Permintaan Terakhir
= Novri Sy =
Udara siang ini terasa sangat panas. Sepertinya sekarang sedang puncaknya
musim panas. Ini adalah hari ketiga suhu Kairo seakan memanggang para penghuninya.
Menurut perkiraan cuaca tadi malam, dalam empat hari ini kota Kairo akan tetap bertahan
dengan suhu seperti ini. Hawa panas tidak saja menyerang dari arah atas, tapi panas yang
dipantulkan oleh bumi tak kalah hebatnya. Nafas ini terasa sesak, tubuh terasa lunglai tak
bertenaga. Keringat bermunculan dari segenap pori-pori. Sehingga badan terasa basah
dan lengket. Duh, sangat menggerahkan.
Sudah setengah jam aku duduk di halte yang terlihat sudah tua ini. Selama itu
pula aku terus berjuang melawan panasnya cuaca kota ini. Sesekali kukeluarkan tisu dari
tas jenjenganku untuk mengelap mukaku yang tak ubahnya seperti pabrik minyak.
Namun bus yang akan membawaku ke Hay Asyir belum juga muncul.
Ingin rasanya berbetahan di rumah Widia yang pakai penyejuk ruangan, tempat
aku nginap beberapa hari ini. Tapi rasa rinduku pada teman-teman di rumah membuatku
memilih berpanas-panasan menunggu mobil di sini. Sudah tiga hari aku tak
menampakkan batang hidungku di rumah. Seminggu ini aku sangat sibuk. Aku termasuk
panitia acara talk show yang diadakan WIHDAH. Aku dapat tugas diperlengkapan. Jadi
aku harus selalu stand by kalau ada yang diperlukan. Makanya aku nginap di rumah
Widia karena berada satu kawasan dengan Wisma Nusantara, tempat acara tersebut
diadakan.
Sekarang acara itu telah selesai. Tugasku sebagai panitia perlengkapan berakhir
sudah. Semalam lansung diadakan rapat pertanggungjawaban dan pembubaran panitia.
"Aku bebas!" sorak batinku.
***
Akhirnya aku sampai juga di “taman langit”ku setelah satu jam berpanas-panasan
menunggu bus di Rab'ah tadi. Taman langit? Ya, begitulah aku menyebut apartemen
tempat aku dan tujuh teman-teman lainnya tinggal. Apartemen itu terdiri dari lima
tingkat, maka kami tinggal di tingkat kelimanya.