Anda di halaman 1dari 57

SURAT PERMOHONAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

(MIKRO/KECIL/MENENGAH/BESAR *)

Kepada
Yth. Bupati Pesawaran
Melalui :
Kepala Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Pesawaran.
di -
GEDONG TATAAN

DIISI OLEH PEMILIK/PENGURUS/PENANGGUNG JAWAB


Diisi/diketik dengan huruf cetak

Yang bertanda tangan dibawah ini mengajukan permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan
(Mikro/Kecil/Menengah/Besar*) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Perdagangan RI No. 46/M-DAG/PER/9/2009.

1. Permohonan SIUP Baru :

2. Permohonan Pendaftaran Ulang, Perubahan dan/atau Penggantian SIUP*) :

I. Identitas Pemilik/Pengurus/Penanggung jawab*)

1. Nama : ……………………………………….………………
2. Alamat tempat tinggal : .……………………………………….……………..
3. Tempat/tanggal lahir : ………………/………………………………………
4. Nomor Telp/Fax. : ……………………………………………………….
5. Nomor KTP/Paspor : ………………/………………………………………
6. Kewarganegaraan : ……………………………………………………….

II. Identitas Perusahaan

1. Nama Perusahaan : …………………………………………………….…


2. Alamat Perusahaan : ……………………………………………………....
3. Nomor Telp/Fax : ………………….……………………………………
5. Provinsi : ……………………………………………….………
6. Kabupaten : …………………………………………….…………
7. Kecamatan : ……………………………………………..………...
8. Desa : ……………………………………………………….
9. Status : PMA/PMDN/Lain-lain*)
10. Kode Pos :

III.Legalitas Perusahaan

Perusahaan Berbentuk Perseroan Terbatas/Koperasi/CV/Firma*)

1. Akta pendirian
a. Nomor & tgl Akta : ………………………………………………………
b. Nomor & tgl Pengesahan : ....................................................................................
2. Akta Perubahan
a. Nomor & tgl Akta : ……………………………………………………….
b. Nomor & tgl Pengesahan : ………………………………………………….……

IV. Nilai Kekayaan Bersih dan Saham

1. Nilai kekayaan Bersih Perusahaan,


(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) : ........................................
2. Saham (Khusus Untuk Penanam Modal Asing)
a. Total Nilai Saham : ........................................
b. Komposisi Kepemilikan
Saham
- Nasional : ……%
- Asing : …....%

V. Kegiatan Usaha

1. Kelembagaan : …………………………………………………..…...
2. Kegiatan usaha (KBLI 4 Digit) : ……………………………………………….……....
3. Barang/jasa dagangan utama : …………………………………………………….....

Demikian Surat permohonan SIUP ini kami buat dengan sebenarnya dan apabila di
kemudian hari ternyata data/informasi dan keterangan tersebut tidak benar, maka kami
menyatakan bersedia dibatalkan SIUP yang telah kami miliki dan dituntut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

………………………………………….

……………………………………
Catatan :
*) coret yang tidak perlu
KOP SURAT
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN


NOMOR : .......................................................

NAMA PERUSAHAAN :

NAMA PENANGGUNG JAWAB DAN :


JABATAN

ALAMAT PERUSAHAAN :

NOMOR TELEPON : FAX :

KEKAYAAN BERSIH PERUSAHAAN :


(TIDAK TERMASUK TANAH DAN
BANGUNAN)

KELEMBAGAAN :

KEGIATAN USAHA (KBLI) :

BARANG/JASA DAGANGAN :
UTAMA

IZIN INI BERLAKU UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA PERDAGANGAN DI


SELURUH WILAYAH REPUBLIK INDONESIA, SELAMA PERUSAHAAN MASIH
MENJALANKAN USAHANYA, DAN WAJIB DIDAFTAR ULANG SETIAP 5 (LIMA) TAHUN
SEKALI.

...............................................
PAS PHOTO
PEJABAT PENERBIT SIUP
3X4 cm
(.............................................)
NIP
KOP SURAT
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN
PEJABAT PENERBIT SIUP
NOMOR : .............................

TENTANG

PEMBATALAN SIUP, SIUP PERUBAHAN, SIUP PENGGANTI, PENCATATAN PENDAFTARAN KANTOR


CABANG ATAU KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN PERDAGANGAN *)

Menimbang : bahwa data, informasi dan keterangan mengenai Perusahaan yang disampaikan oleh
Pemohon dalam Surat Permohonan SIUP berdasarkan laporan dan hasil pengecekan
ternyata tidak benar, maka perlu dilakukan pembatalan atas SIUP yang telah
diterbitkan.

Mengingat : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonantie 1934 (Staatsblad. 1938 Nomor 86);

2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :


46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Memperhatikan : 1. ........................................................................................
2. .......................................................................................
3. .......................................................................................

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Membatalkan dan menyatakan tidak berlaku (SIUP, SIUP Perubahan, SIUP Pengganti,
Pencatatan Pendaftaran Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan Perusahaan
Perdagangan*) Nomor ………………… tanggal ………………… atas nama
……………………., yang bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan………........
yang berlokasi di ……………………………….

KEDUA : Dengan dibatalkan dan tidak berlakunya (SIUP, SIUP Perubahan, SIUP Pengganti,
Pencatatan Pendaftaran Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan Perusahaan
Perdagangan*), sebagaimana dimaksud pada diktum Kesatu, maka Perusahaan yang
bersangkutan dilarang untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan.

KETIGA : (SIUP, SIUP Perubahan, SIUP Pengganti, Pencatatan Pendaftaran Kantor Cabang
atau Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan*) yang telah dibatalkan dan
dinyatakan tidak berlaku harus dikembalikan kepada Instansi yang menerbitkan SIUP.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Gedong Tataan


pada tanggal

PEJABAT PENERBIT SIUP,

TEMBUSAN : Yth. ...............................................


Bupati Pesawaran
(sebagai laporan).
KOP SURAT
PERUSAHAAN

Tempat, tanggal

Nomor : Kepada Yth.


Lampiran : Pejabat Penerbit SIUP
Hal : Laporan Kegiatan Usaha di –
Perusahaan. GEDONG TATAAN

1. Nama Perusahaan : ........................................

2. Nomor & Tanggal SIUP : ........................................

3. Kegiatan Usaha (KBLI) : ........................................

4. Omset (Hasil Penjualan Tahunan)


a. Tahun berjalan : ........................................
b. Tahun sebelumnya : ........................................

5. Jumlah Tenaga Kerja : ........................................


a. Lokal : .........................................
b. Tenaga Kerja Asing : .........................................

6. Khusus Penanam Modal


a. Dalam Negeri
- Kekayaan Bersih : .........................................

b. Asing
- Kekayaan Bersih : ........................................
- Komposisi kepemilikan saham
• Asing : ........................................
• Nasional : ........................................

7. Data/informasi yang diperlukan/diminta : [dibuat terlampir]

Demikian, laporan ini kami buat dengan sebenarnya.

Penanggung Jawab
Perusahaan Perdagangan,

...........................................
DAFTAR USAHA ATAU KEGIATAN YANG BERGERAK
DI LUAR BIDANG PEREKONOMIAN

Usaha atau kegiatan yang bergerak di luar bidang perekonomian yang sifat dan tujuannya tidak
semata-mata mencari keuntungan dan/atau laba berupa :

1. Pendidikan formal (jalur sekolah) dalam segala jenis dan jenjang yang diselenggarakan oleh
siapapun serta tidak dikelola oleh badan usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan usaha yang
terdiri dari :
a. Jasa Pendidikan Tingkat Pra Sekolah;
b. Jasa Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar;
c. Jasa Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama;
d. Jasa Sekolah Menengah;
e. Jasa Pendidikan Jenjang Akademik/Universitas (Institut/ Sekolah Tinggi, Akademi,
Politeknik);atau
f. Jasa Pendidikan Lainnya.

2. Pendidikan non formal (jalur luar sekolah) yang dibina oleh Pemerintah dan diselenggarakan oleh
siapapun serta tidak dikelola oleh badan usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan usaha yang
terdiri dari :
a. Jasa Kursus Rumpun Kerumahtanggaan;
b. Jasa Kursus Rumpun Jasa;
c. Jasa Kursus Rumpun Kesehatan;
d. Jasa Kursus Rumpun Bahasa;
e. Jasa Kursus Rumpun Kesenian;
f. Jasa Kursus Rumpun Kerajinan;
g. Jasa Kursus Rumpun Khusus;
h. Jasa Kursus Rumpun Keolahragaan;
i. Jasa Kursus Rumpun Pertanian;
j. Jasa Kursus Rumpun Tehnik;atau
k. Jasa Kursus Rumpun Lainnya.

3. Jasa Notaris.

4. Jasa Pengacara/Advokat dan Konsultan Hukum.

5. Praktek Perorangan Dokter dan Praktek Berkelompok Dokter, yang tidak dikelola oleh badan
usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan usaha yang terdiri dari :
a. Jasa Kesehatan Manusia;
b. Jasa Perawatan/Bidan;
c. Jasa Para Medis;atau
d. Jasa Kesehatan Hewan.

6. Rumah Sakit, yang tidak dikelola oleh badan usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan usaha
yang terdiri dari :
a. Jasa Rumah Sakit (Umum, Khusus);atau
b. Jasa Rumah Sakit Hewan.

7. Klinik Pengobatan, yang tidak dikelola oleh badan usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan
usaha, yang terdiri dari :
a. Jasa Pathologi dan Dioagnosa Laboratorium Medis;atau
b. Jasa Klinik Pathologi dan Diagnosa Laboratorium Hewan.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN

TANDA DAFTAR PERUSAHAAN


PERSEROAN TERBATAS (PT)

BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007
TENTANG PERSEROAN TERBATAS

NOMOR TDP BERLAKU S/D TANGGAL PENDAFTARAN :


PEMBAHARUAN KE :

NAMA PERUSAHAAN : STATUS :

NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB

ALAMAT PERUSAHAAN :

NPWP :

NOMOR TELEPON : FAX :

KEGIATAN USAHA POKOK : KBLI :

...................................................

KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN,


PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL,

(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN

TANDA DAFTAR PERUSAHAAN


KOPERASI

BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992
TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR TDP BERLAKU S/D TANGGAL PENDAFTARAN :


PEMBAHARUAN KE :

NAMA KOPERASI : STATUS :

NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB

ALAMAT KOPERASI :

NPWP :

NOMOR TELEPON : FAX :

KEGIATAN USAHA POKOK : KBLI :

...................................................

KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN,


PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL,

(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN

TANDA DAFTAR PERUSAHAAN


PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV)

BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

NOMOR TDP BERLAKU S/D TANGGAL PENDAFTARAN :


PEMBAHARUAN KE :

NAMA PERUSAHAAN : STATUS :

NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB

ALAMAT PERUSAHAAN :

NPWP :

NOMOR TELEPON : FAX :

KEGIATAN USAHA POKOK : KBLI :

...................................................

KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN,


PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL,

(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN

TANDA DAFTAR PERUSAHAAN


PERSEKUTUAN FIRMA (Fa)

BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

NOMOR TDP BERLAKU S/D TANGGAL PENDAFTARAN :


PEMBAHARUAN KE :

NAMA PERUSAHAAN : STATUS :

NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB

ALAMAT PERUSAHAAN :

NPWP :

NOMOR TELEPON : FAX :

KEGIATAN USAHA POKOK : KBLI :

...................................................

KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN,


PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL,

(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN

TANDA DAFTAR PERUSAHAAN


PERUSAHAAN PERORANGAN (PO)

BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

NOMOR TDP BERLAKU S/D TANGGAL PENDAFTARAN :


PEMBAHARUAN KE :

NAMA PERUSAHAAN : STATUS :

NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB

ALAMAT PERUSAHAAN :

NPWP :

NOMOR TELEPON : FAX :

KEGIATAN USAHA POKOK : KBLI :

...................................................

KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN,


PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL,

(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN

TANDA DAFTAR PERUSAHAAN


BENTUK USAHA LAINNYA (BUL)

BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

NOMOR TDP BERLAKU S/D TANGGAL PENDAFTARAN :


PEMBAHARUAN KE :

NAMA PERUSAHAAN : STATUS :

NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB

ALAMAT PERUSAHAAN :

NPWP :

NOMOR TELEPON : FAX :

KEGIATAN USAHA POKOK : KBLI :

...................................................

KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN,


PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL,

(.................................................)
NIP.
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
NOMOR : TAHUN 2011
TANGGAL :

DAFTAR LAMPIRAN

I. SURAT IZIN TEMPAT USAHA (SIUP)


1. Surat Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan (SP-SIUP).
2. Dokumen persyaratan permohonan SIUP Baru, pendaftaran ulang, pembukaan
Kantor Cabang/Perwakilan, perubahan, pengganti yang hilang atau rusak, dan
contoh surat pernyataan.
3. Formulir SIUP Kecil/Menengah/Besar.
4. Formulir Laporan Kegiatan Usaha Perusahaan.
5. Formulir Keputusan Penutupan Perusahaan.
6. Formulir Keputusan Pemberhentian Sementara SIUP.
7. Formulir Keputusan Pencabutan SIUP.

II. TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP)


1. Daftar Usaha Atau Kegiatan Yang Bergerak Di Luar Bidang Perekonomian.
2. Formulir Pendaftaran Perusahaan Perseroan Terbatas (PT).
3. Formulir Pendaftaran Perusahaan Koperasi.
4. Formulir Pendaftaran Perusahaan Persekutuan Komanditer (CV).
5. Formulir Pendaftaran Perusahaan Persekutuan Firma (Fa).
6. Formulir Pendaftaran Perusahaan Perorangan (Po).
7. Formulir Pendaftaran Bentuk Usaha Lainnya (BUL).
8. Dokumen Persyaratan Pendaftaran Perusahaan.
9. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perseroan Terbatas (PT), Berwarna Merah Muda.
10. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Koperasi, Berwarna Krem.
11. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Persekutuan Komanditer (CV), Berwarna Biru
Muda.
12. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Persekutuan Firma (Fa), Berwarna Hijau Muda.
13. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perusahaan Perorangan (Po), Berwarna Putih.
14. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Bentuk Usaha Lainnya (BUL), Berwarna Ungu
Muda.
15. Surat Penolakan Pendaftaran Perusahaan.
16. Dokumen Persyaratan Perubahan Daftar Perusahaan.
17. Keputusan Tentang Pembatalan Daftar Perusahaan.
18. Keputusan tentang Penolakan Keberatan Pembatalan Daftar Perusahaan dan
Tanda Daftar Perusahaan.
19. Keputusan tentang Penerimaan Keberatan Pembatalan Daftar Perusahaan dan
Tanda Daftar Perusahaan.
20. Keputusan tentang Penghapusan Dari Daftar Perusahaan.
21. Keputusan tentang Pendaftaran Pembubaran Perseroan Terbatas dan
Penghapusan Perseroan Terbatas dari Daftar Perusahaan.

III. TANDA DAFTAR GUDANG (TDG).


1. Daftar Isian Permohonan Tanda Daftar Gudang (TDG).
2. Tanda Daftar Gudang (TDG).
3. Surat Keterangan Penyimpanan Barang (SKPB).
4. Surat Peringatan Tertulis Tentang Tanda Daftar Gudang (TDG)
IV. IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI (TDI)

A. DOKUMEN YANG DISAMPAIKAN OLEH PERUSAHAAN KEPADA INSTANSI


PEMBERI IZIN.
1. Pm - I Permintaan Persetujuan Prinsip.
2. Pm - III Daftar Isian Untuk Permintaan Izin Usaha Industri Melalui Persetujuan
Prinsip (Baru, Hilang, Rusak).
3. Pm - IV Daftar Isian Untuk Permintaan Izin Perluasan.
4. Pm - V Informasi Industri (6 bulan/Semester).
5. Pm - VI Informasi Industri (1 tahun).
6. Pdf I - IK Surat Permintaan Tanda Daftar Industri (TDI) (Baru, Hilang, Rusak).

B. DOKUMEN YANG DISAMPAIKAN INSTANSI PEMBERI IZIN KEPADA


PERUSAHAAN (Izin Usaha Industri Melalui Persetujuan Prinsip).
1. Pi - I Persetujuan Prinsip.
2. Pi - II Berita Acara Pemeriksaan *).
3. Pi - III Izin Usaha Industri.
4. Pi - IIIA Izin Usaha Industri (Hilang, Rusak).
5. Pi - IV Izin Perluasan.
6. Pi - V Persetujuan Atas Perubahan.
7. Pi - VI Penundaan/Penolakan Penerbitan Persetujuan Prinsip/Izin Usaha
Industri.
8. Pi - VII Teguran Tentang Pelaksanaan Ketentuan Izin Usaha Industri/Izin
Perluasan.
9. Pi - VIII Pembekuan Izin Usaha Industri (Melalui/Tanpa Persetujuan Prinsip)/
Tanda Daftar Industri.
10. Pi - IX Pencabutan Izin Usaha Industri (Melalui/Tanpa Persetujuan Prinsip)/
Tanda Daftar Industri.
11. Pdf II-IK Tanda Daftar Industri (Baru, Hilang, Rusak).

C. DOKUMEN YANG DISAMPAIKAN OLEH PERUSAHAAN DENGAN KRITERIA


KHUSUS KEPADA INSTANSI PEMBERI IZIN (Izin Usaha Industri Tanpa Melalui
Persetujuan Prinsip).
1. SP - I Surat Pernyataan.
2. SP - II Daftar Isian Untuk Permintaan Izin Usaha Industri (Baru, Hilang, Rusak).
3. SP - III Daftar Isian Untuk Permintaan Izin Perluasan.
4. SP - IV Informasi Industri (6 bulan/Semester).
5. SP - V Informasi Industri (1 tahun).

D. DOKUMEN YANG DISAMPAIKAN INSTANSI PEMBERI IZIN KEPADA


PERUSAHAAN (Izin Usaha Industri Tanpa Melalui Persetujuan Prinsip).
1. SP - VI Izin Usaha Industri.
2. SP - VIA Izin Usaha Industri (Rusak, Hilang).
3. SP - VII Izin Perluasan.
4. SP - VIII Penundaan/Penolakan Penerbitan Izin Usaha Industri Tanpa Melalui
Persetujuan Prinsip.
5. SP - IX Penundaan/Penolakan Penerbitan Tanda Daftar Industri.

BUPATI PESAWARAN,

ARIES SANDI DARMA PUTRA


DOKUMEN PERSYARATAN

I. PERMOHONAN SIUP BARU

a. Perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas;


1) Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan;
2) Fotokopi Akte Perubahan Perusahaan (apabila ada);
3) Fotokopi Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas dari
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;
4) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab/Direktur Utama
Perusahaan;
5) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha perusahaan, dan;
6) Foto Penanggungjawab atau Direktur Utama Perusahaan ukuran 3x4 cm
(2 lembar).

b. Perusahaan berbadan hukum Koperasi:


1) Fotokopi Akta Notaris Pendirian Koperasi yang telah mendapatkanpengesahan
dari instansi yang berwenang;
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab atau Pengurus
Koperasi;
3) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Koperasi; dan
4) Foto Penanggungjawab atau Pengurus Koperasi ukuran 3x 4 cm (2 lembar).

c. Perusahaan yang berbentuk CV dan Firma :


1) Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan/Akta Notaris yang telah didaftarkan
pada Pengadilan Negeri;
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik atau Pengurus atau
Penanggungjawab Perusahaan;
3) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan; dan
4) Foto Pemilik atau Pengurus atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm
(2 lembar).

d. Perusahaan yang berbentuk Perorangan :


1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik atau Penanggungjawab
Perusahaan;
2) Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan;
3) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

II. PERMOHONAN PENDAFTARAN ULANG

1) SIUP Asli;
2) Neraca Perusahaan (tahun terakhir khusus untuk Perseroan Terbatas);
3) Surat Pernyataan dari Pemohon tentang lokasi usaha Perusahaan.

III. PERMOHONAN PEMBUKAAN KANTOR CABANG/PERWAKILAN PERUSAHAAN

1) Fotokopi SIUP Kantor Pusat Perusahaan yang telah dilegalisir oleh Pejabat Penerbit
SIUP;
2) Fotokopi dokumen pembukaan Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan;
3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Penunjukkan sebagai
Penanggungjawab Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan;
4) Surat Pernyataan dari Pemohon tentang lokasi usaha Kantor Cabang/Perwakilan
Perusahaan.
IV. PERMOHONAN PERUBAHAN

1) Surat Permohonan SIUP;


2) SIUP Asli;
3) Neraca Perusahaan (tahun terakhir khusus untuk Perseroan Terbatas);
4) Data pendukung perubahan;
5) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

V. PERMOHONAN PENGGANTIAN

a. SIUP yang hilang.

1) Surat Permohonan;
2) Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisian;
3) Fotokopi SIUP yang lama (apabila ada);
4) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

b. SIUP yang rusak.

1) Surat Permohonan;
2) SIUP Asli;
3) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).
CONTOH SURAT PERNYATAAN :

KOP SURAT PERUSAHAAN

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : ..................................................................................................
Jabatan : ..................................................................................................
Perusahaan : ..................................................................................................
Alamat Perusahaan : ..................................................................................................
..................................................................................................

dengan ini menyatakan bahwa kantor perusahaan beralamat/berdomisili sebagaimana yang


telah kami nyatakan di atas adalah benar adanya.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari Surat
Pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia dituntut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan SIUP perusahaan yang telah diterbitkan untuk
dibatalkan dan dicabut.

tempat, tanggal

Tanda tangan di atas


Meterai secukupnya

Nama & Jabatan


DOKUMEN PERSYARATAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

Dokumen persyaratan pendaftaran perusahaan baru untuk masing-masing bentuk usaha


adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas :


a. Fotokopi Akta Pendirian Perseroan;
b. Fotokopi Akta Perubahan Pendirian Perseroan (apabila ada);
c. Asli dan fotokopi Keputusan Pengesahan sebagai Badan Hukum dan persetujuan
d. perubahan bagi PT yang telah berbadan hukum sebelum diberlakukannya Undang-
Undang Perseroan Terbatas;
e. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pemilik, pengurus, atau
penanggungjawab perusahaan;
f. Fotokopi Izin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
g. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Perusahaan berbentuk Koperasi :


a. Fotokopi Akta Pendirian Koperasi;
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk pengurus atau penanggungjawab;
c. Fotokopi surat pengesahan sebagai badan hukum dari pejabat yang berwenang;dan
d. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
e. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Perusahaan berbentuk CV :
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan;
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pengurus atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Perusahaan berbentuk Fa :
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada);
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pengurus atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

5. Perusahaan berbentuk Perorangan :


a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada).
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemilik atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dangan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

6. Perusahaan lain:
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada);dan
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pengurus atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.
7. Kantor Cabang, Kantor Pembantu dan Perwakilan Perusahaan :
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada) atau Surat Penunjukan atau Surat
keterangan yang dipersamakan dangan itu, sebagai Kantor Cabang, Kantor
Pembantu dan Perwakilan;
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pengurus atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang atau Kantor Pusat Perusahaan yang
bersangkutan;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.
DOKUMEN PERSYARATAN PERUBAHAN DAFTAR PERUSAHAAN

Dokumen persyaratan perubahan daftar perusahaan untuk masing-masing bentuk usaha


adalah sebagai berikut :

1. Perseroan Terbatas (PT) :

a. Asli dan fotokopi persetujuan perubahan atau bukti penerimaan pemberitahuan


perubahan dari Menteri Hukum dan HAM;dan
b. TDP asli.

2. Koperasi, CV, Fa, Perorangan dan Perusahaan lain :

a. Asli dan fotokopi Risalah/Berita Acara/Keterangan sejenis tentang perubahan


terhadap data yang didaftarkan dalam Daftar Perusahaan;dan
b. TDP asli.
KOP SURAT
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN
PEJABAT PENERBIT SIUP
NOMOR : .............................

TENTANG

PENUTUPAN PERUSAHAAN

Menimbang : bahwa berhubung (nama Perusahaan) telah menghentikan kegiatan usahanya, maka
dipandang perlu menutup perusahaan tersebut:

Mengingat : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonantie 1934 (Staatsblad. 1938 Nomor 86);

2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :


46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Memperhatikan : 1. ........................................................................................
2. .......................................................................................
3. .......................................................................................

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Menutup Perusahaan tersebut di bawah ini

1. Nama Perusahaan :
2. Alamat Perusahaan :
3. Nama Penanggungjawab :
4. Nomor SIUP :

KEDUA : Dengan ditutupnya perusahaan sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu


Keputusan ini, maka Perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan
kegiatan usaha perdagangan terhitung mulai tanggal ditetapkan Keputusan ini.

KETIGA : SIUP harus dikembalikan kepada Instansi yang menerbitkan SIUP.

KEEMPAT : Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud Diktum Kedua Keputusan ini
dikenakan sanksi tindak pidana ekonomi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Gedong Tataan


pada tanggal

PEJABAT PENERBIT SIUP,

TEMBUSAN : Yth. ...............................................


Bupati Pesawaran
(sebagai laporan).
KOP SURAT
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN
PEJABAT PENERBIT SIUP
NOMOR : .............................

TENTANG

PEMBERHENTIAN SEMENTARA SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Menimbang : bahwa berdasarkan penelitian dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha
perdagangan sebagaimana tercantum dalam SIUP Nomor ……………… tanggal
……………… atas nama ……………..,bergerak dalam kegiatan usaha………..yang
beralamat di ……………….., ternyata tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang
telah ditetapkan seperti :
1. ……………………………………………………………………...
2. ………………………………………………………………………

Mengingat : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonantie 1934 (Staatsblad. 1938 Nomor 86);

2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :


46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Memperhatikan : 1. ........................................................................................
2. .......................................................................................
3. .......................................................................................

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Memberhentikan sementara SIUP Nomor ………………… tanggal …………………


atas nama ....………... yang bergerak dalam kegiatan usaha
perdagangan..............yang berlokasi di........................

KEDUA : Dengan diberhentikan sementara SIUP sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu,
Perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan kegiatan usaha
perdagangan……. terhitung sejak tanggal ditetapkannya pemberhentian sementara
SIUP ini.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Gedong Tataan


pada tanggal

PEJABAT PENERBIT SIUP,

TEMBUSAN : Yth. ...............................................


Bupati Pesawaran
(sebagai laporan).
KOP SURAT
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN
PEJABAT PENERBIT SIUP
NOMOR : .............................

TENTANG

PENCABUTAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Menimbang : bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan
usaha perdagangan sebagaimana tercantum dalam SIUP Nomor ………………
tanggal ……………… atas nama …………….. beralamat di ……………….., ternyata
tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan seperti :
1. ………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………

Mengingat : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonantie 1934 (Staatsblad. 1938 Nomor 86);

2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :


46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Memperhatikan : 1. ........................................................................................
2. .......................................................................................
3. .......................................................................................

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Mencabut SIUP Nomor ………………… tanggal ………………… atas nama


……………………., yang bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan………..yang
berlokasi di ……………………………….

KEDUA : Dengan dicabutnya SIUP sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu, maka
Perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan kegiatan usaha
perdagangan.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Gedong Tataan


pada tanggal

PEJABAT PENERBIT SIUP,

TEMBUSAN : Yth. ...............................................


Bupati Pesawaran
(sebagai laporan).
KOP SURAT
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
REPUBLIK INDONESIA

Nomor : Tempat, tanggal


Lampiran :
Perihal : Peringatan ke….Tentang
Ketentuan Pelaksanaan
SIUP Kecil/Menengah/Besar
Kepada Yth.
………………………………………..
………………………………………..
di
…………………………….
DAFTAR ISIAN PERMOHONAN
TANDA DAFTAR GUDANG (TDG)

Kepada Yth.
Kakan. Penanaman Modal
& Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaaten Pesawaran.
di-
GEDONG TATAAN
I. IDENTITAS PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan / perorangan :........................................................
2. Alamat Perusahaan :........................................................
3. Jalan dan Nomor :.........................................................
4. RT / RW, Desa/Kelurahan :.........................................................
5. Kecamatan :.........................................................
6. Kabupaten / Kota :.........................................................
7. Propinsi :.........................................................
8. No. Telp. Dan Fax :.........................................................
9. Jenis Kegiatan Usaha :.........................................................

II. IDENTITAS PEMILIK GUDANG


1. Nama Pemilik Gudang :.........................................................
2. Alamat Pemilik Gudang :.........................................................
3. Jalan dan Nomor :.........................................................
4. RT / RW, Desa/Kelurahan :.........................................................
5. Kecamatan :.........................................................
6. Kabupaten / Kota :.........................................................
7. Propinsi :.........................................................
8. No. Telp. Dan Fax :.........................................................

III. IDENTITAS GUDANG


1. Lokasi Gudang :......................................................
Jalan dan Nomor (sebutkan bila :......................................................
berada di komplek pertokoan/
perkantoran, lantai dan ruang)
RT / RW, Desa / Kelurahan :......................................................
Kecamatan :......................................................
Kabupaten / Kota :......................................................
Propinsi :......................................................
2. Luas Gudang :............................m2 (dalam huruf)
3. Macam dan jenis isi gudang :......................................................
a.
b.
c.
d. (boleh ditambah)
4. Sarana Gudang : ...........................................................
Listrik : ............................Watt
Air PAM : PAM / Sumur Bor *)
Forklif : .............................buah
Komputerisasi (sebutkan sarana
Otorisasi gudang :.............................................................

IV. IDENTITAS LAIN


1. Nomor izin pendirian gudang dari :............................................................
pemerintah daerah setempat
(copy terlampir)
2. Izin Usaha lain dari instansi teknis :...........................................................

Demikian permohonan ini diisi / dibuat dengan sebenarnya, dan apabila dikemudian hari ternyata
keterangan tersebut tidak benar, maka kami bersedia dicabut TDG nya, dan atau dituntut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

…………..,…………………., 20.....

( ………………….................…..)
Nama Jelas
BUPATI PESAWARAN
PERATURAN BUPATI PESAWARAN
NOMOR 2 TAHUN 2011

TENTANG

IZIN PERDAGANGAN DAN IZIN INDUSTRI


KABUPATEN PESAWARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PESAWARAN,

Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif guna


mendorong peningkatan investasi di Kabupaten Pesawaran,
perlu disusun suatu pedoman penyelenggaraan Izin
Perdagangan dan Izin Industri;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan
Bupati Pesawaran tentang Izin Perdagangan dan Izin
Industri Kabupaten Pesawaran;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar


Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3214);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3274);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3502);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2587);
5. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3667);
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1821);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4749);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang
Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4749);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor : 37/M-
DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Perusahaan;
13. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor : 46/M-
DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 36/M-
DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan;
14. Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Kabupaten Pesawaran (Lembaran Daerah
Kabupaten Pesawaran Tahun 2008 Nomor 01, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 01);
15. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pesawaran
(Lembaran Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2008
Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Pesawaran Nomor 03);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG IZIN PERDAGANGAN DAN


IZIN INDUSTRI KABUPATEN PESAWARAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Pesawaran.
2. Kepala Daerah adalah Bupati Pesawaran.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal adalah
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal
Kabupaten Pesawaran yang selanjutnya disebut Dinas.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Penanaman Modal Kabupaten Pesawaran.
6. Pejabat adalah Kepala Dinas yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
perdagangan dan perindustrian di wilayah Kabupaten Pesawaran.
7. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
8. Kekayaan Bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset)
dengan total nilai kewajiban tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
9. Kelompok Industri adalah bagian-bagian utama kegiatan, yakni kelompok
industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir
dan kelompok industri kecil.
10. Jenis industri adalah bagian suatu cabang industri yang mempunyai ciri
khusus yang sama dan/atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi.
11. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan
cabang industri atau jenis industri.
12. Perusahaan industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang
usaha industri.
13. Perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual
beli, sewa beli, sewa menyewa yang dilakukan secara berkelanjutan dengan
tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau
kompensasi.
14. Perusahaan Perdagangan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan
kegiatan usaha di sektor perdagangan yang bersifat tetap, berkelanjutan,
didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba.
15. Surat Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disebut
SP-SIUP adalah formulir permohonan izin yang diisi oleh Perusahaan yang
memuat data-data perusahaan untuk memperoleh Surat Izin Usaha
Perdagangan Kecil/Menengah/Besar.
16. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disebut SIUP adalah surat
izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan.
17. Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disebut TDP adalah surat tanda
pengesahan yang diberikan oleh Kantor Pendaftaran Perusahaan kepada
perusahaan yang telah melakukan pendaftaran perusahaan.
18. Formulir Pendaftaran Perusahaan adalah daftar isian yang memuat data
perusahaan yang diisi dan ditandatangani oleh pemilik, pengurus, atau
penanggungjawab perusahaan untuk mendapatkan TDP.
19. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang dapat ditutup dengan
tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum melainkan untuk dipakai khusus
sebagai tempat penyimpanan barang-barang perniagaan dan tidak untuk
kebutuhan sendiri serta memenuhi syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh
Menteri Perdagangan.
20. Usaha Pergudangan adalah kegiatan jasa pergudangan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan atau perorangan melalui pemanfaatan gudang miliknya
sendiri, dan/atau pihak lain untuk mendukung/memperlancar kegiatan
perdagangan barang.
21. Tanda Daftar Gudang yang disingkat TDG adalah surat tanda daftar yang
berlaku sebagai bukti bahwa gudang tersebut telah didaftar untuk dapat
melakukan kegiatan sarana distribusi.
22. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan,
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
23. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Perdagangan dan Perindustrian.

BAB II
JENIS IZIN PERDAGANGAN DAN IZIN INDUSTRI

Pasal 2

(1) Izin Perdagangan terdiri dari :


a. Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
b. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
c. Tanda Daftar Gudang (TDG).
(2) Izin Industri terdiri dari :
a. Tanda Daftar Industri (TDI).
b. Izin Usaha Industri (IUI).

BAB III
TATA CARA PERIZINAN PERDAGANGAN

Bagian Kesatu
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Pasal 3

(1) Setiap Perusahaan Perdagangan wajib memiliki SIUP.


(2) SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. SIUP Kecil;
b. SIUP Menengah;
c. SIUP Besar.
(3) Selain SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan SIUP
Mikro kepada Perusahaan Perdagangan Mikro.

Pasal 4

(1) SIUP Kecil wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
(2) SIUP Menengah wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai paling
banyak Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.

(3) SIUP Besar wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Pasal 5

(1) Kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1),
dikecualikan terhadap :
a. Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di luar sektor perdagangan;
b. Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan;
c. Perusahaan Perdagangan Mikro dengan kriteria sebagai berikut :
1. usaha perseorangan atau persekutuan;
2. kegiatan usaha diurus, dijalankan, atau dikelola oleh pemiliknya atau
anggota keluarga/kerabat terdekat;
3. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(2) Perusahaan Perdagangan Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dapat diberikan SIUP Mikro, apabila dikehendaki yang bersangkutan.

Pasal 6

SIUP berlaku selama Perusahaan Perdagangan menjalankan kegiatan usaha dan


wajib melakukan pendaftaran ulang setiap 5 (lima) tahun di tempat penerbitan
SIUP.

Pasal 7

(1) SP-SIUP baru diajukan kepada Pejabat Penerbit dengan mengisi formulir SP-
SIUP dengan melampirkan dokumen persyaratan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.

(2) SP-SIUP baru atau perubahan harus ditandatangani oleh Pemilik atau
Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan di atas materai
cukup.

(3) Pihak ketiga yang mengurus SIUP baru atau perubahan, wajib melampirkan
surat kuasa bermaterai cukup dan ditandatangani oleh Pemilik atau Pengurus
atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan.

Pasal 8

SIUP dilarang digunakan untuk melakukan kegiatan :


a. usaha perdagangan yang tidak sesuai dengan kelembagaan dan/atau
kegiatan usaha, sebagaimana yang tercantum di dalam SIUP;
b. usaha yang mengaku kegiatan perdagangan, untuk menghimpun dana dari
masyarakat dengan menawarkan janji keuntungan yang tidak wajar (money
game);
c. usaha perdagangan lainnya yang telah diatur melalui ketentuan peraturan
perundang-undangan tersendiri.

Pasal 9

(1) Pejabat menerbitkan SIUP paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak
diterimanya SP-SIUP dan dokumen persyaratan secara lengkap dan benar
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. warna hijau untuk SIUP Mikro;
b. warna putih untuk SIUP Kecil;
c. warna biru untuk SIUP Menengah; dan
d. warna kuning untuk SIUP Besar.
(2) Apabila SP-SIUP dan dokumen persyaratan dinilai belum lengkap dan benar,
Pejabat membuat surat penolakan penerbitan SIUP kepada pemohon SIUP
paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya SP- SIUP.
(3) Pemohon SIUP yang ditolak permohonannya dapat mengajukan kembali
permohonan SIUP sesuai persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan ini.

Pasal 10

(1) Pemilik SIUP yang akan membuka Kantor Cabang atau Perwakilan
Perusahaan, wajib melapor secara tertulis kepada Pejabat di tempat
kedudukan Kantor Cabang atau Perwakilan Perusahaan dengan melampirkan
dokumen persyaratan sebagaimana dalam Lampiran Peraturan ini.

(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima laporan dan dokumen
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara lengkap dan benar,
Pejabat mencatat dalam Buku Register Pembukaan Kantor Cabang atau
Perwakilan Perusahaan dan membubuhkan tanda tangan dan cap stempel
pada halaman depan fotokopi SIUP Perusahaan Pusat.

(3) Fotokopi SIUP yang telah didaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berlaku sebagai Surat Izin Usaha Perdagangan bagi Kantor Cabang atau
Perwakilan Perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan sesuai
kedudukan Kantor Cabang atau Perwakilan Perusahaan.

Pasal 11

(1) Setiap terjadi perubahan data Perusahaan, Pemilik atau Pengurus atau
Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan wajib mengajukan SP-SIUP
perubahan.
(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima SP-SIUP perubahan
dengan dokumen pendukung secara lengkap dan benar, Pejabat menerbitkan
SIUP perubahan.

Pasal 12

(1) Dalam hal SIUP hilang atau rusak, Pemilik atau Pengurus atau Penanggung
jawab Perusahaan Perdagangan yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan penggantian SIUP kepada Pejabat.

(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima permohonan
penggantian SIUP dengan dokumen pendukung secara lengkap dan benar,
Pejabat menerbitkan SIUP Pengganti.

Pasal 13

(1) Apabila data, informasi, dan keterangan yang disampaikan dalam :


a. SP-SIUP baru;
b. SP-SIUP perubahan dan/atau penggantian yang hilang atau rusak; atau
c. laporan pendaftaran Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan;
ternyata tidak benar, maka SIUP, SIUP perubahan, dan/atau SIUP pengganti
yang telah diterbitkan dan pencatatan pendaftaran Kantor Cabang atau Kantor
Perwakilan yang telah dilakukan dinyatakan batal dan tidak berlaku.
(2) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Pejabat
dengan mengeluarkan Keputusan Pembatalan SIUP, SIUP perubahan
dan/atau SIUP pengganti, dan pencatatan pendaftaran Kantor Cabang atau
Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan.

Bagian Kedua
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Pasal 14

Daftar Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak.

Pasal 15

(1) Setiap perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi,


Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan, dan Bentuk Usaha
Lainnya (BUL), termasuk Perusahaan Asing dengan status Kantor Pusat,
Kantor Tunggal, Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Anak Perusahaan, Agen
Perusahaan, dan Perwakilan Perusahaan yang berkedudukan dan
menjalankan usahanya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
didaftarkan dalam daftar perusahaan.
(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melakukan
pendaftaran dalam Daftar perusahaan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
terhitung sejak perusahaan mulai menjalankan kegiatan usahanya.

Pasal 16

Pendaftaran perusahaan dilakukan pada Dinas Perindustrian, Perdagangan,


Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Pesawaran.

Pasal 17

(1) Perusahaan atau kegiatan usaha yang dikecualikan dari kewajiban


pendaftaran perusahaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (1)
terdiri dari :
a. perusahaan negara yang berbentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN);
b. perusahaan kecil perorangan;atau
c. usaha atau kegiatan yang bergerak di luar bidang perekonomian yang
sifat dan tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan dan/atau
laba sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

(2) Perusahaan kecil perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari :
a. perusahaan yang diurus, dijalankan, atau dikelola oleh pribadi pemiliknya
sendiri, atau yang mempekerjakan hanya anggota keluarganya sendiri;
b. perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat
keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang;atau
c. perusahaan yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi
keperluan nafkah sehari-hari pemiliknya.
(3) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat didaftarkan dalam
daftar perusahaan dan berhak memperoleh TDP, apabila dikehendaki oleh
perusahaan yang bersangkutan untuk kepentingan tertentu.

Pasal 18

(1) Pendaftaran perusahaan dilakukan oleh pemilik, pengurus, penanggung


jawab, atau kuasa perusahaan yang sah.
(2) Kuasa perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk
kuasa untuk menandatangani formulir pendaftaran perusahaan.
(3) Pendaftaran perusahaan dilakukan dengan mengisi formulir pendaftaran
perusahaan yang disampaikan langsung kepada Bupati dengan melampirkan
dokumen-dokumen persyaratan sebagaimana tercantum pada Lampiran
Peraturan ini.
(4) Pendaftaran perusahaan bagi agen perusahaan atau anak perusahaan
berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan
bentuk perusahaannya.
(5) Formulir pendaftaran perusahaan untuk Perseroan Terbatas (PT)
ditandatangani oleh pengurus atau penanggung jawab perusahaan.
(6) Formulir pendaftaran perusahaan untuk Koperasi, Persekutuan Komanditer
(CV), Firma (Fa), Perorangan, dan Bentuk Usaha Lainnya (BUL)
ditandatangani oleh pemilik, pengurus, atau penanggung jawab perusahaan.
(7) Kepala Dinas mengesahkan pendaftaran perusahaan dan menerbitkan TDP
paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak formulir pendaftaran dan
dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterima secara
benar dan lengkap.

(8) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikenakan biaya


administrasi sebesar Rp. 0,- (nol rupiah).
(9) TDP diterbitkan berdasarkan bentuk perusahaan dengan menggunakan
blanko warna sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
(10) Perusahaan yang telah menerima TDP harus memasang TDP di tempat
yang mudah dibaca dan dilihat oleh umum dan nomor TDP harus
dicantumkan pada papan nama dan dokumen-dokumen perusahaan yang
dipergunakan dalam kegiatan usahanya.

(11) TDP berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal
diterbitkan dan wajib diperbaharui paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa
berlakunya berakhir dengan melampirkan dokumen asli TDP yang akan
diperbaharui, tanpa melampirkan dokumen persyaratan yang telah
disampaikan pada waktu pendaftaran sebelumnya.
(12) Penolakan Pendaftaran dilakukan apabila pengisian formulir pendaftaran
perusahaan belum benar dan/atau dokumen belum lengkap.
(13) Penolakan Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (12) disampaikan
oleh Kepala Dinas secara tertulis kepada perusahaan paling lambat 3 (tiga)
hari kerja terhitung sejak diterimanya isian formulir pendaftaran perusahaan
disertai alasan penolakan dengan menggunakan format surat penolakan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
(14) Apabila perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (13) dalam waktu
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat
penolakan, tidak melaksanakan pembetulan dan/atau melengkapi dokumen
persyaratan, wajib melakukan pendaftaran ulang.
(15) Kepala Dinas menerbitkan TDP paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung
sejak diterimanya permohonan pembaharuan secara benar dan lengkap.

Pasal 19

(1) Setiap perusahaan yang melakukan perubahan terhadap data yang


didaftarkan wajib melaporkan perubahan data kepada Dinas setempat.
(2) Kewajiban melaporkan perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh :
a. PT paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal persetujuan perubahan
atau bukti penerimaan pemberitahuan perubahan dari Menteri yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-
undangan;atau
b. Koperasi, CV, Fa, perorangan, dan BUL paling lambat 3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal perubahan.

Pasal 20

(1) Perubahan yang dapat mengakibatkan penggantian TDP sebagai berikut :


a. pengalihan kepemilikan atau kepengurusan perusahaan;
b. perubahan nama perusahaan;
c. perubahan bentuk dan/atau status perusahaan;
d. perubahan alamat perusahaan;
e. perubahan Kegiatan Usaha Pokok; atau
f. khusus untuk PT termasuk perubahan Anggaran Dasar.
(2) Masa berlaku TDP yang diterbitkan sebagai pengganti adalah sampai
dengan berakhirnya masa berlaku TDP yang diubah atau diganti.
(3) Kepala Dinas menerbitkan TDP pengganti paling lambat 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak permohonan perubahan diterima secara benar dan lengkap.

(4) Perubahan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), cukup
dilaporkan kepada Kepala Dinas dan tidak perlu dilakukan penggantian TDP.
(5) Kepala Dinas mengesahkan perubahan dan mencatat perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pada Buku Induk Perusahaan.
(6) Perusahaan yang tidak melaporkan perubahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), daftar perusahaannya dihapus, TDP dinyatakan tidak berlaku, dan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang Wajib Daftar Perusahaan.

Pasal 21

Daftar perusahaan dan TDP dinyatakan batal, apabila perusahaan yang


bersangkutan terbukti mendaftarkan data perusahaan secara tidak benar dan/atau
tidak sesuai dengan izin teknis atau surat keterangan yang dipersamakan dengan
itu, dengan menerbitkan Keputusan Pembatalan.

Pasal 22

(1) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 wajib melakukan


pendaftaran ulang sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 18 ayat (1) sampai
dengan ayat (8) dengan menyertakan TDP asli yang telah dibatalkan.

(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat mengajukan


keberatan disertai dengan alasan keberatan kepada Kepala KPP Provinsi
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal Keputusan
Pembatalan ditetapkan dengan tembusan kepada Kepala Dinas.

Pasal 23

(1) Perusahaan dihapus dari daftar perusahaan apabila terjadi hal-hal sebagai
berikut:
a. perubahan bentuk perusahaan;
b. pembubaran perusahaan;
c. perusahaan menghentikan segala kegiatan usahanya;
d. perusahaan berhenti akibat akta pendiriannya kedaluarsa atau
berakhir;atau
e. perusahaan menghentikan kegiatannya atau bubar berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri.
(2) Bagi perusahaan yang telah dihapus dari daftar perusahaan, TDP yang
dimiliki dinyatakan tidak berlaku dan perusahaan yang bersangkutan wajib
mengembalikan TDP asli kepada Dinas yang menerbitkannya.

(3) Bagi perusahaan yang berbentuk PT, apabila terjadi hal-hal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf e, likuidator yang
bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tanggal pemberitahuan pembubaran perseroan kepada Menteri
diterima, wajib melaporkan pembubaran kepada Kepala Dinas dengan
melampirkan dokumen sebagai berikut :
a. bukti penerimaan pemberitahuan dari Menteri;dan
b. TDP asli.
(4) Bagi perusahaan berbentuk Koperasi, CV, Fa, Perorangan, dan Bentuk
Usaha Lainnya, apabila terjadi hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemilik, pengurus, atau penanggung jawab perusahaan yang bersangkutan,
wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pembubaran atau
penghentian usaha dengan melampirkan dokumen sebagai berikut :
a. salinan Akta Pembubaran atau keterangan yang sejenis;dan
b. TDP asli.

(5) Terhadap perusahaan yang tidak melaporkan atau mendaftarkan hal-hal


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas memberikan peringatan
paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing dalam tenggang
waktu 1 (satu) bulan.

(6) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak berakhirnya peringatan ketiga
Kepala Dinas melakukan penghapusan perusahaan dimaksud dari daftar
perusahaan dengan mencatat pada Buku Induk Perusahaan dan
menyatakannya dalam Keputusan Penghapusan dan melakukan
pengumuman atas Keputusan Penghapusan tersebut.

Pasal 24

Dokumen asli yang dipersyaratkan dalam proses pendaftaran perusahaan,


perubahan daftar perusahaan, atau pembubaran perusahaan, dikembalikan
kepada perusahaan yang bersangkutan, apabila fotokopi dokumen telah diperiksa
sesuai dengan aslinya.

Pasal 25

(1) TDP yang hilang atau rusak harus dilakukan penggantian paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak tanggal kehilangan atau tidak dapat terbaca
dengan mengajukan permohonan kepada Dinas.
(2) Permohonan penggantian TDP yang hilang dilakukan dengan melampirkan
surat keterangan kehilangan dari Kepolisian dan untuk permohonan
penggantian TDP yang rusak dengan melampirkan TDP asli.

(3) Masa berlaku TDP pengganti sama dengan masa berlaku TDP yang diganti.

(4) Penerbitan TDP pengganti dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak permohonan penggantian TDP diterima.

Bagian Ketiga
Tanda Daftar Gudang (TDG)

Pasal 26

Gudang diklasifikasikan berdasarkan luas gudang sebagai berikut :


2 2
a. Gudang Kecil dengan luas 36 m sampai dengan 2.500 m ;
2 2
b. Gudang Menengah dengan luas diatas 2.500 m sampai dengan 10.000 m ;
dan
2
c. Gudang Besar dengan luas diatas 10.000 m .

Pasal 27

(1) Setiap perusahaan atau perorangan yang memiliki gudang wajib memiliki
TDG.
(2) TDG mempunyai masa berlaku 5 (lima) tahun dan wajib diperpanjang 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya masa berlaku TDG.

Pasal 28

(1) TDG diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan perusahaan dan berlaku di


seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
(2) TDG diberikan kepada setiap perusahaan atau perorangan yang memiliki
gudang yang berkewarganegaraan Indonesia.

Pasal 29

(1) Permohonan TDG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, disampaikan


oleh pemilik gudang dengan mengisi Daftar Isian Permohonan TDG yang
telah ditandatangani, dengan melampirkan :
b. Copy perizinan pendirian gudang dari Pemerintah Daerah setempat;
c. Copy perjanjian pemakaian atau penguasaan gudang dengan pemilik
gudang.
(2) Permohonan TDG disampaikan kepada Bupati cq. Kepala Dinas.
(3) Kepala Dinas menerbitkan TDG selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
terhitung sejak diterima daftar isian permohonan TDG sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) secara lengkap dan benar.
(4) Kepala Dinas dapat menolak permohonan TDG disertai dengan alasan
penolakan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja, dalam hal daftar isian
permohonan TDG beserta berkas kelengkapan yang dinilai belum lengkap
dan benar.
(5) Apabila pengisian daftar isian permohonan TDG sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), belum dilakukan secara benar dan lengkap, maka Kepala
Dinas dapat menolak daftar isian permohonan TDG dan wajib
memberitahukan secara tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
terhitung sejak tanggal diterimanya daftar isian permohonan TDG kepada
perusahaan yang bersangkutan disertai alasannya.

(6) Daftar Isian Permohonan TDG sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal diterimanya surat pemberitahuan, perusahaan yang bersangkutan
dapat melengkapi persyaratan yang diminta.
(7) Apabila setelah melebihi jangka waktu yang ditentukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6), perusahaan yang bersangkutan tidak melaksanakan
ketentuan permohonan TDG secara benar dan lengkap, TDG ditolak dan
perusahaan wajib mengajukan permohonan TDG yang baru.

Pasal 30

(1) Setiap pemilik, pengelola atau penyewa gudang yang melakukan


penyimpanan barang yang diperdagangkan di gudang wajib
menyelenggarakan administrasi mengenai barang-barang yang masuk dan
keluar gudang.
(2) Pemilik, pengelola dan/atau penyewa gudang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menyampaikan laporan penyimpanan barang yang masuk dan
keluar gudang, apabila jumlah barang disimpan :
a. di gudang kecil dengan jumlah lebih 50% dari kapasitas gudang;
b. di gudang menengah dengan jumlah lebih 40% dari kapasitas gudang;
c. di gudang besar dengan jumlah lebih 30% dari kapasitas gudang;
b. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Dinas
pada tanggal 15 setiap bulan.

Pasal 31

Pemilik, pengelola dan/atau penyewa gudang wajib memberikan keterangan yang


diminta oleh Kepala Dinas untuk tujuan pelaksanaan penataan dan pembinaan
kelancaran distribusi barang yang diperdagangkan.

Pasal 32

(1) Penyimpanan barang yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan


(produsen, eksportir, importir, distributor, wholesaler, pedagang besar, grosir,
agen, pengecer, toko) di gudang sesuai dengan izin yang diberikan dapat
dibenarkan sepanjang jumlahnya masih dalam batas kewajaran sebagai
stok/persediaan barang berjalan untuk memenuhi permintaan pasar
maksimal untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan dalam kondisi normal
berdasarkan data/pencatatan dari perusahaan yang bersangkutan.
(2) Dalam keadaan yang sangat mendesak, dan kebutuhan masyarakat untuk
jenis barang dengan karakteristik tertentu yang memerlukan masa simpan
dan masa penjualan relatif lebih lama, pemilik, pengelola dan/atau penyewa
gudang diperbolehkan mempunyai stok/persediaan barang berjalan di
gudang melebihi dari 3 (tiga) bulan kebutuhan.

(3) Untuk dapat melakukan penyimpanan sebagaimana dimaksud ayat (2)


pemilik, pengelola dan/atau penyewa gudang wajib memiliki Surat
Keterangan Penyimpanan Barang (SKPB) yang diterbitkan Bupati c.q.
Kepala Dinas.
(4) Penyimpanan stok/persediaan barang tanpa dilengkapi SKPB sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat digolongkan sebagai kegiatan penimbunan
barang.
(5) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat memberikan
SKPB dengan mempertimbangkan secara cermat faktor-faktor antara lain :
a. kebiasaan yang lazim dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan
dalam memelihara stok dalam kondisi normal;
b. jenis dan sifat barang yang dikaitkan dengan masa simpan dan masa
penjualan;
c. sistem persediaan yang dilakukan oleh perusahaan;
d. kecepatan pendistribusian dan penyerapan pasar;
e. pertimbangan kondisi daerah/lokasi.

Pasal 33

Kewenangan pemeriksaan dokumen SKPB terhadap adanya dugaan penimbunan


barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) dilakukan oleh Dinas
terhadap pemilik, pengelola dan/atau penyewa gudang.

Bagian Keempat
Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar Industri (TDI)

Pasal 34

(1) Setiap pendirian Perusahaan Industri wajib memiliki Izin Usaha Industri (IUI),
kecuali bagi Industri Kecil.
(2) Industri Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Tanda
Daftar Industri (TDI), yang diberlakukan sama dengan IUI.

Pasal 35

Pemberian IUI dilakukan melalui Persetujuan Prinsip atau Tanpa Persetujuan


Prinsip.

Pasal 36

IUI Tanpa Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang :


a. berlokasi di Kawasan Industri/Kawasan Berikat; atau
b. jenis industrinya terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 37

(1) IUI Melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan industri yang :
a. berlokasi di luar Kawasan Industri/Kawasan Berikat;
b. jenis industrinya tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan;
c. lokasi industrinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung.

(2) IUI Melalui Persetujuan Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. memiliki IMB;
b. memiliki Izin Lokasi;
c. Izin Gangguan;
d. memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL);dan
e. telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi.

(3) Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri untuk melakukan


persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/instalasi
peralatan dan kesiapan lain yang diperlukan.
(4) Persetujuan Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bukan merupakan
izin untuk melakukan produksi komersial.

Pasal 38

Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI atau TDI, dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan IUI/TDI wajib mendaftarkan dalam Daftar
Perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 39

Perusahaan Industri yang melakukan perluasan melebihi 30% (tiga puluh persen)
dari kapasitas produksi yang telah diizinkan, wajib memiliki Izin Perluasan.

Pasal 40

(1) Industri Kecil yang wajib memiliki TDI meliputi jenis industri dengan nilai
investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(2) Industri Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan nilai investasi
perusahaan seluruhnya sebagai berikut :
a. sampai dengan Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memiliki TDI, kecuali
perusahaan yang bersangkutan menghendaki TDI;
b. di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib memiliki TDI.
(3) Jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas
Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib memiliki IUI.
Pasal 41

IUI, Izin Perluasan dan TDI berlaku selama Perusahaan Industri yang
bersangkutan beroperasi sesuai dengan jenis industri dan ketentuan yang
tercantum dalam IUI/Izin Perluasan/TDI-nya.

Pasal 42

IUI dan TDI diberikan untuk masing-masing jenis industri sesuai Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 5 (lima) digit sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan yang mencakup semua komoditi industri di dalam
lingkup jenis industri tersebut.

Pasal 43

IUI dan TDI berlaku sebagai izin gudang/izin tempat penyimpanan bagi
gudang/tempat penyimpanan yang berada dalam kompleks usaha industri yang
bersangkutan, yang digunakan untuk menyimpan peralatan, perlengkapan, bahan
baku, bahan penolong dan barang/bahan jadi untuk keperluan kegiatan usaha
jenis industri yang bersangkutan.

Pasal 44

Bagi Perusahaan Industri yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam :
a. Pasal 36 huruf a dan telah memenuhi ketentuan yang berlaku di Kawasan
Industri/ Kawasan Berikat, dapat diberikan IUI tanpa melalui Persetujuan
Prinsip, dengan ketentuan wajib membuat Surat Pernyataan; atau
b. Pasal 36 huruf b yang berlokasi di dalam atau di luar Kawasan
Industri/Kawasan Berikat, diberikan IUI tanpa melalui Persetujuan Prinsip,
dengan ketentuan wajib membuat Surat Pernyataan.

Pasal 45

(1) Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 wajib memuat


ketentuan mengenai kesediaan perusahaan industri untuk :
a. tidak berproduksi komersial sebelum memenuhi segala persyaratan yang
berkaitan dengan pembangunan pabrik dan sarana produksi dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi selambat-
lambatnya 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal IUI diterbitkan; dan
c. menerima segala akibat hukum terhadap pelanggaran atas Surat
Pernyataan yang telah dibuatnya.
(2) Pelaksanaan pengawasan Surat Pernyataan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bagi :
a. Perusahaan Industri yang berlokasi di dalam Kawasan Industri atau
Kawasan Berikat dilakukan secara bersama oleh Perusahaan/Pengelola
Kawasan Industri/Kawasan Berikat dengan Dinas dilaporkan kepada
Pejabat dengan tembusan kepada Menteri melalui Bupati.
b. Perusahaan Industri yang berlokasi di luar Kawasan Industri/Kawasan
Berikat dilakukan oleh Kepala Dinas dan dilaporkan kepada Pejabat
dengan tembusan kepada Bupati.
c. Surat Pernyataan merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dari IUI.

Pasal 46

Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI dan akan melaksanakan
perluasan dalam lingkup jenis industri yang tercantum dalam IUI-nya, diizinkan
untuk menambah kapasitas produksi sebesar-besarnya 30 % (tiga puluh persen)
di atas kapasitas produksi yang diizinkan, tanpa Izin Perluasan sepanjang jenis
industrinya terbuka atau terbuka dengan persyaratan bagi Penanaman Modal.

Pasal 47

(1) Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI dapat menambah
kapasitas produksi di atas 30% (tiga puluh persen) dari kapasitas produksi
yang diizinkan tanpa terlebih dahulu memiliki Izin Perluasan, sepanjang jenis
produksinya sesuai dengan yang tercantum dalam IUI yang dimiliki, dan
industrinya terbuka atau terbuka dengan persyaratan bagi penanaman modal
serta ditujukan seluruhnya untuk pasaran ekspor.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan selama-lamanya
dalam waktu 6 (enam) bulan sejak dilakukan perluasan dan dalam waktu
dimaksud Perusahaan Industri yang bersangkutan wajib memiliki Izin
Perluasan.

Pasal 48

Kewenangan pemberian IUI dan TDI berada pada Bupati sesuai dengan lokasi
pabrik bagi jenis industri dengan skala investasi sampai dengan Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.

Paragraf Kesatu
Pemberian dan Penolakan/Penundaan IUI Melalui
Melalui Persetujuan Prinsip

Pasal 49

Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan dengan melampirkan dokumen sebagai


berikut :
a. Copy Izin Gangguan;
b. Copy Akte Pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya, khusus bagi
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas akte tersebut telah disahkan
oleh Menteri Hukum dan HAM; dan
c. Dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
bagi industri tertentu.

Pasal 50

(1) Terhadap permohonan Persetujuan Prinsip yang telah lengkap dan benar,
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima, Bupati wajib
mengeluarkan Persetujuan Prinsip.

(2) Terhadap permohonan Persetujuan Prinsip yang persyaratannya belum


lengkap dan benar atau jenis industrinya termasuk dalam bidang usaha yang
tertutup bagi penanaman modal, Bupati selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
sejak diterima permohonan Persetujuan Prinsip, wajib mengeluarkan Surat
Penolakan.
(3) Persetujuan Prinsip dapat diubah berdasarkan permintaan dari perusahaan
yang bersangkutan.
(4) Dalam melaksanakan Persetujuan Prinsip, Perusahaan Industri yang
bersangkutan wajib menyampaikan informasi mengenai kemajuan
pembangunan pabrik dan sarana produksi kepada Bupati melalui Kepala
Dinas sesuai dengan Persetujuan Prinsip yang bersangkutan, setiap 1 (satu)
tahun sekali paling lambat pada tanggal 31 Januari pada tahun berikutnya.
(5) Pemegang Persetujuan Prinsip yang tidak dapat menyelesaikan
pembangunan pabrik dan sarana produksinya dalam waktu 3 (tiga) tahun
dapat mengajukan permintaan perpanjangan Persetujuan Prinsip untuk 1
(satu) kali selama-selamanya 1 (satu) tahun.

Pasal 51

(1) Kepala Dinas wajib melakukan penolakan penerbitan IUI apabila berdasarkan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atau Surat Pernyataan siap berproduksi,
perusahaan yang bersangkutan memenuhi salah satu ketentuan sebagai
berikut :
a. lokasi pabrik tidak sesuai dengan lokasi yang tercantum dalam
Persetujuan Prinsip;
b. jenis Industri tidak sesuai dengan Persetujuan Prinsip;
c. tidak menyampaikan informasi kemajuan pembangunan pabrik dan
sarana produksi 3 kali berturut-turut;
d. tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. jenis industrinya termasuk dalam bidang usaha yang tertutup bagi
penanaman modal; atau
f. tidak dilengkapi dengan dokumen penyajian informasi tentang Usaha-
usaha Pelestarian Lingkungan yang meliputi :
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); atau
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
(2) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak BAP atau Surat Pernyataan diterima.
Pasal 52

(1) Terhadap Permohonan IUI yang diterima dan ternyata belum memenuhi salah
satu ketentuan sebagai berikut :
a. isian atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon belum
lengkap; atau
b. belum memenuhi kewajiban melaksanakan upaya yang menyangkut
keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya;
Pejabat penerbit IUI selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atau Surat Pernyataan siap berproduksi,
wajib mengeluarkan Surat Penundaan disertai alasan-alasan.
(2) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perusahaan Industri yang bersangkutan diberi kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
diterima Surat Penundaan.

Paragraf Kedua
Pemberian dan Penolakan/Penundaan IUI
Tanpa Persetujuan Prinsip

Pasal 53

(1) Permohonan IUI bagi jenis industri yang pemberian IUI-nya Tanpa
Persetujuan Prinsip, dilakukan dengan membuat Surat Pernyataan dan bagi
perusahaan industri yang akan berlokasi di Kawasan Industri/Kawasan Berikat
melampirkan Surat Keterangan dari Pengelola Kawasan Industri/Kawasan
Berikat tentang rencana lokasi perusahaan.

(2) Pemohon IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengisi Daftar Isian
Permintaan IUI yang dilengkapi dokumen sebagai berikut :
a. Copy Akte Pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya, khusus bagi
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas akte tersebut telah
disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM;
b. Copy Izin Gangguan yang berlokasi di luar Kawasan Industri/Kawasan
Berikat;
c. Copy Izin Lokasi bagi yang berlokasi di dalam Kawasan Industri/Kawasan
Berikat;
d. Copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
e. Surat Keterangan dari Pengelola Kawasan Industri/Kawasan Berikat bagi
yang berlokasi di Kawasan Industri/Kawasan Berikat; dan
f. Dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan bagi industri tertentu.
(3) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja, Kepala Dinas harus mengeluarkan
IUI.
(4) Perusahaan industri yang telah memiliki IUI wajib menyampaikan informasi
kemajuan pembangunan pabrik dan sarana produksi setiap tahun paling
lambat pada tanggal 31 Januari pada tahun berikutnya
(5) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan batal demi hukum
apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan, pemegang IUI :
a. tidak menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi;
b. belum memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
c. tidak melampirkan dokumen yang dipersyaratkan bagi industri tertentu.

(6) Pemegang IUI yang batal demi hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dapat mengajukan kembali permohonan IUI.

Pasal 54

(1) Terhadap permohonan IUI yang diterima dan ternyata jenis industrinya
termasuk dalam bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, Kepala
Dinas selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima permintaan IUI,
wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai alasan.
(2) Terhadap permohonan IUI yang diterima dan ternyata belum melengkapi isian
dan persyaratan, Kepala Dinas selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) hari
kerja sejak diterima permintaan IUI, wajib mengeluarkan Surat Penundaan
disertai alasannya.

(3) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),


Perusahaan Industri yang bersangkutan diberi kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kerja sejak diterima Surat Penundaan.

(4) Terhadap permohonan IUI yang tidak dapat melengkapi persyaratan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu yang ditentukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Dinas mengeluarkan Surat
Penolakan Penerbitan IUI.

Pasal 55

(1) Terhadap Surat Penolakan Penerbitan IUI yang dikeluarkan oleh Pejabat
penerbit IUI, Perusahaan Industri yang bersangkutan dapat mengajukan
keberatan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterima Surat
Penolakan kepada Bupati.
(2) Bupati wajib menerima atau menolak keberatan dimaksud secara tertulis
dengan mencantumkan alasan-alasan, selambat-lambatnya 15 (lima belas)
hari kerja sejak pengajuan keberatan diterima.
(3) Putusan Bupati untuk menerima atau menolak keberatan sebagaimana
dimaksud ayat (2) merupakan putusan yang bersifat final.

Pasal 56

Perusahaan Industri yang permohonan IUI-nya ditolak sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 55 dapat mengajukan kembali permohonan IUI yang baru.
Paragraf Ketiga
Pemberian dan Penolakan/Penundaan TDI

Pasal 57

Perusahaan Industri Kecil untuk memiliki TDI tidak perlu Persetujuan Prinsip.

Pasal 58

(1) Permohonan TDI diajukan kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan
melampirkan :
a. Copy Izin Gangguan; dan
b. Copy Izin Lokasi.
(2) Kepala Dinas dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak
diterima Permohonan TDI wajib mengeluarkan TDI.

Pasal 59

(1) Terhadap permohonan TDI yang diterima dan ternyata jenis industrinya
berbeda dengan jenis industri dalam Formulir isian yang diajukan, Kepala
Dinas selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima permohonan
TDI, wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai alasan-alasan.
(2) Terhadap permohonan TDI yang diterima dan ternyata belum melengkapi
isian dan persyaratan, Kepala Dinas selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
sejak diterima permohonan TDI, wajib mengeluarkan Surat Penundaan
disertai alasan-alasan.

(3) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


Perusahaan Industri yang bersangkutan diberi kesempatan untuk
melengkapi isian Formulir yang diajukan selambat lambatnya 14 (empat
belas) hari kerja sejak diterima Surat Penundaan.
(4) Terhadap Perusahaan Industri yang tidak dapat memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Dinas wajib mengeluarkan
Surat Penolakan Penerbitan TDI.

Pasal 60

(1) Terhadap Surat Penolakan Permintaan TDI yang dikeluarkan oleh Kepala
Dinas, Perusahaan Industri yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan
kepada Bupati yang bersangkutan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak diterima Surat Penolakan.
(2) Bupati wajib menerima atau menolak keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) secara tertulis dengan mencantumkan alasan-alasan,
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sejak pengajuan keberatan
diterima.
(3) Putusan Bupati untuk menerima atau menolak keberatan sebagaimana
dimaksud ayat (2) merupakan putusan yang bersifat final.
(4) Perusahaan industri yang permohonan TDI-nya ditolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dapat menyampaikan permohonan TDI baru.

Bagian Keempat
Perubahan Nama, Alamat Dan/Atau
Penanggung Jawab

Pasal 61

(1) Perusahaan Industri yang telah mendapatkan IUI dan TDI yang melakukan
perubahan nama, alamat dan/atau penanggung jawab perusahaan, wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterima penetapan perubahan.

(2) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak pemberitahuan perubahan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala Dinas mengeluarkan
Persetujuan Perubahan dan perubahan dimaksud merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari IUI dan TDI.

Bagian Kelima
IUI danTDI Hilang Atau Rusak

Pasal 62

(1) Apabila IUI dan TDI Perusahaan yang bersangkutan hilang atau rusak tidak
terbaca, Perusahaan Industri yang bersangkutan dapat mengajukan
permohonan penggantian IUI dan TDI kepada Kepala Dinas.
(2) Permohonan penggantian IUI dan TDI yang telah rusak atau hilang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan surat asli IUI dan TDI
bagi yang rusak atau surat keterangan dari kepolisian setempat yang
menerangkan bahwa IUI dan atau TDI Perusahaan Industri yang
bersangkutan telah hilang.
(3) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak permohonan penggantian IUI
dan TDI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, dan telah dilampiri
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Dinas mengeluarkan
IUI dan TDI sebagai pengganti IUI dan TDI yang hilang atau rusak.

BAB IV
KEWAJIBAN PEMEGANG IUI DAN TDI

Pasal 63

(1) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI wajib menyampaikan Informasi
Industri secara berkala kepada Bupati sesuai dengan Izin Usaha Industri
yang diterbitkan mengenai kegiatan usahanya menurut jadwal sebagai
berikut :
a. 6 (enam) bulan pertama tahun yang bersangkutan selambat-lambatnya
setiap tanggal 31 Juli.
b. 1 (satu) tahun selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Januari pada tahun
berikutnya.
(2) Perusahaan Industri yang telah memiliki TDI wajib menyampaikan Informasi
Industri kepada Bupati setiap tahun selambat-lambatnya tanggal 31 Januari
pada tahun berikutnya.
(3) Industri Kecil dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Informasi Industri.

Pasal 64

Sesuai dengan IUI dan TDI yang dimiliki, Perusahaan Industri wajib :
(1) melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
serta pencegahan kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
akibat kegiatan industri yang dilakukannya dengan melaksanakan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)/Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau membuat Surat
Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), yang berlaku bagi jenis-jenis
industri yang telah ditetapkan.

(2) melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,


bahan baku dan bahan penolong, proses, hasil produksi dan
pengangkutannya serta keselamatan kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

BAB V
PERINGATAN, PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN

Pasal 65

(1) Perusahaan Industri diberikan peringatan secara tertulis apabila memenuhi


salah satu ketentuan sebagai berikut :
a. melakukan perluasan tanpa memiliki Izin Perluasan;
b. tidak melaksanakan pendaftaran dalam Daftar Perusahaan;
c. melakukan perluasan yang hasil produksi untuk tujuan ekspor tetapi
dipasarkan di dalam negeri;
d. melakukan kegiatan usaha industri tidak sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam IUI atau TDI yang telah dimilikinya;
e. tidak menyampaikan Informasi Industri atau dengan sengaja
menyampaikan informasi yang tidak benar;
f. melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis dari
Kepala Dinas;
g. terdapat laporan atau pengaduan dari Pejabat yang berwenang atau
pemegang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bahwa perusahaan industri
yang bersangkutan melakukan pelanggaran HKI, antara lain Hak Cipta,
Paten, Merek atau Desain Industri.
(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf g diberikan kepada Perusahaan Industri yang bersangkutan
maksimal sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu
masing-masing 1 (satu) bulan.

Pasal 66

(1) IUI/TDI dibekukan, apabila Perusahaan Industri :


a. tidak melakukan perbaikan dalam kurun waktu peringatan;
b. dengan sengaja atau karena kelalaiannya melanggar ketentuan Pasal
64;
c. terdapat laporan atau pengaduan dari Pejabat yang berwenang bahwa
perusahaan yang bersangkutan menggunakan kayu hasil tebangan liar
dan atau menggunakan bahan baku yang pengadaannya berasal dari
penyelundupan dan atau hasil dari tindak pidana kejahatan; atau
d. sedang diperiksa dalam sidang Badan Peradilan karena didakwa
melakukan pelanggaran HKI antara lain Hak Cipta, Paten, Merek atau
Desain Industri.
(2) Pembekuan IUI /TDI sebagaimana dimaksud pada :
a. ayat (1) huruf a dan huruf b berlaku selama 6 (enam) bulan sejak tanggal
diterbitkan Surat Penetapan Pembekuan; atau
b. ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku sampai dengan terdapat Keputusan
Badan Peradilan yang berkekuatan hukum tetap atau dihentikan
penyidikan oleh Instansi Penyidik.
(3) Perusahaan Industri sebagaimana pada ayat (2) huruf b, wajib melaporkan
kegiatan produksi, pengadaan kayu dan atau bahan baku industrinya setiap
bulan kepada Dinas.
(4) Terhadap perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
pengawasan oleh instansi yang berwenang sampai terdapat Keputusan Badan
Peradilan yang berkekuatan hukum tetap.
(5) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku apabila
perusahaan yang bersangkutan tidak terbukti melakukan pelanggaran
berdasarkan Keputusan Badan Peradilan yang berkekuatan hukum tetap.
(6) IUI/TDI yang dibekukan sebagaimana dimaksud pada :
a. ayat (2) huruf a dapat diberlakukan kembali apabila Perusahaan Industri
yang bersangkutan telah melakukan perbaikan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; atau
b. ayat (2) huruf b dapat diberlakukan kembali apabila Perusahaan Industri
yang bersangkutan tidak terbukti melakukan pelanggaran berdasarkan
Keputusan Badan Peradilan yang berkekuatan hukum tetap.

Pasal 67

(1) IUI/Izin Perluasan/TDI dicabut, apabila :


a. IUI/Izin Perluasan/TDI dikeluarkan berdasarkan keterangan/data yang tidak
benar atau dipalsukan oleh perusahaan yang bersangkutan;
b. tidak melakukan perbaikan sesuai ketentuan yang berlaku setelah
melampaui masa pembekuan;
c. selama 1 (satu) tahun sejak diterbitkan IUI/TDI tidak beroperasi;
d. Perusahaan Industri yang sedang dalam proses penyidikan atau
persidangan atau telah dijatuhi hukuman karena telah terbukti melakukan
pelanggaran berdasarkan Keputusan Badan Peradilan yang berkekuatan
hukum tetap;
e. Perusahaan Industri memproduksi dan atau mengedarkan produk yang
tidak memenuhi atau tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
diberlakuan secara wajib; atau
f. melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang memuat sanksi
pencabutan izin usaha.
(2) Pencabutan IUI/TDI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa
peringatan tertulis.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 68
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pesawaran.

Ditetapkan di Gedong Tataan


pada tanggal 4 Januari 2011

BUPATI PESAWARAN,

dto

ARIES SANDI DARMA PUTRA


Diundangkan di Gedong Tataan
pada tanggal 5 Januari 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN,

dto

KESUMA DEWANGSA

BERITA DAERAH KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011 NOMOR 02

Sesuai Dengan Salinan Aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM
SETDAKAB PESAWARAN,

dto

SUSI PATMININGTYAS, S.H.


Pembina
NIP. 19661015 199503 2 002
PENJELASAN
ATAS

PERATURAN BUPATI KABUPATEN PESAWARAN


NOMOR 2 TAHUN 2011

TENTANG

IZIN PERDAGANGAN DAN IZIN INDUSTRI


KABUPATEN PESAWARAN

I. UMUM

Pembangunan ekonomi yang didasarkan kepada Demokrasi Ekonomi


menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan
pembangunan. Oleh karenanya maka Pemerintah berkewajiban memberikan
pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan
iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha, sebaliknya dunia usaha perlu
memberikan tanggapan terhadap pengarahan dan bimbingan serta penciptaan
iklim tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang nyata.

Untuk menunjang berhasilnya pembangunan yang bertumpu pada pemerataan


pembangunan dan hasil-hasilnya, stabilitas nasional yang sehat dan dinamis,
serta pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, maka dipandang perlu untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat. Dalam rangka pencapaian pertumbuhan
perdagangan dan industri, aspek perizinan ikut memainkan peranannya yang
penting. Menyadari akan peranannya, aspek perizinan ini harus mampu
memberikan motivasi yang dapat mendorong dan menarik minat para investor
untuk menanamkan modalnya di sektor perdagangan dan industri, dan karenanya
harus mendapatkan pembinaan secara terarah. Bahwa perizinan merupakan
salah satu alat kebijaksanaan yang apabila dipergunakan secara efisien akan
merupakan alat efektif untuk menggerakkan perkembangan dunia usaha ke
bidang yang benar-benar mendukung pembangunan. Karena itu sistem perizinan
dapat dimanfaatkan antara lain.untuk menghindari pemborosan atau
penyalahgunaan dana investasi yang langka. Melalui upaya pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan perdagangan dan industri yang dilakukan,
Pemerintah Daerah mengarahkan untuk penciptaan iklim usaha perdagangan dan
industri secara sehat dan mantab. Dengan iklim usaha perdagangan dan industri
seperti itu, diharapkan perdagangan dan industri akan dapat memberikan
rangsangan yang besar dalam menciptakan lapangan kerja yang luas,
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kekuatan
sendiri dalam membangun perdagangan dan industri.

Dalam kerangka inilah Peraturan Bupati ini mengamanatkan adanya pengaturan


tentang Izin Usaha Perdagangan dan Industri tersebut, sehingga perizinan yang
ada hanya yang benar-benar diperlukan bagi kegiatan masyarakat dan yang perlu
dikendalikan bagi setiap pendirian perusahaan perdagangan dan industri baru dan
perluasannya.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Jenis dan komoditi industri yang proses produksinya tidak merusak
ataupun membahayakan lingkungan serta tidak menggunakan
sumber daya alam secara berlebihan.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang lokasinya berbatasan
langsung dengan kawasan lindung wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Cukup jelas.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Cukup jelas.

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Cukup jelas.

Pasal 63
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Cukup jelas.

TAMBAHAN BERITA DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 02

Anda mungkin juga menyukai