2 Kti.3 09 2018 T-Ol /K.2/Kti.3/09 /2018
B 01 K.2 Kti.3 09 2018 B-Ol /K.2/Kti.3/09 /2018

DARI KEPALA PUSAT PENERANGAN HUKUM

PRIN 01 K.3 Kph 09 2018 PRIN-O 1 /K.3/Kph/09/2018


SR 01 K.3 Kph.l 09 2018 SR-Ol /K.3/Kph.l /09/2018
R 01 K.3 Kph.2 09 2018 R-O 1/K.3/Kph.2/09 /2018
T 01 K.3 Kph.3 09 2018 T-Ol /K.3/Kph.3/09 /2018
B 01 K.3 Kph.4 09 2018 B-Ol /K.3/Kph.4/09 /2018

DARI KEPALA PUSAT PEMULIHAN ASET

PRIN 01 K.4 Kpa 09 2018 PRIN -01/K.3/Kpa/09/2018


SR 01 K.4 Kpa.l 09 2018 SR-O 1 /K.3/Kpa.l /09/2018
R 01 K.4 Kpa.2 09 2018 R-O 1/K.3/Kpa.2/09 /2018
T 01 K.4 Kpa.3 09 2018 T-O 1 /K.3/ Kpa.3/09 /2018
B 01 K.4 Kpa.4 09 2018 B-Ol /K.3/Kpa.4/09 /2018

DARI PEJABAT ESELON II DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN AGUNG RI


CONTOH KEPALA BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI
PRIN 01 C.7 Chk 09 2018 PRIN-Ol /C. 7 /Chk/09 /2018
SR 01 C.7 Chk.l 09 2018 SR-Ol /C.7 /Chk.l /09/2018
R 01 C.7 Chk.l 09 2018 R-Ol /C. 7 /Chk.l /09/2018
T 01 C.7 Chk.2 09 2018 T-Ol /C.7 /Chk.2/09 /2018
B 01 C.7 Chk.3 09 2018 8-01 /C. 7 /Chk.3/09/2018

DARI KOORDINATOR PADA BIDANG TINDAK PIDANA KHUSUS

B 01 F.6 Fk 09 2018 KEP-Ol/K.l /Kppj09 /2018

DARI KEPALA KEJAKSMN TINGGI (CONTOH ACEH)

R 01 1,.1 Cu.l 09 2018 R-Ol /L.l /Cu.l /09/2018

DARI KEPALA KEJAKSAAN NEGERI (CONTOH BANDA ACEH)

R 01 L.l.I0 Cu.1 09 2018 R-O 1/L.l.I0/Cu.l /09/2018

DARI KEPALA KEJAKSAAN CABANG KEJAKSAAN NEGERI (CONTOH PIDIE DI KOTA BAKTI

R 01 L.1.12.7 Cu.l 09 2018 R-Ol /L.l.12.7 /Cu.l/09/2018


- 45­

CONTOH PENOMORAN NASKAH DINAS

NO. NOMOR NASKAH DINAS PENJELASAN

l. KEP-Ol/ A/JA/09/2017 Surat Keputusan Jaksa Agung, bulan September 2017

2. PRIN-O 1/ A/JA/09/2017 Surat Perintah Jaksa Agung RI, bulan September 2017

3 SR-O 1 / A/JA/09 /2017 Surat Sangat Rahasia Jaksa Agung RI, bulan Setember
2017.

4. R-Ol/A/JA/09/2017 SUrat Rahasia Jaksa Agung RI, bulan September 2017

5. B-Ol/A/JA/09/2017 Surat Biasa Jaksa Agung RI , bulan September 2017

6. T-Ol/ A/JA/09/2017 Surat Terbatas Jaksa Agung RI , bulan September 2017

7. SR-Ol/B/WJA/09/2017 SUrat Sangat Rahasia Wakil Jaksa Agung RI, bulan


September tahun 2017

8. SR-O I/C/Cr/09 /2017 Surat Sangat Rahasia Jaksa Agung Muda Pembinaan yang
ada hubungannya dengan tugas/fungsi Biro Perencanaan,
bulan September Tahun 2017

9. SR-O 1/0 /Os/09/20 17 Surat Sangat Rahasia Jaksa Agung Muda Intelijen yang
ada hubungannya dengan tugas/fungsi Sekretariat Jaksa
Agung Muda Intelijen, bulan September Tahun 2017

10. SR-Ol/E/Eoh/09/2017 Surat Sangat Rahasia Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Umum yang ada hubungannya dengan tugas/fungsi
Oirektorat Tindak Pidana terhadap Orang dan Harta
Benda, bulan september 2017

11. SR-Ol/F/Fpk/09/2017 Surat Sangat Rahasia Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus yang ada hubungannya dengan tugas / fungsi
Oirektorat Penyidikan, bulan September Tahun 2017

12. SR-Ol/G/Gs/09/2017 Surat Sangat Rahasia Jaksa Agung Muda Perdata dan
Tata Usaha Negara yang ada Hubungannya dengan
tugas/ fungsi Sekretariat Jaksa Agung Muda Perdata dan
Tata Usaha Negara, bulan September Tahun 2017

13. SR-Ol/H/Hs/09/2017 Surat Sangat Rahasia Jaksa Agung Muda Pengawasan


yang ada hubungannya dengan tugas/fungsi Sekretariat
Jaksa Agung Muda Pengawasan, bulan September Tahun
2017

14. R-O 1/I/Imk.l /09/2017 Surat Rahasia Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan
yang ada hubungannya dengan Bidang Program
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan,
bulan September Tahun 2017

15. R-Ol/K.l/Kpp.2/09/2017 Surat Rahasia Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan


yang ada hubungannya dengan Bidang Pengkajian dan
Pengembangan bulan September Tahun 2017
I
- 46­

I
NO. NOMOR NASKAH DINAS PENJELASAN

16. R-Ol/K.3/Kph.l /09/2017 Surat Rahasia Kepala Pusat Penerangan Hukum yang ada
hubungannya dengan Bidang Penerangan dan
Penyuluhan Hukum bulan September Tahun 2017

17. R-O 1/K.2/Kti.2/09 /2017 Surat Rahasia Kepala Pusat Data Statistik Krlminal dan
Teknologi Informasi yang ada hUbungannya dengan
Bidang Penerapan dan Pengembangan Teknologi
Informasi, bulan September Tahun 2017

18. R-Ol/K.4/Kpa.1/09/2017 Surat Rahasia Kepala Pusat Pemulihan Aset yang ada
hubungan dengan Bidang Pemulihan Aset Transnasional
bulan September 2017

19. R-O 1/L.1/Cu.1/09 /2017 SUrat Rahasia Kepala Kejaksaan Tinggi Nanggroe Aceh
Darussalam yang ada hubungannya dengan Penyusunan
anggaran, bulan September 2017.

20. R-Ol/L.1.1O/Cu.l/09/2017 Surat Rahasia Kepala Kejaksaan Negeri Banda Aceh yang
ada hubungannya dengan Penyusunan Anggaran, bulan
September Tahun 2017.

21. R-O 1/L.12.7 /Cu.1/09 /2017 Surat Rahasia Kepala Cabang Kejaksaan Negeri Sigli di
Kota Bakti yang ada hubungannya dengan Penyusunan
anggaran, bulan September 2017.

Catatan:

Untuk pejabat Kejaksaan RI pada perwakilan di luar negeri, agar disesuaikan

dengan kode naskah dinas Kedutaan Sesar / Konsulat Jenderal setempat.

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,


)

H. M. PRASETYO
PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2019
TENTANG
TATA NASKAH DINAS KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam meningkatkan tertib administrasi, Tata


Naskah Dinas sebagai salah satu unsur administrasi
umum perlu disempurnakan untuk keseragaman dan
ketertiban Tata Naskah Dinas di lingkungan Kejaksaan
Republik Indonesia;
b. bahwa Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-
112/J.A/11/1981 tentang Pedoman Penyusunan dan
Bentuk Tata Naskah Dinas Kejaksaan Republik
Indonesia, dan Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-
161/J.A/11/1982 tentang Penyempurnaan Lampiran I
dan II Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor
KEP-112/J.A/11/1981 tentang Pedoman Penyusunan
dan Bentuk Tata Naskah Dinas Kejaksaan Republik
Indonesia, sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Kejaksaan tentang Tata Naskah Dinas
Kejaksaan Republik Indonesia;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang


Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);
2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5071);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009
tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5286);
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 65);
5. Peraturan Kepala Arsip Nasional Nomor 2 Tahun 2014
tentang Pedoman Tata Naskah Dinas (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 432);
6. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/ 07/2017
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1069), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Kejaksaan Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-
006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kejaksaan Republik Indonesia (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1094);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEJAKSAAN TENTANG TATA NASKAH DINAS
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA.
-3-

Pasal 1
Dalam Peraturan Kejaksaan ini yang dimaksud dengan:
1. Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
2. Tata Naskah Dinas adalah pengaturan tentang jenis dan
format, teknik penyusunan, kewenangan
penandatanganan serta pengamanan Naskah Dinas yang
digunakan dalam komunikasi kedinasan di Kejaksaan.
3. Naskah Dinas adalah informasi tertulis sebagai alat
komunikasi kedinasan yang dibuat oleh pejabat yang
berwenang di Kejaksaan.
4. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam
berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
dibuat dan diterima oleh Kejaksaan dalam pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan.
5. Format adalah susunan dan bentuk naskah yang
menggambarkan tata letak dan redaksional, serta
penggunaan Lambang Negara, logo dan Cap/Stempel
Dinas.
6. Penanda Tangan Naskah Dinas adalah pejabat yang
menandatangani Naskah Dinas sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab kedinasan pada jabatannya.
7. Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas adalah
hak dan kewajiban yang melekat pada pejabat yang
berwenang untuk menandatangani Naskah Dinas sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab kedinasan pada
jabatannya.
8. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Lambang Negara adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
9. Lambang Kejaksaan adalah gambar berupa sebatang
tangkai padi dengan butir padi berjumlah 22 (dua puluh
dua) buah, sebatang tangkai bunga kapas berjumlah 7
(tujuh) buah, dan sebilah pedang serta sebuah
-4-

timbangan di antaranya, sebagaimana tercantum dalam


Keputusan Jaksa Agung mengenai Lambang Kejaksaan.
10. Logo Kejaksaan adalah lambang Korps Adhyaksa yang
berupa Lambang Kejaksaan ditambah tanda bintang
berjumlah 3 (tiga) buah di bagian atas, dan pita
bertuliskan seloka Satya Adi Wicaksana di bagian
bawah.
11. Cap/Stempel Dinas adalah Lambang Kejaksaan sebagai
tanda pengenal yang sah, dibubuhkan pada ruang tanda
tangan dan amplop dinas.
12. Kop Surat Dinas adalah kepala surat yang menunjukan
jabatan atau nama instansi Kejaksaan yang ditempatkan
di bagian atas kertas Naskah Dinas.
13. Kop Amplop Surat Dinas adalah kepala sampul surat
yang menunjukkan jabatan atau instansi Kejaksaan,
yang ditempatkan di bagian atas sampul surat.
14. Kertas Permanen adalah kertas yang bebas asam (acid
free) atau memiliki tingkat keasaman rendah, memiliki
keawetan dan daya tahan tinggi dalam jangka waktu
lama.

Pasal 2
Peraturan Kejaksaan ini merupakan pedoman Tata Naskah
Dinas di Kejaksaan.

Pasal 3
(1) Ruang lingkup peraturan Tata Naskah Dinas Kejaksaan
meliputi:
a. jenis dan format Naskah Dinas;
b. pembuatan Naskah Dinas;
c. pengamanan Naskah Dinas;
d. kewenangan penandatanganan; dan
e. pengendalian Naskah Dinas.
(2) Jenis, format, pembuatan, pengamanan, kewenangan
penandatanganan dan pengendalian Naskah Dinas
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kejaksaan ini.
-5-

Pasal 4
Naskah Dinas Kejaksaan ditandatangani dan dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang di lingkungan Kejaksaan sesuai
dengan tingkatannya pada Kejaksaan Agung, Kejaksaan
Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri.

Pasal 5
(1) Ketentuan lain yang mengatur tentang Tata Naskah
Dinas tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Kejaksaan ini.
(2) Ketentuan yang mengatur tentang Tata Naskah Dinas
yang bersifat khusus tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Kejaksaan ini.

Pasal 6
Pada saat Peraturan Kejaksaan ini mulai berlaku:
a. Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-112/J.A/11/1981
tentang Pedoman Penyusunan dan Bentuk Tata Naskah
Dinas Kejaksaan Republik Indonesia;
b. Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-161/J.A/11/1982
tentang Penyempurnaan Lampiran I dan II Keputusan
Jaksa Agung Nomor: KEP-112/J.A/11/1981 tentang
Pedoman Penyusunan dan Bentuk Tata Naskah Dinas
Kejaksaan Republik Indonesia;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 7
Peraturan Kejaksaan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-6-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Kejaksaan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Oktober 2019

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

ttd

H. M. PRASETYO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 November 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 1410


-7-

LAMPIRAN
PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2019
TENTANG
TATA NASKAH DINAS KEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA

TATA NASKAH DINAS KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS


A. Naskah Dinas Arahan
1. Naskah Dinas Pengaturan
a. Peraturan
b. Pedoman
c. Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis
d. Instruksi
e. Standar Prosedur Operasional (SPO)
f. Surat Edaran
2. Naskah Dinas Penetapan (Keputusan)
3. Naskah Dinas Penugasan (Surat Perintah/Surat Tugas)
B. Naskah Dinas Korespondensi
1. Naskah Dinas Korespondensi Internal
a. Nota Dinas
b. Memorandum
c. Disposisi
d. Surat Undangan Internal
2. Naskah Dinas Korespondensi Eksternal
a. Surat Dinas
b. Surat Undangan Eksternal
C. Naskah Dinas Khusus
1. Surat Perjanjian
a. Perjanjian Dalam Negeri
b. Perjanjian Internasional
2. Surat Kuasa
3. Berita Acara
4. Surat Keterangan
5. Surat Pengantar
-8-

6. Pengumuman
D. Laporan
E. Telaah Staf
F. Notula
G. Surat Izin Jalan
H. Surat Permohonan untuk Mendapat Surat Izin Jalan
I. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas
J. Piagam/Sertifikat
K. Naskah Dinas Elektronik

BAB II PEMBUATAN NASKAH DINAS


A. Persyaratan Pembuatan
B. Penomoran Naskah Dinas
C. Penggunaan Kertas, Amplop dan Warna Tinta
D. Ketentuan Jarak Spasi, Jenis dan Ukuran Huruf, serta Kata
Penyambung
E. Penentuan Batas/Ruang Tepi
F. Nomor Halaman
G. Tembusan
H. Lampiran
I. Penggunaan Lambang Negara dan Logo Kejaksaan
J. Pengaturan Paraf Naskah Dinas dan Penggunaan Cap/Stempel
Dinas dan
K. Perubahan, Pencabutan, Pembatalan dan Ralat Naskah Dinas

BAB III PENGAMANAN NASKAH DINAS


A. Penentuan Kategori Klasifikasi Keamanan dan Akses Naskah
Dinas
B. Perlakuan Terhadap Naskah Dinas Berdasarkan Klasifikasi
Keamanan dan Akses
1. Pemberian Kode Derajat Klasifikasi Keamanan dan Akses
2. Pemberian Nomor Seri Pengaman dan Security Printing
3. Pembuatan dan Pengawasan Naskah Dinas yang Bersifat
Rahasia
4. Pengiriman Naskah Dinas
-9-

BAB IV PENANDATANGANAN
A. Penggunaan Garis Kewenangan
B. Ruang Tanda Tangan
C. Kewenangan Penandatanganan

BAB V PENGENDALIAN NASKAH DINAS


A. Naskah Dinas Masuk
B. Naskah Dinas Keluar
- 10 -

BAB I

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

A. Naskah Dinas Arahan


Naskah Dinas Arahan adalah Naskah Dinas yang memuat kebijakan pokok
atau kebijakan pelaksanaan yang harus dipedomani dan dilaksanakan
dalam penyelenggaraan tugas dan kewenangan Kejaksaan yang berupa
produk hukum yang bersifat pengaturan, penetapan, dan penugasan.
1. Naskah Dinas Pengaturan
Naskah Dinas yang bersifat pengaturan terdiri dari Peraturan,
Pedoman, Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis, Instruksi, Standar
Prosedur Operasional, dan Surat Edaran.
a. Peraturan
Peraturan Kejaksaan merupakan jenis peraturan yang ditetapkan
oleh Jaksa Agung berdasarkan kewenangan dalam rangka
penyelenggaraan urusan tertentu dalam pemerintahan. Peraturan
Kejaksaan diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan.
Tata cara pembentukan Peraturan Kejaksaan mutatis mutandis
sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai
pembentukan peraturan perundang-undangan.
b. Pedoman
1) Pengertian
Pedoman adalah Naskah Dinas yang memuat acuan di
lingkungan Kejaksaan yang menjadi dasar atau petunjuk untuk
menentukan atau melaksanakan tugas. Pedoman dapat
merupakan lampiran dari peraturan dan dapat berdiri sendiri.
2) Wewenang penetapan dan penandatanganan
a) Pedoman yang merupakan lampiran dari Peraturan
ditetapkan dan ditandatangani oleh Jaksa Agung.
b) Pedoman yang berdiri sendiri ditetapkan dan ditandatangani
oleh Jaksa Agung atau pejabat Eselon I atas nama Jaksa
Agung.
- 11 -

3) Susunan
a) Pedoman yang merupakan lampiran dari Peraturan
(1) Kepala
Bagian kepala Pedoman terdiri dari:
(a) judul lampiran ditulis di sudut kanan atas dengan
huruf kapital seluruhnya, rata kiri dan tanpa diakhiri
tanda baca; dan
(b) judul Pedoman ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris.
(2) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Pedoman terdiri dari:
(a) pendahuluan, memuat latar belakang secara
singkat/dasar pemikiran, maksud dan tujuan, ruang
lingkup dan pengertian;
(b) materi Pedoman; dan
(c) penutup.
(3) Kaki
Bagian kaki Pedoman ditempatkan di sebelah kanan
bawah yang terdiri dari:
(a) nama jabatan pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda baca
koma (,);
(b) tanda tangan pejabat yang menandatangani; dan
(c) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital.
b) Pedoman yang berdiri sendiri
(1) Kepala
(a) Kop Pedoman yang ditandatangani oleh Jaksa Agung
terdiri dari Lambang Negara dan di bawahnya
bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia dengan
huruf kapital, berwarna kuning emas dan diletakkan
secara simetris.
(b) Kop Pedoman yang ditandatangani oleh pejabat Eselon
I atas nama Jaksa Agung terdiri dari:
a. Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin);
- 12 -

b. frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di


bawahnya mencantumkan frasa Kejaksaan Agung,
dengan huruf kapital berwarna hitam.
(c) Kata Pedoman ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
(d) Nomor Pedoman ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
(e) Kata tentang ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris di bawah nomor;
(f) Rumusan judul Pedoman ditulis dengan huruf kapital
dan diletakkan secara simetris di bawah kata tentang.
(2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Pedoman terdiri dari:
(a) pendahuluan, memuat latar belakang secara
singkat/dasar pemikiran, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, dasar hukum dan pengertian;
(b) materi Pedoman; dan
(c) penutup.
(3) Kaki
Bagian kaki Pedoman ditempatkan di sebelah kanan
bawah yang terdiri dari:
(a) tempat dan tanggal penetapan Pedoman;
(b) nama jabatan pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda baca
koma (,);
(c) tanda tangan pejabat yang menandatangani;
(d) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital; dan
(e) Cap/Stempel Dinas.
- 13 -

Contoh 1. Format Pedoman sebagai Lampiran dari Peraturan

LAMPIRAN
PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN…
TENTANG
......................
judul pedoman
ditulis dengan
huruf kapital
PEDOMAN
................................

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
……………………………………………………………………………..………….
2. Maksud dan Tujuan Memuat alasan
…………………………………………………………………........…….………… tentang
3. Ruang Lingkup ditetapkannya
pedoman
………………………………………………………………………..……….………
4. Pengertian
..........................................................................................................

BAB II

…………………………………………………………………………..……………….. Terdiri dari


konsepsi dasar /
…………..dan seterusnya pokok-pokok

BAB III

…………………………………………………………………………….……………..
…………………… dan seterusnya..

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Nama jabatan


dan nama
lengkap ditulis
dengan huruf
kapital
NAMA LENGKAP
- 14 -

Contoh 2. Format Pedoman yang Berdiri Sendiri dan Ditandatangani oleh


Jaksa Agung
Lambang negara
dan nama jabatan
yang telah
dicetak

JAKSA AGUNG Penomoran


REPUBLIK INDONESIA mengacu pada
peraturan
mengenai kode
PEDOMAN penomoran
NOMOR … TAHUN… naskah dinas
TENTANG
…………………….
Judul pedoman
ditulis dengan
huruf kapital
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
………………………………………………………………………………………
2. Maksud dan Tujuan Memuat alasan
dan dasar
…………………………………………………………………..…………….…… ditetapkannya
3. Ruang Lingkup Pedoman
…………………………………………………………………….……………..…
4. Dasar Hukum
……………………………………………………………………………………...
5. Pengertian
……………………………………………………………………….……..…...…
Terdiri dari
BAB II konsepsi dasar/
pokok-pokok
……………………………………………………………………………….…..….…
……….. dan seterusnya

BAB III

…………………………………………………………………………….…....…..…
………………………………………………………………………….….…..…...…
………. dan seterusnya.
ditulis nama
tempat dan
Ditetapkan di ……….....… tanggal
pada tanggal ……………….. penetapan

nama jabatan
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, dan nama
lengkap ditulis
Tanda tangan dengan huruf
kapital.
dan cap/stempel dinas jabatan

NAMA LENGKAP
- 15 -

Contoh 3. Format Pedoman yang Berdiri Sendiri dan Ditandatangani oleh


Pejabat Eselon I
mencantumkan Logo
Kejaksaan, dengan
frasa Kejaksaan
Republik Indonesia
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA serta Kejaksaan
Agung
KEJAKSAAN AGUNG

PEDOMAN Penomoran mengacu


pada peraturan
NOMOR : …………………………… mengenai kode
penomoran naskah
TENTANG dinas.

……………………. Judul pedoman


ditulis dengan huruf
kapital

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
……………………………………………………………………………………… Memuat alasan dan
2. Maksud dan Tujuan dasar ditetapkannya
pedoman
…………………………………………………………………..…………….……
3. Ruang Lingkup
…………………………………………………………………….……………..…
4. Dasar Hukum
……………………………………………………………………………….……..
5. Pengertian
……………………………………………………………………….……....……

BAB II
Terdiri dari
……………………………………………………………………………….…..…… konsepsi dasar/
…………..dan seterusnya pokok-pokok

BAB III

…………………………………………………………………………….…..…..…
………………………………………………………………………….….…..….…
………. dan seterusnya.
ditulis nama tempat
dan tanggal
Ditetapkan di ………… penetapan,
pada tanggal ……....…
nama jabatan dan
nama lengkap
a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA ditulis dengan
NAMA JABATAN, huruf kapital.

tanda tangan
dan Cap/Stempel Dinas instansi

NAMA LENGKAP
- 16 -

c. Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis


1) Pengertian
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)/Petunjuk Teknis (Juknis) adalah
Naskah Dinas pengaturan yang memuat cara pelaksanaan
kegiatan, termasuk urutan pelaksanaannya serta wewenang dan
prosedurnya. Juklak/Juknis dapat merupakan lampiran dari
peraturan dan dapat berdiri sendiri.
2) Wewenang penetapan dan penandatanganan
a) Juklak/Juknis yang merupakan lampiran dari Peraturan
ditetapkan dan ditandatangani oleh Jaksa Agung.
b) Juklak/Juknis yang berdiri sendiri ditetapkan dan
ditandatangani oleh pejabat Eselon I.
3) Susunan
a) Juklak/Juknis yang merupakan lampiran dari Peraturan.
(1) Kepala
Bagian kepala Juklak/Juknis terdiri dari:
(a) judul lampiran yang ditulis di sudut kanan atas
dengan huruf kapital seluruhnya, rata kiri dan tanpa
diakhiri tanda baca; dan
(b) judul Juklak/Juknis ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris.
(2) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Juklak/Juknis terdiri dari:
(a) pendahuluan, memuat latar belakang secara
singkat/dasar pemikiran, maksud dan tujuan, ruang
lingkup dan pengertian;
(b) materi Juklak/Juknis, dengan jelas menunjukkan
urutan tindakan, pengorganisasian, koordinasi,
pengendalian, dan hal lain yang dipandang perlu
untuk dilaksanakan; dan
(c) penutup.
3) Kaki
Bagian kaki Juklak/Juknis ditempatkan di sebelah kanan
bawah yang terdiri dari:
(a) nama jabatan pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda baca koma
(,);
- 17 -

(b) tanda tangan pejabat yang menandatangani; dan


(c) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital.
b) Juklak/Juknis yang berdiri sendiri
(1) Kepala
Bagian kepala Juklak/Juknis terdiri dari:
(a) kop Juklak/Juknis terdiri dari:
a. Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin); dan
b. frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di
bawahnya mencantumkan frasa Kejaksaan Agung,
dengan huruf kapital berwarna hitam.
(b) frasa Petunjuk Pelaksanaan atau Petunjuk Teknis
dengan huruf kapital dan diletakkan secara simetris;
(c) nomor Juklak/Juknis yang ditulis dengan huruf
kapital dan diletakkan secara simetris;
(d) kata tentang ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris di bawah nomor; dan
(e) rumusan judul Juklak/Juknis ditulis dengan huruf
kapital dan diletakkan secara simetris di bawah kata
tentang.
(2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Juklak/Juknis terdiri dari:
(a) pendahuluan, yang memuat latar belakang secara
singkat/dasar pemikiran, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, dasar hukum dan pengertian;
(b) materi Juklak/Juknis, dengan jelas menunjukkan
urutan tindakan, pengorganisasian, koordinasi,
pengendalian, dan hal lain yang dipandang perlu
untuk dilaksanakan; dan
(c) penutup.
3) Kaki
Bagian kaki Juklak/Juknis ditempatkan di sebelah kanan
bawah yang terdiri dari:
(a) tempat dan tanggal penetapan Juklak/Juknis;
(b) nama jabatan pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda baca koma
(,);
- 18 -

(c) tanda tangan pejabat yang menandatangani;


(d) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital; dan
(e) Cap/Stempel Dinas.

Contoh 4. Format Juklak/Juknis sebagai Lampiran dari Peraturan

LAMPIRAN
PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR… TAHUN…
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN / TEKNIS*)……………..
judul
Juklak/Juknis
yang ditulis
PETUNJUK PELAKSANAAN/TEKNIS*) dengan huruf
…………………………………….. kapital

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
……………………………………………………………………………..…………. Memuat alasan
2. Maksud dan Tujuan tentang
ditetapkannya
…………………………………………………………………........……………… Juklak/Juknis
3. Ruang Lingkup
………………………………………………………………………..………………
4. Pengertian
............................................

BAB II Menunjukan
urutan tindakan,
…………………………………………………………………………..……………….. pengorganisasian,
…………..dan seterusnya koordinasi,
pengendalian,
dan sebagainya.
BAB III

…………………………………………………………………………….……………..
…………………… dan seterusnya.

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Nama jabatan


dan nama
lengkap, yang
ditulis dengan
huruf kapital
NAMA LENGKAP

*) dipilih yang dianggap perlu


- 19 -

Contoh 5. Format Juklak/Juknis yang Berdiri Sendiri

mencantumkan logo
Kejaksaan, dengan
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA frasa
KEJAKSAAN AGUNG Kejaksaan Republik
Indonesia
serta Kejaksaan
Agung
PETUNJUK PELAKSANAAN/PETUNJUK TEKNIS*) Penomoran
mengacu pada
NOMOR: ………………….... peraturan mengenai
kode penomoran
naskah dinas.
TENTANG
………………………………………..
Judul juklak/juknis
ditulis dengan huruf
BAB I kapital
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
……………………………………………………………………………………… Memuat alasan dan
dasar ditetapkannya
2. Maksud dan Tujuan Juklak/Juknis
…………………………………………………………………..…………….……
3. Ruang Lingkup
…………………………………………………………………….……………..…
4. Dasar Hukum
………………………………………………………………………………………
5. Pengertian
……………………………………………………………………….……..……

BAB II Menunjukan urutan


………. tindakan,
pengorganisasian,
koordinasi,
……………………………………………………………………………….…..…… pengendalian, dan
…………..dan seterusnya sebagainya.

BAB III
……….
…………………………………………………………………………….…..…..…
………………………………………………………………………….….…..….…
………. dan seterusnya.
ditulis nama tempat
Ditetapkan di ……………….. dan tanggal
pada tanggal ...................... penetapan,

NAMA JABATAN, nama jabatan dan


nama lengkap ditulis
dengan huruf kapital.
Tanda tangan
dan Cap/Stempel Dinas instansi

NAMA LENGKAP

*) dipilih yang dianggap perlu


- 20 -

d. Instruksi
1) Pengertian
Instruksi adalah Naskah Dinas yang memuat perintah berupa
petunjuk/arahan tentang pelaksanaan suatu kebijakan pimpinan
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2) Wewenang penetapan dan penandatanganan
Pejabat yang berwenang menetapkan dan menandatangani
Instruksi adalah:
a. Jaksa Agung dan dapat didelegasikan kepada pejabat Eselon I
atas nama Jaksa Agung; atau
b. Kepala Kejaksaan Tinggi dalam lingkup kewenangannya, atas
persetujuan Jaksa Agung.
3) Susunan
a) Kepala
Bagian kepala Instruksi terdiri dari:
(1) kop Instruksi yang ditandatangani oleh Jaksa Agung,
terdiri dari Lambang Negara dan di bawahnya bertuliskan
Jaksa Agung Republik Indonesia dengan huruf kapital,
berwarna kuning emas dan diletakkan secara simetris;
(2) kop Instruksi yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I
atas nama Jaksa Agung, terdiri dari:
(a) Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin);
(b) frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
mencantumkan frasa Kejaksaan Agung, dengan huruf
kapital berwarna hitam.
(3) kop Instruksi yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan
Tinggi, terdiri dari:
(a) Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin);
(b) frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
mencantumkan nama Kejaksaan Tinggi (Kejaksaan
Tinggi yang mengeluarkan Instruksi), dengan huruf
kapital berwarna hitam.
(4) kata Instruksi dan nama jabatan pejabat yang
menetapkan, ditulis dengan huruf kapital dan diletakkan
secara simetris;
(5) nomor Instruksi ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
- 21 -

(6) kata tentang ditulis dengan huruf kapital dan diletakkan


secara simetris di bawah nomor;
(7) rumusan judul Instruksi ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris di bawah kata tentang; dan
(8) nama jabatan pejabat yang menetapkan Instruksi ditulis
dengan huruf kapital, diletakkan secara simetris dan
diakhiri dengan tanda baca koma (,).
b) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Instruksi memuat substansi Instruksi,
yaitu:
(1) latar belakang atau uraian singkat mengenai alasan
dibuatkan Instruksi yang diawali frasa Dalam rangka.
(2) kata kepada ditulis dengan huruf awal kapital diakhiri
dengan tanda baca titik dua (:);
(3) Instruksi ditujukan kepada pejabat yang bersangkutan;
(4) nama jabatan pejabat yang dituju;
(5) kata untuk ditulis dengan huruf awal kapital;
(6) diktum kata Kesatu dan seterusnya ditulis dengan huruf
kapital, dan memuat substansi Instruksi.
c) Kaki
Bagian kaki Instruksi ditempatkan di sebelah kanan bawah
yang terdiri dari:
(1) tempat dan tanggal dikeluarkannya Instruksi;
(2) nama jabatan Pejabat yang menetapkan, ditulis dengan
huruf kapital, diakhiri dengan tanda baca koma (,);
(3) tanda tangan pejabat yang menetapkan;
(4) nama lengkap pejabat penandatangan, ditulis dengan
huruf kapital; dan
(5) cap/stempel dinas.
- 22 -

Contoh 6. Format Instruksi yang Ditandatangani oleh Jaksa Agung

Lambang Negara dan


nama jabatan yang
telah dicetak

JAKSA AGUNG
REPULIK INDONESIA
Penomoran mengacu
pada peraturan
mengenai kode
INSTRUKSI penomoran Naskah
Dinas
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN...
Judul Instruksi
TENTANG ditulis dengan huruf
kapital
...............................................................

JAKSA AGUNG REPULIK INDONESIA,


Memuat alasan
tentang perlunya
ditetapkan
Dalam rangka ............................................................................... Instruksi

.............................. dengan ini menginstruksikan:


Daftar pejabat yang
Kepada : 1. Nama, jabatan; menerima Instruksi

2. Nama, jabatan;
3. dan seterusnya (jika ada);
Untuk : Memuat substansi
arahan yang di
KESATU : ……………………………………………………………………….. instruksikan
KEDUA : ………………………………………………………………………..
KETIGA : ………………………………………………………………………..
dan seterusnya.

Dikeluarkan di …………….…. ditulis nama


tempat dan
pada tanggal …………………. tanggal
penetapan,

nama jabatan
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, dan nama
lengkap ditulis
tanda tangan dengan huruf
kapital.
dan Cap/Stempel Dinas jabatan

NAMA LENGKAP
- 23 -

Contoh 7. Format Instruksi yang Ditandatangani Pejabat Eselon I Atas Nama


Jaksa Agung

mencantumkan Logo
Kejaksaan, dengan
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA frasa
Kejaksaan Republik
KEJAKSAAN AGUNG Indonesia
serta Kejaksaan
Agung

INSTRUKSI Penomoran mengacu


pada peraturan
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA mengenai kode
penomoran naskah
NOMOR ………………………… dinas

TENTANG
Judul Instruksi ditulis
………………………………………....... dengan huruf kapital

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,


Memuat alasan
tentang perlunya
Dalam rangka ...................................................................... ditetapkan Instruksi

.............................................. dengan ini menginstruksikan:


Kepada : 1. Nama, jabatan;
Daftar pejabat yang
2. Nama, jabatan; menerima Instruksi

3. dan seterusnya (jika ada)


Untuk :
KESATU : ……………………………………………………………..
KEDUA : ……………………………………………………………..
Memuat substansi
KETIGA : …………………………………………………………….. arahan yang di
instruksikan
dan seterusnya.

Dikeluarkan di ………………. ditulis nama tempat


dan tanggal
pada tanggal ………………. penandatanganan

a.n JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA nama jabatan dan


nama lengkap ditulis
NAMA JABATAN, dengan huruf kapital.

tanda tangan
dan cap/stempel instansi

NAMA LENGKAP
- 24 -

Contoh 8. Format Instruksi yang Ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan


Tinggi

mencantumkan logo
Kejaksaan, dengan
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA frasa
Kejaksaan Republik
KEJAKSAAN TINGGI .....................................*) Indonesia
serta nama
Kejaksaan Tinggi

INSTRUKSI
Penomoran mengacu
KEPALA KEJAKSAAN TINGGI ..........................*) pada peraturan
mengenai kode
NOMOR …………………………. penomoran naskah
dinas.
TENTANG
……………………………………....….. Judul instruksi ditulis
dengan huruf kapital

KEPALA KEJAKSAAN TINGGI..................,*)

Memuat alasan
tentang perlunya
Dalam rangka ...................................................................... ditetapkan instruksi
.............................................................................................
dengan ini menginstruksikan:
Kepada : 1. Nama, jabatan; Daftar pejabat yang
menerima instruksi
2. Nama, jabatan;
3. dan seterusnya (jika ada)
Untuk :
KESATU : ……………………………………………………………..
KEDUA : …………………………………………………………….. Memuat substansi
arahan yang di
KETIGA : …………………………………………………………….. instruksikan

dan seterusnya.

ditulis nama
Dikeluarkan di ……….. tempat dan
pada tanggal ……….. tanggal
penandatanganan

KEPALA KEJAKSAAN TINGGI................*) nama jabatan dan


nama lengkap
ditulis dengan
Tanda tangan huruf kapital.
dan cap/stempel dinas jabatan

NAMA LENGKAP

*) disesuaikan dengan nama Kejaksaan Tinggi yang mengeluarkan Instruksi


- 25 -

e. Standar Prosedur Operasional (SPO)

1) Pengertian
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah serangkaian perintah
atau arahan tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan kegiatan organisasi tentang bagaimana dan kapan
harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan.
2) Wewenang Penetapan dan Penandatanganan
Pejabat yang menetapkan dan menandatangani adalah Jaksa Agung
Muda atau Kepala Badan Pendidikan dan Latihan atas nama Jaksa
Agung, Kepala Kejaksaan Tinggi, dan Kepala Kejaksaan Negeri.
3) Susunan
a) Halaman judul (Cover)
Halaman judul merupakan halaman pertama sebagai sampul
muka SPO. Halaman judul ini berisi informasi mengenai:
(1) Kepala
Kop SPO dibuat di atas kertas yang terdiri dari logo Kejaksaan
(di sisi kiri margin), dan tulisan Kejaksaan Republik Indonesia
dengan huruf kapital.
(2) Judul SPO
(3) Nama Unit Kerja
 untuk di Kejaksaan Agung dengan tulisan:
contoh:
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PEMBINAAN
KEJAKSAAN AGUNG

 untuk di Kejaksaan Tinggi dengan tulisan nama Kejaksaan


Tinggi.
contoh: KEJAKSAN TINGGI ACEH

 untuk di Kejaksaan Negeri dengan tulisan nama


Kejaksaan Negeri.
contoh: KEJAKSAAN NEGERI SABANG

(4) Tahun pembuatan


(5) Informasi lain yang diperlukan, contoh: alamat kantor
- 26 -

Contoh 9. Format Halaman Sampul

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA logo Kejaksaan dan


tulisan Kejaksaan
Republik Indonesia

Judul Dokumen
SPO sesuai unit
kerja yang
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL membuatnya

…………………….……….
…………………………..…

Tahun
TAHUN 2019 Pembuatan SPO

Alamat kantor
Jl. Sultan Hasanuddin Nomor 1,
Kebayoran Baru – Jakarta Selatan

b) Keputusan pimpinan
SPO merupakan acuan kerja bagi setiap pegawai maka harus
memiliki kekuatan hukum. Dalam halaman selanjutnya setelah
judul, disajikan keputusan Jaksa Agung Muda atau Kepala
Badan Pendidikan dan Latihan atas nama Jaksa Agung, Kepala
Kejaksaan Tinggi, dan Kepala Kejaksaan Negeri.
c) Daftar isi SPO
Daftar isi dibuat untuk membantu mempermudah pencarian
informasi dan menulis perubahan/revisi dari bagian tertentu
dari SPO terkait.
d) Penjelasan singkat penggunaan
Sebagai sebuah rangkaian perintah atau arahan tertulis maka
SPO perlu memuat penjelasan bagaimana membaca dan
menggunakannya. Isi dari bagian ini antara lain mencakup:
- 27 -

(1) Ruang lingkup, menjelaskan tujuan prosedur dibuat dan


kebutuhan organisasi Kejaksaan.
(2) Ringkasan, memuat uraian singkat mengenai prosedur yang
dibuat.
e) Bagian identitas
Bagian identitas dari unsur prosedur dalam SPO dapat
dijelaskan sebagai berikut:
(1) Logo Kejaksaan dan nomenklatur unit kerja pembuat.
(2) Nomor SPO, diisi dengan nomor secara berurutan dalam 1
(satu) tahun takwim.
(3) Tanggal pengesahan, diisi tanggal pengesahan SPO.
(4) Tanggal revisi, diisi tanggal SPO direvisi atau tanggal
rencana diperiksa kembali SPO tersebut.
(5) Pengesahan oleh pejabat yang berwenang pada unit kerja.
Kolom pengesahan berisi nomenklatur jabatan, tanda
tangan, nama pejabat yang disertai dengan NIP serta
cap/stempel dinas.
(6) Judul SPO, sesuai dengan kegiatan tugas dan fungsi yang
dimiliki.
(7) Dasar Hukum, berupa peraturan perundang-undangan dan
peraturan pelaksanaannya yang mendasari prosedur yang
dibuat menjadi SPO.
(8) Keterkaitan, memberikan penjelasan mengenai keterkaitan
prosedur yang distandarkan dengan prosedur lain yang
disandarkan (SPO lain yang terkait secara langsung dalam
proses pelaksanaan kegiatan dan menjadi bagian dari
kegiatan tersebut).
(9) Peringatan, memberikan penjelasan mengenai
kemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan
atau tidak dilaksanakan. Peringatan memberikan indikasi
berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berada
di luar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan,
serta berbagai dampak lain yang ditimbulkan. Dalam hal ini
dijelaskan pula bagaimana cara mengatasinya bila
diperlukan. Umumnya menggunakan kata peringatan, yaitu
jika/apabila-maka (if-then) atau batas waktu (dead line)
kegiatan harus sudah dilaksanakan.
- 28 -

(10) Kualifikasi pelaksana, memberikan penjelasan mengenai


kualifikasi pelaksana yang dibutuhkan dalam
melaksanakan perannya pada prosedur yang distandarkan.
(11) Peralatan dan perlengkapan, memberikan penjelasan
mengenai daftar peralatan utama (pokok) dan perlengkapan
yang dibutuhkan yang terkait secara langsung dalam
pelaksaaan SPO.
(12) Pencatatan dan pendataan, memuat berbagai hal yang
perlu didata dan dicatat oleh pejabat tertentu. Dalam kaitan
ini, perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang akan diisi
oleh setiap pelaksana yang terlibat dalam proses. Setiap
pelaksana yang ikut berperan dalam proses, diwajibkan
untuk mencatat dan mendata apa yang sudah
dilaksanakannya dan memberikan pengesahan bahwa
langkah yang ditanganinya dapat dilanjutkan pada langkah
selanjutnya. Pendataan dan pencatatan akan menjadi
dokumen yang memberikan informasi penting mengenai
”apakah prosedur telah dijalankan dengan benar”.

Contoh 10. Bagian Identitas SPO


Nomor SPO

Tanggal Pembuatan

Tanggal Revisi

Tanggal Efektif
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Nama Jabatan
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PEMBINAAN
Disahkan Oleh
BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI
………………….

BAGIAN RANCANGAN DAN Menghadiri rapat pembahasan Rancangan


Nama SPO
PERTIMBANGAN HUKUM Peraturan Perundang-undangan

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Memiliki kemampuan menganalisa peraturan perundangan.
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan 2. Mengetahui tata cara pembentukan perundang-undangan.
Republik Indonesia; 3. Memiliki kemampuan mengoperasikan komputer.
2. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan;
3. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. SPO Surat Perintah Menghadiri Rapat 1. Undangan rapat
2. SPO Laporan Menghadiri Rapat 2. Dokumen Pembahasan Rancangan Peraturan Perundang-
undangan
3. Peraturan perundang-undangan
4. Komputer/Printer/Scanner
Peringatan Pencatatan Dan Pendataan
Apabila SPO ini tidak dilakukan maka proses penyusunan Peraturan 1. Disimpan sebagai data elektronik
Kejaksaan kurang mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Disimpan sebagai bank data manual
- 29 -

f) Bagian flowchart
Bagian flowchart merupakan uraian mengenai langkah kegiatan
secara berurutan dan sistematis dari prosedur yang
distandarkan, yang berisi:
(1) Nomor, diisi nomor urut.
(2) Tahap kegiatan, diisi tahapan kegiatan yang merupakan
urutan logis suatu proses kegiatan. Biasanya menggunakan
kalimat aktif dengan awalan ”me-”.
(3) Pelaksana, merupakan pelaku (aktor) kegiatan. Simbol
diagram alir sesuai dengan proses yang dilakukan.
Keterangan simbol sebagaimana ditentukan pada daftar
simbol. Pelaksana diisi dengan nama jabatan (jabatan
fungsional umum, jabatan fungsional tertentu, jabatan
struktural) yang ada di unit kerja yang bersangkutan yang
melakukan proses kegiatan. Urutan penulisan jabatan
dimulai dari jabatan yang terlebih dahulu melakukan tahap
kegiatan. Jika dalam SPO tersebut terkait dengan unit lain
maka jabatan unit kerja lain diletakan setelah kolom jabatan
di unit yang bersangkutan.
(4) Mutu baku, berisi kelengkapan, waktu, output dan
keterangan. Agar SPO ini terkait dengan kinerja maka setiap
aktivitas hendaknya mengidentifikasikan mutu baku
tertentu, seperti: waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan persyaratan/kelengkapan yang diperlukan
(standar input) dan outputnya. Mutu baku ini akan menjadi
alat kendali mutu sehingga produk akhirnya (end product)
dari sebuah proses telah memenuhi kualitas yang
diharapkan, sebagaimana ditetapkan dalam standar
pelayanan. Untuk memudahkan dalam pendokumentasian
dan implementasi, sebaiknya SPO memiliki kesamaan dalam
unsur prosedur meskipun muatan dari unsur tersebut akan
berbeda sesuai dengan kebutuhan unit kerja. Norma waktu
bisa dalam hitungan menit, jam, hari.
g) Bagian pendukung
Bagian pendukung berisi uraian, keterangan atau contoh-
contoh formulir yang dapat mendukung penjelasan prosedur
kegiatan atau menjadi syarat kelengkapan suatu kegiatan.
- 30 -

f) Tujuan Standar Prosedur Operasional:


a) menyederhanakan, memudahkan dan mempercepat
penyampaian petunjuk;
b) memudahkan pekerjaan;
c) memperlancar dan menyeragamkan pelaksanaan kegiatan;
dan
d) meningkatkan kerja sama antara pimpinan, staf dan unsur
pelaksana.

Contoh 11. Simbol, Gambar dan Keterangannya


No. Simbol Gambar Keterangan
1. Simbol Kapsul/ mendeskripsikan kegiatan
Terminator mulai dan berakhir
2. Simbol Kotak/Process mendeskripsikan proses
atau kegiatan eksekusi
3. Simbol Belah Ketupat/ untuk mendeskripsikan
Decision kegiatan pengambilan
keputusan
4. Simbol Anak Panah/ mendeskripsikan arah
Panah/Arrow kegiatan (arah proses
kegiatan)
5. Simbol Segilima/Off-Page mendeskripsikan hubungan
Connector antar simbol yang berbeda
halaman.

Contoh 12. Contoh Bagian Flowchart SPO mikro

Pelaksana Mutu Baku

No Aktifitas Jabatan
Kabag Kasubbag Fungsional atau
Kelengkapan Waktu Output
Rantikum PRPP Jabatan
Pelaksana
1. Mempelajari undangan
rapat dan mendisposisi Undangan 15 menit Disposisi
Kasubbag dan/atau Jaksa rapat
Fungsional untuk Lembar
menghadiri rapat disposisi
pembahasan rancangan
peraturan perundang-
undangan

2. Mempelajari disposisi kabag Undangan 15 menit Disposisi


dan menugaskan jabatan rapat
fungsional/ jabatan Lembar
pelaksana lain untuk disposisi
menghadiri rapat
pembahasan rancangan
peraturan perundang-
undangan
3. Menghadiri rapat Undangan 1 hari Laporan rapat
pembahasan rancangan rapat
peraturan perundang- Komputer /
undangan Laptop
- 31 -

f. Surat Edaran
1) Pengertian
Surat Edaran adalah Naskah Dinas yang memuat pemberitahuan
tentang hal tertentu yang dianggap penting dan/atau mendesak.
2) Wewenang penetapan dan penandatanganan
Pejabat yang berwenang menetapkan dan menandatangani Surat
Edaran adalah:
a. Jaksa Agung dan dapat didelegasikan oleh Jaksa Agung kepada
Pejabat Eselon I atas nama Jaksa Agung; atau
b. Kepala Kejaksaan Tinggi dalam lingkup kewenangannya, atas
persetujuan Jaksa Agung.
3) Susunan
a) Kepala
Bagian kepala Surat Edaran terdiri dari:
(1) kop Surat Edaran yang ditandatangani oleh Jaksa Agung,
terdiri dari Lambang Negara dan di bawahnya bertuliskan
Jaksa Agung Republik Indonesia dengan huruf kapital,
berwarna kuning emas dan diletakkan secara simetris;
(2) kop Surat Edaran yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I
atas nama Jaksa Agung, terdiri dari:
(a) Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin);
(b) frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
mencantumkan frasa Kejaksaan Agung, dengan huruf
kapital berwarna hitam.
(3) kop Surat Edaran yang ditandatangani oleh Kepala
Kejaksaan Tinggi, terdiri dari:
(a) Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin);
(b) frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
mencantumkan nama Kejaksaan Tinggi (Kejaksaan Tinggi
yang mengeluarkan Surat Edaran), dengan huruf kapital
berwarna hitam.
(4) kata Yth., yang diikuti oleh nama pejabat yang dituju.
(5) tulisan Surat Edaran ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris.
(6) nomor Surat Edaran ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
- 32 -

(7) kata tentang dicantumkan di bawah nomor, ditulis dengan


huruf kapital dan diletakkan secara simetris.
(8) rumusan judul Surat Edaran ditulis dengan huruf kapital
dan diletakkan secara simetris di bawah kata tentang.
b) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Surat Edaran terdiri dari:
(1) latar belakang tentang perlunya dibuat Surat Edaran;
(2) maksud dan tujuan dibuatnya Surat Edaran;
(3) ruang lingkup diberlakukannya Surat Edaran;
(4) dasar Surat Edaran memuat peraturan perundang-undangan
atau Naskah Dinas lain yang menjadi dasar pembuatan;
(5) isi Surat Edaran mengenai hal tertentu yang dianggap
mendesak; dan
(6) Penutup.
c) Kaki
Bagian kaki Surat Edaran ditempatkan di sebelah kanan yang
terdiri dari:
(1) tempat dan tanggal penetapan Surat Edaran;
(2) nama jabatan pejabat yang menetapkan, ditulis dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma (,);
(3) tanda tangan pejabat yang menetapkan;
(4) nama lengkap pejabat penanda tangan, ditulis dengan huruf
kapital; dan
(5) Cap/Stempel Dinas.
d) Distribusi dan Tembusan
Surat Edaran disampaikan kepada pihak yang berhak secara
cepat dan tepat waktu, lengkap serta aman. Pendistribusian
Surat Edaran diikuti dengan tindakan pengendalian.
- 33 -

Contoh 13. Format Surat Edaran yang Ditandatangani oleh Jaksa Agung

Lambang Negara
dan Nama
Jabatan yang
telah dicetak

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
daftar pejabat
yang menerima
Surat Edaran
Yth. 1. ...
2. ...
3. dan seterusnya Penomoran
SURAT EDARAN mengacu pada
peraturan
NOMOR … TAHUN… mengenai kode
penomoran naskah
dinas.
TENTANG
………………………………………………… Judul Surat Edaran
ditulis dengan
huruf kapital

1. Latar Belakang
………………………………………………………………….……………… Memuat alasan
tentang perlunya
2. Maksud dan Tujuan ditetapkan Surat
Edaran
…………………………………………………………………………….……
3. Ruang Lingkup
………………………………………………………………………………….
Memuat peraturan
4. Dasar Hukum yang menjadi
dasar ditetapkan
…………………………………………………………………………………. Surat Edaran

5. Isi Edaran Memuat isi edaran


mengenai hal
………………………………….……………………………………………… tertentu yang
dianggap mendesak
6. Penutup
………………………………………………………………………………….

Ditetapkan di ………………
pada tanggal ………………. ditulis nama tempat
dan tanggal
penetapan

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, nama jabatan dan


nama lengkap ditulis
tanda tangan dengan huruf kapital.

dan cap/stempel dinas jabatan

NAMA LENGKAP Daftar pejabat


yang menerima
Tembusan: tembusan Surat
1. … Edaran
2. …
3. dst
- 34 -

Contoh 14. Format Surat Edaran yang Ditandatangani oleh Pejabat Eselon I
Atas Nama Jaksa Agung

mencantumkan logo
Kejaksaan, dengan
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA frasa
Kejaksaan Republik
KEJAKSAAN AGUNG Indonesia
serta Kejaksaan
Agung

daftar pejabat yang


Yth. 1. ... menerima Surat
Edaran
2. ...
3. dan seterusnya
Penomoran mengacu
SURAT EDARAN pada peraturan
mengenai kode
NOMOR ……………………….. penomoran naskah
dinas.
TENTANG
………………………………………………… Judul Surat Edaran
ditulis dengan huruf
kapital
1. Latar Belakang
………………………………………………………………….……………… Memuat alasan
tentang perlunya
2. Maksud dan Tujuan ditetapkan Surat
Edaran
…………………………………………………………………………….……
3. Ruang Lingkup
…………………………………………………………………………………. Memuat peraturan
yang menjadi
4. Dasar dasar ditetapkan
Surat Edaran
………………………………………………………………………………….
Memuat isi edaran
5. Isi Edaran mengenai hal
tertentu yang
………………………………….……………………………………………… dianggap mendesak

6. Penutup
………………………………………………………………………………….

Ditetapkan di ……………… ditulis nama tempat


dan tanggal
pada tanggal ………………. penetapan

nama jabatan dan


nama lengkap ditulis
dengan huruf kapital.
a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA .
NAMA JABATAN

tanda tangan
dan cap/stempel dinas instansi

NAMA LENGKAP
Tembusan:
1. … Daftar pejabat
yang menerima
2. … tembusan surat
3. dst edaran
- 35 -

Contoh 15. Format Surat Edaran yang Ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan
Tinggi
mencantumkan Logo
Kejaksaan, dengan
frasa
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Kejaksaan Republik
Indonesia
KEJAKSAAN TINGGI ...............................*) serta nama Kejaksaan
Tinggi

Daftar pejabat yang


menerima Surat
Edaran
Yth. 1. ...
2. ...
Penomoran mengacu
3. dan seterusnya pada peraturan
mengenai kode
penomoran naskah
SURAT EDARAN dinas.

NOMOR ……………………… Judul Surat Edaran


ditulis dengan huruf
TENTANG kapital

……………………………………....…..

1. Latar Belakang Memuat alasan


tentang perlunya
……………………………………………………………….…………...…… ditetapkan Surat
Edaran
2. Maksud dan Tujuan
…………………………………………………………………………….……
Memuat peraturan
3. Ruang Lingkup yang menjadi dasar
ditetapkannya Surat
…………………………………………………………………......…………. Edaran

4. Dasar
…………………………………………………………………………………. Memuat isi edaran
mengenai hal
5. Isi Edaran tertentu yang
dianggap mendesak
………......…………………….………………………………………………
6. Penutup
………………………………………………………………………………….
ditulis nama tempat
dan tanggal
penetapan

nama jabatan dan


Ditetapkan di ……….. nama lengkap ditulis
pada tanggal ……….. dengan huruf kapital.

KEPALA KEJAKSAAN TINGGI................*)

Tanda tangan
dan Cap/Stempel Dinas jabatan

NAMA LENGKAP

Tembusan: Daftar pejabat yang


1. .............. menerima tembusan
Surat Edaran
2. ..............

*) disesuaikan dengan nama Kejaksaan Tinggi yang mengeluarkan Surat Edaran


- 36 -

2. Naskah Dinas Penetapan (Keputusan)


Naskah Dinas Penetapan dituangkan dalam bentuk Keputusan
a. Pengertian
Keputusan adalah Naskah Dinas yang memuat kebijakan yang
bersifat menetapkan, tidak bersifat mengatur, dan merupakan
dasar pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk:
1) menetapkan/mengubah status kepegawaian/personal/
keanggotaan/finansial/peristiwa;
2) menetapkan/mengubah/membubarkan suatu kepanitiaan/tim;
3) menetapkan pelimpahan wewenang; dan/atau
4) mengubah/membentuk sesuatu badan/organisasi atau satuan
tugas/khusus.
b. Wewenang penetapan dan penandatanganan
Pejabat yang berwenang menetapkan dan menandatangani
Keputusan adalah Jaksa Agung, Pejabat lain berdasarkan
kewenangannya atau yang menerima pendelegasian wewenang.
c. Susunan
1) Kepala
Bagian kepala Keputusan terdiri dari:
a) kop Keputusan yang ditandatangani oleh Jaksa Agung terdiri
dari Lambang Negara dan di bawahnya bertuliskan Jaksa
Agung Republik Indonesia dengan huruf kapital, berwarna
kuning emas dan diletakkan secara simetris;
b) kop Keputusan yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I
atas nama Jaksa Agung, terdiri dari:
(1) Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin); dan
(2) frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
mencantumkan frasa Kejaksaan Agung, dengan huruf
kapital berwarna hitam.
(c) kop Keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan
Tinggi atau Kepala Kejaksaan Negeri, terdiri dari:
(1) Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin); dan
(2) frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
tulisan nama Kejaksaan Tinggi atau Kejaksaan Negeri
(Kejaksaan Tinggi atau Kejaksaan Negeri yang
menetapkan Keputusan) dengan huruf kapital berwarna
hitam.
- 37 -

c) kata Keputusan dan nama jabatan pejabat yang menetapkan


ditulis dengan huruf kapital dan diletakkan secara simetris;
d) nomor Keputusan ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
e) kata tentang dicantumkan di bawah nomor, ditulis dengan
huruf kapital dan diletakkan secara simetris;
f) rumusan judul Keputusan ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris di bawah kata tentang; dan
g) nama jabatan pejabat yang menetapkan Keputusan ditulis
dengan huruf kapital, diletakkan secara simetris dan diakhiri
dengan tanda baca koma (,).
2) Konsiderans
Bagian konsiderans Keputusan diawali dengan kata menimbang
yang memuat latar belakang/alasan/tujuan/kepentingan/
pertimbangan tentang perlu ditetapkannya Keputusan.
3) Dasar Hukum
Bagian dasar hukum Keputusan diawali dengan kata mengingat
yang memuat peraturan perundang-undangan sebagai dasar
ditetapkannya Keputusan. Urutan pencantuman peraturan
perundang-undangan diisi sesuai dengan hierarki peraturan
perundang-undangan.
4) Diktum
Bagian diktum Keputusan terdiri dari:
a) kata memutuskan yang ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
b) kata menetapkan di tepi kiri dengan huruf awal kapital;
c) rumusan judul Keputusan dicantumkan setelah kata
menetapkan yang ditulis dengan huruf kapital; dan
d) untuk keperluan tertentu, Keputusan dapat dilengkapi
dengan salinan dan petikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5) Batang tubuh
Sistematika dan cara penulisan bagian batang tubuh Keputusan
sama dengan ketentuan dalam penyusunan Peraturan, tetapi isi
Keputusan diuraikan bukan dalam pasal, melainkan diawali
dengan bilangan bertingkat/diktum Kesatu, Kedua, Ketiga dan
seterusnya.
- 38 -

6) Kaki
Bagian kaki Keputusan ditempatkan di sebelah kanan bawah,
yang terdiri dari:
a) tempat dan tanggal penetapan Keputusan;
b) nama jabatan pejabat yang menetapkan, ditulis dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma (,);
c) tanda tangan pejabat yang menetapkan Keputusan;
d) nama lengkap pejabat yang menandatangani Keputusan,
yang ditulis dengan huruf kapital;
e) pangkat dan NIP ditulis sejajar di bawah nama
penandatangan; dan
f) Keputusan yang ditandatangani oleh Jaksa Agung atau
Pejabat Eselon I tidak mencantumkan pangkat dan NIP.
d. Pengabsahan
1) Pengabsahan merupakan pernyataan pengesahan bahwa suatu
Keputusan telah dicatat dan diteliti sehingga dapat
didistribusikan oleh pejabat yang bertanggung jawab yang
membidangi urusan hukum atau yang membidangi administrasi
umum atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan isi Keputusan.
2) Pengabsahan dicantumkan di sebelah kiri bawah, yang terdiri
atas frasa salinan sesuai dengan aslinya, diikuti dengan nama
lembaga, nama jabatan, ruang tanda tangan, dan nama pejabat
penanda tangan.
3) Pengabsahan dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan
dan Cap/Stempel Dinas instansi.
e. Distribusi
Keputusan yang telah ditetapkan selanjutnya didistribusikan
kepada yang berkepentingan.
f. Hal yang perlu diperhatikan
1) Naskah asli dan salinan Keputusan yang ditandatangani harus
disimpan sebagai arsip.
2) Naskah asli, salinan dan petikan Keputusan yang
ditandatangani oleh Jaksa Agung menggunakan kop Lambang
Negara.
- 39 -

Contoh 16. Format Keputusan yang ditandatangani oleh Jaksa Agung

Lambang Negara
dan Nama
Jabatan yang
telah dicetak

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA Penomoran
mengacu pada
KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA peraturan
mengenai kode
NOMOR ………………… penomoran naskah
dinas.
TENTANG
…..........
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Judul Keputusan
ditulis dengan
huruf kapital

Memuat alasan
tentang perlunya
Menimbang : a. bahwa ........................................................................; ditetapkan
b. bahwa ........................................................................; Keputusan

Mengingat : 1. ..................................................................................; Memuat peraturan


2. ...................................................................................; yang menjadi
dasar ditetapkan
MEMUTUSKAN: Keputusan

Menetapkan : KEPUTUSAN ... TENTANG ....


Memuat substansi
KESATU : ....................................................................................... tentang kebijakan
yang ditetapkan
KEDUA : .......................................................................................
KETIGA : .......................................................................................
.... dan seterusnya

Ditetapkan di ......................
pada tanggal …………………. ditulis nama tempat
dan tanggal
penandatanganan
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
nama jabatan dan
tanda tangan nama lengkap ditulis
dengan huruf kapital.
dan Cap/Stempel Dinas jabatan

NAMA LENGKAP
- 40 -

Contoh 17. Format Keputusan yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I Atas
Nama Jaksa Agung

mencantumkan logo
Kejaksaan, dengan
frasa
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Kejaksaan Republik
Indonesia
serta Kejaksaan
KEJAKSAAN AGUNG Agung

Penomoran mengacu
KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA pada peraturan
NOMOR ………………………… mengenai kode
penomoran naskah
TENTANG dinas.
…..........

Judul Keputusan
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, ditulis dengan huruf
kapital

Menimbang : a. bahwa ........................................................................; Memuat alasan


b. bahwa ........................................................................; tentang perlunya
ditetapkan Keputusan
Mengingat : 1. ..................................................................................;
2. ..................................................................................;
Memuat peraturan
yang menjadi dasar
MEMUTUSKAN:
ditetapkan
Keputusan
Menetapkan : KEPUTUSAN ... TENTANG ....
Memuat substansi
KESATU : ....................................................................................... tentang kebijakan
KEDUA : ....................................................................................... yang ditetapkan
KETIGA : .......................................................................................
.... dan seterusnya

Ditetapkan di ......................
pada tanggal ………………….

a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA ditulis nama tempat


dan tanggal
NAMA JABATAN, penandatanganan

tanda tangan nama jabatan dan


dan Cap/Stempel Dinas instansi nama lengkap ditulis
dengan huruf kapital.

NAMA LENGKAP
- 41 -

Contoh 18. Format Salinan Keputusan

SALINAN

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR…………………………….
TENTANG
……………….

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa…………………………………………………………….;
b. bahwa.........................................................................;

Mengingat : 1. ....................................................................................;
2. ....................................................................................;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN ... TENTANG ....


KESATU : ......................................................................................
KEDUA : ......................................................................................
KETIGA : ................................................................................... ...
..... dan seterusnya

Ditetapkan di ………………….
pada tanggal ………………….

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAMA LENGKAP
Salinan sesuai dengan aslinya
Nama jabatan,

Tanda tangan

Nama Lengkap
Pangkat dan NIP.
- 42 -

Contoh 19. Format Petikan Keputusan

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

PETIKAN
KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ……………………….
TENTANG
…………………………..

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. dst;
b. dst;

Mengingat : 1. dst;
2. dst;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : ......................................................................................
KEDUA : .......................................................................................
dan seterusnya.

Petikan Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri


Sipil yang bersangkutan.

Ditetapkan di ……….....
pada tanggal …………..

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAMA LENGKAP

Petikan sesuai dengan aslinya


Nama Jabatan,

Tanda tangan

Nama lengkap
Pangkat dan NIP.
- 43 -

Contoh 20. Format Salinan Keputusan

SALINAN

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN AGUNG

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR ………………………
TENTANG
…..

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. ..........................................................................................;
b. ..........................................................................................;
Mengingat : 1. ..........................................................................................;
2. ..........................................................................................;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : ..............................................................................................
KESATU : ..............................................................................................
KEDUA : ..............................................................................................
dan seterusnya.

Ditetapkan di ......................
pada tanggal ………………….

a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,


PEJABAT ESELON I

ttd

NAMA LENGKAP
Salinan sesuai dengan aslinya
Nama Jabatan,

Tanda tangan

Nama lengkap
Pangkat dan NIP.
- 44 -

Contoh 21. Format Petikan Keputusan

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN AGUNG
PETIKAN
KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …………………..
TENTANG
………………..

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. dst;
b. dst;

Mengingat : 1. dst;
2. dst;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : ......................................................................................
KEDUA : .......................................................................................
dan seterusnya.

Petikan Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri


Sipil yang bersangkutan.

Ditetapkan di
pada tanggal

a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,


PEJABAT ESELON I,

ttd

NAMA LENGKAP
Petikan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Kepegawaian,

Tanda tangan

Nama lengkap
Pangkat dan NIP.
- 45 -

Contoh 22. Format Keputusan yang Ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan


Tinggi

mencantumkan Logo
Kejaksaan, dengan
frasa
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Kejaksaan Republik
Indonesia
serta nama Kejaksaan
KEJAKSAAN TINGGI ......................*) Tinggi

Penomoran mengacu
KEPUTUSAN KEPALA KEJAKSAAN TINGGI .................*) pada peraturan
mengenai kode
NOMOR …………………………… penomoran naskah
dinas.
TENTANG
….

Judul keputusan
KEPALA KEJAKSAAN TINGGI.................*), ditulis dengan huruf
kapital

Menimbang : a. bahwa ........................................................................;


Memuat alasan
b. bahwa ........................................................................; tentang perlunya
ditetapkan keputusan
Mengingat : 1. ..................................................................................;
2. ..................................................................................;
Memuat peraturan
yang menjadi dasar
MEMUTUSKAN:
ditetapkan keputusan

Menetapkan : KEPUTUSAN ... TENTANG ....


Memuat substansi
KESATU : ....................................................................................... tentang kebijakan
KEDUA : ....................................................................................... yang ditetapkan
KETIGA : .......................................................................................
.... dan seterusnya

Ditetapkan di ......................
pada tanggal ………………….
ditulis nama tempat
dan tanggal
penandatanganan
NAMA JABATAN,
nama jabatan dan
nama lengkap ditulis
tanda tangan dengan huruf kapital.
dan cap/stempel dinas jabatan

NAMA LENGKAP

*) disesuaikan dengan nama Kejaksaan Tinggi yang mengeluarkan Keputusan


- 46 -

Contoh 23. Format Keputusan yang Ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan


Negeri

mencantumkan Logo
Kejaksaan, dengan
frasa
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Kejaksaan Republik
Indonesia
serta nama Kejaksaan
KEJAKSAAN NEGERI ............*) Negeri

Penomoran mengacu
KEPUTUSAN KEPALA KEJAKSAAN NEGERI .................*) pada peraturan
mengenai kode
NOMOR ……………………………. penomoran naskah
dinas.
TENTANG
….

Judul keputusan
KEPALA KEJAKSAAN NEGERI.................*), ditulis dengan huruf
kapital

Menimbang : a. bahwa ........................................................................;


b. bahwa ........................................................................; Memuat alasan
tentang perlunya
ditetapkan keputusan
Mengingat : 1. ..................................................................................;
2. ..................................................................................;
Memuat peraturan
yang menjadi dasar
MEMUTUSKAN:
ditetapkan keputusan

Menetapkan : KEPUTUSAN ... TENTANG ....


Memuat substansi
KESATU : ....................................................................................... tentang kebijakan
KEDUA : ....................................................................................... yang ditetapkan
KETIGA : .......................................................................................
.... dan seterusnya

Ditetapkan di ...................... ditulis nama tempat


dan tanggal
pada tanggal …………………. penandatanganan

nama jabatan dan


nama lengkap ditulis
NAMA JABATAN, dengan huruf kapital.

tanda tangan
dan cap/stempel dinas jabatan

NAMA LENGKAP

*) disesuaikan dengan nama Kejaksaan Negeri yang mengeluarkan Keputusan

3. Naskah Dinas Penugasan (Surat Perintah/Surat Tugas)


a. Pengertian
Surat Perintah/Surat Tugas adalah Naskah Dinas yang
dikeluarkan oleh atasan atau pejabat yang berwenang kepada
bawahan atau pejabat lain yang diperintah/diberi tugas, yang
memuat apa yang harus dilakukan.
- 47 -

b. Wewenang pembuatan dan penandatanganan


Surat Perintah/Surat Tugas dibuat dan ditandatangani oleh
atasan atau pejabat yang berwenang berdasarkan lingkup tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya.
c. Susunan
1) Kepala
Bagian kepala Surat Perintah/Surat Tugas terdiri dari:
a) kop Surat Perintah/Surat Tugas yang ditandatangani oleh
Jaksa Agung, mencantumkan Lambang Negara dan di
bawahnya bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia
dengan huruf kapital, berwarna kuning emas dan
diletakkan secara simetris.
b) kop Surat Perintah/Surat Tugas yang ditandatangani oleh
Pejabat Eselon I atas nama Jaksa Agung atau karena
kewenangannya, terdiri dari:
(1) Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin); dan
(2) frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
mencantumkan frasa Kejaksaan Agung, dengan huruf
kapital berwarna hitam.
c) kop Surat Perintah/Surat Tugas yang ditandatangani oleh
Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala Kejaksaan Negeri atau
Kepala Cabang Kejaksaan Negeri, terdiri dari:
(1) Logo Kejaksaan (sebelah kiri); dan
(2) frasa Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
tulisan nama Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri atau
Cabang Kejaksaan Negeri (yang mengeluarkan Surat
Perintah/Surat Tugas) dengan huruf kapital berwarna
hitam.
d) frasa Surat Perintah/Surat Tugas dan nama jabatan
pejabat ditulis dengan huruf kapital diletakkan secara
simetris; dan
e) nomor Surat Perintah/Surat Tugas ditulis dengan huruf
kapital dan diletakkan secara simetris di bawah tulisan
Surat Perintah/Surat Tugas.
2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Surat Perintah/Surat Tugas terdiri
dari:
- 48 -

a) konsiderans diawali kata menimbang, yang memuat


uraian singkat latar belakang, alasan/tujuan
ditetapkan Surat Perintah/Surat Tugas, diawali dengan
kata bahwa;
b) dasar hukum mengingat ditulis dengan kata dasar yang
memuat peraturan perundang-undangan yang dijadikan
dasar hukum ditetapkan Surat Perintah/Surat Tugas.
Urutan pencantuman peraturan perundang-undangan
diisi sesuai dengan hierarki peraturan perundang-
undangan;
c) diktum dimulai dengan kata memerintahkan ditulis
dengan huruf kapital diletakkan secara simetris;
d) kata kepada diletakkan di tepi kiri, disertai nama,
pangkat, golongan/ruang, NIP, NRP, dan jabatan
pegawai yang mendapat perintah/tugas; dan
e) di bawah kata kepada ditulis kata untuk, disertai
dengan uraian perintah/tugas yang harus dilaksanakan
dan dapat mencantumkan sumber anggaran atas
terselenggaranya pelaksanaan perintah/tugas
dimaksud.
3) Kaki
Bagian kaki Surat Perintah/Surat Tugas ditempatkan di
sebelah kanan bawah yang terdiri dari:
a) tempat dan tanggal Surat Perintah/Surat Tugas;
b) nama jabatan pejabat yang menandatangani, ditulis
dengan huruf kapital, diakhiri dengan tanda baca
koma (,);
c) tanda tangan pejabat yang menugaskan/
memerintahkan;
d) nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis
dengan huruf kapital;
e) pangkat dan NIP ditulis sejajar di bawah nama
penandatangan;
f) Surat Perintah/Surat Tugas yang ditandatangani oleh
pejabat Eselon I tidak mencantumkan pangkat dan NIP;
dan
g) Cap/Stempel Dinas; dan
- 49 -

h) tembusan (jika perlu).


d. Distribusi dan tembusan
1) Surat Perintah/Surat Tugas disampaikan kepada yang
mendapat tugas.
2) Tembusan Surat Perintah/Surat Tugas disampaikan kepada
unit kerja/lembaga yang terkait.
e. Hal yang perlu diperhatikan
1) Jika tugas merupakan tugas kolektif, daftar pegawai yang
diberi perintah/tugas dimasukan ke dalam lampiran yang
terdiri dari kolom nomor urut, nama, pangkat,
golongan/ruang, NIP, NRP, jabatan, dan keterangan.
2) Pada dasarnya Surat Perintah/Surat Tugas ditetapkan oleh
atasan pegawai yang mendapat perintah/tugas, kecuali
apabila karena pertimbangan tertentu pejabat tersebut diberi
wewenang tertulis untuk menetapkan Surat Perintah/Surat
Tugas untuk diri sendiri.
3) Surat Perintah/Surat Tugas berlaku dalam jangka waktu yang
ditentukan secara limitatif.
- 50 -

Contoh 24. Format Surat Perintah yang Ditandatangani oleh Jaksa Agung

Lambang Negara
dan Nama Jabatan
yang telah dicetak

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERINTAH/SURAT TUGAS*) Penomoran mengacu


pada peraturan
mengenai kode
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA penomoran naskah
dinas.
NOMOR ......................
Memuat alasan
tentang perlunya
ditetapkan surat
Menimbang : a. bahwa ………………………………….…. perintah
b. bahwa .............................................
Memuat peraturan
Dasar : 1. …………………………………………..….. yang menjadi dasar
2. ………………………………………...….… ditetapkan Surat
Perintah

Memerintahkan:

Kepada : 1. ……………………………………….......... Daftar pejabat yang


menerima perintah
2. ………………………………………......….
3. dan seterusnya
Memuat substansi
Untuk : 1. ……………………………...................... arahan yang di
2. …………………………………………..…. perintahkan
3. dan seterusnya

Dikeluarkan di ……………..
ditulis nama tempat
pada tanggal ………………. dan tanggal
penandatanganan
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, nama jabatan dan
nama lengkap ditulis
tanda tangan dengan huruf kapital.
dan cap/stempel dinas jabatan

NAMA LENGKAP

Tembusan :
1. …….……
2. dan seterusnya

*) dipilih yang dianggap perlu


- 51 -

Contoh 25. Format Surat Perintah di lingkungan Kejaksaan Agung (selain


yang ditandatangani oleh Jaksa Agung)

Mencantumkan Logo
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Kejaksaan, dengan frasa
Kejaksaan Republik
Indonesia
KEJAKSAAN AGUNG Serta Kejaksaan Agung

Penomoran mengacu
SURAT PERINTAH/SURAT TUGAS*) pada peraturan mengenai
kode penomoran naskah
NAMA JABATAN dinas.

NOMOR ............................... Memuat alasan tentang


perlunya ditetapkan
NAMA JABATAN, surat perintah

Menimbang : a. bahwa …………………………..............……….….


Memuat peraturan yang
b. bahwa ........................................................... menjadi dasar ditetapkan
surat perintah
Dasar : 1. ………………………….............………………..…..
2. …………………………….............…………...….…
Daftar pejabat yang
Memerintahkan: menerima perintah

Kepada : 1. ………………………………….............……..........
2. ……………………………….............………......…. Memuat substansi
3. dan seterusnya arahan yang di
perintahkan
Untuk : 1. ……………………………......................
2. …………………………………………..….
3. dan seterusnya
ditulis nama tempat
dan tanggal
penandatanganan
Dikeluarkan di ……………..
nama jabatan dan
pada tanggal ………………... nama lengkap ditulis
dengan huruf kapital.
NAMA JABATAN,

tanda tangan
dan cap/stempel dinas instansi

NAMA LENGKAP

Tembusan :
1. ……. ……
2. dan seterusnya

*) dipilih yang dianggap perlu


- 52 -

Contoh 26. Format Surat Perintah yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan
Tinggi, Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Cabang Kejaksaan
Negeri

mencantumkan Logo
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Kejaksaan, dengan frasa
Kejaksaan Republik
Indonesia
.....................................*) serta nama Kejaksaan
Tinggi / Kejaksaan
Negeri atau Cabang
Kejaksaan Negeri

SURAT PERINTAH/SURAT TUGAS**) Penomoran mengacu


pada peraturan mengenai
NAMA JABATAN kode penomoran naskah
dinas.

NOMOR ..............................
Memuat alasan tentang
perlunya ditetapkan
surat perintah
NAMA JABATAN,
Memuat peraturan yang
menjadi dasar ditetapkan
Menimbang : a. bahwa …………………………..............……….…. surat perintah
b. bahwa ...........................................................

Dasar : 1. ………………………….............………………..…..
2. …………………………….............…………...….…
Daftar pejabat yang
Memerintahkan: menerima perintah

Kepada : 1. ………………………………….............……..........
2. ……………………………….............………......…. Memuat substansi
arahan yang di
3. dan seterusnya perintahkan

Untuk : 1. ……………………………......................
2. …………………………………………..….
3. dan seterusnya ditulis nama tempat dan
tanggal
penandatanganan

Dikeluarkan di …………….. nama jabatan dan nama


lengkap ditulis dengan
pada tanggal ………………... huruf kapital.

NAMA JABATAN,

tanda tangan
dan cap/stempel dinas

NAMA LENGKAP

Tembusan :
1. ……. ……
2. dan seterusnya

*) mencantumkan nama Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri atau


Cabang Kejaksaan Negeri
**) dipilih yang dianggap perlu
- 53 -

B. Naskah Dinas Korespondensi


1. Naskah dinas korespondensi internal
a. Nota Dinas
1) Pengertian
Nota Dinas adalah Naskah Dinas internal yang dibuat oleh
pejabat yang ditujukan kepada pejabat lebih tinggi atau
sederajat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan
Kejaksaan.
2) Wewenang pembuatan dan penandatanganan.
Nota Dinas dibuat dan ditandatangani oleh pejabat sesuai
dengan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
3) Susunan
a) Kepala
Kepala Nota Dinas terdiri dari kop dan judul.
(1) Kop Nota Dinas di lingkungan Kejaksaan Agung memuat
frasa Kejaksaan Agung dan nama unit Eselon I.
(2) Kop Nota Dinas di lingkungan Kejaksaan Tinggi memuat
nama Kejaksaan Tinggi dan unit Eselon III.
(3) Kop Nota Dinas di lingkungan Kejaksaan Negeri memuat
nama Kejaksaan Negeri dan unit Eselon IV.
(4) Kop Nota Dinas di lingkungan Cabang Kejaksaan Negeri
memuat nama Cabang Kejaksaan Negeri dan unit
Eselon V.
(5) Kop Nota Dinas menggunakan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris.
(6) Judul Nota Dinas terdiri dari:
(a) frasa Nota Dinas, ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
(b) nomor Nota Dinas, ditulis di bawah frasa Nota
Dinas dengan huruf kapital dan diletakkan secara
simetris;
(c) kata Yth., ditulis dengan huruf kapital, diikuti
dengan tanda baca titik (.);
(d) kata dari, yang ditulis dengan huruf awal kapital;
(e) kata tanggal, ditulis dengan huruf awal kapital;
(f) kata sifat, ditulis dengan huruf awal kapital;
(g) kata lampiran, ditulis dengan huruf awal kapital;
- 54 -

(h) kata hal, ditulis dengan huruf awal kapital.


Huruf (c) sampai dengan (h) ditempatkan di bawah nomor
dan diletakkan di sisi kiri margin, diikuti dengan tanda
baca titik dua (:).
(b) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Nota Dinas terdiri dari alinea
pembuka, isi dan penutup yang singkat, padat dan jelas.
(c) Kaki
Bagian kaki Nota Dinas terdiri dari:
(1) nama jabatan yang ditulis dengan huruf awal kapital;
(2) tanda tangan pejabat;
(3) nama lengkap pejabat ditulis dengan huruf awal kapital;
(4) pangkat dan NIP ditulis sejajar di bawah nama
penandatangan;
(5) Nota Dinas yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I
tidak mencantumkan pangkat dan NIP; dan
(6) tembusan (jika perlu).
4) Hal yang perlu diperhatikan
a) Kop Nota Dinas hanya digunakan pada halaman pertama.
b) Nota Dinas yang lebih dari satu halaman maka halaman
berikutnya mencantumkan nomor halaman yang ditulis dengan
angka arab di bagian atas secara simetris.
c) Nota Dinas yang disertai lampiran, pada kata lampiran di bagian
judul Nota Dinas mencantumkan jumlah lampiran.
d) jika Nota Dinas disertai lampiran maka setiap lampiran
diberikan nomor halaman yang ditulis dengan angka arab di
bagian atas secara simetris.
e) hal memuat pokok Nota Dinas, ditulis sesingkat mungkin
dengan huruf kapital pada setiap unsur kata, tanpa diakhiri
tanda baca.
f) Nota Dinas tidak dibubuhi Cap/Stempel Dinas.
- 55 -

Contoh 27. Format Nota Dinas

........................... Kop yang memuat unit


kerja penandatangan
............................................

Penomoran mengacu
NOTA DINAS pada peraturan mengenai
NOMOR : .......................... kode penomoran naskah
dinas.

Yth. : ....................................................................
Dari : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................
Sifat : ....................................................................
Lampiran : ....................................................................
Hal : ....................................................................

……………………………………………………….......…….......
…..…………………………………………………………………..……...... Memuat laporan,
pemberitahuan,
............................................................................................................. arahan, peringatan,
saran, pernyataan atau
............................................................................................................. permintaan berupa
................................................................................................. catatan ringkas
terhadap suatu
............................................................................................................. masalah

.............................................................................................................

Nama Jabatan, Nama Jabatan dan


nama lengkap ditulis
dengan huruf awal
tanda tangan kapital (tidak
dibubuhi cap dinas)
Nama lengkap
Pangkat, NIP
- Tembusan jika
diperlukan
Tembusan : - Tembusan yang
1. …………….. ditujukan kepada
pejabat yang lebih
2. ………….….. tinggi diawali
dengan Yth.

Contoh 28. Format Kop Nota Dinas

28.a. Kop Nota Dinas di Lingkungan Kejaksaan Agung


KEJAKSAAN AGUNG
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PEMBINAAN

28.b. Kop Nota Dinas di lingkungan Kejaksaan Tinggi


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
ASISTEN BIDANG PEMBINAAN

28.c. Kop Nota Dinas di lingkungan Kejaksaan Negeri


KEJAKSAAN NEGERI PONTIANAK
SEKSI INTELIJEN
- 56 -

28.d. Kop Nota Dinas di lingkungan Cabang Kejaksaan Negeri

CABANG KEJAKSAAN NEGERI SANGGAU DI ENTIKONG


SUBSEKSI TINDAK PIDANA UMUM DAN TINDAK PIDANA KHUSUS

b. Memorandum

1) Pengertian
Memorandum adalah Naskah Dinas yang berisi petunjuk/arahan
tertulis dari pejabat kepada pejabat/pegawai di bawahnya yang berisi
saran/pendapat atau tindak lanjut penyelesaian suatu masalah
kedinasan.
2) Wewenang pembuatan dan penandatanganan
Memorandum dibuat oleh pejabat kepada pejabat/pegawai
bawahannya dalam lingkungan unit kerja sesuai dengan lingkup kerja,
wewenang dan tanggung jawabnya.
3) Susunan
a) Kepala
Kepala Memorandum terdiri dari kop dan judul.
(1) Kop Memorandum yang ditandatangani oleh Jaksa Agung
Republik Indonesia mencantumkan Lambang Negara berwarna
kuning emas dan bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia
dengan huruf kapital berwarna kuning emas yang diletakkan
secara simetris.
(2) Kop Memorandum di lingkungan Kejaksaan Agung yang
ditandatangani oleh selain Jaksa Agung memuat frasa
Kejaksaan Agung dan nama unit Eselon I.
(3) Kop Memorandum di lingkungan Kejaksaan Tinggi, dengan
ketentuan:
(a) Memorandum yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan
Tinggi, mencantumkan nama Kejaksaan Tinggi;
(b) Memorandum yang ditandatangani oleh selain Kepala
Kejaksaan Tinggi, mencantumkan tulisan nama Kejaksaan
Tinggi dan unit Eselon III.
(4) Kop Memorandum di lingkungan Kejaksaan Negeri, dengan
ketentuan:
(a) Memorandum yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan
Negeri, mencantumkan nama Kejaksaan Negeri;
- 57 -

(b) Memorandum yang ditandatangani oleh selain Kepala


Kejaksaan Negeri, mencantumkan nama Kejaksaan Negeri
dan unit Eselon IV;
(5) Kop Memorandum di lingkungan Cabang Kejaksaan Negeri
yang ditandatangani oleh Kepala Cabang Kejaksaan Negeri
mencantumkan nama Cabang Kejaksaan Negeri.
(6) Kop Memorandung menggunakan huruf kapital dan diletakkan
secara simetris.
(7) Judul Memorandum terdiri dari:
(a) kata Memorandum, ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simeteris;
(b) nomor Memorandum, ditulis di bawah kata Memorandum
dengan huruf kapital dan diletakkan secara simetris;
(c) kata kepada, ditulis dengan huruf awal kapital;
(d) kata dari, ditulis dengan huruf awal kapital;
(e) kata tanggal dengan huruf awal kapital;
(f) kata sifat, ditulis dengan huruf awal kapital;
(g) kata lampiran, ditulis dengan huruf awal kapital; dan
(h) kata hal, ditulis dengan huruf awal kapital.
huruf (c) sampai dengan (h) ditempatkan di bawah nomor dan
diletakkan di sisi kiri margin, diikuti dengan tanda baca titik
dua (:);
b) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Memorandum terdiri dari alinea pembuka, isi
atau materi pokok dan penutup yang singkat, padat dan jelas.
c) Kaki
Bagian kaki Memorandum terdiri dari:
(1) nama jabatan pejabat yang menandatangani, ditulis dengan
huruf awal kapital, diakhiri tanda baca koma (,);
(2) tanda tangan pejabat;
(3) nama lengkap pejabat ditulis dengan huruf awal kapital;
(4) pangkat dan NIP ditulis sejajar di bawah nama penandatangan;
(5) Memorandum yang ditandatangani oleh Jaksa Agung atau
pejabat Eselon I tidak mencantumkan pangkat dan NIP; dan
(6) tembusan (jika perlu).
- 58 -

d) Hal yang perlu diperhatikan


(1) Memorandum tidak dibubuhi Cap/Stempel Dinas.
(2) Penomoran Memorandum sama dengan penomoran Nota Dinas.

Contoh 29. Format Memorandum

.................... Kop yang memuat


................................... unit kerja
penandatangan

Penomoran mengacu
MEMORANDUM pada peraturan mengenai
NOMOR : ........................... kode penomoran naskah
dinas.

Kepada : ....................................................................
Dari : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................
Sifat : ....................................................................
Lampiran : ....................................................................
Hal : ....................................................................

……………………………………………………….......……........
…..…………………………………………………………………..……...... berisi
petunjuk/arahan
............................................................................................................. tertulis dari pejabat
atasan kepada
............................................................................................................. pejabat di bawahnya
................................................................................................. yang bersisi
saran/pendapat atau
............................................................................................................ tindak lanjut
penyelesaian suatu
............................................................................................................ masalah kedinasan

Nama Jabatan, Nama Jabatan dan


nama lengkap
ditulis dengan huruf
tanda tangan awal kapital (tidak
dibubuhi
Nama lengkap Cap/Stempel Dinas)
Pangkat, NIP

Tembusan:
1. ……………..
2. ………….…..
- 59 -

Contoh 30. Format Kop Memorandum

30.a. Kop Memorandum yang ditandatangani oleh Jaksa Agung

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

30.b. Kop Memorandum di lingkungan Kejaksaan Agung

KEJAKSAAN AGUNG
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PEMBINAAN
30.c Kop Memorandum di lingkungan Kejaksaan Tinggi

1) Ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan Tinggi


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT

2) Ditandatangani oleh selain Kepala Kejaksaan Tinggi


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
ASISTEN BIDANG PEMBINAAN

30.d Kop Memorandum di lingkungan Kejaksaan Negeri


1) Ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan Negeri

KEJAKSAAN NEGERI PONTIANAK

2) Ditandatangani oleh selain Kepala Kejaksaan Negeri


KEJAKSAAN NEGERI PONTIANAK
SEKSI TINDAK PIDANA UMUM

30.e Kop Memorandum di lingkungan Cabang Kejaksaan Negeri

CABANG KEJAKSAAN NEGERI SANGGAU DI ENTIKONG

c. Disposisi
1) Pengertian
Disposisi adalah petunjuk tertulis mengenai tindak lanjut/tanggapan
terhadap surat masuk, ditulis secara jelas pada lembar disposisi, tidak
pada suratnya. Ketika didisposisikan lembar disposisi merupakan satu
kesatuan dengan surat masuk.
2) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan
Pejabat yang memberikan disposisi dan menandatangani adalah
pejabat yang berwenang atau pejabat lain yang ditunjuk.
- 60 -

3) Lembar disposisi memuat:


a) Kop disposisi mencantumkan tulisan Kejaksaan Agung dan nama
unit kerja, menggunakan huruf kapital dan diletakkan secara
simetris (satuan/unit kerja Kejaksaan di daerah menyesuaikan);
b) Tulisan lembar disposisi dicantumkan di bawahnya, menggunakan
huruf kapital dan diletakkan secara simetris;
c) nomor agenda/registrasi;
d) tingkat keamanan;
e) tanggal penerimaan;
f) tanggal penyelesaian;
g) tanggal dan nomor surat;
h) dari;
i) hal/ringkasan isi surat;
j) lampiran;
k) disposisi dan tanda tangan;
l) diteruskan kepada;
m) ruang paraf;
n) kolom catatan; dan
o) kolom file.
- 61 -

Contoh 31. Format Lembar Disposisi Jaksa Agung

KEJAKSAAN AGUNG

LEMBAR DISPOSISI

Nomor Agenda / Registrasi : Tingkat keamanan : SR / R / T / B

Tanggal penerimaan : Tanggal penyelesaian :

Tanggal dan Nomor Surat : …….


Dari : ……
Hal /Ringkasan Isi Surat : …....
Lampiran : ……

Disposisi/Petunjuk Diteruskan kepada: Paraf

1. Wakil Jaksa Agung


2. Jaksa Agung Muda Pembinaan
3. Jaksa Agung Muda Intelijen
4. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Umum
5. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus
6. Jaksa Agung Muda Perdata dan
Tata Usaha Negara
7. Jaksa Agung Muda Pengawasan
8. Kepala Badan Pendidikan dan
Pelatihan
9. Staf Ahli Bidang ….…………..
10. Kepala Pusat .........................
11. Kepala Biro ...........................
12. Asisten Umum
13. Asisten Khusus
14. Kabag TU Umum dan Pimpinan
15. ……………………………….*)

Catatan : File :
(diisi oleh pejabat yang bertanggung
jawab terhadap administrasi di masing-
masing bidang)

*) diisi sesuai dengan kebutuhan


- 62 -

Contoh 32. Format Lembar Disposisi Pejabat Eselon I

KEJAKSAAN AGUNG
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PEMBINAAN

Nomor Agenda / Registrasi : Tingkat keamanan : SR / R / T / B

Tanggal penerimaan : Tanggal penyelesaian :

Tanggal dan Nomor Surat : ……


Dari : ……
Hal /Ringkasan Isi Surat : …...
Lampiran : ……

Disposisi/Petunjuk Diteruskan kepada: Paraf

1. Staf Ahli Bidang Pembinaan


2. Sekretaris Jambin
3. Kepala Biro Perencanaan
4. Kepala Biro Umum
5. Kepala Biro Kepegawaian
6. Kepala Biro Keuangan
7. Kepala Biro Perlengkapan
8. Kepala Biro Hukum dan
Hubungan Luar Negeri
9. Kepala Pusat Litbang
10. Kepala Pusat Daskrimti
11. Kepala Pusat Pemulihan Aset
12. Jaksa Fungsional
13. Kepala Bagian Sunproglapnil
14. Kepala Bagian Tata Usaha
15. ……………………………….*)

Catatan : File :
(diisi oleh pejabat yang bertanggung
jawab terhadap administrasi di masing-
masing bidang)

*) diisi sesuai dengan kebutuhan


- 63 -

Contoh 33. Format Lembar Disposisi Pejabat Eselon II di Kejaksaan Agung

KEJAKSAAN AGUNG
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PEMBINAAN
BIRO PERENCANAAN

Nomor Agenda / Registrasi : Tingkat keamanan : SR / R / T / B

Tanggal penerimaan : Tanggal penyelesaian :

Tanggal dan Nomor Surat : ……


Dari : ……
Hal /Ringkasan Isi Surat : …...
Lampiran : ……

Disposisi/Petunjuk Diteruskan kepada: Paraf

1. Kepala Bagian Pengelolaan


Data
2. Kepala Bagian Penyusunan
Rencana Anggaran dan
Program Kerja
3. Kepala Bagian Pemantauan
dan Evaluasi
4. Kepala Bagian Organisasi
dan Tata Laksana
5. Kepala Bagian Reformasi
Birokrasi
6. Kasubbag Tata Usaha
7. …………………………*)

Catatan : File :
(diisi oleh pejabat yang bertanggung
jawab terhadap administrasi di masing-
masing bidang)

*) diisi sesuai dengan kebutuhan


- 64 -

Contoh 34. Format Lembar Disposisi Kepala Kejaksaan Tinggi

KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT

Nomor Agenda / Registrasi : Tingkat keamanan : SR / R / T / B

Tanggal penerimaan : Tanggal penyelesaian :

Tanggal dan Nomor Surat : …….


Dari : ……
Hal /Ringkasan Isi Surat : …....
Lampiran : ……

Disposisi/Petunjuk Diteruskan kepada: Paraf

1. Wakil Kepala Kejaksaan


Tinggi
2. Asisten Pembinaan
3. Asisten Intelijen
4. Asisten Tindak Pidana
Umum
5. Asisten Tindak Pidana
Khusus
6. Asisten Perdata dan Tata
Usaha Negara
7. Asisten Pengawasan
8. Koordinator ....................
9. Kepala Bagian Tata Usaha
10. …………………………*)

Catatan : File :
(diisi oleh pejabat yang bertanggung
jawab terhadap administrasi di masing-
masing bidang)

*) diisi sesuai dengan kebutuhan


- 65 -

Contoh 35. Format Lembar Disposisi Kepala Kejaksaan Negeri

KEJAKSAAN NEGERI PONTIANAK

Nomor Agenda / Registrasi : Tingkat keamanan : SR / R / T / B

Tanggal penerimaan : Tanggal penyelesaian :

Tanggal dan Nomor Surat : …….


Dari : ……
Hal /Ringkasan Isi Surat : …....
Lampiran : ……

Disposisi/Petunjuk Diteruskan kepada: Paraf

1. Kepala Sub Bagian Pembinaan


2. Kepala Seksi Intelijen
3. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum
4. Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus
5. Kepala Seksi Perdata dan Tata
Usaha Negara
6. Kepala Seksi Pengelolaan Barang
Bukti dan Barang Rampasan
7. Pemeriksa
8. ............................................*)

Catatan : File :
(diisi oleh pejabat yang bertanggung
jawab terhadap administrasi di masing-
masing bidang)

*) diisi sesuai dengan kebutuhan


- 66 -

Contoh 36. Format Lembar Disposisi Kepala Cabang Kejaksaan Negeri

CABANG KEJAKSAAN NEGERI SANGGAU DI ENTIKONG

Nomor Agenda / Registrasi : Tingkat keamanan : SR / R / T / B

Tanggal penerimaan : Tanggal penyelesaian :

Tanggal dan Nomor Surat : …..


Dari : ……
Hal /Ringkasan Isi Surat : …...
Lampiran : ……

Disposisi/Petunjuk Diteruskan kepada: Paraf

1. Kepala Urusan Pembinaan


2. Kepala Sub seksi Tindak Pidana
Umum dan Tindak Pidana Khusus
3. Kepala Sub Seksi Intelijen dan
Perdata dan Tata Usaha Negara
4. ................................*)

Catatan : File :
(diisi oleh pejabat yang bertanggung
jawab terhadap administrasi di masing-
masing bidang)

*) diisi sesuai dengan kebutuhan

d. Surat Undangan Internal


1) Pengertian
Surat Undangan Internal adalah Naskah Dinas yang memuat
undangan kepada pejabat/pegawai untuk menghadiri suatu acara
kedinasan tertentu seperti rapat, upacara kedinasan, pertemuan dan
sebagainya.
2) Kewenangan
Kewenangan untuk mengundang pejabat di lingkungan internal
Kejaksaan berada pada pimpinan unit organisasi yang
mengundang/menyelenggarakan dan dapat dilimpahkan kepada
pejabat ketatausahaan masing-masing unit kerja.
- 67 -

3) Susunan
a) Kepala
Kepala Surat Undangan Internal terdiri dari kop dan judul.
(1) Kop Surat Undangan Internal yang ditandatangani oleh Jaksa
Agung mencantumkan Lambang Negara berwarna kuning
emas dan bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia
dengan huruf kapital berwarna kuning emas yang diletakkan
secara simetris;
(2) Kop Surat Undangan Internal di lingkungan Kejaksaan Agung
yang ditandatangani oleh selain Jaksa Agung memuat frasa
Kejaksaan Agung dan nama unit Eselon I;
(3) Kop Surat Undangan Internal di lingkungan Kejaksaan Tinggi,
dengan ketentuan:
(a) Surat Undangan Internal yang ditandatangani oleh Kepala
Kejaksaan Tinggi, mencantumkan nama Kejaksaan Tinggi;
(b) Surat Undangan Internal yang ditandatangani oleh selain
Kepala Kejaksaan Tinggi mencantumkan nama Kejaksaan
Tinggi dan unit Eselon III.
(4) Kop Surat Undangan Internal di lingkungan Kejaksaan Negeri,
dengan ketentuan:
(a) Surat Undangan Internal yang ditandatangani oleh Kepala
Kejaksaan Negeri, mencantumkan nama Kejaksaan Negeri;
dan
(b) Surat Undangan Internal yang ditandatangani oleh selain
Kepala Kejaksaan Negeri nama Kejaksaan Negeri dan unit
Eselon IV.
(5) Kop Surat Undangan Internal di lingkungan Cabang
Kejaksaan Negeri yang ditandatangani oleh Kepala Cabang
Kejaksaan Negeri mencantumkan nama Cabang Kejaksaan
Negeri.
(6) Kop Surat Undangan Internal menggunakan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris.
(7) Judul Surat Undangan Internal terdiri dari:
(a) nomor, sifat, lampiran, dan hal ditulis dengan huruf awal
kapital di sebelah kiri di bawah kop Surat Undangan
Internal;
- 68 -

(b) tempat dan tanggal pembuatan Surat Undangan Internal,


ditulis di sebelah kanan atas sejajar/sebaris dengan
nomor; dan
(c) kata Yth. ditulis di bawah kata Hal, diikuti dengan nama
jabatan, dan alamat yang dikirimi Surat Undangan
Internal (jika diperlukan).
b) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Surat Undangan Internal terdiri dari:
(1) alinea pembuka;
(2) isi surat undangan, yang meliputi hari, tanggal, waktu, tempat
dan agenda acara; dan
(3) alinea penutup
c) Kaki
Bagian kaki Surat Undangan Internal ditempatkan di sebelah
kanan bawah yang terdiri dari:
(1) nama jabatan pejabat yang menandatangani ditulis dengan
huruf awal kapital, diakhiri tanda baca koma (,);
(2) tanda tangan pejabat;
(3) nama lengkap pejabat ditulis dengan huruf awal kapital;
(4) pangkat ditulis sejajar di bawah nama pejabat penandatangan;
(5) Surat Undangan Internal yang ditandatangani oleh Jaksa
Agung atau pejabat Eselon I tidak mencantumkan pangkat dan
NIP; dan
(6) tembusan (jika perlu).
4) Pihak yang dikirimi Surat Undangan Internal dapat ditulis pada
lampiran.
- 69 -

Contoh 37. Format Surat Undangan yang ditandatangani oleh Jaksa Agung

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

Nomor : Tempat, Tgl, Bln, Thn


Sifat :
Lampiran :
Hal : Undangan

Yth.
.....................
.....................

.......................(Alinea pembuka dan alinea isi)...............


........................................................................

hari / tanggal :
waktu : pukul ..........
tempat : ....................
acara : ....................

.............................................(alinea penutup).....................................
...........................................................................................................

Nama jabatan

(Tanda tangan)

Nama lengkap
Tembusan :
1. .……………..
2. ………………
- 70 -

Contoh 38. Format Surat Undangan Resmi (khusus)

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

UNDANGAN

Dengan hormat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara


pada acara ………………………..………………………………………...

Hari/tanggal : …………………......
Waktu : pukul ……………..
Tempat : …………………..…

* Harap hadir 30 menit sebelum acara pakaian : ……………


dimulai dan undangan dibawa Laki-laki : ……………
* Konfirmasi Telp.(021) ……… Perempuan : ……………
TNI/Polri : …………….
- 71 -

Contoh 39. Format Surat Undangan Internal


Kop yang
............................ memuat unit
kerja
........................................... penandatangan

Nomor : Tempat, Tgl, Bln, Thn


Sifat :
Lampiran :
Hal :

Yth.
.....................
.....................

.......................(Alinea pembuka dan alinea isi)...............


........................................................................

hari / tanggal : ....................


waktu : pukul ..........
tempat : ....................
acara : ....................

.............................................(alinea penutup).....................................
...........................................................................................................

Nama Jabatan

(Tanda tangan)

Nama Lengkap
Tembusan :
1. .……………..
2. ………………

Contoh 40. Format Kop Surat Undangan Internal


40.a. Kop Surat Undangan Internal yang Ditandatangani oleh Jaksa Agung

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

40.b. Kop Surat Undangan Internal di Lingkungan Kejaksaan Agung

KEJAKSAAN AGUNG
JAKSA AGUNG MUDA PEMBINAAN
- 72 -

40.c Kop Surat Undangan Internal di Lingkungan Kejaksaan Tinggi

1) Yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan Tinggi


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT

2) Yang ditandatangani oleh selain Kepala Kejaksaan Tinggi


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
ASISTEN BIDANG PEMBINAAN

40.d. Kop Surat Undangan Internal di lingkungan Kejaksaan Negeri


1) Yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan Negeri

KEJAKSAAN NEGERI PONTIANAK

2) Yang ditandatangani oleh selain Kepala Kejaksaan Negeri


KEJAKSAAN NEGERI PONTIANAK
SEKSI INTELIJEN

40.e. Kop Surat Undangan Internal di lingkungan Cabang Kejaksaan Negeri

CABANG KEJAKSAAN NEGERI SANGGAU DI ENTIKONG

2. Naskah Dinas Korespondensi Eksternal


a. Surat Dinas
1) Pengertian
Surat Dinas adalah Naskah Dinas pelaksanaan tugas pejabat dalam
menyampaikan informasi kedinasan di lingkup Kejaksaan dan
kepada pihak lain di luar Kejaksaan, baik di dalam maupun luar
negeri.
2) Wewenang penandatanganan
Surat Dinas ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas,
fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya.
3) Susunan
a) Kepala
Bagian kepala Surat Dinas terdiri dari kop dan judul.
(1) Kop Surat Dinas yang ditandatangani Jaksa Agung
mencantumkan Lambang Negara berwarna kuning emas
dan bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia dengan
huruf kapital berwarna kuning emas yang diletakkan
secara simetris.
- 73 -

(2) Kop Surat Dinas di lingkungan Kejaksaan Agung yang


ditandatangani oleh selain Jaksa Agung, terdiri dari Logo
Kejaksaan (di sisi kiri margin), dengan mencantumkan
tulisan Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
tulisan Kejaksaan Agung, disertai dengan alamat kantor.
(3) Kop Surat Dinas pada Kejaksaan Tinggi, terdiri dari Logo
Kejaksaan (di sisi kiri margin), dengan mencantumkan
tulisan Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
ditulis nama Kejaksaan Tinggi disertai dengan alamat
kantor Kejaksaan Tinggi.
(4) Kop Surat Dinas pada Kejaksaan Negeri, terdiri dari Logo
Kejaksaan (di sisi kiri margin), dengan mencantumkan
tulisan Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
ditulis nama Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri
disertai alamat kantor Kejaksaan Negeri.
(5) Kop Surat Dinas pada Cabang Kejaksaan Negeri, terdiri dari
Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin), dengan mencantumkan
tulisan Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya
ditulis nama Kejaksaan Tinggi, dan Cabang Kejaksaan
Negeri disertai alamat kantor Cabang Kejaksaan Negeri.
(6) Kop Surat Dinas menggunakan huruf kapital berwarna
hitam dan diletakkan secara simetris.
(7) Judul Surat Dinas terdiri dari:
(a) nomor, sifat, lampiran, dan hal ditulis dengan huruf
awal kapital di sebelah kiri di bawah kop Surat Dinas;
(b) tempat dan tanggal pembuatan Surat Dinas, ditulis di
sebelah kanan atas sejajar/sebaris dengan nomor:
(c) kata Yth. ditulis di bawah kata Hal, diikuti dengan
nama jabatan yang dikirimi surat dan alamat yang
dikirimi Surat Dinas.
b) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Surat Dinas terdiri dari alinea pembuka,
isi dan penutup.
c) Kaki
Bagian kaki Surat Dinas ditempatkan di sebelah kanan bawah
yang terdiri dari:
- 74 -

(1) nama jabatan pejabat yang menandatangani ditulis dengan


huruf awal kapital, diakhiri tanda baca koma (,);
(2) tanda tangan pejabat;
(3) nama lengkap pejabat ditulis dengan huruf awal kapital;
(4) pangkat ditulis sejajar di bawah nama pejabat
penandatangan;
(5) Surat Dinas yang ditandatangani oleh Jaksa Agung atau
pejabat Eselon I tidak mencantumkan pangkat;
(6) Cap/Stempel Dinas digunakan sesuai dengan ketentuan;
dan
(7) tembusan (jika perlu).
4) Distribusi
Surat Dinas disampaikan kepada pihak yang berhak secara cepat
dan tepat waktu, lengkap serta aman. Pendistribusian Surat Dinas
diikuti dengan tindakan pengendalian.
5) Hal yang perlu diperhatikan
a) Kop Surat Dinas hanya digunakan pada halaman pertama Surat
Dinas;
b) Surat Dinas yang lebih dari satu halaman maka halaman
berikutnya mencantumkan nomor halaman yang ditulis dengan
angka arab di bagian atas secara simetris;
c) Surat Dinas yang disertai lampiran, pada kata lampiran di
bagian judul Surat Dinas mencantumkan jumlah lampiran.
d) jika Surat Dinas disertai lampiran yang menjadi satu kesatuan
dalam Surat Dinas, maka setiap lampiran diberikan nomor
halaman yang ditulis dengan angka arab di bagian atas secara
simetris;
e) hal yang memuat pokok Surat Dinas, ditulis sesingkat mungkin
dengan huruf kapital pada setiap unsur kata, tanpa diakhiri
tanda baca.
f) Surat Dinas yang ditujukan ke luar negeri, menggunakan
format dan susunan yang sama, sedangkan bahasa yang
digunakan menyesuaikan dengan bahasa internasional yang
akan digunakan.
- 75 -

Contoh 41. Format Surat Dinas

KOP SURAT DINAS

Nomor : .................... Tempat, Tgl, Bln, Thn


Sifat : ....................
Lampiran : ....................
Hal : ....................

Yth.
.....................
.....................

.......................(Alinea pembuka dan alinea isi).................................


........................................................................
..........................................................................................................
..........................................................................................................

.............................................(alinea penutup)...................................
...........................................................................................................

Nama jabatan

(Tanda tangan)

Nama lengkap

Tembusan :
1. .……………..
2. ………………
- 76 -

Contoh 42. Format Kop Surat Dinas

42.a. Surat Dinas yang Ditandatangani oleh Jaksa Agung

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

42.b. Surat Dinas di Lingkungan Kejaksaan Agung yang Ditandatangani oleh


Pejabat Struktural selain Jaksa Agung

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN AGUNG
Jl. Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telp. (021) 7203061 – 63 (hunting) fax. (021) ……………. www.kejaksaan.go.id

42.c. Surat Dinas di Lingkungan Kejaksaan Tinggi

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
Jl. Jenderal Ahmad Yani, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78113
Telp. (0561) ……………. fax. (021) ……………. . www.alamatwebsite.go.id

42.d. Surat Dinas di Lingkungan Kejaksaan Negeri

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
KEJAKSAAN NEGERI SANGGAU
Jl. Irian No. 44, Sungai Sengkuang, Kabupaten Sanggau 78516
Telp. (0564) ………… fax. (021) ……………. www.alamatwebsite.go.id

42.e. Surat Dinas di Lingkungan Cabang Kejaksaan Negeri

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
CABANG KEJAKSAAN NEGERI SANGGAU DI ENTIKONG
Jl. Lintas Malindo, Entikong, Kabupaten Sanggau 78557
Telp. (0564) ……………… fax. (021) ……………. www.alamatwebsite.go.id

42.f. Surat Dinas yang Ditujukan Kepada Negara lain dan Ditandatangani oleh
selain Jaksa Agung

PROSECUTION OFFICE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA


ATTORNEY GENERAL’S OFFICE
Jl. Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia
phone (+62-21) 7203061 – 63 (hunting) fax. (021) ……………. www.kejaksaan.go.id
- 77 -

b. Surat Undangan Eksternal


1) Pengertian
Surat Undangan Eksternal adalah Surat Dinas yang memuat
undangan kepada pejabat/pihak lain di luar Kejaksaan untuk
menghadiri suatu acara kedinasan tertentu seperti rapat, upacara
kedinasan, pertemuan dan sebagainya.
2) Kewenangan
Kewenangan untuk mengundang pejabat di luar lingkungan
Kejaksaan dilimpahkan kepada pejabat yang berwenang.
3) Susunan
a) Kepala
Bagian kepala Surat Undangan Eksternal terdiri dari kop dan
judul.
(1) Kop Surat Undangan Eksternal yang ditandatangani Jaksa
Agung mencantumkan Lambang Negara berwarna kuning
emas dan bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia
dengan huruf kapital berwarna kuning emas yang
diletakkan secara simetris.
(2) Kop Surat Undangan Eksternal di lingkungan Kejaksaan
Agung yang ditandatangani oleh pejabat selain Jaksa
Agung, terdiri dari Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin),
dengan mencantumkan tulisan Kejaksaan Republik
Indonesia dan di bawahnya tulisan Kejaksaan Agung, dan
disertai dengan alamat kantor.
(3) Kop Surat Undangan Eksternal pada Kejaksaan Tinggi,
terdiri dari Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin), dengan
mencantumkan tulisan Kejaksaan Republik Indonesia dan
di bawahnya ditulis nama Kejaksaan Tinggi dan disertai
dengan alamat kantor Kejaksaan Tinggi.
(4) Kop Surat Undangan Eksternal pada Kejaksaan Negeri,
terdiri dari Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin), dengan
mencantumkan tulisan Kejaksaan Republik Indonesia dan
di bawahnya ditulis nama Kejaksaan Tinggi, dan nama
Kejaksaan Negeri dan disertai dengan alamat kantor
Kejaksaan Negeri.
(5) Kop Surat Undangan Eksternal pada Cabang Kejaksaan
Negeri, terdiri dari Logo Kejaksaan (di sisi kiri margin),
- 78 -

dengan mencantumkan tulisan Kejaksaan Republik


Indonesia dan di bawahnya ditulis nama Kejaksaan Tinggi,
dan nama Cabang Kejaksaan Negeri, disertai dengan alamat
kantor Cabang Kejaksaan Negeri.
(6) Kop Surat Undangan Eksternal menggunakan huruf kapital
berwarna hitam dan diletakkan secara simetris.
(7) Kop Surat Undangan Eksternal dipisahkan dari bagian
judul dengan 1 (satu) garis melintang pada satu baris
halaman dengan tetap memperhatikan margin kiri dan
kanan.
(8) Judul Surat Undangan Eksternal terdiri dari:
(a) nomor, sifat, lampiran, dan hal ditulis dengan huruf
awal kapital di sebelah kiri di bawah kop Surat
Undangan Eksternal;
(b) tempat dan tanggal pembuatan Surat Undangan
Eksternal, ditulis di sebelah kanan atas sejajar/sebaris
dengan nomor;
(c) kata Yth. ditulis di bawah kata Hal, diikuti dengan
nama jabatan dan alamat yang dikirimi Surat Undangan
Eksternal (jika diperlukan).
b) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Surat Undangan Eksternal terdiri dari:
(1) alinea pembuka;
(2) isi surat undangan, yang meliputi hari, tanggal, waktu,
tempat dan acara; dan
(3) alinea penutup
c) Kaki
Bagian kaki Surat Undangan Eksternal terdiri dari:
(1) nama jabatan pejabat yang menandatangani ditulis dengan
huruf awal kapital, diakhiri tanda baca koma (,);
(2) tanda tangan pejabat;
(3) nama lengkap pejabat ditulis dengan huruf awal kapital;
(4) pangkat ditulis sejajar di bawah nama pejabat
penandatangan;
(5) Surat Undangan Eksternal yang ditandatangani oleh Jaksa
Agung atau pejabat Eselon I tidak mencantumkan pangkat;
- 79 -

(6) Cap/Stempel Dinas digunakan sesuai dengan ketentuan;


dan
(7) tembusan (jika perlu).
4) Hal yang perlu diperhatikan
a) pihak yang dikirim Surat Undangan Eksternal dapat ditulis pada
lampiran.
b) Surat Undangan Eksternal untuk keperluan tertentu dapat
berbentuk kartu.

Contoh 43. Format Surat Undangan Eksternal

KOP SURAT UNDANGAN EKSTERNAL

Nomor : .................... Tempat, Tgl, Bln, Thn


Sifat : ....................
Lampiran : ....................
Hal : Undangan ......

Yth.
.....................
.....................

.......................(Alinea pembuka dan alinea isi).................................


........................................................................
hari / tanggal : ....................
waktu : pukul ..........
tempat : ....................
acara : ....................
.............................................(alinea penutup)...................................
...........................................................................................................

Nama jabatan

(Tanda tangan)

Nama lengkap

Tembusan :
1. .……………..
2. ………………
- 80 -

Contoh 44. Contoh Kop Surat Undangan Eksternal


44.a. Surat Undangan Eksternal yang Ditandatangani oleh Jaksa Agung

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

44.b. Surat Undangan Eksternal di Lingkungan Kejaksaan Agung yang


Ditandatangani oleh Pejabat Struktural selain Jaksa Agung

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN AGUNG
Jl. Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telp. (021) 7203061 – 63 (hunting) fax. (021) ……………. www.kejaksaan.go.id

44.c. Surat Undangan Eksternal di Lingkungan Kejaksaan Tinggi

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
Jl. Jenderal Ahmad Yani, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78113
Telp. (0561) ……………. fax. (021) ……………. . www.alamatwebsite.go.id

44.d. Surat Undangan Eksternal di lingkungan Kejaksaan Negeri

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
KEJAKSAAN NEGERI SANGGAU
Jl. Irian No. 44, Sungai Sengkuang, Kabupaten Sanggau 78516
Telp. (0564) ………… fax. (021) ……………. www.alamatwebsite.go.id

44.e. Surat Undangan Eksternal di lingkungan Cabang Kejaksaan Negeri

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN BARAT
CABANG KEJAKSAAN NEGERI SANGGAU DI ENTIKONG
Jl. Lintas Malindo, Entikong, Kabupaten Sanggau 78557
Telp. (0564) ……………… fax. (021) ……………. www.alamatwebsite.go.id
- 81 -

C. Naskah Dinas Khusus


1. Surat perjanjian
a. Pengertian
Surat Perjanjian adalah Naskah Dinas berisi kesepakatan bersama
tentang sesuatu hal yang mengikat antara kedua belah pihak atau
lebih untuk melaksanakan tindakan atau perbuatan hukum yang
telah disepakati bersama.
b. Jenis Perjanjian
Jenis Perjanjian terdiri dari Perjanjian dalam negeri dan Perjanjian
luar negeri (Perjanjian Internasional).
1) Perjanjian Dalam Negeri
Kerja sama antara Kejaksaan dan pihak lain di dalam negeri,
baik di tingkat pusat maupun daerah dibuat dalam bentuk
Kesepahaman Bersama atau Perjanjian Kerja Sama.
a) Wewenang dan penandatanganan
Perjanjian yang dilakukan antara Kejaksaan dan pihak lain di
dalam negeri, baik di tingkat pusat maupun daerah dibuat
dan ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya.
b) Susunan
(1) Kepala
Bagian kepala terdiri dari:
(a) Lambang Negara (untuk Jaksa Agung atau pejabat
negara) diletakkan secara simetris, atau logo para
pihak (untuk non pejabat negara) yang diletakkan di
sebelah kanan dan kiri atas, disesuaikan dengan
penyebutan nama lembaga. Jika perjanjian
ditandatangani oleh lebih dari 2 (dua) pihak maka logo
para pihak disejajarkan di atas secara simetris.
(b) judul perjanjian ditulis dengan huruf kapital secara
simetris.
(c) nomor para pihak ditulis secara simetris di bawah
judul perjanjian.
(2) Batang tubuh
Bagian batang tubuh perjanjian memuat materi perjanjian
antara lain tujuan kerja sama, ruang lingkup kerja sama,
pelaksanaan kegiatan, pembiayaan, penyelesaian
- 82 -

perselisihan, penutup dan hal-hal lain yang menjadi


kesepakatan para pihak.
(3) Kaki
Bagian kaki perjanjian terdiri dari nama penanda tangan
para pihak yang mengadakan perjanjian dan para saksi
(jika dipandang perlu), dibubuhi meterai sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Contoh 45. Format Perjanjian Kerjasama Antar Lembaga Dalam Negeri untuk
Pejabat Negara (Jaksa Agung)

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

...........................................................
DAN
..............................................................

TENTANG
……………………………………….

NOMOR ………………………….
NOMOR ………………………….

Pada hari ini,........tanggal ........bulan .........tahun..........., bertempat di ...yang


bertanda tangan di bawah ini :

1. ........................... : ....................... selanjutnya disebut sebagai Pihak I


2. ........................... : ....................... selanjutnya disebut sebagai Pihak II

bersepakat untuk melakukan kerjasama dalam bidang ..........................,


yang diatur dalam ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1
TUJUAN KERJA SAMA

………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………….…

Pasal 2
RUANG LINGKUP KERJA SAMA

………………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………….…

Pasal 3
PELAKSANAAN KEGIATAN
……………………………………………………………………………………..............
……………………………………………………………………………….................…
- 83 -

Pasal 4
PEMBIAYAAN
……………………………………………………………………………………...............
…………………………………………………………………………………..................

Pasal 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
……………………………………………………………………………………...............
……………………………………………………………………………………...............

Pasal 6
LAIN - LAIN

(1) Apabila terjadi hal-hal yang diluar kekuasaan kedua belah pihak atau
force majeure, maka dapat dipertimbangkan kemungkinan
perubahan tempat dan waktu pelaksanaan tugas pekerjaan
dengan persetujuan kedua belah pihak.

(2) Yang termasuk force majeure adalah:


a. bencana alam;
b. tindakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter; dan
c. keadaan keamanan yang tidak mengizinkan.

(3) Segala perubahan dan/atau pembatalan terhadap piagam kerjasama


ini akan diatur bersama kemudian oleh Pihak I dan Pihak II.

Pasal 7
PENUTUP

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

Nama Institusi Nama Institusi


Nama Jabatan, Nama Jabatan,

Tanda tangan Tanda Tangan

Nama Pejabat Nama Pejabat


- 84 -

Contoh 46. Format Perjanjian Kerjasama Antar Lembaga Dalam Negeri untuk
Nonpejabat Negara (bukan Jaksa Agung)

LOGO LOGO
PIHAK I PIHAK II

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

...........................................................
DAN
..............................................................

TENTANG
……………………………………….

Nomor ………………………….
Nomor ………………………….

Pada hari ini,........tanggal ........bulan .........tahun...........,bertempat di ... yang


bertanda tangan di bawah ini :

1. ........................... : ....................... selanjutnya disebut sebagai Pihak I


2. ........................... : ....................... selanjutnya disebut sebagai Pihak II

bersepakat untuk melakukan kerja sama dalam bidang ..........................,


yang diatur dalam ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1
TUJUAN KERJA SAMA

………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………….…

Pasal 2
RUANG LINGKUP KERJA SAMA

………………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………….…
Pasal 3
PELAKSANAAN KEGIATAN
……………………………………………………………………………………..............
……………………………………………………………………………….................…

Pasal 4
PEMBIAYAAN
……………………………………………………………………………………...............
…………………………………………………………………………………..................

Pasal 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
……………………………………………………………………………………...............
……………………………………………………………………………………...............

Pasal 6
LAIN - LAIN

(1) Apabila terjadi hal-hal yang diluar kekuasaan kedua belah pihak atau
force majeure, maka dapat dipertimbangkan kemungkinan
perubahan tempat dan waktu pelaksanaan tugas pekerjaan
dengan persetujuan kedua belah pihak.
- 85 -

(2) Yang termasuk force majeure adalah:


a. bencana alam;
b. tindakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter;
c. keadaan keamanan yang tidak mengizinkan.
(3) Segala perubahan dan/atau pembatalan terhadap piagam kerjasama
ini akan diatur bersama kemudian oleh Pihak I dan Pihak II.

Pasal 7
PENUTUP

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

Nama Institusi Nama Institusi


Nama Jabatan, Nama Jabatan,

Tanda tangan Tanda Tangan

Nama Pejabat Nama Pejabat

2) Perjanjian Luar Negeri (Perjanjian Internasional)


a) Pengertian
Perjanjian Luar Negeri atau Perjanjian Internasional adalah
perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur
dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik.
b) Wewenang pembuatan dan penandatangan.
(1) rencana untuk membuat Perjanjian Internasional terlebih
dahulu melakukan konsultasi dan koordinasi mengenai
rencana tersebut dengan Menteri Luar Negeri;
(2) pembuatan Perjanjian Internasional dibuat melalui tahap
penjajakan, perundingan, perumusan naskah,
penerimaan naskah dan penandatanganan; dan
(3) Perjanjian Internasional dibuat dan ditandatangani oleh
pejabat sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung
jawabnya.
c) Susunan
(1) Kepala
Bagian kepala terdiri dari:
(a) Lambang negara masing-masing pihak yang diletakkan
di tengah atas;
(b) nama pihak yang mengadakan Perjanjian
Internasional/Memorandum Of Understanding (MoU);
dan
- 86 -

(c) judul Perjanjian Internasional.


(2) Batang tubuh
Bagian batang tubuh terdiri dari:
(a) penjelasan para pihak sebagai pihak yang terikat oleh
Perjanjian Internasional/MoU;
(b) keinginan para pihak;
(c) pengakuan para pihak terhadap Perjanjian
Internasional tersebut;
(d) rujukan terhadap Surat Minat/Surat Kehendak;
(e) acuan terhadap ketentuan yang berlaku; dan
(f) kesepakatan kedua belah pihak terhadap ketentuan
yang tertuang dalam pasal-pasal.
(3) kaki
Bagian kaki terdiri dari:
(a) nama jabatan pejabat penandatangan selaku wakil
pemerintah masing-masing, tanda tangan dan nama
pejabat penanda tangan, yang letaknya disesuaikan
dengan penyebutan dalam judul Perjanjian
Internasional;
(b) tempat dan tanggal penandatangan Perjanjian
Internasional; dan
(c) penjelasan teks bahasa yang digunakan dalam
Perjanjian Internasional; dan
(d) segel asli.

d) Hal yang perlu diperhatikan:


(1) Perjanjian Internasional dapat dilakukan dengan satu
negara atau lebih, organisasi internasional atau subjek
hukum internasional lain berdasarkan kesepakatan dan
para pihak berkewajiban untuk melaksanakan perjanjian
tersebut.
(2) Perjanjian Internasional dilakukan sebagai upaya untuk
mengembangkan hubungan dan kerja sama antar negara.
(3) Hubungan dan kerja sama luar negeri dapat dilakukan
atas prakarsa dari lembaga pemerintah.
- 87 -

Contoh 47. Format Kesepakatan Awal/Letter of Intent

LETTER OF INTENT
BETWEEN
THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND THE …………………………….
CONCERNING
MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS

The Government of the Republic of Indonesia and the ………………………hereinafter


referred to as ” the Parties ”

Desiring to strengthen the close cooperation……………………………………………..;

Recognizing the importance of the principles of the equality and mutual benefits;

Do hereby declare ……………………... cooperation between the parties, in accordance


with our prevailing laws and regulation, in the following fields ;
a. improving the effectiveness of the law enforcement autorities of the parties in the
investigation and prosecution of crimes ;
b. the confiscation of criminal proceeds and resulting proceedings.

The implementation of such cooperation shall be concluded in appropriate measures


in in due course.

DONE in duplicate at ……………. on this…………….. day of …………………..


in the year ……………………….. in Indonesian,……………………...and English
languages, all text being equally authentic.

For the Government of the For……………………………


Republic of Indonesia

………………………… ………………………….
- 88 -

Contoh 48. Format Memorandum of Understanding

LAMBANG NEGARA
MASING-MASING
PIHAK

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
BETWEEN
THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
THE ………………………………………

CONCERNING
MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS

The government of the Republic of Indonesia and the


……………………….……..
hereinafter referred to as the Parties ;

Desiring to ……………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………………..;

Recognizing the importance of the principles of equality and mutual


benefits;

Referring to the Letter of Intent between the government the Republic of


Indonesia
and…………… concerning mutual legal assistance in criminal matters, signed
in………
on………………

Pursuant to the prevailing laws and regulations in the respective countries


Have agreed as follows :

Article 1

Objective and Scope of Cooperation

…………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….

a. …………….
b. …………….
c. …………….
d. …………….
e. …………….
f. Other areas agreed upon by the Parties
- 89 -

Article 2

Funding

….. ………………………………………………………………..…………….……

Article 3

Technical Arrangement

…..…………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………...
………………………………………………….

Article 4

Working group

a……………………………………………………………………………………..…..
b……………………………………………………………………………………..…..
c…………………………………………………………………………………….…..

Article 5

Settlement of Disputes

……………………………………………………………………………………..…
..…………………………………………………………………………………..….

Article 6

Amendment

…………………………………………………………………………………….….
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………...

Article 7

Entry Into Force Duration and Termination

a……………………………………………………………………………………...
b…………………………………………………………….……………….

IN WITNESS WHERE OF, the undersigned being duly authorized thereof by their
respective Government, have igned this Memorandum of Understanding.

DONE in duplicated in ……………….. on this ………….. day of ……………… in


the year of …………….. and one in Indonesia, ……………….. and English
language, all texts being aqually authentic. In case of any divergence of
interpretation of this Memorandum of Understanding, the English text shall
prevail.

FOR THE GOVERNMENT OF THE FOR …………………..……….


REPUBLIC OF INDONESIA

……………………………….. ………………………………….
- 90 -

2. Surat kuasa
Surat kuasa terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu surat kuasa biasa dan surat
kuasa untuk penandatangan perjanjian internasional (full powers).
a. Pengertian
1) Surat Kuasa adalah naskah dinas yang berisi pemberian
wewenang kepada badan hukum/kelompok orang/perseorangan
atau pihak lain dengan atas namanya untuk melakukan suatu
tindakan tertentu dalam rangka kedinasan.
2) Surat kuasa untuk penandatangan perjanjian internasional (full
powers) adalah surat yang dikeluarkan oleh Presiden atau
Menteri yang memberikan kuasa kepada satu atau beberapa
pejabat.
b. Susunan
1) Kepala
Bagian kepala Surat Kuasa terdiri dari:
a) kop Surat Kuasa yang ditandatangani oleh Jaksa Agung
terdiri dari Lambang Negara berwarna kuning emas dan
bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia dengan huruf
kapital dan berwarna kuning emas, yang diletakkan secara
simetris;
b) kop Surat Kuasa di lingkungan Kejaksaan Agung yang
ditandatangani oleh pejabat struktural selain Jaksa Agung,
menggunakan kop yang terdiri dari Logo Kejaksaan yang
diletakkan di sisi kiri margin dan tulisan Kejaksaan Republik
Indonesia dan di bawahnya ditulis Kejaksaan Agung;
c) kop Surat Kuasa di lingkungan Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan
Negeri atau Cabang Kejaksaan Negeri menyesuaikan;
d) kop Surat Kuasa menggunakan huruf kapital berwarna hitam;
e) judul Surat Kuasa menggunakan huruf kapital; dan
f) nomor Surat Kuasa diletakkan secara simetris di bawah judul
Surat Kuasa.
2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Surat Kuasa memuat materi yang
dikuasakan.
3) Kaki
Bagian kaki Surat Kuasa memuat keterangan tempat, tanggal,
bulan dan tahun pembuatan, serta nama dan tanda tangan para
- 91 -

pihak yang berkepentingan, dibubuhi meterai sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

Contoh 49. Format Surat Kuasa

Logo dan Nama


KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA instansi
KEJAKSAAN AGUNG

Penomoran
SURAT KUASA mengacu pada
peraturan
NOMOR : ……………………. mengenai kode
penomoran
naskah dinas.
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……………………………
Memuat identitas
Pangkat/Gol. : …………………………... yang
NIP/NRP. : …………………………... memberikan
Jabatan : …………………………… Kuasa
Unit Kerja : ……………………………
Memuat
Memberi kuasa kepada : pernyataan
tentang
Nama : …………………………… pemberian
wewenang
Pangkat/Gol. : …………………………... kepada
NIP/NRP. : …………………………… pihak lain untuk
Jabatan : …………………………… melakukan suatu
Unit Kerja : …………………………… tindakan tertentu

Untuk……………………………………………..........................................
……………………………………………………….……................................

Surat kuasa ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


Kota sesuai alamat
kantor dan tanggal
penandatanganan
.............., …………………

Penerima Kuasa. Pemberi Kuasa,

(Tanda tangan) (Meterai dan tanda tangan )

Nama Lengkap Nama Lengkap

3. Berita Acara
a. Pengertian
Berita Acara adalah Naskah Dinas yang berisi uraian tentang
pernyataan bahwa memang telah terjadi suatu proses pelaksanaan
kegiatan pada waktu tertentu yang harus ditandatangani oleh para
pihak dan para saksi. Berita acara dapat disertai lampiran.
- 92 -

b. Susunan
1) Kepala
Bagian kepala Berita Acara terdiri dari:
a) kop Berita Acara yang ditandatangani oleh Jaksa Agung
menggunakan Lambang Negara berwarna kuning emas dan
bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia dengan huruf
kapital berwarna kuning emas yang diletakkan secara
simetris.
b) kop Berita Acara di lingkungan Kejaksaan Agung yang
ditandatangani oleh pejabat struktural selain Jaksa Agung,
menggunakan Logo Kejaksaan di sebelah kiri dengan tulisan
Kejaksaan Republik Indonesia di bawahnya ditulis Kejaksaan
Agung dengan huruf kapital berwarna hitam, disertai dengan
alamat.
c) kop Berita Acara di lingkungan Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan
Negeri atau Cabang Kejaksaan Negeri menyesuaikan.
d) judul Berita Acara menggunakan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris; dan
e) nomor diletakkan secara simetris di bawah judul Berita
Acara.
2) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Berita Acara terdiri dari:
a) tulisan hari, tanggal dan tahun serta nama dan jabatan para
pihak yang membuat Berita Acara;
b) substansi Berita Acara;
c) keterangan yang menyebutkan adanya lampiran; dan
d) penutup yang menerangkan bahwa Berita Acara ini dibuat
dengan sebenar-benarnya.
3) Kaki
Bagian kaki berita acara memuat tempat pelaksanaan
penandatangan nama jabatan/pejabat dan tanda tangan para
pihak dan para saksi.
c. Lampiran Berita Acara
Lampiran Berita Acara adalah dokumen tambahan yang berisi
antara lain laporan, notulensi, memori, daftar seperti daftar
aset/arsip yang terkait dengan materi muatan suatu berita acara.
- 93 -

Contoh 50. Format Berita Acara

Logo dan Nama


instansi
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
KEJAKSAAN AGUNG
Penomoran
mengacu pada
peraturan
mengenai kode
BERITA ACARA penomoran
naskah dinas.
NOMOR : .......................... takwin
Memuat identitas
Pada hari ini ……tanggal……bulan…..tahun … kami masing-masing : para pihak yang
melaksanakan
1. (nama pejabat)..(NIP/NRP dan jabatan), selanjutnya disebut Pihak kegiatan
Pertama
dan
Memuat
2. …(Pihak lain)……………...........…….……, selanjutnya disebut Pihak kegiatana yang
Kedua. dilaksanakan

telah melaksanakan:

1. ………………………………………………………………………….......
……………………………………………………………………………....
2. dan seterusnya.

Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya berdasarkan …..........…


Kota sesuai alamat
Instansi dan
Dibuat di ……. tanggal
penandatanganan

Tanda tangan
Pihak Kedua, Pihak Pertama, para pihak
dan saksi
Tanda tangan Tanda tangan

Nama Lengkap Nama Lengkap


Pangkat, NIP Pangkat, NIP

Mengetahui/mengesahkan

Nama Jabatan,

Tanda tangan

Nama Lengkap

4. Surat keterangan
a. Pengertian
Surat Keterangan adalah Naskah Dinas yang berisi informasi
mengenai hal, peristiwa atau tentang seseorang untuk kepentingan
kedinasan.
- 94 -

b. Wewenang pembuatan dan penandatangan


Surat keterangan dibuat dan ditandatangani oleh Pejabat sesuai
dengan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya.
c. Susunan
1) Kepala
Bagian kepala Surat Keterangan terdiri dari:
a) kop Surat Keterangan di lingkungan Kejaksaan Agung
yang ditandatangani oleh pejabat struktural selain Jaksa
Agung, menggunakan kop yang terdiri dari Logo
Kejaksaan yang diletakkan di sisi kiri margin dan tulisan
Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya ditulis
Kejaksaan Agung, dengan huruf kapital berwarna hitam;
b) kop Surat Keterangan di lingkungan Kejaksaan Tinggi,
Kejaksaan Negeri atau Cabang Kejaksaan Negeri
menyesuaikan;
c) judul Surat Keterangan menggunakan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
d) nomor diletakkan secara simetris di bawah judul Surat
Keterangan.
2) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Surat Keterangan memuat Pejabat yang
menerangkan mengenai sesuatu hal, peristiwa atau tentang
seseorang yang diterangkan, maksud dan tujuan
diterbitkannya Surat Keterangan.
3) Kaki
Bagian kaki Surat Keterangan memuat keterangan tempat,
tanggal, bulan, tahun, nama jabatan, tanga tangan dan
nama Pejabat yang membuat Surat Keterangan tersebut.
Posisi bagian kaki terletak pada bagian kanan bawah.
- 95 -

Contoh 51. Format Surat Keterangan (tentang Orang)

Logo dan
Nama instansi
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA telah dicetak

KEJAKSAAN AGUNG
Penomoran
mengacu pada
peraturan
mengenai kode
SURAT KETERANGAN penomoran
naskah dinas.
NOMOR : ......................................

Yang bertanda tangan di bawah ini: Memuat


Nama : identitas yang
Pangkat/golongan : memberikan
keterangan
NIP/NRP :
Jabatan :

dengan ini menerangkan bahwa :

Nama : Memuat
Pangkat/Golongan : informasi
mengenai suatu
NIP/NRP : hal atau
dan seterusnya seseoarang untuk
kepentingan
kedinasan
……………………………………….............................................
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….

………………………………………………………………..……

……………, ………………
Pejabat Pembuat Keterangan,

tanda tangan
dan Cap/Stempel Dinas instansi

Nama Lengkap
Pangkat/NIP.
- 96 -

Contoh 52. Format Surat Keterangan tentang Hal/Peristiwa

Logo dan
...................... Nama instansi

..................................................

Penomoran
mengacu pada
peraturan
SURAT KETERANGAN mengenai kode
penomoran
naskah dinas.
NOMOR : .....................................

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………………..
Memuat
Pangkat/Golongan : ………………….. identitas yang
memberikan
Nip : ………………….. keterangan
Jabatan : …………………..
dengan ini menerangkan bahwa pada hari ini ……..
tanggal…..tahun……..jam…. telah terjadi hal/peristiwa:
Memuat
……………………………………………………………………… informasi
……………………………………………………………………… mengenai suatu
hal atau peristiwa
………………………………………………………………..
………………………………………………………………………
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

……………., ……………………..
Pejabat Pembuat Keterangan

tanda tangan
dan Cap/Stempel Dinas instansi

Nama lengkap
Pangkat, Nip

5. Surat pengantar
a. Pengertian
Surat Pengantar adalah Naskah Dinas yang digunakan untuk
mengantar/menyampaikan barang atau naskah.
b. Wewenang pembuatan dan penandatanganan
Surat Pengantar dibuat dan ditandatangani oleh pejabat baik yang
mengirim dan menerima sesuai dengan tugas, wewenang dan
tanggungjawabnya.
- 97 -

c. Susunan
1) Kepala
Bagian kepala Surat Pengantar terdiri dari:
a) kop Surat Pengantar di lingkungan Kejaksaan Agung
menggunakan Logo Kejaksaan di sebelah kiri dengan tulisan
Kejaksaan Republik Indonesia di bawahnya ditulis Kejaksaan
Agung, disertai dengan alamat dengan huruf kapital
berwarna hitam;
b) kop Surat Pengantar di lingkungan Kejaksaan Tinggi,
Kejaksaan Negeri atau Cabang Kejaksaan Negeri
menyesuaikan;
c) tanggal, bulan dan tahun Surat Pengantar dibuat dan
diletakkan di sisi kanan;
d) nama jabatan dan alamat yang dituju diletakkan di sisis kiri;
e) judul Surat Keterangan yang diletakkan secara simetris
dengan huruf kapital;
f) nomor Surat Keterangan diletakkan di bawah frasa Surat
Keterangan.
2) Batang tubuh
Bagian batang tubuh Surat Pengantar dalam bentuk kolom
terdiri dari:
a) nomor urut;
b) jenis barang/naskah yang dikirim;
c) jumlah barang/naskah; dan
d) keterangan.
3) Kaki
Bagian kaki Surat Pengantar terdiri dari:
a) pengirim yang berada di sebelah kanan, yang meliputi:
(1) nama jabatan pembuat pengantar;
(2) tanda tangan;
(3) nama dan NIP; dan
(4) stempel.
b) penerima yang berada di sebelah kiri, yang meliputi:
(1) nama jabatan penerima;
(2) tanda tangan;
(3) nama dan NIP;
(4) stempel;
- 98 -

(5) nomor telepon/faksimile; dan


(6) tanggal penerimaan.
4) Hal yang perlu diperhatikan
a) Surat pengantar dikirim dalam 2 (dua) rangkap, lembar
pertama untuk penerima dan lembar kedua untuk pengirim.
b) Surat pengantar yang tidak mencantumkan penerima,
dikirim hanya 1 (satu) lembar.

Contoh 53. Format Surat Pengantar

Nama dan alamat


instansi
..............................
............................
Jln........................................................
Telp...............................

Jakarta, …..

Yth. …………………..
……………………….. jabatan atau
alamat
tujuan
ditulis di
SURAT PENGANTAR bagian kiri
Nomor : ..........................

No Jenis Barang atau Naskah Jumlah Keterangan


Dinas*) yang dikirimkan

Nama jabatan
Nama Jabatan Pengirim dan nama
lengkap ditulis
Tanda tangan dan dalam huruf
Cap/Stempel Dinas instansi awal kapital

Nama Lengkap
Pangkat

Tembusan :
1. ………….
2. ………….

*) dipilih sesuai kebutuhan


- 99 -

6. Pengumuman.
a. Pengertian
Pengumuman adalah Naskah Dinas yang memuat pemberitahuan
tentang suatu hal yang ditujukan kepada semua
pejabat/pegawai/perseorangan/lembaga baik di dalam maupun di
luar Kejaksaan.
b. Wewenang pembuatan dan penandatanganan
Pengumuman dibuat dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang atau pejabat lain yang ditunjuk.
c. Susunan
1) Kepala
Bagian kepala Pengumuman terdiri dari:
a) kop Pengumuman yang ditandatangani oleh Jaksa Agung
menggunakan Lambang Negara berwarna kuning emas dan
bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia dengan huruf
kapital berwarna kuning emas yang diletakkan secara
simetris;
b) kop Pengumuman di lingkungan Kejaksaan Agung yang
ditandatangani oleh pejabat struktural selain Jaksa Agung
terdiri dari Logo Kejaksaan di sebelah kiri dengan tulisan
Kejaksaan Republik Indonesia di bawahnya ditulis Kejaksaan
Agung disertai dengan alamat, yang ditulis dengan huruf
kapital diletakkan secara simetris menggunakan tinta
berwarna hitam;
c) kop Pengumuman pada Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri
dan Cabang Kejaksaan Negeri menyesuaikan;
d) tulisan Pengumuman dicantumkan di bawah kop, yang
ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
d) nomor Pengumuman dicantumkan di bawah tulisan
Pengumuman;
e) Rumusan judul Pengumuman, ditulis dengan huruf kapital
secara simetris di bawah kata tentang.
2) Batang tubuh
Batang tubuh Pengumuman terdiri dari:
a) alasan tentang perlunya dibuat pengumuman;
b) peraturan yang menjadi dasar dibuatnya Pengumuman; dan
c) pemberitahuan tentang hal tertentu.
- 100 -

3) Kaki
Bagian kaki Pengumuman ditempatkan di sebelah kanan, yang
terdiri dari:
a) tempat dan tanggal penetapan;
b) nama jabatan pejabat yang menetapkan, yang ditulis dengan
huruf kapital, diakhiri dengan tanda baca koma;
c) tanda tangan pejabat yang menetapkan;
d) nama lengkap pejabat yang menandatangani, yang ditulis
dengan huruf kapital; dan
e) Cap/Stempel Dinas.

Contoh 54. Format Pengumuman

Lambang negara
dan nama jabatan
telah dicetak

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

PENGUMUMAN
NOMOR : ..........................

TENTANG Judul
………………………………………………… pengumuman
ditulis dengan
huruf kapital
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………. Memuat alasan
peraturan yang
………………………………………………………………………… menjadi dasar dan
………………………………………………………………………… pemberitahuan
tentang hal
………………………………………………………………………… tertentu yang
………………………………………………………………………… dianggap
………………………………………………………………………… mendesak

…………………………………………………………………..…….

Dikeluarkan di ...................
pada tanggal …………………. Kota sesuai
alamat instansi
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, dan tanggal
penandatanganan

NAMA LENGKAP
- 101 -

Contoh 55. Format Pengumuman


Logo dan
nama instansi
telah dicetak
......................................
..........................
Jl. ............................................
Telp. ................

PENGUMUMAN
NOMOR : ................................
Judul pengumuman
TENTANG ditulis dengan huruf
kapital
…………………………………………………

……………………………………………………………………
……………………………………………………………………. Memuat alasan
peraturan yang
……………………………………………………………………. menjadi dasar dan
…………………………………………………………………… pemberitahuan tentang
……………………………………………………………………. hal tertentu yang
duianggap mendesak
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
……………………

Dikeluarkan di
pada tanggal ……………….

a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


JAKSA AGUNG MUDA PEMBINAAN,

NAMA LENGKAP

D. Laporan
1. Pengertian
Laporan adalah Naskah Dinas yang memuat hasil pelaksanaan suatu
kegiatan/kejadian.
2. Wewenang Pembuatan dan penandatangan
Wewenang pembuatan dan penandatanganan Laporan dilakukan
oleh pejabat yang melaksanakan dan/atau yang bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan.
3. Susunan
a) Kepala
Bagian kepala Laporan terdiri dari kop dan judul
1) Kop Laporan yang ditandatangani oleh Jaksa Agung
menggunakan Lambang Negara berwarna kuning emas dan
- 102 -

bertuliskan Jaksa Agung Republik Indonesia dengan huruf


kapital berwarna kuning emas yang diletakkan secara simetris;
2) Kop Laporan di lingkungan Kejaksaan Agung yang
ditandatangani oleh pejabat struktural selain Jaksa Agung
terdiri frasa Kejaksaan Agung dan unit Eselon I.
3) Kop Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan
Negeri menyesuaikan.
4) Judul Laporan yang ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris.
b) Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Laporan terdiri dari:
1) pendahuluan, yang memuat penjelasan umum, maksud dan
tujuan, serta ruang lingkup dan sistematika laporan.
2) materi laporan, yang terdiri atas kegiatan yang dilaksanakan,
faktor yang mempengaruhi, hasil pelaksanaan kegiatan,
hambatan yang dihadapi dan hal lain yang perlu dilaporkan;
3) kesimpulan dan saran, sebagai bahan masukan dan
pertimbangan; dan
4) penutup, yang merupakan akhir Laporan, memuat
harapan/permintaan arahan/ucapan terima kasih.
c) Kaki
Bagian kaki Laporan ditempatkan di sebelah kanan bawah dan
terdiri dari:
1) tempat dan tanggal pembuatan Laporan;
2) nama jabatan pejabat penandatangan, yang ditulis dengan
huruf awal kapital;
3) tanda tangan;
4) nama lengkap, ditulis dengan huruf awal kapital; dan
5) pangkat dan NIP, untuk Laporan yang ditandatangani oleh
selain Jaksa Agung dan Pejabat Eselon I.
- 103 -

Contoh 56. Format Laporan yang Ditandatangani oleh Jaksa Agung

Lambang
Negara
dan Nama
jabatan telah
dicetak

JAKSA AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN

TENTANG
………………………………………………… Judul laporan
ditulis dengan
A. Pendahuluan huruf kapital
1. Umum
2. Maksud dan Tujuan
3. Ruang Lingkup
4. Dasar
Memuat laporan
B. Tugas Yang Dilaksanakan tentang
pelaksanaan
………………………………………………………………………………… tugas kedinasan
…………………………………………………………………………………
dan seterusnya

C. Hasil Yang Dicapai


…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...

D. Kesimpulan dan Saran


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Tempat dan tanggal
penandatanganan.
E. Penutup
………………………………………………………………………………… Nama jabatan dan
nama lengkap ditulis
dengan huruf awal
Dibuat di .................... kapital.
pada tanggal ……………

Nama Jabatan,

Tanda tangan

Nama Lengkap
- 104 -

Contoh 57. Format Laporan yang Ditandatangani oleh Pejabat Eselon I,II
atau III

Kop yang
memuat unit
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA kerja
penandatangan
KEJAKSAAN AGUNG

LAPORAN
Judul laporan
ditulis dengan
TENTANG
huruf kapital
………………………………………………………………

A. Pendahuluan
1. Umum
2. Maksud dan Tujuan
3. Ruang Lingkup
4. Dasar Memuat
laporan
B. Tugas Yang Harus Dilaksanakan tentang
pelaksanaan
………………………………………………………………………………..… tugas
………………………………………………………………………………..… kedinasan
dan seterusnya

C. Hasil Yang Dicapai


…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..

D. Kesimpulan dan Saran


…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..

E. Penutup
…………………………………………………………………………………..
Tempat dan tanggal
penandatanganan.
Dibuat di ....................... Nama jabatan dan
pada tanggal ……………. nama lengkap
ditulis dengan huruf
Nama Jabatan, awal kapital.

Tanda tangan

Nama Lengkap
Pangkat, NIP

E. Telaah Staf
1. Pengertian
Telaah Staf adalah bentuk uraian yang disampaikan oleh pejabat
atau staf yang memuat analisis singkat dan jelas, mengenai suatu
persoalan dengan memberikan jalan keluar/pemecahan yang
disarankan.
2. Wewenang dan penandatangan
Wewenang pembuatan dan penandatanganan telaah staf dilakukan
oleh yang diberi perintah.
- 105 -

3. Susunan
a. Kepala
Bagian kepala Telaah Staf terdiri dari judul Telaah Staf yang
diletakkan secara simetris.
b. Batang tubuh
Bagian batang tubuh Telaah Staf terdiri dari:
1) Persoalan, yang memuat pernyataan singkat dan jelas tentang
persoalan yang akan dipecahkan;
2) Praanggapan, yang memuat dugaan yang beralasan,
berdasarkan data yang ada, saling berhubungan sesuai dengan
situasi yang dihadapi, dan merupakan kemungkinan kejadian
di masa yang akan datang;
3) Fakta yang mempengaruhi, yang memuat fakta yang
merupakan landasan analisis dan pemecahan persoalan;
4) Analisis pengaruh praanggapan dan fakta terhadap persoalan
dan akibatnya, hambatan serta keuntungan dan kerugiannya,
pemecahan atau cara bertindak yang mungkin atau dapat
dilakukan;
5) Kesimpulan, yang memuat intisari hasil telaah, yang
merupakan pilihan cara bertindak atau jalan keluar; dan
6) Tindakan yang disarankan, yang memuat secara ringkas dan
jelas saran atau usul tindakan untuk mengatasi persoalan yang
dihadapi.
c. Kaki
Bagian kaki Telaah Staf ditempatkan di sebelah kanan bawah,
yang terdiri dari:
1) tempat dan tanggal pembuatan Telaah Staf;
2) nama jabatan pembuat Telaah Staf, ditulis dengan huruf awal
kapital;
3) tanda tangan;
4) nama lengkap;
5) pangkat dan NIP; dan
6) Daftar lampiran (jika diperlukan);
- 106 -

Contoh 58. Format Telaah Staf

TELAAH STAF
TENTANG
………………………………………

A. Persoalan
(Memuat pernyataan singkat dan jelas tentang persoalan yang akan dipecahkan)

B. Praanggapan
(Memuat dugaan yang beralasan, berdasarkan data saling berhubungan sesuai situasi
yang dihadapi dan merupakan kemungkinan kejadian dimasa mendatang)

C. Fakta yang mempengaruhi (Dasar Hukum)


(Memuat fakta yang merupakan landasan analisa dan pemecahan persoalan)

D. Analisis
(Memuat analisis pengaruh praanggapan dan fakta terhadap persoalan dan akibatnya,
hambatan serta keuntungan dan kerugian serta pemecahan atau cara bertindak yang
mungkin atau dapat dilakukan)

E. Simpulan
Memuat intisari hasil diskusi, pilihan dan satu cara bertindak atau jalan keluar sebagai
pemecahan persoalan yang dihadapi)

F.Saran
(Memuat secara ringkas dan jelas saran tindakan untuk mengatasi persoalan yang
dihadapi).

.........., ..........................

(Nama Jabatan pembuat Telaah Staf)

(tanda tangan)

Nama Lengkap
Pangkat, NIP

F. Notula
1. Pengertian
Notula adalah catatan singkat mengenai jalannya rapat serta hal yang
dibicarakan dan diputuskan dalam rapat. Notula merupakan
dokumentasi penting yang dicatat oleh notulis.
2. Wewenang penandatangan
Notula ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas, fungsi,
wewenang, dan tanggung jawabnya.
3. Susunan
a. Kepala
Judul Notula ditulis dengan huruf kapital dan diletakkan secara
simetris.
b. Batang tubuh
- 107 -

Bagian batang tubuh Notula terdiri dari:


1) Dasar, berisi surat undangan yang mendasari pelaksanaan rapat.
2) Waktu dan tempat, berisi waktu dan tempat pelaksanaan rapat.
3) Agenda, berisi pokok pembahasan rapat secara singkat.
4) Peserta, berisi daftar peserta atau dapat pula berupa daftar hadir
pada lembar tersendiri sebagai lampiran yang merupakan satu
kesatuan dengan Notula.
5) Pelaksanaan rapat, berisi uraian mengenai pembukaan,
pembahasan dan kesimpulan .
c. Kaki
Bagian kaki Notula terdiri dari:
1) nama lengkap dan tanda tangan pejabat pemimpin rapat; dan
2) nama lengkap dan tanda tangan notulis.
d. Distribusi
Notula disampaikan kepada pejabat yang memimpin rapat.
- 108 -

Contoh 59. Format Notula

NOTULA

A. Dasar
Surat undangan (pejabat penandatangan) Nomor …., tanggal …………

B. Waktu dan Tempat


Rapat dilaksanakan pada
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

C. Agenda Rapat
(diisi dengan pokok pembahasan rapat secara singkat)

D. Peserta
a. Hadir : 1. .......................................................................
2. .......................................................................
3. ..dst.
b. Berhalangan hadir : 1. .......................................................................
2. .......................................................................
3. ..dst.

E. Pelaksanaan Rapat
(Pengarahan umum pimpinan rapat) ............................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
Jalannya rapat/pertemuan (laporan peserta, tanggapan, masukan dan lain-lain.
......................................................................................................................
......................................................................................................................
Kesimpulan
……………………………………………………………………………………

Disahkan oleh ..............................

Nama Notulis Nama Jabatan Pimpinan Rapat

Tanda tangan Tanda tangan

Nama Lengkap Nama Lengkap


Pangkat, NIP Pangkat, NIP
- 109 -

G. Surat Izin Jalan


1. Pengertian
Surat Izin Jalan adalah pernyataan tertulis dari pejabat yang
berwenang sebagai tanda bukti pemberian izin terhadap pegawai
untuk bepergian ke suatu tempat tujuan di dalam negeri.
2. Wewenang pembuatan dan penandatanganan
Wewenang pembuatan dan penandatanganan Surat Izin Jalan dibuat
dan ditandatangani oleh pejabat berwenang yang membidangi
ketertiban dan keamanan. Untuk tingkat Kejaksaan Agung
ditandatangani oleh Kepala Biro Umum, tingkat Kejaksaan Tinggi oleh
Asisten Pembinaan, tingkat Kejaksaan Negeri oleh Kepala Sub Bagian
Pembinaan, atau tingkat Cabang Kejaksaan Negeri oleh Kepala Cabang
Kejaksaan Negeri.
3. Susunan
a. Kepala
Kepala Surat Izin Jalan terdiri dari:
1) kop Surat Izin Jalan menggunakan kop yang terdiri dari logo
Kejaksaan yang diletakkan di sebelah kiri dan tulisan
Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya ditulis
Kejaksaan Agung, dengan huruf kapital berwarna hitam;
2) kop Surat Izin Jalan di lingkungan Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan
Negeri atau Cabang Kejaksaan Negeri menyesuaikan;
3) judul Surat Izin Jalan ditulis dengan huruf kapital dan
ditempatkan secara simetris; dan
4) Nomor, ditulis di bawah judul Surat Izin Jalan, ditempatkan
secara simetris.
b. Batang tubuh
Bagian batang tubuh Surat izin Jalan memuat Nama, pangkat, NIP,
NRP, jabatan, alamat, tujuan, waktu keberangkatan, waktu kembali,
keperluan, kendaraan, pengikut, biaya dan catatan, dicantumkan
secara berurutan;
c. Kaki
Bagian kaki Surat izin Jalan terdiri dari:
1) Nama tempat, tanggal, bulan dan tahun dibuatnya Surat Izin
Jalan;
2) Nama jabatan, tanda tangan, nama lengkap, pangkat dan NIP,
pejabat pemberi izin;
- 110 -

3) Nama lengkap, pangkat dan NIP penerima izin; dan


4) Cap/Stempel Dinas.

Contoh 60. Format Surat Izin Jalan

.......................
....................................
Jln. ......................................
Telp.................

SURAT IZIN JALAN


NOMOR : ………………………….

DIBERIKAN KEPADA :
1. Nama : ………………………………………………….……...
2. Pangkat : …………………………………………………….…...
3. NIP./NRP. : ………………………………………………………....
4. Jabatan : ………………………………………….…….…..…...……
5. Alamat Rumah : ……………………………………………….…...
6. Tujuan : …………………………………………………...…....
7. Berangkat tgl. : ……………………………………………….....….….
8. Kembali tgl. : ………………………………………….……….......*)
9. Keperluan : …………………………………………………......….
10. Kendaraan : ………………………………………………………....
11. Pengikut : ………………………………………………….……...
12. Biaya : ………………………………………………….……...
13 Catatan : ………………………………………………….……...

PERHATIAN :
1. Surat izin jalan ini hanya berlaku sekali dalam perjalanan.
2. Setibanya di tempat yang dituju harus melapor pada instansi/pejabat
setempat.
3. Untuk menjadikan periksa bagi yang berwajib dan dapat memberikan bantuan
seperlunya.

Dikeluarkan di ...............
pada tanggal …….....….

Pemegang Surat Izin, Nama Jabatan Pemberi Izin,

Nama Lengkap Nama Lengkap


Pangkat, NIP Pangkat, NIP

H. Surat Permohonan untuk Mendapat Surat Izin Jalan


1. Pengertian
Surat Permohonan Untuk Mendapatkan Surat Izin Jalan adalah
permohonan tertulis dari pegawai yang berkepentingan untuk meminta
izin kepada pejabat atasan langsungnya atau pejabat yang berwenang
memberikan izin bepergian ke suatu tempat tujuan.
- 111 -

2. Penandatangan
Surat Permohonan Untuk Mendapatkan Surat Izin Jalan
ditandatangani oleh pemohon dan pejabat atasan pemohon.
3. Susunan
a. Kepala
Judul Surat Permohonan Untuk Mendapatkan Surat Izin Jalan,
ditulis dengan huruf kapital dan diletakkan secara simetris.
b. Batang tubuh
Batang tubuh Surat Permohonan Untuk Mendapatkan Surat Izin
Jalan terdiri dari:
1) Nama, Pangkat, Golongan, NIP/NRP, jabatan dan alamat pegawai
yang mengajukan permohonan;
2) Tujuan, waktu keberangkatan, waktu kepulangan, keperluan,
kendaraan, pengikut, biaya, dan catatan.
c. Kaki
Bagian kaki Surat Permohonan Untuk Mendapatkan Surat Izin
Jalan, terdiri dari:
1) tempat, tanggal, bulan dan tahun diajukannya surat
permohonan;
2) tanda tangan, nama lengkap, pangkat, dan NIP pemohon;
3) nama jabatan, tanda tangan, nama lengkap, pangkat dan NIP
pejabat atasan pemohon.
- 112 -

Contoh 61. Format Surat Permohonan Untuk Mendapatkan Surat Izin Jalan

SURAT PERMOHONAN UNTUK MENDAPATKAN


SURAT IZIN JALAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

1. Nama : …………………………………………
2. Pangkat /Gol : ....................................................
3. NIP/NRP : ………………………………………...
4. Jabatan : …………………………………………
5. Alamat Rumah : ………………………………………...

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Jalan :

6. Tujuan : ………………………………………….
7. Berangkat tgl. : ………………………………………….
8. Kembali tgl. : …………………………………………
9. Keperluan : ………………………………………….
10. Kendaraan : ………………………………………….
11. Pengikut : ………………………………………….
12. Biaya : ………………………………………….
13. Catatan : …………………………………………

Surat permohonan ini dibuat dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan


sepenuhnya.

Jakarta, …………………

Mengetahui, Pemohon,
Nama Jabatan

Nama lengkap Nama lengkap


Pangkat, NIP Pangkat, NIP

I. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas


1. Pengertian
Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas adalah alat komunikasi tertulis
internal yang ditujukan kepada pejabat atasan guna menyampaikan
konsep Naskah Dinas untuk mendapatkan penyelesaian.
2. Wewenang pembuat dan penandatangan
Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas dibuat dan ditandatangani oleh:
a. Kepala Bagian Tata Usaha Umum dan Pimpinan pada Biro Umum
untuk Naskah Dinas yang ditandatangani oleh Jaksa Agung dan
Wakil Jaksa Agung;
b. Kepala Bagian Tata Usaha pada masing-masing Sekretariat Jaksa
Agung Muda atau Sekretariat Badan untuk Naskah Dinas yang
ditandatangani oleh Jaksa Agung Muda atau Kepala Badan;
c. Kepala Bagian Tata Usaha pada Kejaksaan Tinggi untuk Naskah
Dinas yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan Tinggi; dan
- 113 -

d. Kepala Urusan Tata Usaha pada Kejaksaan Negeri untuk Naskah


Dinas yang ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan Negeri.
3. Susunan
Susunan Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas terdiri dari:
a. Kepala
Kepala Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas terdiri dari:
1) kop Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas terdiri dari Logo
Kejaksaan yang diletakkan di sebelah kiri dan tulisan
Kejaksaan Republik Indonesia dan di bawahnya ditulis
Kejaksaan Agung, dengan huruf kapital.
2) kop Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas di lingkungan
Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri menyesuaikan.
3) nomor Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas diletakkan di
sisi kiri.
4) nama tempat, tanggal, bulan dan tahun diletakkan di sisi
kanan sejajar dengan nomor;
5) nama jabatan yang dituju diletakkan di sisi kiri di bawah
penulisan nomor;
6) judul Nota Konsep Pengajuan Naskah Dinas ditulis dengan
huruf kapital dan ditempatkan secara simetris
b. Batang tubuh Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas terdiri dari :
1) jenis naskah yang diajukan;
2) Pejabat/alamat yang dituju naskah dinas;
3) Pejabat yang mengirim naskah dinas;
4) tentang isi Naskah Dinas;
5) lampiran;
6) permohonan mendapatkan tanda tangan, pengesahan atau
persetujuan.
c. Kaki
Bagian kaki Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas terdiri dari:
1) nama jabatan;
2) tanda tangan pejabat;
3) nama lengkap pejabat;
4) Frasa “Disposisi Pimpinan”; dan
5) Frasa “Tindaklanjut Staf”.
- 114 -

Contoh 62. Format Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


KEJAKSAAN AGUNG
……………………………

Nomor : ........ Tempat Kedudukan, tanggal/bulan/tahun

Yth. ................
.......................

NOTA PENGAJUAN KONSEP NASKAH DINAS


Disampaikan dengan hormat konsep:
...................................................................(judul naskah dinas)

Kepada :
Dari :
Tentang :

Catatan :
Lampiran :
Untuk mohon tandatangan :
Pengesahan : (pengesahan diisi jika naskah dinas akan ditandatangani)
Persetujuan : (persetujuan diisi jika naskah dinas akan diparaf)

Dikeluarkan oleh :

DISPOSISI PIMPINAN NAMA JABATAN

------------------------ NAMA LENGKAP


Tindaklanjut Staf Pangkat, NIP

J. Piagam/Sertifikat
1. Pengertian
a. Piagam adalah surat penghargaan atau surat keterangan tertulis atas
prestasi yang telah dicapai, yang tercetak dan dikeluarkan atas dasar
Keputusan dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
- 115 -

b. Sertifikat adalah surat penghargaan atau surat keterangan tertulis


yang tercetak dan dikeluarkan oleh instansi dan ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang sebagai bukti telah mengikuti suatu
kegiatan.
2. Wewenang penandatanganan
Piagam/Sertifikat ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan tugas,
fungsi, wewenang dan tanggungjawabnya.
3. Susunan
a. Kepala
Bagian kepala Piagam/Sertifikat terdiri dari:
1) kop Piagam/Sertifikat yang ditandatangani oleh Jaksa Agung
menggunakan Lambang Negara berwarna emas dan tulisan
Jaksa Agung Republik Indonesia yang ditulis dengan huruf
kapital berwarna emas, dan diletakkan secara simetris.
2) kop Piagam/Sertifikat yang ditandatangani oleh pejabat
struktural selain Jaksa Agung menggunakan logo Kejaksaan
dengan tulisan Kejaksaan Republik Indonesia dan tulisan
Kejaksaan Agung dengan tinta warna dan diletakkan secara
simetris. Sedangkan kop Piagam/sertifikat di lingkungan
Kejaksaan Tinggi atau Kejaksaan Negeri menyesuaikan.
3) Judul Piagam/Sertifikat ditulis dengan huruf kapital secara
simetris; dan
4) Nomor Piagam/Sertifikat ditulis dengan huruf kapital diletakkan
secara simetris di bawah judul, dan disesuaikan dengan
kegiatan yang dilaksanakan.
b. Batang tubuh
Batang tubuh Piagam/Sertifikat terdiri dari:
1) nama yang diberi Piagam/Sertifikat dan keterlibatan/perannya
dalam kegiatan yang diadakan;
2) judul kegiatan;
3) tanggal pelaksanaan kegiatan
c. Kaki
Bagian kaki Piagam/Sertifikat terdiri dari:
1) tempat dan tanggal penandatanganan;
2) nama jabatan penandatangan, ditulis dengan huruf kapital,
diakhiri tanda baca koma;
3) tanda tangan pejabat;
- 116 -

4) nama lengkap pejabat penandatangan, ditulis dengan huruf awal


kapital; dan
5) Cap/Stempel Dinas yang digunakan sesuai dengan ketentuan.
4. Distribusi
Piagam/Sertifikat disampaikan kepada penerima yang berhak.
5. Hal yang perlu diperhatikan:
a. Sertifikat pendidikan atau pelatihan selain halaman depan pada
halaman belakang dapat mencantumkan materi dan jumlah jam
pelajaran, atau keterangan lain yang diperlukan.
b. Sertifikat kegiatan yang diselenggarakan oleh Kejaksaan bekerja
sama dengan pihak lain, dapat menggunakan logo para pihak dan
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dari para pihak
tersebut.
c. Piagam/Sertifikat dapat diterbitkan atas dasar Keputusan Pejabat
yang berwenang (jika diperlukan).

K. Naskah Dinas Elektronik


Naskah Dinas Elektronik adalah Naskah Dinas berupa komunikasi
informasi yang dilakukan secara elektronis atau yang terekam dalam
multimedia elektronis.
Ketentuan lebih lanjut tentang naskah dinas elektronik diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 117 -

BAB II

PEMBUATAN NASKAH DINAS

A. Persyaratan pembuatan
Setiap Naskah Dinas harus merupakan intisari dari pemikiran yang
ringkas dan jelas sesuai dengan maksud dan tujuan dibuatnya Naskah
Dinas yang disusun secara sistematis. Dalam pembuatannya perlu
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ketelitian
Dalam membuat Naskah Dinas harus mencerminkan ketelitian dan
kecermatan, baik dalam bentuk, susunan, pengetikan, isi, struktur,
kaidah bahasa, dan penerapan kaidah ejaan di dalam pengetikan.
2. Kejelasan
Naskah Dinas harus memperlihatkan kejelasan maksud dari materi
yang dimuat dalam Naskah Dinas.
3. Logis dan Singkat
Naskah Dinas harus menggunakan bahasa Indonesia yang formal, logis
secara efektif, singkat, padat, dan lengkap sehingga mudah dipahami
bagi pihak yang menerima Naskah Dinas.
4. Pembakuan
Naskah Dinas harus taat mengikuti aturan baku yang berlaku sehingga
dapat menjamin terciptanya arsip yang autentik dan reliable.

B. Penomoran Naskah Dinas


Penomoran Naskah Dinas mengacu kepada Peraturan Kejaksaan mengenai
Kode Penomoran Naskah Dinas.

C. Penggunaan Kertas, Amplop dan Warna Tinta


Kertas, amplop dan tinta merupakan media/sarana surat menyurat untuk
merekam informasi dalam komunikasi kedinasan.
1. Pengunaan Kertas dan Map
a) Untuk penggunaan warna kertas dan map di lingkungan Kejaksaan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) dari Jaksa Agung : Putih
2) dari Wakil Jaksa Agung : Putih
- 118 -

3) dari/pada bidang Pembinaan termasuk Pusat Penelitian dan


Pengembangan, Pusat Data Statistik, Kriminal dan Teknologi
Informasi, dan Pusat Pemulihan Aset : Kuning Tua
4) dari/pada bidang Intelijen termasuk Pusat Penerangan Hukum:
Hijau Muda.
5) dari/pada bidang Tindak Pidana Umum : Merah Tua
6) dari/pada bidang Tindak Pidana Khusus : Merah Muda.
7) dari/pada bidang Perdata dan Tata Usaha Negara : Kuning Muda
8) dari/pada bidang Pengawasan : Biru Muda
9) dari/pada Badan Pendidikan dan Pelatihan : Kuning Muda
10) dari/di lingkungan Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan
Cabang Kejaksaan Negeri disesuaikan dengan warna seperti
dimaksud pada nomor 3) sampai dengan nomor 8).
b) Naskah dinas menggunakan kertas HVS minimal 70 gram berukuran
F4 (210 x 330 mm), kecuali Naskah Dinas khusus dalam bentuk
Surat Perjanjian menggunakan kertas berukuran A4 (297 x 210 mm).
c) Pembuatan Naskah Dinas dari draf hingga konsep akhir yang
dibubuhi paraf disimpan sebagai satu berkas arsip.
d) Naskah Dinas yang bernilai guna sekunder atau permanen, harus
menggunakan kertas dengan standar kertas permanen:
1) Gramatur minimal 70 gr/m2
2) Ketahanan sobek minimal 350 mN;
3) Ketahanan lipat minimal 2,42 (metode schooper) atau 2,18 (metode
MIT);
4) pH pada rentang 7,5 – 10;
5) Kandungan alkali kertas minimal 0,4 mol asam/kg; dan
6) Daya tahan oksidasi mengandung bilangan kappa minimal 5.

2. Penggunaan Amplop
Amplop adalah sarana kelengkapan penyampaian surat, terutama untuk
surat keluar lembaga. Ketentuan penggunaan amplop meliputi ukuran,
bentuk dan warna sampul.
a) Ukuran
Ukuran amplop yang digunakan untuk pengiriman Naskah Dinas
disesuaikan dengan jenis, ukuran dan ketebalan Naskah Dinas yang
akan didistribusikan.
- 119 -

b) Warna
Amplop Naskah Dinas menggunakan amplop kertas berwarna coklat
muda, kecuali untuk Naskah Dinas dari Jaksa Agung menggunakan
amplop kertas berwarna putih.
c) Penulisan Pengirim dan Tujuan
Pada amplop harus dicantumkan alamat pengirim dan alamat tujuan,
berikut nomor dan tanggal surat. Alamat pengirim berupa Lambang
Negara atau Logo Kejaksaan, unit kerja (Kejaksaan Agung, Kejaksaan
Tinggi atau Kejaksaan Negeri) serta alamat. Alamat tujuan Naskah
Dinas ditulis lengkap dengan nama jabatan/instansi dan alamat
instansi.
d) Cara Melipat dan Memasukan Surat ke dalam Amplop
Surat yang siap untuk dikirim dilipat sesuai ukuran amplop dengan
mempertemukan sudut-sudutnya agar lipatannya lurus dan rapi
dengan kepala surat menghadap ke depan ke arah penerima/pembaca
surat.
e) Cara menggunakan amplop dinas untuk tiap-tiap kualifikasi (Sangat
Rahasia, Rahasia, Terbatas dan Biasa), yaitu:
1) kualifikasi SANGAT RAHASIA (SR) dan RAHASIA (R) menggunakan
2 (dua) amplop, dengan ketentuan:
- amplop pertama dicap/stempel 3 (tiga) tempat yakni Cap/
Stempel Dinas, cap/stempel kualifikasi, cap/stempel klasifikasi,
kemudian diberi lak dan dimasukkan ke dalam amplop kedua;
- amplop kedua hanya dibubuhi Cap/Stempel Dinas; dan
- tiap-tiap Cap/Stempel Dinas harus dibubuhi paraf.

2) kualifikasi TERBATAS (T) dan BIASA (B):


- menggunakan 1 (satu) amplop dan dibubuhi Cap/Stempel
Dinas; dan
- Cap/Stempel Dinas harus dibubuhi paraf.

3. Warna Tinta
Tinta yang digunakan untuk penulisan surat berwarna hitam,
sedangkan untuk penandatanganan surat menggunakan tinta warna
hitam atau biru tua. Tinta berwarna merah hanya digunakan untuk
penulisan tingkat keamanan surat Rahasia atau Sangat Rahasia. Tinta
untuk Cap/Stempel Dinas berwarna ungu.
- 120 -

D. Ketentuan Jarak Spasi, Jenis dan Ukuran Huruf, serta Kata Penyambung.
1. Jarak Spasi
Dalam penentuan jarak spasi, hendaknya diperhatikan aspek
keserasian, estetika, banyaknya isi Naskah Dinas dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. jarak antara judul dan isi adalah 2 (dua) spasi;
b. jika judul lebih dari satu baris, jarak antara baris pertama dengan
baris kedua adalah 1 (satu) spasi;
c. jarak masing-masing baris disesuaikan dengan keperluan dengan
memperhatikan aspek keserasian dan estetika dengan
mempertimbangkan banyaknya isi Naskah Dinas.
2. Jenis dan ukuran huruf
Menggunakan jenis huruf Arial dengan ukuran 11 atau 12, sedangkan
Naskah Dinas arahan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yaitu jenis huruf Bookman Old Style dengan
ukuran 12.
3. Kata Penyambung
Kata Penyambung adalah kata yang digunakan sebagai tanda bahwa
teks itu masih berlanjut pada halaman berikutnya (jika naskah lebih
dari satu halaman). Kata penyambung ditulis pada akhir setiap
halaman pada baris terakhir teks di sudut kanan bawah halaman
dengan urutan kata penyambung dan 3 (tiga) buah titik. Kata
Penyambung itu diambil persis sama dari kata pertama halaman
berikutnya. Jika kata pertama dari halaman berikutnya itu menunjuk
pasal atau diberi garis bawah atau dicetak miring, Kata Penyambung
juga harus dituliskan sama. Kata Penyambung tidak digunakan untuk
pergantian bagian.

Contoh 63. Format Penulisan Kata Penyambung pada Halaman 1 Baris


Paling Bawah
adalah ......
media... kata penyambung
- 121 -

Kata pertama pada halaman 2 baris paling atas kiri adalah media
elektronik... dst
-2-
media elektronik ................. dst

E. Penentuan Batas/Ruang Tepi


Demi keserasian dan kerapian (estetika) dalam penyusunan Naskah Dinas,
diatur supaya tidak seluruh permukaan kertas digunakan secara penuh.
Oleh karena itu, perlu ditetapkan batas antara tepi kertas dan naskah,
baik pada tepi atas, kanan, bawah, maupun pada tepi kiri sehingga
terdapat ruang yang dibiarkan kosong. Penentuan ruang tepi dilakukan
berdasarkan ukuran yang terdapat pada peralatan yang digunakan untuk
membuat Naskah Dinas, yaitu:
1. ruang tepi atas, apabila menggunakan kop Naskah Dinas, 2 (dua) spasi
di bawah kop, dan apabila tanpa kop Naskah Dinas, sekurang-
kurangnya 2 cm dari tepi atas kertas;
2. ruang tepi bawah sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi bawah
kertas;
3. ruang tepi kiri sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kiri kertas; dan
4. ruang tepi kanan sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi kanan kertas.

Catatan:
Dalam pelaksanaannya, penentuan ruang tepi seperti tersebut di atas
bersifat fleksibel, disesuaikan dengan banyak atau tidaknya isi suatu
Naskah Dinas. Penentuan ruang tepi (termasuk juga jarak spasi dalam
paragraf) hendaknya memperhatikan aspek keserasian dan estetika.

F. Nomor halaman
Nomor halaman Naskah Dinas ditulis dengan menggunakan nomor urut
angka arab dan dicantumkan secara simetris di tengah atas dengan
membubuhkan tanda hubung (-) sebelum dan setelah nomor, kecuali
halaman pertama Naskah Dinas yang menggunakan kop Naskah Dinas
tidak perlu mencantumkan nomor halaman.

G. Tembusan
Tembusan surat bagian ini dicantumkan di sebelah kiri bawah, yang
menunjukkan bahwa pihak tersebut perlu mengetahui isi surat tersebut.
- 122 -

H. Lampiran
Jika Naskah Dinas memiliki beberapa lampiran, setiap lampiran harus
diberi nomor urut dengan angka arab. Nomor halaman lampiran
merupakan nomor lanjutan dari halaman sebelumnya.

I. Penggunaan Lambang Negara dan Logo Kejaksaan


Lambang Negara dan Logo Kejaksaan digunakan dalam Tata Naskah Dinas
sebagai tanda pengenal atau identifikasi yang bersifat tetap dan resmi.
Untuk memperoleh keseragaman dalam penyelenggaraan Tata Naskah
Dinas di seluruh jajaran, perlu ditentukan penggunaan Lambang Negara
dan Logo Kejaksaan pada kertas dan amplop.
1. Penggunaan Lambang Negara
Ketentuan penggunaan Lambang Negara untuk Naskah Dinas adalah
sebagai berikut:
a) Lambang Negara digunakan pada Naskah Dinas sebagai tanda
pengenal atau identifikasi yang bersifat tetap dan resmi.
b) Lambang Negara digunakan pada Naskah Dinas yang
ditandatangani oleh Jaksa Agung.
c) Lambang Negara dapat digunakan pada Naskah Dinas yang
ditandatangani oleh pejabat yang bertindak sebagai pelaksana tugas
(Plt.) atau pelaksana harian (Plh.) Jaksa Agung.
d) Lambang Negara ditempatkan pada bagian atas kepala surat secara
simetris pada Naskah Dinas.
e) Lambang Negara dicetak dengan warna kuning emas dengan
ukuran 2,6cm x 2,6cm.
f) Penggunaan Lambang Negara sebagai kop Naskah Dinas dilengkapi
dengan frasa JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA di bagian
bawah Lambang Negara, menggunakan huruf kapital jenis Arial
ukuran 11 (sebelas) dan berwarna kuning emas.

2. Penggunaan Logo Kejaksaan


a) Logo merupakan tanda pengenal atau identitas berupa simbol atau
huruf yang digunakan dalam Naskah Dinas Kejaksaan sebagai
identitas agar publik lebih mudah mengenal. Penggunaan logo
diletakkan di sebelah kiri kop Naskah Dinas tertentu.
b) Logo Kejaksaan pada kop Naskah Dinas berukuran 2cm x 2cm, dan
dicetak dengan ketentuan sebagai berikut:
- 123 -

1) Logo Kejaksaan dicetak berwarna untuk Naskah Dinas arahan;


dan
2) Logo Kejaksaan dicetak dengan warna hitam untuk Naskah
Dinas korespondensi.

3. Penggunaan Lambang Negara dan Logo Kejaksaan dalam naskah


kerja sama
a) Kerja sama yang ditandatangani oleh Jaksa Agung baik yang
dilakukan antar pemerintah (G to G) maupun antar lembaga
pemerintah menggunakan map Naskah Dinas dengan lambang
Negara yang diletakan di atas secara simetris.
b) Kerja sama sektoral antara Kejaksaan dengan lembaga pemerintah
lainnya yang ditandatangani oleh selain Jaksa Agung,
menggunakan map Naskah Dinas dengan Logo Kejaksaan dan logo
lembaga pemerintah lainnya, yang diletakkan di atas secara
simetris.

J. Pengaturan Paraf Naskah Dinas dan Penggunaan Cap/Stempel Dinas


1. Pembubuhan Paraf Secara Hierarkis
a) Naskah Dinas sebelum ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang, konsepnya harus diparaf terlebih dahulu minimal
oleh 2 (dua) pejabat pada dua jenjang jabatan struktural di
bawahnya.
b) Naskah Dinas yang dibuat oleh pejabat yang akan
menandatangani Naskah Dinas tersebut tidak memerlukan paraf.
c) Naskah Dinas yang terdiri dari beberapa lembar, konsepnya
harus diparaf terlebih dahulu pada setiap lembar Naskah Dinas
oleh pejabat yang menandatangani dan pejabat pada dua jenjang
jabatan struktural di bawahnya.
d) Letak pembubuhan paraf diatur sebagai berikut:
1) Untuk paraf pejabat yang berada 1 (satu) tingkat di bawah
pejabat Penanda Tangan Naskah Dinas dibubuhkan di
sebelah kanan/setelah nama jabatan penandatangan;
2) Untuk paraf pejabat yang berada 2 (dua) tingkat di bawah
pejabat Penanda Tangan Naskah Dinas dibubuhkan di
sebelah kiri/sebelum nama jabatan penandatangan;
- 124 -

3) Untuk paraf pejabat yang berada 3 (tiga) tingkat di bawah


pejabat Penanda Tangan Naskah Dinas, dibubuhkan di
sebelah paraf pejabat yang di atasnya;
4) Untuk paraf pada Naskah Dinas yang memerlukan
kontrol yang ketat secara berjenjang dari tingkat pegawai
pelaksana paling bawah sampai pada pejabat yang berada
satu tingkat di bawah pejabat Penanda Tangan Naskah Dinas
dan/atau pejabat yang diberi kewenangan untuk
membubuhkan paraf, dapat dibuat format bentuk kolom
paraf sesuai yang dibutuhkan.

Contoh 64. Format lembar kontrol untuk Naskah Dinas yang


ditandatangani oleh Jaksa Agung
LEMBAR KONTROL
NASKAH DINAS PADA SETJAMBIN
NO. PEJABAT PARAF TANGGAL
1 Sesjam Bin
2 Karo Umum
3 Kabag
4 Kasubbag
5 Pelaksana
6 Pengetik

Contoh 65. Format lembar kontrol untuk Naskah Dinas yang


ditandatangani oleh Pejabat Eselon I
LEMBAR KONTROL
NASKAH DINAS PADA ...........................
NO. PEJABAT PARAF TANGGAL
1 Kabag
2 Kasubbag
3 Pelaksana
4 Pengetik

b. Pembubuhan Paraf Koordinasi


Naskah Dinas yang materinya saling berkaitan dan memerlukan
koordinasi antar unit kerja, pejabat yang berwenang dari unit
terkait ikut serta membubuhkan paraf pada kolom paraf
koordinasi.
Contoh 66. Format Bentuk Kolom Paraf Koordinasi Eselon I
PARAF KOORDINASI
NASKAH DINAS
NO. PEJABAT PARAF TANGGAL
1 JAMBIN
2 JAM INTEL
3 JAM PIDUM
4 JAM PIDSUS
5 JAM DATUN
6 JAM WAS
7 KABADIKLAT
- 125 -

Contoh 67. Format Bentuk Kolom Paraf Koordinasi Eselon II


PARAF KOORDINASI
NASKAH DINAS
NO. PEJABAT PARAF TANGGAL
1 KARO PERENCANAAN
2 KARO UMUM
3 KARO KEPEGAWAIAN
4 KARO KEUANGAN
5 KARO PERLENGKAPAN
6 KARO HUKUM DAN HLN

Catatan: Paraf dibubuhkan oleh pejabat yang berwenang dan


disesuaikan dengan materi naskah dinas (pejabat yang tidak
terkait tidak perlu membubuhkan paraf).

2. Penggunaan Cap/Stempel Dinas


a Pengertian
Cap/Stempel Dinas merupakan alat untuk membuat rekaman
tanda atau simbol suatu lembaga. Cap/Stempel Dinas digunakan
untuk pengabsahan Naskah Dinas.
Cap/Stempel Dinas dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Cap/Stempel Dinas jabatan yaitu cap/stempel yang memuat
nama jabatan yang digunakan sebagai tanda keabsahan Naskah
Dinas; dan
2) Cap/Stempel Dinas instansi yaitu cap/stempel yang memuat
nama instansi Kejaksaan.
b. Bentuk Cap/Stempel Dinas
1) bentuk, ukuran, dan susunan Cap/Stempel Dinas Kejaksaan
diatur dalam peraturan mengenai stempel dinas; dan
2) tinta Cap/Stempel Dinas Kejaksaan berwarna ungu.
c. Penggunaan Cap/Stempel Dinas untuk Naskah Dinas yang
ditandatangani oleh Jaksa Agung
Cap/Stempel Dinas yang digunakan untuk Naskah Dinas yang
ditandatangani oleh Jaksa Agung dapat menggunakan cap yang
dicetak timbul (emboss) tanpa menggunakan tinta dengan maksud
untuk menghindari penyalahgunaan pemakaian.
d. Wewenang penggunaan
1) Pejabat yang berwenang menggunakan Cap/Stempel Dinas
jabatan adalah Jaksa Agung dan Kepala Kejaksaan Tinggi;
2) Pejabat yang berwenang menggunakan Cap/Stempel Dinas
Instansi adalah pejabat yang mendapat pelimpahan/
- 126 -

pendelegasian wewenang dari Jaksa Agung untuk


menetapkan/menandatangani Naskah Dinas. Cap/Stempel
Dinas instansi disimpan dan digunakan dalam jajaran
kesekretariatan unit kerja. Dalam Cap/Stempel Dinas instansi
menggunakan Lambang Kejaksaan.

e. Kekhususan Penggunaan Cap/Stempel Dinas


1) Setiap naskah kerja sama pemerintah (dengan luar negeri),
tidak menggunakan Cap/Stempel Dinas; dan
2) Naskah kerja sama antar instansi pemerintah (kementerian,
lembaga pemerintah non kementerian, pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota) di dalam negeri, menggunakan
Cap/Stempel Dinas jabatan atau Cap/Stempel Dinas instansi.

K. Perubahan, Pencabutan, Pembatalan dan Ralat Naskah Dinas.


Perubahan, pencabutan, pembatalan dan ralat Naskah Dinas dapat
dilakukan dengan syarat harus jelas menunjukan Naskah Dinas atau bagian
mana dari Naskah Dinas tersebut yang diadakan perubahan, pencabutan,
pembatalan dan/atau ralat.
1. Pengertian
a. Perubahan
Perubahan berarti mengubah bagian tertentu dari Naskah Dinas yang
dinyatakan dengan lembar perubahan.
b. Pencabutan
Pencabutan berarti mencabut Naskah Dinas tertentu karena
bertentangan atau tidak sesuai lagi dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, khusus atau Naskah Dinas yang baru
ditetapkan.
c. Pembatalan
Pembatalan berarti bahwa seluruh materi Naskah Dinas tidak berlaku
lagi melalui surat pernyataan pembatalan dalam Naskah Dinas yang
baru.
d. Ralat
Ralat adalah perbaikan yang dilakukan terhadap sebagian materi
Naskah Dinas melalui pernyataan ralat dalam Naskah Dinas yang
baru.
- 127 -

2. Tata cara perubahan, pencabutan, pembatalan dan ralat


a. Naskah Dinas yang bersifat mengatur, apabila diubah, dicabut atau
dibatalkan harus dengan Naskah Dinas yang setingkat atau lebih
tinggi.
b. Pejabat yang berhak menentukan perubahan, pencabutan dan
pembatalan adalah pejabat yang semula menandatangani Naskah
Dinas tersebut, atau oleh pejabat yang lebih tinggi kedudukannya.
c. Ralat yang bersifat kekeliruan kecil misalnya salah ketik, dilaksanakan
oleh pejabat yang menandatangani Naskah Dinas atau dapat oleh
pejabat setingkat lebih rendah.
- 128 -

BAB III

PENGAMANAN NASKAH DINAS

A. Penentuan Kategori Klasifikasi Keamanan dan Akses Naskah Dinas


Kategori klasifikasi keamanan untuk Naskah Dinas, terdiri dari:
1. Sangat rahasia merupakan Naskah Dinas yang apabila fisik dan
informasinya diketahui oleh pihak yang tidak berhak dapat
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan keselamatan negara;
2. Rahasia merupakan Naskah Dinas yang apabila fisik dan informasinya
diketahui oleh pihak yang tidak berhak dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi penyelenggaraan negara, sumber daya nasional,
ketertiban umum, termasuk terhadap ekonomi makro. Apabila
informasi yang terdapat dalam Naskah Dinas bersifat sensitif baik bagi
lembaga maupun perorangan akan menimbulkan kerugian yang serius
terhadap privacy, keuntungan kompetitif, hilangnya kepercayaan, serta
merusak kemitraan dan reputasi;
3. Terbatas merupakan Naskah Dinas yang apabila fisik dan informasinya
diketahui oleh pihak yang tidak berhak dapat mengakibatkan
terganggunya pelaksanaan fungsi dan tugas Kejaksaan, seperti
kerugian finansial yang signifikan; dan
4. Biasa/Terbuka merupakan Naskah Dinas yang apabila fisik dan
informasinya dibuka untuk umum tidak membawa dampak apapun
terhadap keamanan negara.

Penentuan keempat tingkat klasifikasi keamanan tersebut disesuaikan


dengan kepentingan dan substansi Naskah Dinas, serta dimungkinkan
untuk membuat sekurang-kurangnya 2 (dua) tingkat/derajat klasifikasi
Naskah Dinas.

Hak akses Naskah Dinas:


1. Hak akses Naskah Dinas berklasifikasi sangat rahasia, rahasia dan
terbatas diberikan kepada:
a. Jaksa Agung;
b. Wakil Jaksa Agung;
c. para Jaksa Agung Muda dan Kepala Badan sesuai lingkup
substansi Naskah Dinas;
- 129 -

d. pejabat yang dituju;


e. pejabat yang diberi tembusan Naskah Dinas; dan/atau
f. pejabat lain setelah mendapat persetujuan Jaksa Agung atau Wakil
Jaksa Agung atau Kepala Kejaksaan Tinggi atau Kepala Kejaksaan
Negeri sesuai untuk wilayah hukumnya.
g. pejabat lain setelah mendapat persetujuan:
1) Jaksa Agung atau Wakil Jaksa Agung; atau
2) Kepala Kejaksaan Tinggi atau Kepala Kejaksaan Negeri sesuai
dengan wilayah hukumnya.
2. Naskah dinas berklasifikasi biasa/terbuka, hak akses diberikan kepada
semua tingkat pejabat dan staf yang berkepentingan.

B. Perlakuan Terhadap Naskah Dinas Berdasarkan Klasifikasi Keamanan dan


Akses
1. Pemberian Kode Derajat Klasifikasi Keamanan dan Akses
Perlakuan Naskah Dinas berdasarkan klasifikasi keamanan dan akses,
diberikan kode derajat pengamanan di amplop dan di sebelah kiri atas
Naskah Dinas serta penggunaan amplop rangkap dua untuk Naskah
Dinas yang sangat rahasia dan rahasia. Untuk kode derajat klasifikasi:
a. Naskah Dinas Sangat Rahasia diberikan kode ‘SR’ dengan
menggunakan tinta warna merah;
b. Naskah Dinas Rahasia diberikan kode ‘R’ dengan menggunakan
tinta warna merah;
c. Naskah Dinas Terbatas diberikan kode ‘T’ dengan menggunakan
tinta hitam; dan
d. Naskah Dinas Biasa/Terbuka diberikan kode ‘B’ dengan
menggunakan tinta hitam.

2. Pemberian Nomor Seri Pengaman dan Security Printing


Security printing adalah percetakan yang berhubungan dengan
pengamanan tingkat tinggi pada Naskah Dinas, dengan tujuan untuk
mencegah pemalsuan dan perusakan serta jaminan terhadap
keautentikan dan keterpercayaan Naskah Dinas. Security printing
menggunakan metode-metode teknis sebagai berikut:
a. Kertas khusus
Kertas yang dipakai sebagai pengamanan memiliki nomor seri
pengaman yang letaknya diatur secara tersendiri dan hanya
- 130 -

diketahui oleh pihak-pihak tertentu. Penggunaan kertas ini harus


berurutan sesuai dengan nomor serinya sehingga memudahkan
pelacakan. Kertas khusus digunakan untuk Naskah Dinas yang
ditandatangani oleh Jaksa Agung.
b. Kode QR (Quick Response)
Kode QR digunakan untuk Naskah Dinas yang bersifat Sangat
Rahasia (SR), Rahasia (R) dan/atau kategori Naskah Dinas lain
yang akan ditetapkan dalam ketentuan lebih lanjut.
c. Metode teknis lain
Metode teknis lain yang menjamin tingkat otentikasi lebih tinggi
juga dapat digunakan untuk pengamanan Naskah Dinas

3. Pembuatan dan Pengawasan Naskah Dinas yang Bersifat Rahasia


Pembuatan dan pengawasan nomor seri pengaman dan pencetakan
pengamanan Naskah Dinas dilakukan oleh unit kerja yang secara
fungsional mempunyai tugas dan fungsi berkaitan dengan
ketatausahaan. Pembuatan nomor seri pengaman dan pencetakan
pengamanan dikoordinasikan dengan lembaga teknis terkait.

4. Pengiriman Naskah Dinas.


a. Naskah Dinas Sangat Rahasia (SR) dikirim kepada yang
bersangkutan melalui pegawai yang memiliki akses keamanan
(security clearance) atau pegawai yang ditunjuk secara khusus.
b. Naskah Dinas Rahasia (R) dikirim kepada yang bersangkutan
melalui sarana komunikasi dinas yang terenkripsi atau pegawai
yang ditunjuk secara khusus.
c. Naskah Dinas Terbatas (T) dan Biasa/Terbuka (B) dikirim kepada
yang bersangkutan melalui sarana komunikasi dinas atau pegawai
yang ditunjuk secara khusus.
- 131 -

BAB IV

PENANDATANGANAN

A. Penggunaan Garis Kewenangan


Pejabat struktural bertanggung jawab atas segala kegiatan yang dilakukan
di dalam organisasi atau unit kerjanya. Tanggung jawab tersebut tidak
dapat dilimpahkan atau diserahkan kepada seseorang yang bukan pejabat
berwenang. Garis kewenangan digunakan jika Naskah Dinas
ditandatangani oleh pejabat yang mendapat pelimpahan dari pejabat yang
berwenang.

Penandatanganan Naskah Dinas yang menggunakan garis kewenangan


dapat dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara:
a) Atas Nama (a.n.)
Digunakan jika pejabat yang menandatangani Naskah Dinas telah diberi
kuasa oleh pejabat yang bertanggung jawab, berdasarkan bidang tugas
dan tanggung jawab pejabat yang bersangkutan. Pejabat Penanda
Tangan Naskah Dinas bertanggung jawab jawab atas isi Naskah Dinas
kepada penanggung jawab, tanggung jawab tetap berada pada pejabat
yang memberikan kuasa.
b) Untuk Beliau (u.b.)
Digunakan jika pejabat yang diberi kuasa memberi kuasa lagi kepada
pejabat struktural satu tingkat di bawahnya, oleh karena itu u.b.
digunakan setelah a.n.. Pemberian kuasa ini mengikuti urutan sampai
dua tingkat struktural di bawahnya. Tanggung jawab tetap berada pada
pejabat yang memberikan kuasa dan pejabat yang menerima kuasa
harus mempertanggungjawabkan kepada pejabat yang memberikan
kuasa.

contoh 68:
a. Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

Tanda tangan

NAMA LENGKAP
- 132 -

b. Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas yang ditandatangani atas


nama (a.n.):
a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG MUDA PEMBINAAN,

Tanda tangan

NAMA LENGKAP

c. Ruang tanda tangan pada Naskah Dinas yang ditandatangani untuk


beliau (u.b.):
a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG MUDA PEMBINAAN,
u.b.
KEPALA BIRO UMUM

Tanda tangan

Nama Lengkap

c) Pelaksana Tugas (Plt.)


Ketentuan penandatanganan pelaksana tugas, yang disingkat Plt., adalah
sebagai berikut:
a. Plt. digunakan apabila pejabat yang berwenang menandatangani
Naskah Dinas dan/atau pejabat definitif berhalangan tetap sehingga
untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi perlu ada pejabat
sementara yang menggantikannya.
b. Pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabat yang
definitif bertugas secara resmi.
c. Plt. mempertanggungjawabkan Naskah Dinas yang ditandatanganinya
kepada pejabat definitif.

Contoh 69. Ruang Tanda Tangan pada Naskah Dinas yang


Ditandatangani Pelaksana Tugas (Plt).

Plt. JAKSA AGUNG MUDA PEMBINAAN,

Tanda tangan

NAMA LENGKAP
- 133 -

d) Pelaksana Harian (Plh.)


Ketentuan penandatanganan pelaksana harian, yang disingkat Plh., adalah
sebagai berikut:
a. Plh digunakan apabila pejabat yang berwenang menandatangani
Naskah Dinas berhalangan sementara sehingga untuk kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi perlu ada pejabat sementara yang
menggantikannya.
b. Pelimpahan wewenang bersifat sementara, sampai dengan pejabat yang
definitif kembali di tempat.
c. Plh mempertanggungjawabkan Naskah Dinas yang ditandatanganinya
kepada pejabat definitif.
Contoh 70. Ruang Tanda Tangan pada Naskah Dinas yang
Ditandatangani Pelaksana Harian (Plh).

Plh. JAKSA AGUNG MUDA PEMBINAAN,

Tanda tangan

NAMA LENGKAP

B. Ruang Tanda Tangan


Ruang tanda tangan adalah bagian kaki Naskah Dinas yang memuat
nama jabatan, tanda tangan pejabat, nama pejabat Penanda Tangan
Naskah Dinas, pangkat dan Nomor Induk Pegawai.
Petunjuk penulisan:
1. Ruang tanda tangan ditempatkan di sebelah kanan bawah setelah
baris kalimat terakhir.
2. Nama jabatan pada baris pertama tidak boleh disingkat.
3. Baris terpanjang pada ruang tanda tangan adalah 41 (empat puluh
satu) huruf.
4. Nama jabatan dan nama pejabat Penanda Tangan Naskah Dinas
ditulis dengan huruf awal kapital atau huruf kapital sesuai dengan
jenis Naskah Dinas yang ditandatangani.
5. Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya 4 (empat) spasi atau dapat
disesuaikan dengan muatan baris dalam satu halaman.
6. Jarak ruang tanda tangan dengan tepi kanan kertas 3 cm, sedangkan
dengan tepi kiri disesuaikan dengan baris terpanjang.
7. Pencantuman pangkat didasarkan pada ketentuan:
- 134 -

a. mencantumkan jenjang Jabatan Fungsional Jaksa untuk pejabat


yang merangkap jabatan fungsional Jaksa, contoh: Jaksa Utama
Madya;
b. mencantumkan pangkat Kejaksaan untuk pejabat yang
merupakan pegawai Kejaksaan bukan Jaksa (Tata Usaha), contoh
Nindya Wira TU;
c. mencantumkan jenjang Jabatan Fungsional Tertentu lainnya
untuk pejabat fungsional lain selain jaksa, contoh: Peneliti
Madya; atau
d. mencantumkan pangkat sesuai Badan Kepegawaian Negara
untuk pejabat Aparatur Sipil Lainnya, contoh: Pembina Utama
Muda.

8. Naskah Dinas korespondensi eksternal tidak mencantumkan Nomor


Induk Pegawai pada ruang tanda tangan.

Contoh 71. Format Ruang Tanda Tangan Naskah Korespondensi Internal

Kepala Bagian Umum Keuangan

Sri Dewitawati, S.H., M.H


Nindya Wira TU, Nip. 19680119 199310 2 001

Contoh 72. Format Ruang Tanda Tangan Naskah Korespondensi


Eksternal

Kepala Biro Umum

Tedjolekmono, S.H., M.M


Jaksa Utama Madya
C. Kewenangan Penandatanganan
TABEL KEWENANGAN PENANDATANGANAN
Kejaksaan Agung Kejaksaan Tinggi Kejaksaan Negeri Cabang Kejaksaan
No. Negeri
Jenis Naskah Dinas Jaksa Pejabat Pejabat Pejabat Pejabat Wakil Pejabat Pejabat Pejabat
Agung Eselon Eselon II Eselon Eselon Kepala Kepala Eselon Kepala Eselon Kepala Eselon V
I III IV III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Peraturan √

2. Pedoman √ √

3. Petunjuk Pelaksanaan/ √ √
Petunjuk Teknis
4. Instruksi √ √ √
a.n. JA
5. Standar Prosedur √ √ √ √ √ √
Operasional
6. Surat Edaran √ √ √
a.n. JA
7. Keputusan √ √ √ √ √ √
a.n. JA . a.n.
Kepala
8. Surat Perintah/ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Surat Tugas a.n a.n a.n
Kepala Kepala Kepala
9. Nota Dinas √ √ √ √ √ √ √ √

10. Memorandum √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

11. Disposisi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

12. Surat Undangan Internal √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

13. Surat Dinas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


a.n a.n a.n
Kepala Kepala Kepala
- 136 -

Kejaksaan Agung Kejaksaan Tinggi Kejaksaan Negeri Cabang Kejaksaan


No. Negeri
Jenis Naskah Dinas Jaksa Pejabat Pejabat Pejabat Pejabat Wakil Pejabat Pejabat Pejabat
Agung Eselon Eselon II Eselon Eselon Kepala Kepala Eselon Kepala Eselon Kepala Eselon V
I III IV III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
14. Surat Undangan √ √ √ √ √ √ √
Eksternal
15. Surat Perjanjian Dalam √ √ √ √
Negeri
a. Kesepahaman Bersama √

b. Perjanjian Kerja Sama √ √ √ √

16. Perjanjian Luar Negeri √


atau Perjanjian
Internasional
17. Surat Kuasa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

18. Berita Acara √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

19. Surat Keterangan √ √ √ √ √ √ √ √


a.n
Kepala
20. Surat Pengantar √ √ √ √ √ √ √ √
a.n a.n a.n
Kepala Kepala Kepala
21. Pengumuman √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Internal Internal internal internal internal

22. Laporan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

23. Telaah Staf Dilakukan oleh yang diberi perintah

24. Notula √ √ √

25. Surat Permohonan untuk


Mendapatkan Izin Jalan Pemohon dan atasan langsung
- 137 -

Kejaksaan Agung Kejaksaan Tinggi Kejaksaan Negeri Cabang Kejaksaan


No. Negeri
Jenis Naskah Dinas Jaksa Pejabat Pejabat Pejabat Pejabat Wakil Pejabat Pejabat Pejabat
Agung Eselon Eselon II Eselon Eselon Kepala Kepala Eselon Kepala Eselon Kepala Eselon V
I III IV III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
26. Surat Izin Jalan √ √ √ √
Kepala Biro Asisten Kasubbag
Umum Pembinaan Pembinaan

27. Nota Pengajuan Konsep √ √ √ √


Naskah Dinas Kabag Tata
Usaha
28. Piagam/Sertifikat √ √ √ √ √
BAB V
PENGENDALIAN NASKAH DINAS

Pengaturan tentang pengendalian Naskah Dinas merupakan tahapan


lanjutan dari penciptaan Naskah Dinas. Pengendalian Naskah Dinas harus
diikuti dengan tindakan yang meliputi tahapan sebagai berikut:
A. Naskah Dinas Masuk
1. Naskah Dinas masuk adalah semua Naskah Dinas yang diterima dari
unit/lembaga/orang lain. Prinsip penanganan Naskah Dinas masuk:
a. Penerimaan Naskah Dinas masuk dipusatkan di unit kearsipan atau
unit lain yang menyelenggarakan fungsi kesekretariatan.
b. Penerimaan Naskah Dinas dianggap sah apabila diterima oleh
petugas atau pihak yang berhak menerima di unit kearsipan atau
unit lain yang menyelenggarakan fungsi kesekretariatan.
c. Naskah Dinas masuk yang disampaikan langsung kepada pejabat
atau staf unit pengolah harus diregistrasikan di unit kearsipan atau
unit lain yang menyelenggarakan fungsi kesekretariatan.
2. Pengendalian Naskah Dinas masuk dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Penerimaan Naskah Dinas masuk yang diterima dalam sampul
tertutup dikelompokkan berdasarkan kategori klasifikasi keamanan
sangat rahasia (SR), rahasia (R), terbatas (T), dan biasa (B).
b. Pencatatan
1) Naskah Dinas masuk yang telah diterima dari petugas
penerimaan dikelompokkan berdasarkan kategori klasifikasi
keamanan.
2) Pengendalian Naskah Dinas dilakukan dengan registrasi Naskah
Dinas pada sarana pengendalian Naskah Dinas. Registrasi
Naskah Dinas meliputi:
a) nomor urut;
b) tanggal penerimaan;
c) tanggal dan nomor Naskah Dinas;
d) asal Naskah Dinas;
e) isi ringkas Naskah Dinas;
f) unit kerja yang dituju; dan
g) keterangan.
- 139 -

3) Sarana pengendalian Naskah Dinas masuk antara lain dapat


berupa:
a) Buku agenda Naskah Dinas masuk:
b) Kartu kendali; dan/atau
c) Agenda Elektronik.
c. Pengarahan
1) Pengarahan Naskah Dinas masuk dengan kategori sangat
rahasia (SR), rahasia (R), dan terbatas (T) disampaikan langsung
kepada unit pengolah yang dituju.
2) Pengarahan Naskah Dinas masuk dengan kategori
biasa/terbuka (B) dilakukan dengan membuka, membaca dan
memahami keseluruhan isi dan maksud Naskah Dinas untuk
mengetahui unit pengolah yang akan menindaklanjuti Naskah
Dinas tersebut.
d. Penyampaian
1) Naskah Dinas masuk disampaikan kepada unit pengolah sesuai
dengan arahan dengan bukti penyampaian Naskah Dinas.
2) Bukti penyampaian Naskah Dinas masuk memuat informasi
tentang:
a) Nomor urut pencatatan.
b) Tanggal dan nomor Naskah Dinas.
c) Asal Naskah Dinas.
d) Isi ringkas Naskah Dinas.
e) Unit kerja yang dituju.
f) Waktu penerimaan.
g) Tandatangan dan nama penerima di unit pengolah.
3) Bentuk bukti penyampaian naskah dinas dapat berupa:
a) Buku ekspedisi.
b) Lembar tanda terima penyampaian.

B. Naskah Dinas Keluar


1. Naskah Dinas keluar adalah semua Naskah Dinas yang dikirim ke
unit/lembaga/orang lain. Prinsip pengendalian Naskah Dinas keluar:
a. Pengiriman Naskah Dinas keluar dipusatkan dan diregistrasi di unit
kearsipan atau unit lain yang menyelenggarakan fungsi
kesekretariatan, termasuk Naskah Dinas yang dikirimkan langsung
oleh pejabat atau staf unit pengolah.
- 140 -

b. Sebelum diregistrasi harus dilakukan pemeriksaan terhadap


kelengkapan Naskah Dinas, meliputi:
1) Nomor Naskah Dinas;
2) Cap/Stempel Dinas;
3) Tanda tangan;
4) Alamat yang dituju; dan
5) Lampiran (jika ada).
2. Pengendalian Naskah Dinas keluar dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Pencatatan
1) Naskah Dinas keluar yang dikirim harus diregistrasi pada
sarana pengendalian Naskah Dinas keluar.
2) Pengendalian Naskah Dinas keluar dilakukan dengan registrasi
Naskah Dinas pada sarana pengendalian Naskah Dinas keluar.
Informasi sarana pengendalian Naskah Dinas keluar meliputi:
a) nomor urut;
b) tanggal pengiriman;
c) tanggal dan nomor Naskah Dinas;
d) tujuan naskah dinas;
e) isi ringkas Naskah Dinas; dan
f) keterangan.
3) Sarana pengendalian Naskah Dinas keluar antara lain dapat
berupa:
a) buku agenda Naskah Dinas keluar;
b) kartu kendali; dan/atau
c) agenda elektronik.
b. Penggandaan
1) Penggandaan Naskah Dinas adalah kegiatan memperbanyak
Naskah Dinas dengan sarana reproduksi yang tersedia sesuai
dengan kebutuhan.
2) Penggandaan Naskah Dinas dilakukan setelah Naskah Dinas
keluar ditandatangani oleh pejabat yang berhak.
3) Penggandaan Naskah Dinas keluar yang kategori klasifikasi
keamanannya sangat rahasia, rahasia, dan terbatas harus
diawasi secara ketat.
- 141 -

c. Pengiriman
1) Naskah Dinas keluar yang akan dikirimkan oleh unit pengolah
dimasukkan ke dalam amplop dengan mencantumkan alamat
lengkap dan nomor Naskah Dinas sesuai dengan kategori
klasifikasi keamanan Sangat Rahasia (SR), Rahasia (R), Terbatas
(T), dan Biasa (B).
2) Khusus untuk Naskah Dinas dengan kategori klasifikasi
keamanan Sangat Rahasia (SR), Rahasia (R), dan Terbatas (T)
dimasukkan ke dalam amplop kedua dengan hanya
mencantumkan alamat yang dituju dan pembubuhan
Cap/Stempel Dinas.
3) Untuk mempercepat proses tindak lanjut Naskah Dinas dapat
dikirimkan secara khusus dengan menambahkan tanda “u.p”
(untuk perhatian) diikuti nama jabatan yang menindaklanjuti di
bawah nama jabatan yang dituju.
4) Pengiriman Naskah Dinas dapat dilakukan melalui:
a) kurir;
b) sarana komunikasi Jaring Komunikasi Sandi Kejaksaan
(JKSK); dan/atau
c) sarana komunikasi melalui media teknologi informasi
lainnya.
d. Penyimpanan
1) Kegiatan pengelolaan Naskah Dinas keluar harus
didokumentasikan oleh unit pengolah dan unit kearsipan yang
berupa sarana pengendalian Naskah Dinas dan pertinggal
Naskah Dinas keluar.
2) Pertinggal Naskah Dinas keluar yang disimpan merupakan
Naskah Dinas asli yang diparaf oleh pejabat sesuai dengan
jenjang kewenangannya.
3) Penyimpanan pertinggal Naskah Dinas keluar diberkaskan
menjadi satu kesatuan dengan Naskah Dinas masuk yang
memiliki informasi atau subjek yang sama.

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

ttd

H. M. PRASETYO

Anda mungkin juga menyukai