Anda di halaman 1dari 3

MAWAR MERAH UNTUK NADIRA

Pagi yang cerah, hari ini aku siap berangkat kesekolah. Namaku Rasya, saat ini aku tengah duduk
dibangku kelas 2 SMP, aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, kakakku bernama Niko yang akan
selalu siap membuat hari-hariku menjadi buruk, ia slalu mengganggu dan mengusiliku bahkan kerap
membuat onar, yang membuat mamah dan papah marah besar. Aku mempunyai seorang sahabat yang
bernama Nadira, dia anak pertama dari 3 bersaudara, aku telah lama bersahabat dengannya. Mamah
slalu mampir menjemput Nadira dan adik-adiknya untuk diantar kesekolah bersamaku, mamah slalu
mengingatkan untuk menjaga persahabatanku dengan Nadira, bagi mamah Nadira bukan hanya sekedar
sahabat anaknya tapi lebih dari itu, kami sudah menganggap mereka seperti keluarga.

Nadira adalah sahabat terbaik bagiku, walau aku sering membuatnya kesal tapi ia slalu sabar, tidak
hanya itu ia juga rajin belajar, pintar, cantik dan berprestasi, sangat berbanding terbalik denganku,
kendati demikian walaupun aku bersahabat dengannya aku kerap merasa iri dengan Nadira. Ia begitu
sempurna, banyak orang yang menyukai dan menyayanginya entah itu para guru, teman-teman, mamah
dan bahkan pangeran impianku juga ternyata menyukai Nadira. Tidak dapat dipungkiri saat beranjak
remaja kami mulai tertarik dengan lawan jenis, namun betapa terkejutnya aku saat ternyata laki-laki
yang kusukai justru malah menyukai Nadira, dan seketika itu juga aku begitu membenci Nadira.

Malampun datang dan kulewati dengan amat panjang, selamat datang dirumah mewah yang penuh
dengan amarah, lagi-lagi saat aku masih sibuk dengan pikiranku akan kejadian tadi siang disekolah yang
membuat persahabatanku dengan Nadira renggang, dari luar pintu kamarku terdengar suara keributan,
seperti seolah sudah diatur sebagai jadwal rutin, hampir setiap hari mamah dan papah bertengkar dan
kak Niko pergi keluar membuat onar. "Aku lelah Tuhan, tolong,..!!! rasanya Rasya sudah tidak mampu
lagi menghadapi semua ini" batinku slalu menjerit dan air mata mengalir setiap kali dalam posisi ini, hati
kecilku slalu berharap agar mamah dan papah berhenti bertengkar dan agar kak Niko tidak slalu
membuat onar.

Nadira seperti malaikat kecil yang amat bijak dan mampu meluluhkan banyak hati, benar saja aku tak
mampu membencinya terlalu lama, ia datang menghampiri dengan senyum perdamaian mengajakku
berpikir logis dan sedikit membubuhkan kata-kata bijak ditelingaku ; "Rasya kita sudah bersahabat sejak
lama, tidak baik menghancurkan tali silaturahmi yang sudah sangat erat hanya karna hal seperti ini,
apakah kamu tidak berpikir mungkin ini cobaan untuk persahabatan kita, Tuhan ingin melihat sekuat apa
hubungan persahabatan kita Rasya"

dan hari itupun kami berbaikan, saling tersenyum, bersalaman dan pergi kekantin. Seperti biasa aku
memesan satu mangkuk bakso dan es teh, sedangkan Nadira mengeluarkan bekal nasi dan air minum
dari kantong kresek kecil yang ia bawa, sejak bersahabat dengan Nadira aku tidak pernah melihat Nadira
jajan dikantin tapi ia tetap mau menemaniku makan dikantin.

Malam kembali datang dan, ah sudahlah, kuputuskan untuk kabur dari rumah. Aku pergi kerumah
Nadira diantar dengan taxi, sesampainya didepan pintu rumah Nadira kuketuk perlahan pintu kayu
berwarna coklat yang tertempel stiker sensus penduduk "Assalamualaikum, Nadira,..!!" 2X

Nadira segera membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk, ia sangat terkejut atas kedatanganku
yang tidak biasa. Wajahnya begitu khawatir, dan buru-buru menanyakan perihal kedatanganku. Aku
menceritakan sekaligus berkeluh-kesah, mengeluarkan segala hal yang membuat sesak dadaku yang
slama ini ku pendam, aku menangis dalam pelukan Nadira yang seolah mengisyaratkan bahwa ia
mengerti keadaanku saat ini. Nadira mengajakku bertemu neneknya didapur untuk meminta izin agar
aku bisa bermalam dirumah Nadira beberapa hari, nenek dan adik-adik Nadira menyambutku dengan
hangat dan suka cita. Entah mengapa seketika energi kebahagiaan merasuk dalam tubuhku, aku
melihat-lihat sekitar dan hatiku bergumam "Rumah Nadira begitu sederhana, kecil dan terdapat bocor
dimana-mana, tempat tidur Nadira pun hanya beralaskan tikar dan kasur tipis, lantai dapurpun masih
tanah tapi, nuansa dirumah ini begitu damai, tertib dan bahagia, betapa beruntungnya Nadira." pikirku
saat itu.

Malam semakin larut dan kamipun memutuskan untuk tidur, Nadira tidur begitu nyenyak tapi tidak
dengan aku, aku kepanasan karna dirumah Nadira tidak ada AC maupun kipas angin, aku merasa sangat
tidak nyaman kasur Nadira begitu sempit jika ditiduri untuk dua orang, selain itu kasur ini tidak empuk
yang membuat badanku terasa sakit saat bangun dipagi hari, aku mulai merindukan kamar tidurku.
Tidak hanya itu ketika hendak mandi dipagi hari aku merasa sangat kesulitan karena harus menimba air,
saat itu aku mulai berpikir ternyata Nadira tak seberuntung aku. Setiap pagi Nadira memasak untuk
sarapan dan nenek menyiapkan jamu-jamu jualannya untuk dibawa kepasar, ya nenek adalah seorang
penjual jamu tradisional dipasar. Hari pertama dirumah Nadira semakin membuatku iba terhadap
sahabatku ini, kami sarapan dengan nasi putih, tempe goreng dan kecap, bagi mereka menu ini sangat
mewah sampai-sampai Nabil adik Nadira ingin membawa bekal tempe goreng tapi tidak bisa karna telah
habis, Nadira hanya menggoreng 10 potong tempe yang berarti satu orang mendapatkan dua potong
tempe. Selain tempe goreng Nadira memasak tumis kangkung yang akan dibawa sebagai bekal
kesekolah. Mamah menjemput kami semua, ibu sudah tau jika aku dirumah Nadira karna semalam
ketika tau aku kabur nenek menasihati dan memintaku untuk menelepon Mamah.

Aku meminta waktu satu malam lagi untuk menginap dirumah Nadira, dan dimalam kedua ini aku
mengalami banyak hal yang membuatku ingin pulang kerumah. Setelah makan malam, shalat isya
berjamaah kami menonton televisi sambil mengerjakan PR sedangkan nenek malam ini tidak membuat
jamu karna merasa tidak enak badan dan memutuskan untuk beristirahat dulu besok. Nenek menemani
kami belajar sambil bercerita : "saat usia Nadira 10 tahun, Nabil 6 tahun dan Nayla 1 tahun, saat itu ayah
dan ibu mereka menitipkan mereka kepada nenek sementara waktu, karna mereka akan pergi keluar
kota dan berjanji akan kembali setelah tiga hari, namun belum 24 jam mereka sudah kembali tanpa
nyawa. Saat itulah Nadira, Nabil dan Nayla menjadi yatim-piatu, nenek sangat ingin kalian sukses dan
bisa membanggakan ayah dan ibu kalian jadi kalian harus belajar yang rajin dan slalu berdoa' kepada
gusti Allah SWT. " Nadira sangat ingin menjadi dokter, walau sepertinya itu adalah hal yg mustahil
mengingat biaya pendidikan kedokteran yang teramat tinggi. Namun Nadira tidak putus asa, sejak kecil
nenek memberikan uang jajan seadanya dan tak pernah sekalipun ia belikan jajan, ia masukkan kedalam
kaleng bekas biskuit dan berharap akan cukup untuk membiayai pendidikanya. Setelah banyak
mengetahui perjalanan hidup Nadira aku semakin merasa sangat beruntung, walaupun mamah dan
papah sering bertengkar setidaknya kedua orangtuaku masih hidup, walaupun dirumah sangat tidak ada
ketenangan setidaknya ada kenyamanan. Cerita kami dimalam itupun berakhir setelah hujan menetesi
buku pr ku yang tengah kukerjakan sedari tadi, diakhiri dengan menebar baskom untuk menadahi air
hujan yang masuk kerumah kamipun tidur.

Pagipun datang dan terdengar teriakan Nabil dan Nayla dari kamar nenek ; "nenek,... Nenek... Bangun...
Nenek bangun... Nenek...." Aku dan Nadira bergegas menghampiri, nenek begitu pucat, dan tubuhnya
begitu dingin, perutnya tak lagi kembang-kempis mengambil nafas, nenek telah pergi untuk selamanya.
Karna tidak tega papah dan mamah sepakat untuk membawa Nadira dan adik-adiknya tinggal
dirumahku, aku begitu gembira karna aku tidak akan kesepian lagi. Semenjak kedatangan Nadira, Nabil
dan Nayla seperti ada kekuatan ajaib dirumah ini, kak Niko tidak lagi sering keluar rumah dan menjailiku
ia lebih sering menghabiskan waktunya bersama Nabil, mungkin karna sesama laki-laki jadi mereka
lebih akrab, sedangkan mamah dan papah slalu dihibur dengan tingkah lucu nan menggemaskan Nayla.
Tidak hanya itu sebulan kemudian mamah memutuskan untuk berhenti bekerja, menjaga kami dan akan
membuka usaha cathering dirumah dan setelah sekian lama akhirnya papah dipromosikan sebagai
manager. Aku begitu bersyukur akhirnya Tuhan mendengarkan doa'-doa'ku melalui perantara kehadiran
Nadira, Nabil dan Nayla. Dihari ulang tahun Nadira aku memberikan mawar merah untuknya sebagai
tanda terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai