(MIKRO/KECIL/MENENGAH/BESAR *)
Kepada
Yth. Bupati Pesawaran
Melalui :
Kepala Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Pesawaran.
di -
GEDONG TATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini mengajukan permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan
(Mikro/Kecil/Menengah/Besar*) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Perdagangan RI No. 46/M-DAG/PER/9/2009.
1. Nama : ……………………………………….………………
2. Alamat tempat tinggal : .……………………………………….……………..
3. Tempat/tanggal lahir : ………………/………………………………………
4. Nomor Telp/Fax. : ……………………………………………………….
5. Nomor KTP/Paspor : ………………/………………………………………
6. Kewarganegaraan : ……………………………………………………….
III.Legalitas Perusahaan
1. Akta pendirian
a. Nomor & tgl Akta : ………………………………………………………
b. Nomor & tgl Pengesahan : ....................................................................................
2. Akta Perubahan
a. Nomor & tgl Akta : ……………………………………………………….
b. Nomor & tgl Pengesahan : ………………………………………………….……
V. Kegiatan Usaha
1. Kelembagaan : …………………………………………………..…...
2. Kegiatan usaha (KBLI 4 Digit) : ……………………………………………….……....
3. Barang/jasa dagangan utama : …………………………………………………….....
Demikian Surat permohonan SIUP ini kami buat dengan sebenarnya dan apabila di
kemudian hari ternyata data/informasi dan keterangan tersebut tidak benar, maka kami
menyatakan bersedia dibatalkan SIUP yang telah kami miliki dan dituntut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
………………………………………….
……………………………………
Catatan :
*) coret yang tidak perlu
KOP SURAT
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT PERUSAHAAN :
KELEMBAGAAN :
BARANG/JASA DAGANGAN :
UTAMA
...............................................
PAS PHOTO
PEJABAT PENERBIT SIUP
3X4 cm
(.............................................)
NIP
KOP SURAT
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN
PEJABAT PENERBIT SIUP
NOMOR : .............................
TENTANG
Menimbang : bahwa data, informasi dan keterangan mengenai Perusahaan yang disampaikan oleh
Pemohon dalam Surat Permohonan SIUP berdasarkan laporan dan hasil pengecekan
ternyata tidak benar, maka perlu dilakukan pembatalan atas SIUP yang telah
diterbitkan.
Memperhatikan : 1. ........................................................................................
2. .......................................................................................
3. .......................................................................................
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Membatalkan dan menyatakan tidak berlaku (SIUP, SIUP Perubahan, SIUP Pengganti,
Pencatatan Pendaftaran Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan Perusahaan
Perdagangan*) Nomor ………………… tanggal ………………… atas nama
……………………., yang bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan………........
yang berlokasi di ……………………………….
KEDUA : Dengan dibatalkan dan tidak berlakunya (SIUP, SIUP Perubahan, SIUP Pengganti,
Pencatatan Pendaftaran Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan Perusahaan
Perdagangan*), sebagaimana dimaksud pada diktum Kesatu, maka Perusahaan yang
bersangkutan dilarang untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan.
KETIGA : (SIUP, SIUP Perubahan, SIUP Pengganti, Pencatatan Pendaftaran Kantor Cabang
atau Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan*) yang telah dibatalkan dan
dinyatakan tidak berlaku harus dikembalikan kepada Instansi yang menerbitkan SIUP.
Tempat, tanggal
b. Asing
- Kekayaan Bersih : ........................................
- Komposisi kepemilikan saham
• Asing : ........................................
• Nasional : ........................................
Penanggung Jawab
Perusahaan Perdagangan,
...........................................
DAFTAR USAHA ATAU KEGIATAN YANG BERGERAK
DI LUAR BIDANG PEREKONOMIAN
Usaha atau kegiatan yang bergerak di luar bidang perekonomian yang sifat dan tujuannya tidak
semata-mata mencari keuntungan dan/atau laba berupa :
1. Pendidikan formal (jalur sekolah) dalam segala jenis dan jenjang yang diselenggarakan oleh
siapapun serta tidak dikelola oleh badan usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan usaha yang
terdiri dari :
a. Jasa Pendidikan Tingkat Pra Sekolah;
b. Jasa Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar;
c. Jasa Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama;
d. Jasa Sekolah Menengah;
e. Jasa Pendidikan Jenjang Akademik/Universitas (Institut/ Sekolah Tinggi, Akademi,
Politeknik);atau
f. Jasa Pendidikan Lainnya.
2. Pendidikan non formal (jalur luar sekolah) yang dibina oleh Pemerintah dan diselenggarakan oleh
siapapun serta tidak dikelola oleh badan usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan usaha yang
terdiri dari :
a. Jasa Kursus Rumpun Kerumahtanggaan;
b. Jasa Kursus Rumpun Jasa;
c. Jasa Kursus Rumpun Kesehatan;
d. Jasa Kursus Rumpun Bahasa;
e. Jasa Kursus Rumpun Kesenian;
f. Jasa Kursus Rumpun Kerajinan;
g. Jasa Kursus Rumpun Khusus;
h. Jasa Kursus Rumpun Keolahragaan;
i. Jasa Kursus Rumpun Pertanian;
j. Jasa Kursus Rumpun Tehnik;atau
k. Jasa Kursus Rumpun Lainnya.
3. Jasa Notaris.
5. Praktek Perorangan Dokter dan Praktek Berkelompok Dokter, yang tidak dikelola oleh badan
usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan usaha yang terdiri dari :
a. Jasa Kesehatan Manusia;
b. Jasa Perawatan/Bidan;
c. Jasa Para Medis;atau
d. Jasa Kesehatan Hewan.
6. Rumah Sakit, yang tidak dikelola oleh badan usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan usaha
yang terdiri dari :
a. Jasa Rumah Sakit (Umum, Khusus);atau
b. Jasa Rumah Sakit Hewan.
7. Klinik Pengobatan, yang tidak dikelola oleh badan usaha dan/atau tidak dalam bentuk badan
usaha, yang terdiri dari :
a. Jasa Pathologi dan Dioagnosa Laboratorium Medis;atau
b. Jasa Klinik Pathologi dan Diagnosa Laboratorium Hewan.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN
BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007
TENTANG PERSEROAN TERBATAS
NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB
ALAMAT PERUSAHAAN :
NPWP :
...................................................
(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN
BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992
TENTANG PERKOPERASIAN
NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB
ALAMAT KOPERASI :
NPWP :
...................................................
(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN
BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB
ALAMAT PERUSAHAAN :
NPWP :
...................................................
(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN
BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB
ALAMAT PERUSAHAAN :
NPWP :
...................................................
(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN
BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB
ALAMAT PERUSAHAAN :
NPWP :
...................................................
(.................................................)
NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PENANAMAN MODAL
KABUPATEN PESAWARAN
BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982
TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
NAMA PENGURUS/ :
PENANGGUNG JAWAB
ALAMAT PERUSAHAAN :
NPWP :
...................................................
(.................................................)
NIP.
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI PESAWARAN
NOMOR : TAHUN 2011
TANGGAL :
DAFTAR LAMPIRAN
BUPATI PESAWARAN,
1) SIUP Asli;
2) Neraca Perusahaan (tahun terakhir khusus untuk Perseroan Terbatas);
3) Surat Pernyataan dari Pemohon tentang lokasi usaha Perusahaan.
1) Fotokopi SIUP Kantor Pusat Perusahaan yang telah dilegalisir oleh Pejabat Penerbit
SIUP;
2) Fotokopi dokumen pembukaan Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan;
3) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Penunjukkan sebagai
Penanggungjawab Kantor Cabang/Perwakilan Perusahaan;
4) Surat Pernyataan dari Pemohon tentang lokasi usaha Kantor Cabang/Perwakilan
Perusahaan.
IV. PERMOHONAN PERUBAHAN
V. PERMOHONAN PENGGANTIAN
1) Surat Permohonan;
2) Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisian;
3) Fotokopi SIUP yang lama (apabila ada);
4) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).
1) Surat Permohonan;
2) SIUP Asli;
3) Foto Pemilik atau Penanggungjawab Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).
CONTOH SURAT PERNYATAAN :
SURAT PERNYATAAN
Nama : ..................................................................................................
Jabatan : ..................................................................................................
Perusahaan : ..................................................................................................
Alamat Perusahaan : ..................................................................................................
..................................................................................................
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari Surat
Pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia dituntut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan SIUP perusahaan yang telah diterbitkan untuk
dibatalkan dan dicabut.
tempat, tanggal
3. Perusahaan berbentuk CV :
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan;
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pengurus atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.
4. Perusahaan berbentuk Fa :
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada);
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pengurus atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.
6. Perusahaan lain:
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada);dan
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pengurus atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.
7. Kantor Cabang, Kantor Pembantu dan Perwakilan Perusahaan :
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan (apabila ada) atau Surat Penunjukan atau Surat
keterangan yang dipersamakan dangan itu, sebagai Kantor Cabang, Kantor
Pembantu dan Perwakilan;
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Paspor pengurus atau penanggungjawab;dan
c. Fotokopi izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang
diterbitkan oleh Instansi yang berwenang atau Kantor Pusat Perusahaan yang
bersangkutan;dan
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.
DOKUMEN PERSYARATAN PERUBAHAN DAFTAR PERUSAHAAN
KEPUTUSAN
PEJABAT PENERBIT SIUP
NOMOR : .............................
TENTANG
PENUTUPAN PERUSAHAAN
Menimbang : bahwa berhubung (nama Perusahaan) telah menghentikan kegiatan usahanya, maka
dipandang perlu menutup perusahaan tersebut:
Memperhatikan : 1. ........................................................................................
2. .......................................................................................
3. .......................................................................................
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat Perusahaan :
3. Nama Penanggungjawab :
4. Nomor SIUP :
KEEMPAT : Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud Diktum Kedua Keputusan ini
dikenakan sanksi tindak pidana ekonomi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
KEPUTUSAN
PEJABAT PENERBIT SIUP
NOMOR : .............................
TENTANG
Menimbang : bahwa berdasarkan penelitian dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha
perdagangan sebagaimana tercantum dalam SIUP Nomor ……………… tanggal
……………… atas nama ……………..,bergerak dalam kegiatan usaha………..yang
beralamat di ……………….., ternyata tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang
telah ditetapkan seperti :
1. ……………………………………………………………………...
2. ………………………………………………………………………
Memperhatikan : 1. ........................................................................................
2. .......................................................................................
3. .......................................................................................
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEDUA : Dengan diberhentikan sementara SIUP sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu,
Perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan kegiatan usaha
perdagangan……. terhitung sejak tanggal ditetapkannya pemberhentian sementara
SIUP ini.
KEPUTUSAN
PEJABAT PENERBIT SIUP
NOMOR : .............................
TENTANG
Menimbang : bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan
usaha perdagangan sebagaimana tercantum dalam SIUP Nomor ………………
tanggal ……………… atas nama …………….. beralamat di ……………….., ternyata
tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan seperti :
1. ………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………
Memperhatikan : 1. ........................................................................................
2. .......................................................................................
3. .......................................................................................
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEDUA : Dengan dicabutnya SIUP sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu, maka
Perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan kegiatan usaha
perdagangan.
Kepada Yth.
Kakan. Penanaman Modal
& Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaaten Pesawaran.
di-
GEDONG TATAAN
I. IDENTITAS PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan / perorangan :........................................................
2. Alamat Perusahaan :........................................................
3. Jalan dan Nomor :.........................................................
4. RT / RW, Desa/Kelurahan :.........................................................
5. Kecamatan :.........................................................
6. Kabupaten / Kota :.........................................................
7. Propinsi :.........................................................
8. No. Telp. Dan Fax :.........................................................
9. Jenis Kegiatan Usaha :.........................................................
Demikian permohonan ini diisi / dibuat dengan sebenarnya, dan apabila dikemudian hari ternyata
keterangan tersebut tidak benar, maka kami bersedia dicabut TDG nya, dan atau dituntut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
…………..,…………………., 20.....
( ………………….................…..)
Nama Jelas
BUPATI PESAWARAN
PERATURAN BUPATI PESAWARAN
NOMOR 2 TAHUN 2011
TENTANG
BUPATI PESAWARAN,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
JENIS IZIN PERDAGANGAN DAN IZIN INDUSTRI
Pasal 2
BAB III
TATA CARA PERIZINAN PERDAGANGAN
Bagian Kesatu
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Pasal 3
Pasal 4
(1) SIUP Kecil wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
(2) SIUP Menengah wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai paling
banyak Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
(3) SIUP Besar wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Pasal 5
(1) Kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1),
dikecualikan terhadap :
a. Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di luar sektor perdagangan;
b. Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan;
c. Perusahaan Perdagangan Mikro dengan kriteria sebagai berikut :
1. usaha perseorangan atau persekutuan;
2. kegiatan usaha diurus, dijalankan, atau dikelola oleh pemiliknya atau
anggota keluarga/kerabat terdekat;
3. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(2) Perusahaan Perdagangan Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dapat diberikan SIUP Mikro, apabila dikehendaki yang bersangkutan.
Pasal 6
Pasal 7
(1) SP-SIUP baru diajukan kepada Pejabat Penerbit dengan mengisi formulir SP-
SIUP dengan melampirkan dokumen persyaratan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.
(2) SP-SIUP baru atau perubahan harus ditandatangani oleh Pemilik atau
Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan di atas materai
cukup.
(3) Pihak ketiga yang mengurus SIUP baru atau perubahan, wajib melampirkan
surat kuasa bermaterai cukup dan ditandatangani oleh Pemilik atau Pengurus
atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan.
Pasal 8
Pasal 9
(1) Pejabat menerbitkan SIUP paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak
diterimanya SP-SIUP dan dokumen persyaratan secara lengkap dan benar
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. warna hijau untuk SIUP Mikro;
b. warna putih untuk SIUP Kecil;
c. warna biru untuk SIUP Menengah; dan
d. warna kuning untuk SIUP Besar.
(2) Apabila SP-SIUP dan dokumen persyaratan dinilai belum lengkap dan benar,
Pejabat membuat surat penolakan penerbitan SIUP kepada pemohon SIUP
paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya SP- SIUP.
(3) Pemohon SIUP yang ditolak permohonannya dapat mengajukan kembali
permohonan SIUP sesuai persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan ini.
Pasal 10
(1) Pemilik SIUP yang akan membuka Kantor Cabang atau Perwakilan
Perusahaan, wajib melapor secara tertulis kepada Pejabat di tempat
kedudukan Kantor Cabang atau Perwakilan Perusahaan dengan melampirkan
dokumen persyaratan sebagaimana dalam Lampiran Peraturan ini.
(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima laporan dan dokumen
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara lengkap dan benar,
Pejabat mencatat dalam Buku Register Pembukaan Kantor Cabang atau
Perwakilan Perusahaan dan membubuhkan tanda tangan dan cap stempel
pada halaman depan fotokopi SIUP Perusahaan Pusat.
(3) Fotokopi SIUP yang telah didaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berlaku sebagai Surat Izin Usaha Perdagangan bagi Kantor Cabang atau
Perwakilan Perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan sesuai
kedudukan Kantor Cabang atau Perwakilan Perusahaan.
Pasal 11
(1) Setiap terjadi perubahan data Perusahaan, Pemilik atau Pengurus atau
Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan wajib mengajukan SP-SIUP
perubahan.
(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima SP-SIUP perubahan
dengan dokumen pendukung secara lengkap dan benar, Pejabat menerbitkan
SIUP perubahan.
Pasal 12
(1) Dalam hal SIUP hilang atau rusak, Pemilik atau Pengurus atau Penanggung
jawab Perusahaan Perdagangan yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan penggantian SIUP kepada Pejabat.
(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima permohonan
penggantian SIUP dengan dokumen pendukung secara lengkap dan benar,
Pejabat menerbitkan SIUP Pengganti.
Pasal 13
Bagian Kedua
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
(2) Perusahaan kecil perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari :
a. perusahaan yang diurus, dijalankan, atau dikelola oleh pribadi pemiliknya
sendiri, atau yang mempekerjakan hanya anggota keluarganya sendiri;
b. perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat
keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang;atau
c. perusahaan yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi
keperluan nafkah sehari-hari pemiliknya.
(3) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat didaftarkan dalam
daftar perusahaan dan berhak memperoleh TDP, apabila dikehendaki oleh
perusahaan yang bersangkutan untuk kepentingan tertentu.
Pasal 18
(11) TDP berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal
diterbitkan dan wajib diperbaharui paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa
berlakunya berakhir dengan melampirkan dokumen asli TDP yang akan
diperbaharui, tanpa melampirkan dokumen persyaratan yang telah
disampaikan pada waktu pendaftaran sebelumnya.
(12) Penolakan Pendaftaran dilakukan apabila pengisian formulir pendaftaran
perusahaan belum benar dan/atau dokumen belum lengkap.
(13) Penolakan Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (12) disampaikan
oleh Kepala Dinas secara tertulis kepada perusahaan paling lambat 3 (tiga)
hari kerja terhitung sejak diterimanya isian formulir pendaftaran perusahaan
disertai alasan penolakan dengan menggunakan format surat penolakan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
(14) Apabila perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (13) dalam waktu
paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat
penolakan, tidak melaksanakan pembetulan dan/atau melengkapi dokumen
persyaratan, wajib melakukan pendaftaran ulang.
(15) Kepala Dinas menerbitkan TDP paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung
sejak diterimanya permohonan pembaharuan secara benar dan lengkap.
Pasal 19
Pasal 20
(4) Perubahan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), cukup
dilaporkan kepada Kepala Dinas dan tidak perlu dilakukan penggantian TDP.
(5) Kepala Dinas mengesahkan perubahan dan mencatat perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pada Buku Induk Perusahaan.
(6) Perusahaan yang tidak melaporkan perubahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), daftar perusahaannya dihapus, TDP dinyatakan tidak berlaku, dan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang Wajib Daftar Perusahaan.
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
(1) Perusahaan dihapus dari daftar perusahaan apabila terjadi hal-hal sebagai
berikut:
a. perubahan bentuk perusahaan;
b. pembubaran perusahaan;
c. perusahaan menghentikan segala kegiatan usahanya;
d. perusahaan berhenti akibat akta pendiriannya kedaluarsa atau
berakhir;atau
e. perusahaan menghentikan kegiatannya atau bubar berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri.
(2) Bagi perusahaan yang telah dihapus dari daftar perusahaan, TDP yang
dimiliki dinyatakan tidak berlaku dan perusahaan yang bersangkutan wajib
mengembalikan TDP asli kepada Dinas yang menerbitkannya.
(3) Bagi perusahaan yang berbentuk PT, apabila terjadi hal-hal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf e, likuidator yang
bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tanggal pemberitahuan pembubaran perseroan kepada Menteri
diterima, wajib melaporkan pembubaran kepada Kepala Dinas dengan
melampirkan dokumen sebagai berikut :
a. bukti penerimaan pemberitahuan dari Menteri;dan
b. TDP asli.
(4) Bagi perusahaan berbentuk Koperasi, CV, Fa, Perorangan, dan Bentuk
Usaha Lainnya, apabila terjadi hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemilik, pengurus, atau penanggung jawab perusahaan yang bersangkutan,
wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pembubaran atau
penghentian usaha dengan melampirkan dokumen sebagai berikut :
a. salinan Akta Pembubaran atau keterangan yang sejenis;dan
b. TDP asli.
(6) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak berakhirnya peringatan ketiga
Kepala Dinas melakukan penghapusan perusahaan dimaksud dari daftar
perusahaan dengan mencatat pada Buku Induk Perusahaan dan
menyatakannya dalam Keputusan Penghapusan dan melakukan
pengumuman atas Keputusan Penghapusan tersebut.
Pasal 24
Pasal 25
(1) TDP yang hilang atau rusak harus dilakukan penggantian paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak tanggal kehilangan atau tidak dapat terbaca
dengan mengajukan permohonan kepada Dinas.
(2) Permohonan penggantian TDP yang hilang dilakukan dengan melampirkan
surat keterangan kehilangan dari Kepolisian dan untuk permohonan
penggantian TDP yang rusak dengan melampirkan TDP asli.
(3) Masa berlaku TDP pengganti sama dengan masa berlaku TDP yang diganti.
(4) Penerbitan TDP pengganti dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak permohonan penggantian TDP diterima.
Bagian Ketiga
Tanda Daftar Gudang (TDG)
Pasal 26
Pasal 27
(1) Setiap perusahaan atau perorangan yang memiliki gudang wajib memiliki
TDG.
(2) TDG mempunyai masa berlaku 5 (lima) tahun dan wajib diperpanjang 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya masa berlaku TDG.
Pasal 28
Pasal 29
(6) Daftar Isian Permohonan TDG sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal diterimanya surat pemberitahuan, perusahaan yang bersangkutan
dapat melengkapi persyaratan yang diminta.
(7) Apabila setelah melebihi jangka waktu yang ditentukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6), perusahaan yang bersangkutan tidak melaksanakan
ketentuan permohonan TDG secara benar dan lengkap, TDG ditolak dan
perusahaan wajib mengajukan permohonan TDG yang baru.
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Bagian Keempat
Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar Industri (TDI)
Pasal 34
(1) Setiap pendirian Perusahaan Industri wajib memiliki Izin Usaha Industri (IUI),
kecuali bagi Industri Kecil.
(2) Industri Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Tanda
Daftar Industri (TDI), yang diberlakukan sama dengan IUI.
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
(1) IUI Melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan industri yang :
a. berlokasi di luar Kawasan Industri/Kawasan Berikat;
b. jenis industrinya tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan;
c. lokasi industrinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung.
(2) IUI Melalui Persetujuan Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. memiliki IMB;
b. memiliki Izin Lokasi;
c. Izin Gangguan;
d. memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL);dan
e. telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi.
Pasal 38
Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI atau TDI, dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan IUI/TDI wajib mendaftarkan dalam Daftar
Perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39
Perusahaan Industri yang melakukan perluasan melebihi 30% (tiga puluh persen)
dari kapasitas produksi yang telah diizinkan, wajib memiliki Izin Perluasan.
Pasal 40
(1) Industri Kecil yang wajib memiliki TDI meliputi jenis industri dengan nilai
investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(2) Industri Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan nilai investasi
perusahaan seluruhnya sebagai berikut :
a. sampai dengan Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memiliki TDI, kecuali
perusahaan yang bersangkutan menghendaki TDI;
b. di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib memiliki TDI.
(3) Jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas
Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib memiliki IUI.
Pasal 41
IUI, Izin Perluasan dan TDI berlaku selama Perusahaan Industri yang
bersangkutan beroperasi sesuai dengan jenis industri dan ketentuan yang
tercantum dalam IUI/Izin Perluasan/TDI-nya.
Pasal 42
IUI dan TDI diberikan untuk masing-masing jenis industri sesuai Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 5 (lima) digit sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan yang mencakup semua komoditi industri di dalam
lingkup jenis industri tersebut.
Pasal 43
IUI dan TDI berlaku sebagai izin gudang/izin tempat penyimpanan bagi
gudang/tempat penyimpanan yang berada dalam kompleks usaha industri yang
bersangkutan, yang digunakan untuk menyimpan peralatan, perlengkapan, bahan
baku, bahan penolong dan barang/bahan jadi untuk keperluan kegiatan usaha
jenis industri yang bersangkutan.
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI dan akan melaksanakan
perluasan dalam lingkup jenis industri yang tercantum dalam IUI-nya, diizinkan
untuk menambah kapasitas produksi sebesar-besarnya 30 % (tiga puluh persen)
di atas kapasitas produksi yang diizinkan, tanpa Izin Perluasan sepanjang jenis
industrinya terbuka atau terbuka dengan persyaratan bagi Penanaman Modal.
Pasal 47
(1) Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI dapat menambah
kapasitas produksi di atas 30% (tiga puluh persen) dari kapasitas produksi
yang diizinkan tanpa terlebih dahulu memiliki Izin Perluasan, sepanjang jenis
produksinya sesuai dengan yang tercantum dalam IUI yang dimiliki, dan
industrinya terbuka atau terbuka dengan persyaratan bagi penanaman modal
serta ditujukan seluruhnya untuk pasaran ekspor.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan selama-lamanya
dalam waktu 6 (enam) bulan sejak dilakukan perluasan dan dalam waktu
dimaksud Perusahaan Industri yang bersangkutan wajib memiliki Izin
Perluasan.
Pasal 48
Kewenangan pemberian IUI dan TDI berada pada Bupati sesuai dengan lokasi
pabrik bagi jenis industri dengan skala investasi sampai dengan Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
Paragraf Kesatu
Pemberian dan Penolakan/Penundaan IUI Melalui
Melalui Persetujuan Prinsip
Pasal 49
Pasal 50
(1) Terhadap permohonan Persetujuan Prinsip yang telah lengkap dan benar,
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima, Bupati wajib
mengeluarkan Persetujuan Prinsip.
Pasal 51
(1) Kepala Dinas wajib melakukan penolakan penerbitan IUI apabila berdasarkan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atau Surat Pernyataan siap berproduksi,
perusahaan yang bersangkutan memenuhi salah satu ketentuan sebagai
berikut :
a. lokasi pabrik tidak sesuai dengan lokasi yang tercantum dalam
Persetujuan Prinsip;
b. jenis Industri tidak sesuai dengan Persetujuan Prinsip;
c. tidak menyampaikan informasi kemajuan pembangunan pabrik dan
sarana produksi 3 kali berturut-turut;
d. tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. jenis industrinya termasuk dalam bidang usaha yang tertutup bagi
penanaman modal; atau
f. tidak dilengkapi dengan dokumen penyajian informasi tentang Usaha-
usaha Pelestarian Lingkungan yang meliputi :
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); atau
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
(2) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak BAP atau Surat Pernyataan diterima.
Pasal 52
(1) Terhadap Permohonan IUI yang diterima dan ternyata belum memenuhi salah
satu ketentuan sebagai berikut :
a. isian atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon belum
lengkap; atau
b. belum memenuhi kewajiban melaksanakan upaya yang menyangkut
keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya;
Pejabat penerbit IUI selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atau Surat Pernyataan siap berproduksi,
wajib mengeluarkan Surat Penundaan disertai alasan-alasan.
(2) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perusahaan Industri yang bersangkutan diberi kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
diterima Surat Penundaan.
Paragraf Kedua
Pemberian dan Penolakan/Penundaan IUI
Tanpa Persetujuan Prinsip
Pasal 53
(1) Permohonan IUI bagi jenis industri yang pemberian IUI-nya Tanpa
Persetujuan Prinsip, dilakukan dengan membuat Surat Pernyataan dan bagi
perusahaan industri yang akan berlokasi di Kawasan Industri/Kawasan Berikat
melampirkan Surat Keterangan dari Pengelola Kawasan Industri/Kawasan
Berikat tentang rencana lokasi perusahaan.
(2) Pemohon IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengisi Daftar Isian
Permintaan IUI yang dilengkapi dokumen sebagai berikut :
a. Copy Akte Pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya, khusus bagi
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas akte tersebut telah
disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM;
b. Copy Izin Gangguan yang berlokasi di luar Kawasan Industri/Kawasan
Berikat;
c. Copy Izin Lokasi bagi yang berlokasi di dalam Kawasan Industri/Kawasan
Berikat;
d. Copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
e. Surat Keterangan dari Pengelola Kawasan Industri/Kawasan Berikat bagi
yang berlokasi di Kawasan Industri/Kawasan Berikat; dan
f. Dokumen yang dipersyaratkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan bagi industri tertentu.
(3) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja, Kepala Dinas harus mengeluarkan
IUI.
(4) Perusahaan industri yang telah memiliki IUI wajib menyampaikan informasi
kemajuan pembangunan pabrik dan sarana produksi setiap tahun paling
lambat pada tanggal 31 Januari pada tahun berikutnya
(5) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan batal demi hukum
apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan, pemegang IUI :
a. tidak menyelesaikan pembangunan pabrik dan sarana produksi;
b. belum memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
c. tidak melampirkan dokumen yang dipersyaratkan bagi industri tertentu.
(6) Pemegang IUI yang batal demi hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dapat mengajukan kembali permohonan IUI.
Pasal 54
(1) Terhadap permohonan IUI yang diterima dan ternyata jenis industrinya
termasuk dalam bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, Kepala
Dinas selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima permintaan IUI,
wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai alasan.
(2) Terhadap permohonan IUI yang diterima dan ternyata belum melengkapi isian
dan persyaratan, Kepala Dinas selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) hari
kerja sejak diterima permintaan IUI, wajib mengeluarkan Surat Penundaan
disertai alasannya.
Pasal 55
(1) Terhadap Surat Penolakan Penerbitan IUI yang dikeluarkan oleh Pejabat
penerbit IUI, Perusahaan Industri yang bersangkutan dapat mengajukan
keberatan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterima Surat
Penolakan kepada Bupati.
(2) Bupati wajib menerima atau menolak keberatan dimaksud secara tertulis
dengan mencantumkan alasan-alasan, selambat-lambatnya 15 (lima belas)
hari kerja sejak pengajuan keberatan diterima.
(3) Putusan Bupati untuk menerima atau menolak keberatan sebagaimana
dimaksud ayat (2) merupakan putusan yang bersifat final.
Pasal 56
Pasal 57
Perusahaan Industri Kecil untuk memiliki TDI tidak perlu Persetujuan Prinsip.
Pasal 58
(1) Permohonan TDI diajukan kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan
melampirkan :
a. Copy Izin Gangguan; dan
b. Copy Izin Lokasi.
(2) Kepala Dinas dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak
diterima Permohonan TDI wajib mengeluarkan TDI.
Pasal 59
(1) Terhadap permohonan TDI yang diterima dan ternyata jenis industrinya
berbeda dengan jenis industri dalam Formulir isian yang diajukan, Kepala
Dinas selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima permohonan
TDI, wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai alasan-alasan.
(2) Terhadap permohonan TDI yang diterima dan ternyata belum melengkapi
isian dan persyaratan, Kepala Dinas selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
sejak diterima permohonan TDI, wajib mengeluarkan Surat Penundaan
disertai alasan-alasan.
Pasal 60
(1) Terhadap Surat Penolakan Permintaan TDI yang dikeluarkan oleh Kepala
Dinas, Perusahaan Industri yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan
kepada Bupati yang bersangkutan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak diterima Surat Penolakan.
(2) Bupati wajib menerima atau menolak keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) secara tertulis dengan mencantumkan alasan-alasan,
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sejak pengajuan keberatan
diterima.
(3) Putusan Bupati untuk menerima atau menolak keberatan sebagaimana
dimaksud ayat (2) merupakan putusan yang bersifat final.
(4) Perusahaan industri yang permohonan TDI-nya ditolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dapat menyampaikan permohonan TDI baru.
Bagian Keempat
Perubahan Nama, Alamat Dan/Atau
Penanggung Jawab
Pasal 61
(1) Perusahaan Industri yang telah mendapatkan IUI dan TDI yang melakukan
perubahan nama, alamat dan/atau penanggung jawab perusahaan, wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterima penetapan perubahan.
Bagian Kelima
IUI danTDI Hilang Atau Rusak
Pasal 62
(1) Apabila IUI dan TDI Perusahaan yang bersangkutan hilang atau rusak tidak
terbaca, Perusahaan Industri yang bersangkutan dapat mengajukan
permohonan penggantian IUI dan TDI kepada Kepala Dinas.
(2) Permohonan penggantian IUI dan TDI yang telah rusak atau hilang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan surat asli IUI dan TDI
bagi yang rusak atau surat keterangan dari kepolisian setempat yang
menerangkan bahwa IUI dan atau TDI Perusahaan Industri yang
bersangkutan telah hilang.
(3) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak permohonan penggantian IUI
dan TDI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, dan telah dilampiri
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Dinas mengeluarkan
IUI dan TDI sebagai pengganti IUI dan TDI yang hilang atau rusak.
BAB IV
KEWAJIBAN PEMEGANG IUI DAN TDI
Pasal 63
(1) Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI wajib menyampaikan Informasi
Industri secara berkala kepada Bupati sesuai dengan Izin Usaha Industri
yang diterbitkan mengenai kegiatan usahanya menurut jadwal sebagai
berikut :
a. 6 (enam) bulan pertama tahun yang bersangkutan selambat-lambatnya
setiap tanggal 31 Juli.
b. 1 (satu) tahun selambat-lambatnya setiap tanggal 31 Januari pada tahun
berikutnya.
(2) Perusahaan Industri yang telah memiliki TDI wajib menyampaikan Informasi
Industri kepada Bupati setiap tahun selambat-lambatnya tanggal 31 Januari
pada tahun berikutnya.
(3) Industri Kecil dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Informasi Industri.
Pasal 64
Sesuai dengan IUI dan TDI yang dimiliki, Perusahaan Industri wajib :
(1) melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
serta pencegahan kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
akibat kegiatan industri yang dilakukannya dengan melaksanakan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)/Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau membuat Surat
Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), yang berlaku bagi jenis-jenis
industri yang telah ditetapkan.
BAB V
PERINGATAN, PEMBEKUAN DAN PENCABUTAN
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 68
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
BUPATI PESAWARAN,
dto
dto
KESUMA DEWANGSA
dto
TENTANG
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Jenis dan komoditi industri yang proses produksinya tidak merusak
ataupun membahayakan lingkungan serta tidak menggunakan
sumber daya alam secara berlebihan.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang lokasinya berbatasan
langsung dengan kawasan lindung wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.