Anda di halaman 1dari 45

TUGAS

RESUME GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTR OLIT DAN ASAM BASA

DISUSUN OLEH

NAMA : LIEBERTHA CORPUTTY

NIM : 1240212021049

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN

" RUMKIT TK III Dr. J.A. LATUMETEN "

AMBON

2022
(1).Hiperelektolit

Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh seseorang menjadi tidak
seimbang, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kondisi kadar elektrolit yang tidak seimbang ini dapat
menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi organ di dalam tubuh. Bahkan pada kasus yang cukup
berat, kondisi ini bisa menyebabkan kejang, koma, bahkan gagal jantung.

Gangguan elektrolit bisa menyerang siapa saja, tetapi orang dengan kondisi di bawah ini lebih rentan
untuk mengalaminya, antara lain:

- Gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia.

- Gangguan tiroid dan paratiroid.

- Gangguan kelenjar adrenal.

- Gagal jantung.

- Kecanduan alkohol.

- Luka bakar.

- Penyakit ginjal.

- Patah tulang.

- Sirosis.

Biasanya, seseorang akan kehilangan mineral setiap harinya. Sejumlah kecil hilang setiap kali seseorang
pergi ke kamar mandi atau berkeringat terlalu banyak. Namun, hal ini tidak akan menimbulkan masalah
karena mineral yang hilang bisa dengan mudah diganti. Caranya adalah dengan meminum cairan dan
makan makanan yang mengandung mineral tersebut.

Masalahnya timbul saat tubuh tidak bisa mengganti mineral yang hilang lebih cepat daripada saat tubuh
kehilangan mineral. Contohnya, ketika seseorang kehilangan banyak darah akibat luka traumatis. Hal ini
juga bisa terjadi jika organ tubuh tidak bekerja dengan benar karena penyakit tertentu, seperti jenis
kanker dan penyakit ginjal kronis

Kemungkinan penyebab lainnya, seperti:


- Penyalahgunaan alkohol.

- Pola makan buruk yang rendah nutrisi dan mineral.

- Penyakit yang menyebabkan diare, muntah, dan demam.

- Ketidakmampuan menyerap nutrisi dari makanan karena masalah pencernaan.

- Meminum obat tertentu untuk pengobatan penyakit tertentu.

Gejala gangguan elektrolit bisa berbeda-beda pada setiap orang dan tergantung pada seberapa berat
gangguan yang dialami. Jika kadar elektrolit hanya meningkat atau berkurang sedikit dari kondisi normal,
biasanya pengidapnya tidak akan merasakan gejala apapun. Namun, bila kadarnya berubah cukup
signifikan, maka berbagai gejala dapat terjadi.

Tidak semua jenis gangguan elektrolit menimbulkan gejala yang sama, tetapi umumnya banyak gejala
serupa yang terjadi, seperti:

Gangguan irama jantung yang dapat berupa denyut jantung terlalu lambat (bradikardia), denyut jantung
terlalu cepat (takikardia), ataupun denyut jantung tidak teratur.

- Lemas dan mudah lelah.

- Mual dan muntah.

- Kejang.

- Diare.

- Sembelit.

- Kram perut.

- Kelemahan otot hingga tangan dan kaki jadi sulit digerakkan.

- Sakit kepala.

- Penurunan kesadaran, bahkan hingga tingkat koma.

- Baal atau kesemutan

Dokter akan melakukan wawancara terkait keluhan yang dialami pengidap dan mencari kemungkinan
penyebab gangguan elektrolit. Selain itu, pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk pemeriksaan saraf
dan otot juga perlu dilakukan. Selanjutnya, untuk memastikan adanya gangguan elektrolit, dokter akan
meminta pengidap melakukan pemeriksaan darah dengan melihat kadar masing-masing elektrolit di
dalam darah.

Jika diduga gangguan elektrolit dapat menyebabkan gangguan irama jantung, pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG) perlu dilakukan untuk merekam irama jantung. Bila gangguan elektrolit diduga
terjadi akibat gangguan ginjal, maka pemeriksaan fungsi ginjal, seperti ureum, kreatinin, dan BUN (blood
urea nitrogen) juga akan dilakukan.

Komplikasi gangguan elektrolit yang dapat terjadi, antara lain:

- Tubuh yang mengalami kekurangan natrium, klorida, dan magnesium akan mengalami gangguan fungsi
pada jantung dan paru-paru.

- Ketidakseimbangan elektrolit juga akan memengaruhi metabolisme dan kebugaran tubuh seseorang.
Lebih parahnya lagi, kadar magnesium yang rendah dapat mengancam keselamatan jiwa.

Pengobatan pada pengidap gangguan elektrolit tergantung pada jenis gangguan yang dialami. Namun,
hal yang paling utama, tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan kadar elektrolit
dalam tubuh.

Pemberian cairan infus dengan kandungan natrium klorida bisa membantu mengembalikan cairan tubuh
dan elektrolit yang hilang akibat diare atau muntah. Selain melalui infus, suplemen yang mengandung
elektrolit yang dibutuhkan dapat diberikan untuk meningkatkan elektrolit yang rendah. Terkadang orang
yang mengidap penyakit ini membutuhkan obat-obatan untuk mengurangi jumlah elektrolit berlebih di
dalam darah, misalnya diberikan insulin saat terjadi hiperkalemia. Namun, hal yang paling penting
adalah mengatasi penyebab dari gangguan elektrolit itu sendiri.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan elektrolit, antara lain:

- Kalau warna air seni sudah pekat, berarti perlu minum lebih banyak air putih.

- Saat berolahraga lebih dari 30 menit, harus meminum minuman yang mengandung elektrolit dan
karbohidrat.

- Minum air putih yang cukup setiap harinya. Seseorang dianjurkan untuk meminum 8 gelas air putih per
harinya.

- Konsumsilah buah-buah segar dan sayur-sayuran, sebab kedua makanan tersebut adalah sumber
terbaik untuk menggantikan natrium dan kalium dalam tubuh.

1.Hipernatremia
Hipernatremia adalah kondisi kadar natrium serum melebihi 145 mmol/l. Hipernatremia dapat
disebabkan oleh kehilangan cairan (hipovolemik), kelebihan asupan natrium (euvolemik), atau
kelebihan asupan air dan natrium (hipervolemik). Populasi yang berisiko mengalami
hipernatremia adalah bayi, anak, lansia, serta pasien dengan keterbatasan fisik dan mental.[1-3]

Gejala yang muncul pada hipernatremia cukup bervariasi, tergantung dari etiologi yang fisik
dapat terlihat kulit pucat dan turgor kulit menurun. Pada hipernatremia varian hipovolemik,
dapat ditemukan hipotensi ortostatik, output urine menurun, dan takikardia.[4-6]

Diagnosis pasti hipernatremia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar natrium serum.


Beberapa pemeriksaan tambahan seperti kadar elektrolit serum (Na+, K+, Ca2+), eletrolit urine,
glukosa darah, ureum, kreatinin, volume urine, osmolalitas urine, serta kadar vasopressin dapat
membantu untuk menentukan penyebab hipernatremia.[4,6]

Penatalaksanaan hipernatremia meliputi koreksi natrium dan koreksi cairan tubuh yang hilang,
atau mengeluarkan kelebihan natrium. Di samping itu, identifikasi dan tata laksana penyebab
hipernatremia sangat penting dilakukan. Penatalaksanaan terhadap penyebab dapat berupa
pemberian insulin untuk kondisi hiperglikemia; pemberian obat simptomatik untuk gejala
gastrointestinal, infeksi atau demam; serta pemberian desmopressin untuk diabetes insipidus
sentral.[2,3]

2. Hiperkelemia
Hiperkalemia adalah suatu kondisi ketika jumlah kalium dalam darah lebih tinggi dari nilai
normal. Kalium berfungsi untuk memperlancar fungsi otot, saraf, dan jantung. Pada
hiperkalemia, aktivitas listrik di dalam jantung akan terganggu, yang ditandai dengan
melambatnya detak jantung dan dapat berujung pada kematian. Berikut ini jenis-jenis
hiperkalemia:

- Hiperkalemia ringan, yaitu jumlah kalium dalam darah 5,1-6,0 mmol/L.

- Hiperkalemia sedang, yaitu jumlah kalium dalam darah 6,1-7,0 mmol/L.

- Hiperkalemia berat, yaitu jumlah kalium dalam darah di atas 7,0 mmol/L.

Penyebab hiperkalemia yang paling umum adalah akibat penyakit gagal ginjal. Pada keadaan
normal, ginjal bekerja mengeluarkan kalium melalui urine. Pada kondisi gagal ginjal, fungsi
ginjal tersebut terganggu, sehingga kalium akan menumpuk dalam darah. Berbagai penyebab
hiperkalemia lainnya, antara lain:

- Dehidrasi.

- Diabetes melitus tipe 1.

- Gangguan kelenjar adrenal (penyakit Addison)

- Efek samping obat tertentu.

Berbagai gejala hiperkalemia, antara lain:

- Lelah dan lemas.

- Mual dan muntah.

- Gangguan bernapas.

- Nyeri dada.

-Kesemutan dan mati rasa.

- Jantung berdebar.

- Kelumpuhan.

- Gagal jantung.

Dokter akan mendiagnosis hiperkalemia dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan


fisik, serta pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan kalium dalam darah. Jika kadar kalium
dalam darah sangat tinggi, pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiografi/EKG) harus
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya komplikasi hiperkalemia terhadap
jantung.

Komplikasi yang dapat disebabkan hiperkalemia adalah aritmia, yaitu perubahan irama jantung
yang dapat membahayakan jiwa. Kondisi ini dapat memicu terjadinya ventrikel fibrilasi yang
menyebabkan jantung bergetar cepat, tetapi tidak memompa darah, dan dapat berujung pada
kematian.

Penanganan hiperkalemia akan dilakukan berdasarkan beberapa hal, yaitu:

- Penyebab utama hiperkalemia.

- Tingkat keparahan gejala.

- Kondisi kesehatan pengidap secara keseluruhan.

Pada pengidap hiperkalemia ringan, dokter memberikan anjuran untuk mengubah pola makan
dengan menu diet rendah kalium, dan menghentikan atau mengganti obat-obatan yang dapat
menyebabkan hiperkalemia. Sedangkan pada pengidap hiperkalemia berat, pengidap harus
segera ditangani dan dirawat secara intensif di rumah sakit. Obat-obatan yang akan diberikan
dokter untuk mengatasi hiperkalemia, antara lain:

- Gula, yang diberikan melalui infus.

-Resin, diberikan untuk mengikat kalium dan mengeluarkannya melalui saluran cerna.

- Kalsium glukonat, yang diberikan melalui infus untuk melindungi otot jantung dari pengaruh
hiperkalemia.

- Diuretik, selain diuretik hemat kalium, diberikan untuk membantu membuang kalium melalui
urine.

- Cuci darah atau hemodialisis, dilakukan pada kasus hiperkalemia berat pada gagal ginjal,
untuk mengurangi kadar kalium yang berlebihan di dalam darah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi hiperkalemia, antara lain:
- Melakukan pemeriksaan kalium berkala pada pengidap diabetes, gagal ginjal, atau pada orang
yang mengonsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kalium.

Mengontrol jumlah kalium dalam asupan makanan, seperti pisang, kentang, kacang-kacangan,
buah persik, daging sapi, dan susu.

Menjaga kadar gula darah dan tekanan darah dalam keadaan normal untuk mencegah gagal
ginjal.

3.Hiperkalsemia
Kelebihan Kalsium (Hiperkalsemia)

Kalsium merupakan jenis mineral yang penting bagi tubuh, terutama tulang dan gigi.
Kekurangan kalsium berisiko pengeroposan tulang. Lalu, apa akibatnya jika tubuh kelebihan
kalsium? Kenali kondisi yang juga disebut sebagai hiperkalsemia berikut ini!

Berapa kebutuhan kalsium per hari?

Kebutuhan kalsium harian setiap orang berbeda-beda tergantung usia. Menurut Angka
Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013, anak usia 10 – 18 tahun membutuhkan kalsium sebanyak
1.200 mg per hari.

Kemudian, kebutuhan kalsium menurun menjadi 1.100 mg per hari pada usia 19 – 29. Untuk
orang-orang yang berusia lebih dari 29 tahun dan seterusnya, kebutuhan kalsium menurun
menjadi 1000 mg per hari.

Meski begitu, batas toleransi kebutuhan kalsium harian maksimum bagi orang dewasa dan anak
di atas usia 1 tahun pada umumnya yaitu 2.500 mg per hari.

Kebutuhan kalsium akan meningkat pada wanita yang sedang hamil. Hal ini karena selain untuk
ibu, asupan kalsium saat hamil juga diperlukan oleh janin. Peningkatan asupan kalsium saat
hamil adalah sebesar 200 mg per hari.

Jadi, jika Anda hamil di usia 25 tahun, kebutuhan kalsium Anda per hari menjadi 1.300 mg.
Sementara jika Anda hamil pada usia 18 tahun, kebutuhan kalsium Anda akan lebih besar yaitu
1.400 mg per hari.

Namun begitu, Anda tidak dianjurkan untuk mengonsumsi lebih dari 500 mg pada satu waktu.
Ini dapat meningkatkan risiko kelebihan kalsium (hiperkalsemia).

Apa itu hiperkalsemia?

Hiperkalsemia adalah kondisi tubuh menyerap mineral kalsium melebihi kapasitas normalnya.
Kelebihan kalsium ini pada umumnya dapat dibuang lewat urin atau feses.

Hanya saja, tak menutup kemungkinan bahwa sisa kelebihan kalsium tersebut akan disimpan
dalam tulang, sehingga bisa menimbulkan efek samping merugikan. Kadar kalsium yang sangat
tinggi bisa mengancam nyawa.
Penyebab utama hiperkalsemia yakni hiperparatiroidisme (hiperparatiroid). Kalsium dalam
darah diatur kelenjar paratiroid penghasil hormon paratiroid yang berfungsi membantu
mengatur kadar vitamin D, kalsium, dan fosfor pada tulang dan darah.

Ketika kelenjar paratiroid terlalu aktif dan melepas terlalu banyak hormon paratiroid, kadar
kalsium dalam darah akan meningkat.

Penyebab tersering kelebihan kalsium lainnya yakni penyakit paru-paru dan kanker, efek
samping obat-obatan, serta konsumsi suplemen yang berlebihan.

Hiperkalsemia bisa mengganggu fungsi organ ginjal dan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
Selain itu, kondisi ini juga dapat mengganggu kerja jantung dan otak.

Fungsi ginjal yang menurun karena kelebihan kalsium juga dapat menyebabkan kemampuan
tubuh dalam menyerap mineral zat besi, zinc, magnesium, dan fosfat menjadi terganggu.

Padahal, mineral-mineral tersebut sangat penting dalam menunjang fungsi normal tubuh.
Melansir Mayo Clinic, hiperkalsemia juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem
pencernaan seperti mual, muntah, dan sembelit (susah BAB).

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kelebihan asupan kalsium dapat meningkatkan
risiko kanker prostat dan penyakit jantung. Meski demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk memahami kemungkinan hubungan ini.
4. Hiperfosfatemia

Hiperkalsemia adalah kondisi tubuh menyerap mineral kalsium melebihi kapasitas normalnya.
Kelebihan kalsium ini pada umumnya dapat dibuang lewat urin atau feses.

Hanya saja, tak menutup kemungkinan bahwa sisa kelebihan kalsium tersebut akan disimpan
dalam tulang, sehingga bisa menimbulkan efek samping merugikan. Kadar kalsium yang sangat
tinggi bisa mengancam nyawa. Penyebab utama hiperkalsemia yakni hiperparatiroidisme
(hiperparatiroid). Kalsium dalam darah diatur kelenjar paratiroid penghasil hormon paratiroid
yang berfungsi membantu mengatur kadar vitamin D, kalsium, dan fosfor pada tulang dan
darah.

Ketika kelenjar paratiroid terlalu aktif dan melepas terlalu banyak hormon paratiroid, kadar
kalsium dalam darah akan meningkat. Penyebab tersering kelebihan kalsium lainnya yakni
penyakit paru-paru dan kanker, efek samping obat-obatan, serta konsumsi suplemen yang
berlebihan.

Fosfat adalah mineral yang memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, termasuk membantu
menjaga kekuatan tulang dan gigi. Kadar fosfat dalam tubuh diatur oleh ginjal. Kelebihan fosfat
biasanya dibuang lewat urin. Jika ginjal mengalami gangguan dan tidak bisa berfungsi dengan
baik, ginjal tidak mungkin dapat membuang sisa fosfat dari dalam tubuh. Akibatnya, kadar
fosfat jadi terlalu tinggi dalam darah.

Selain karena penyakit ginjal, beberapa kondisi lainnya yang juga dapat menyebabkan
hiperfosfatemia adalah:

Diabetes yang tidak terkontrol. Diabetes yang tidak terkontrol menimbulkan tingginya kadar
gula darah yang dapat memicu kerusakan dalam organ tubuh, salah satunya ginjal.

Gejala hiperfosfatemia tidak begitu jelas terlihat. Biasanya, gejala penyakit atau kondisi dasar
penyebabnyalah yang lebih tampak terlihat. Misalnya, jika hiperfosfatemia Anda disebabkan oleh
komplikasi diabetes, maka yang tampak adalah gejala diabetesnya.

Dalam darah, fosfat berikatan dengan kalsium. Maka, dampak dari hiperfosfatemia adalah penurunan
kalsium dalam darah. Ketika kalsium dalam darah Anda berkurang, maka tubuh akan mengambil
persediaan dari tulang sebagai. Lama-kelamaan, simpanan kalsium dalam tulang akan habis terkuras
karenanya dan bisa menyebabkan pengeroposan tulang.

Selain itu, risiko kalsifikasi pada dinding pembuluh darah, jaringan maupun organ lain pun meningkat.
Kalsifikasi adalah pengendapan plak kalsium garam dalam jaringan lunak tubuh yang kemudian
mengeras. Pengerasan dinding arteri jantung, misalnya, adalah aterosklerosis yang menjadi awal mula
dari stroke.
5.Hipermagnesamia

Hipermagnesemia adalah kondisi medis ketika tubuh memiliki kadar magnesium yang terlalu
tinggi dalam darah. Penyebab utama hipermagnesemia adalah kerusakan ginjal atau gagal ginjal
yang terjadi pada tubuh.

Malnutrisi dan minum alkohol berlebihan juga dapat menjadi faktor risiko hipermagnesemia
pada orang dengan penyakit ginjal kronis.

Kondisi hipermagnesemia umumnya disebabkan oleh adanya kerusakan ginjal atau gagal ginjal.
Karena penurunan fungsi ginjal ini, kelebihan magnesium dalam darah gagal dikeluarkan
melalui urine. Akibatnya, magnesium menumpuk di dalam darah dan mengakibatkan berbagai
keluhan.

Selain gagal ginjal, beberapa kondisi lain juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
hipermagnesemia. Kondisi tersebut meliputi:

- Ibu hamil dengan preeklamsia yang mendapatkan terapi magnesium dosis tinggi.

- Mereka dengan pengobatan menggunakan litium.

- Hipotiroidisme.

- Penyakit Addison.

- Penggunaan beberapa obat laksatif dan antasida.

- Familial hypocalciuric hypercalcemia.

Berbagai kondisi tersebut umumnya menyebabkan hipermagnesemia ringan hingga sedang,


tidak seberat yang disebabkan oleh gagal ginjal.

Gejala Hipermagnesemia

Pada tubuh yang sehat, kadar magnesium dalam darah berada pada kisaran 1,7 hingga 2,3 miligram per
desiliter (mg/dL). Kadar magnesium bisa dikatakan tinggi, bila kadarnya ada pada 2.6 mg/dL atau lebih di
dalam tubuh. Jika sudah begitu, maka tubuh akan mulai menunjukkan berbagai gejala, seperti:

- Mual.

- Muntah.

- Gangguan sistem saraf.


- Tekanan darah rendah yang abnormal (hipotensi).

- Sakit kepala.

- Diare.

- Lemah otot.

- Detak jantung tidak teratur.

- Gangguan pernapasan.

- Lesu.

Kelebihan magnesium bisa menyebabkan masalah pada jantung, syok, hingga koma dalam kasus yang
cukup parah.

Komplikasi Hipermagnesemia

Bila tidak segera tertangani, hipermagnesemia berat dapat berujung pada penurunan kesadaran, gagal
jantung, koma, hingga kematian.

Pengobatan dan Efek Samping Hipermagnesemia

Pengobatan utama hipermagnesemia adalah menghentikan asupan magnesium agar tidak semakin
menumpuk dalam darah. Selain itu, pemberian suplementasi kalsium melalui infus juga kerap dilakukan
untuk memperbaiki kondisi pernapasan, ritme jantung, dan tekanan darah.

Obat diuretik juga dapat diberikan pada beberapa kasus untuk memicu pengeluaran magnesium lewat
urine. Jika terapi ini dinilai tidak efektif, dapat dilakukan cuci darah untuk mengeluarkan kelebihan
magnesium darah melalui alat hemodialisa.
(2). Hiporelektrolit

Mekanisme Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan
energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-
K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih
rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler
permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan
osmotik plasma darah ialah 270-290mOsm/L4

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke
arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar
melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam1,4

Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit antar
kompartemen.
1. Keseimbangan Donnan

Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler
yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar
bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif
yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah, tetapi akan
mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan
negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan
pada ion akan menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi
pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut1,3,4

2. Osmolalitas dan Osmolaritas


Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel,
sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut.
Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan
osmotik. Hal inididefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas
adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan.
Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu1,4.
3. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat
berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi.
Koloid merupakan molekul protein dengan berat molekul lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya
merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting. Karena, hal
ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan
air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi
penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru3,4.
4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36 mmHg pada ujung arteri
dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan
ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan
reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada
ujung venous3,4

Sistem Pengaturan Cairan Tubuh


Dalam kondisi normal, cairan tubuh stabil dalam petaknya masing-masing. Apabila terjadi perubahan,
tubuh memiliki sistem kendali atau pengaturan yang bekerja untuk mempertahankannya. Mekanisme
pengaturan dilakukan melalui 2 cara, yaitu kendali osmolar dan kendali nonosmolar.
a. Kendali Osmolar
Mekanisme kendali ini dominan dan efektif dalam mengatur volume cairan ekstraseluler.
Terjadi melalui:

1. Sistem osmoreseptor hipothalamus-hipofisis-ADH

Osmoreseptor terletak pada hipotalamus anterior bagian dari nukleus supra optik. Terdiri dari vesikel
yang dipengaruhi osmolaritas cairan ekstraseluler. Bila osmolaritas cairan meningkat, vesikel akan
mengeriput. Sebaliknya bila osmolaritas cairan menurun, vesikel akan mengembang sehingga impuls
yang dilepas dari reseptor akan berkurang. Impuls ini nantinya merangsang hipofisis posterior
melepaskan ADH. Jadi semakin rendah osmolaritas suatu cairan ekstraseluler, semakin sedikit ADH yang
dilepaskan. ADH berperan untuk menghemat air dengan meningkatan reabsorbsi1,6
2. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na pada urin melalui interaksi antara aktivitas
ginjal dengan hormon korteks adrenal. Lebih dari 95% Na direabsorbsi kembali oleh tubulus ginjal.
Korteks adrenal merupakan faktor utama yang menjaga volume cairan ekstraseluler melalui hormon
Aldosteron terhadap retensi Na. Pelepasan renin dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula
lutea, yang tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na menurun, volume tubulus
menurun, sehingga mengurangi kontak makula dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi pelepasan renin.
Renin akanmembentukAngiotensin I di hati yang kemudian oleh converting enzim dari paru diubah
menjadi Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan
merangsang kelenjar supra renal menghasilkan aldosteron. Peranan Angiotensin II
adalah untuk mempertahankan tekanan darah bila terjadi penurunan volume sirkulasi
dan Aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi Na yang menyebabkan retensi air1,4,6
b. Kendali Non Osmolar
Mekanisme kendali ini meliputi beberapa cara sebagai berikut:
1. Refleks “Stretch Receptor”
Pada dinding atrium jantung terdapat reseptor stretch apabila terjadi dilatasi atrium kiri.
Bila reseptor ini terangsang, maka akan timbul impuls aferen melalui jalur simpatis
yang akan mencapai hipotalamus. Kemudian akibat aktivitas sistem hipotalamus-
hipofisis akan disekresikan ADH1,4,6

1. Hiponatremia

Hiponatremia adalah gangguan elektrolit yang terjadi ketika kadar natrium (sodium) dalam darah lebih
rendah dari normalnya. Tidak normalnya kadar natrium ini dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari
kondisi kesehatan hingga penggunaan obat-obatan tertentu.

Dalam tubuh kita, natrium memiliki banyak fungsi, antara lain untuk mengendalikan kadar air dalam
tubuh, menjaga tekanan darah, serta mengatur sistem saraf dan kinerja otot.

Pada hiponatremia, kadar natrium di dalam darah kurang dari yang semestinya. Hal ini mengakibatkan
kadar air dalam tubuh meningkat dan membuat sel-sel tubuh membengkak. Pembengkakan sel ini dapat
menimbulkan beragam gangguan kesehatan, mulai dari sakit kepala hingga penurunan kesadaran.

Penyebab Hiponatremia

Pada kondisi normal, kadar natrium dalam darah adalah 135–145 mEq/liter (miliequivalen per liter).
Seseorang dengan kadar natrium kurang dari 135 mEq/liter dianggap mengalami hiponatremia.
Penurunan kadar natrium ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain:

Perubahan hormon
Kekurangan hormon adrenal, misalnya akibat menderita penyakit Addison, dapat memengaruhi
keseimbangan kadar air, natrium, dan kalium dalam tubuh. Kadar hormon tiroid yang rendah juga dapat
menyebabkan hiponatremia.

Syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone (SIADH)

Kondisi ini menghasilkan anti-diuretic hormone (ADH) dalam jumlah besar, yang membuat tubuh
menahan air yang seharusnya keluar melalui urine. Air yang berlebih dalam tubuh akan melarutkan
natrium dan membuat kadarnya menurun.

Diare atau muntah parah dan kronis Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan natrium dan
memperbanyak produksi ADH.Obat-obatan tertentu Obat-obatan, seperti obat diuretik, antidepresan,
dan obat pereda nyeri, dapat mengganggu fungsi hormon atau ginjal dalam menjaga kadar natrium.

Kondisi kesehatan Gagal jantung, penyakit ginjal, dan sirosis, dapat menyebabkan penumpukan cairan
dalam tubuh dan melarutkan natrium, sehingga kadar natrium dalam darah menjadi rendah.

NAPZA Obat golongan amfetamin, seperti ekstasi, dapat membuat seseorang mengalami hiponatremia
berat.

Faktor Risiko Hiponatremia

Berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami hiponatremia:

Mengonsumsi terlalu banyak air saat berolahraga cukup berat dan mengeluarkan banyak keringat,
misalnya maraton atau melakukan terapi air putih yang salah

Berusia lanjut dan sudah sulit berkomunikasi

Menggunakan obat diuretik (misalnya karena menderita gagal jantung) atau antidepresan (misalnya
akibat depresi berat)

Jarang mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung natrium

Gejala Hiponatremia

Gejala hiponatremia dapat berbeda pada setiap penderita. Bila kadar natrium dalam tubuh menurun
secara bertahap (dalam 2 hari atau lebih), penderita mungkin tidak mengalami gejala apa pun. Kondisi
ini disebut dengan hiponatremia kronis.

Akan tetapi, jika kadar natrium turun dengan cepat (hiponatremia akut), gejala yang muncul bisa serius.
Beberapa gejala yang umum dialami penderita hiponatremia akut meliputi:

-Sakit kepala

-Linglung
-Mual dan muntah

-Lemas dan lelah

-Kram atau lemah otot

-Gelisah dan mudah marah

-Kejang

-Penurunan kesadaran

- Kapan harus ke dokter

Segera cari pertolongan medis ke dokter atau IGD terdekat jika mengalami gejala hiponatremia yang
serius, seperti muntah, linglung, kejang, dan kesadaran menurun.

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda memiliki faktor yang dapat meningkatkan risiko hiponatremia,
terutama jika Anda sudah mengalami gejala mual, sakit kepala, kram, atau lemas.

Diagnosis Hiponatremia

Diagnosis hiponatremia diawali dengan tanya jawab terkait gejala dan riwayat kesehatan pasien, yang
kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Setelah sesi tanya jawab dan pemeriksaan fisik selesai, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang
berupa tes darah yang berfungsi untuk mengukur kadar elektrolit dan mineral di dalam tubuh, termasuk
kadar natrium.

Jika pada tes darah ditemukan kadar natrium dalam darah pasien tidak normal, dokter akan melakukan
pemeriksaan ulang kadar natrium dengan tes urine. Hasil tes urine tersebut akan membantu dokter
untuk memastikan kondisi dan menentukan penyebab hiponatremia.

Jika kadar natrium dalam darah rendah tapi tinggi dalam urine, artinya tubuh pasien membuang terlalu
banyak natrium. Namun, bila kadar natrium dalam darah dan urine sama-sama rendah, hal tersebut
dapat menunjukkan bahwa tubuh pasien kurang mendapatkan asupan natrium atau tubuh pasien
kelebihan cairan.

Pengobatan Hiponatremia

Pengobatan hiponatremia disesuaikan dengan tingkat keparahan dan penyebabnya. Pada hiponatremia
ringan, penanganan bisa dilakukan dengan memperbaiki pola makan, gaya hidup, dan menyesuaikan
jenis dan dosis obat-obatan yang digunakan. Dokter juga akan meminta pasien mengurangi asupan
cairan untuk sementara.
Sedangkan pada hiponatremia yang terjadi dalam waktu cepat dan menimbulkan gejala berat,
penanganan yang dapat dilakukan di antaranya:

Pemberian obat-obatan yang bertujuan untuk mengatasi gejala sakit kepala, mual, dan kejang

Pemberian cairan elektrolit melalui infus, untuk meningkatkan kadar natrium di dalam darah secara
perlahan

Cuci darah, untuk mengeluarkan kelebihan cairan dari dalam tubuh, jika hiponatremia terjadi akibat
ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik

Komplikasi Hiponatremia

Pada hiponatremia kronis, komplikasi yang dapat muncul memang tidak bersifat darurat, tapi tetap tidak
bisa disepelekan. Komplikasi tersebut antara lain konsentrasi berkurang, tubuh menjadi tidak seimbang,
dan osteoporosis.

Sementara pada hiponatremia akut, komplikasi yang dapat muncul cenderung lebih berbahaya, yaitu
pembengkakan otak yang bisa menyebabkan koma dan bahkan kematian. Meski dapat dialami oleh
semua penderita hiponatremia akut, komplikasi ini lebih mudah terjadi pada wanita yang mendekati
masa menopause.

Pencegahan Hiponatremia

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah hiponatremia, yaitu:

Obati kondisi yang bisa memicu hiponatremia.

Minum minuman yang bisa menggantikan elektrolit tubuh yang hilang saat beraktivitas atau
berolahraga.

Minum air secukupnya, yaitu sekitar 2,2 liter/hari untuk wanita dan 3 liter/hari untuk pria.

Kecukupan konsumsi air dapat diketahui dengan memperhatikan warna urine. Warna urine yang lebih
pekat (oranye atau kuning tua) menandakan tubuh masih kekurangan air.
.

2. Hipokalemia

Hipokalemia adalah suatu kondisi ketika kadar kalium dalam peredaran darah seseorang lebih rendah
daripada normal, yaitu di bawah 3,5 mEq/L. Seperti diketahui, elektrolit memiliki fungsi yang sangat
penting dalam tubuh. Kalium atau potassium adalah salah satu dari banyak elektrolit di dalam tubuh.
Hampir semua kalium (98 persen) terdapat di dalam sel tubuh dan sisanya berada pada serum atau
peredaran darah.

Kalium berperan dalam membawa sinyal listrik untuk sel tubuh termasuk sel otot dan saraf, berperan
dalam kontraksi otot termasuk otot jantung, serta berperan dalam regulasi tekanan darah. Jika kadar
kalium dalam tubuh berlebihan, ginjal akan mengendalikan keseimbangan kalium dalam tubuh, dengan
mengeluarkannya lewat urine. Kadar kalium yang berada di bawah angka 2,5 mEq/L, dapat berakibat
fatal.

Beberapa gejala dari hipokalemia, antara lain:

- Kelemahan, letih, keram otot pada tangan dan kaki yang kadang dapat cukup parah, hingga
menyebabkan pengidapnya tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki.

- Keram perut dan perut begah.

- Kesemutan atau mati rasa.

- Konstipasi.

- Buang air kecil yang banyak atau sering merasa haus.


- Mual dan muntah.

- Palpitasi atau detak jantung cepat dan tidak teratur.

- Pingsan karena tekanan darah yang rendah.

- Gangguan psikis, seperti depresi, psikosis, delirium, kebingungan, atau halusinasi.

Beberapa penyebab dan faktor risiko dari hipokalemia, antara lain:

- Kehilangan kalium berlebihan dari urine, yang dipicu oleh penggunaan obat-obatan diuretik. Obat
diuretik ini umumnya digunakan oleh pengidap hipertensi dan penyakit jantung. Oleh karena itu,
penggunaan obat ini harus selalu di bawah pengawasan dokter untuk menghindari komplikasi yang tidak
diinginkan.

- Kehilangan cairan dari muntah, diare, atau keduanya.

- Berkeringat berlebihan.

- Kekurangan atau defisiensi asam folat.

- Operasi bariatik atau gastric bypass, yaitu pemotongan sebagian dari lambung atau usus untuk
menurunkan berat badan.

- Pecandu alkohol.

- Penggunaan insulin.

- Penggunaan antibiotik seperti aminoglikosida.

- Penggunaan laksatif berlebihan.

- Penggunaan obat asma seperti bronkodilator, steroid, atau teofilin.

- Pengidap gangguan kebiasaan makan, seperti anoreksia dan bulimia.

- Pengidap HIV/AIDS.

- Pengidap ketoasidosis diabetikum.

- Pengidap leukemia.

- Pengidap malnutrisi atau kurang gizi.

- Pengidap penyakit Cushing.

- Pengidap penyakit ginjal kronis.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hipokalemia, antara lain:
- Mengonsumsi makanan tinggi kalium, antara lain pisang, jeruk, stoberi, kiwi, alpukat, dan persik.
Konsumsi juga sayuran hijau, jamur, kacang-kacangan, dan tomat.

- Menghindari penggunaan obat diuretik dan laksatif secara berlebihan atau tanpa pengawasan dokter.

- Menghindari penggunaan suplemen kalium sendiri tanpa pengawasan dokter.

3. Hipokalsemia

Hipokalsemia dikenal sebagai penyakit defisiensi kalsium. Kondisi ini terjadi ketika kadar kalsium dalam
darah rendah. Lantas, seberapa pentingkah kalsium untuk tubuh?

Dilansir dari Healthline, kalsium adalah mineral vital tubuh yang digunakan untuk membangun tulang
dan gigi.

Kalsium juga dibutuhkan agar jantung dan otot berfungsi dengan baik, Moms.

Ketika seseorang tidak mendapatkan cukup kalsium, maka kondisi ini bisa meningkatkan risiko gangguan
kesehatan.

Faktanya, kekurangan kalsium dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai perubahan pada
tubuh dan kesehatan, seperti:

- Gangguan kesehatan gigi

- Katarak

- Perubahan pada otak

- Osteoporosis

- Tulang menjadi rapuh

- Osteopenia
- Penyakit kekurangan kalsium (hipokalsemia)

Lantas, bagaimana cara mengatasi kondisi hipokalsemia? Sebelumnya, Moms harus tahu apa saja gejala
dari penyakit ini.

Kekurangan kalsium tahap awal mungkin tidak menyebabkan gejala apa pun. Namun, gejalanya akan
muncul seiring dengan perkembangan kondisinya.

Melasir Oxford Medicine, gejala hipokalsemia berat meliputi:

- Kebingungan atau kehilangan ingatan

- Kejang otot

- Mati rasa dan kesemutan di tangan, kaki, dan wajah

- Depresi dan halusinasi

- Kram otot

- Kuku lemah dan rapuh

- Mudah patah tulang

- Kelelahan

- Tremor

Kekurangan kalsium dapat memengaruhi semua bagian tubuh, mulai dari kesehatan kuku, pertumbuhan
rambut, hingga kulit tipis dan rapuh.

Kalsium juga memainkan peran penting dalam pelepasan neurotransmitter dan kontraksi otot.

Untuk mengetahui apakah tubuh kekurangan kalsium atau tidak sebaiknya Moms berkonsultasi dengan
dokter. Biasanya, ada beberapa jenis dan tahapan pemeriksaan.

Berikut cara dokter melakukan diagnosis hipokalsemia.

1. Meneliti Riwayat Keluarga

Para dokter akan meneliti riwayat keluarga, apakah ada anggotanya yang mengalami osteoporosis.

2. Memeriksa Kadar Kalsium

Cara lain yang dianjurkan dokter adalah dengan cek kadar kalsium dalam darah.

Dokter akan memeriksa kadar kalsium total dan kadar albumin. Albumin adalah protein yang mengikat
kalsium dan mengalirkannya melalui darah.
Kadar kalsium normal pada orang dewasa bervariasi dari 8,8-10,4 miligram per desiliter.

Seiring waktu, hipokalsemia dapat memengaruhi otak dan menyebabkan gejala neurologis atau
psikologis, seperti:

- Kebingungan

- Kehilangan memori

- Delirium

- Depresi

- Halusinasi

- Kejang pada orang sehat

Hipokalsemia paling sering terjadi ketika terlalu banyak kalsium yang hilang dalam urine atau ketika
kalsium tidak cukup dipindahkan dari tulang ke dalam darah.

4. Hiporosfatemia

Hipofosfatemia atau hypophosphatemia adalah kondisi kadar fosfat terlalu rendah dalam tubuh. Fosfat
merupakan elektrolit, sejenis mineral yang ditemukan dalam darah, urine, jaringan, dan cairan tubuh.
Elektrolit berperan menjaga jantung, otak, otot, dan saraf untuk berfungsi dengan baik. Fosfat juga
diperlukan untuk menjaga tulang dan gigi tetap kuat.

Fosfat bisa didapat dari makanan, seperti susu, daging, dan telur. Sebagian besar fosfat dalam tubuh
disimpan di tulang. Jumlah yang jauh lebih kecil ditemukan di dalam sel. Saat kadar fosfat dalam darah
kurang dari 2,5 miligram per desiliter (mg/dL), ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi
paru-paru, jantung, dan otot.

Hipofosfatemia terdiri dari dua jenis, yaitu akut (yang datang dengan cepat) dan kronis (yang
berkembang seiring waktu). Secara umum, hipofosfatemia jarang terjadi. Kondisi ini lebih sering dialami
orang-orang yang dirawat di rumah sakit atau di unit perawatan intensif (ICU). Antara 2 persen dan 3
persen orang yang dirawat inap, dan hingga 34 persen yang dirawat di ICU memiliki kondisi ini.

Dirangkum dari Healthline dan Verywell Health, berikut ini deretan fakta medis seputar hipofosfatemia
yang perlu kamu ketahui.

Karena fosfat ditemukan dalam banyak makanan, maka dari itu kekurangan elektrolit ini tergolong
langka, kecuali jika sampai mengalami kekurangan gizi. Kondisi medis tertentu bisa menyebabkan
hipofosfatemia karena:

- Mengurangi jumlah fosfat yang diserap usus.


- Meningkatkan jumlah fosfat yang dikeluarkan ginjal ke dalam urine.

- Memindahkan fosfat dari dalam sel ke area di luar sel.

- Malnutrisi parah, seperti anoreksia dan kelaparan atau malabsorpsi (kesulitan menyerap nutrisi dari
makanan).

- Alkoholisme.

- Luka bakar parah.

- Selama pemulihan dari ketoasidosis diabetik (komplikasi diabetes), baik sebagai gejala gangguan,
maupun dari pengobatan insulin.

- Gangguan ginjal, sindrom Fanconi.

- Kelebihan hormon paratiroid (hiperparatiroidisme).

- Diare kronis.

- Kekurangan vitamin D (pada anak-anak).

- Kondisi bawaan seperti hipofosfatemia familial terkait -X (XLH) atau rakitis hipofosfatemia herediter
dengan hiperkalsiuria (HHRH).

- Gangguan elektrolit saat kadar magnesium atau kalium terlalu rendah.

Kadar fosfat yang rendah juga bisa disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka
panjang dan berlebihan, seperti:

- Diuretik.

- Antasida yang mengikat fosfat.

- Teofilin, bronkodilator, dan obat asma lainnya.

- Kortikosteroid.

- Manitol (Osmitrol).

- Hormon, seperti insulin, glukagon, dan androgen.

- Nutrisi, seperti glukosa, fruktosa, gliserol, laktat, dan asam amino.

- Bifosfonat.

- Asiklovir (Zovirax).
- Asetaminofen (Tylenol).

Hipofosfatemia familial disebabkan oleh perubahan gen (mutasi) yang diturunkan dari orangtua kepada
anak-anaknya. Perubahan gen ini mengakibatkan ginjal mengeluarkan lebih banyak fosfat dari biasanya
dari darah ke dalam urine.

Banyak orang dengan hipofosfatemia ringan tidak mempunyai gejala apa pun. Gejala kemungkinan tidak
muncul hingga kadar fosfat turun hingga sangat rendah. Saat gejala muncul, ini mencakup:

- Kelemahan otot.

- Kelelahan.

- Nyeri tulang atau rakitis (pelunakan tulang).

- Kejang.

- Patah tulang.

- Kehilangan nafsu makan.

- Mudah marah.

- Mati rasa.

- Kebingungan.

- Rhabdomyolysis (otot mulai rusak dan melepaskan protein berbahaya dalam darah, yang bisa merusak
ginjal).

- Pertumbuhan melambat dan tinggi badan lebih pendek dari normal (pada anak-anak).

- Kerusakan gigi atau gigi susu yang terlambat (dalam hipofosfatemia familial).

Jika tidak diobati, hipofosfatemia berat bisa menyebabkan koma atau kematian.

Tubuh kita butuh fosfat untuk menjaga kesehatan tulang. Kekurangannya bisa menyebabkan kelemahan
tulang, patah tulang, dan kerusakan otot. Hipofosfatemia yang sangat parah dan tidak diobati bisa
memengaruhi fungsi pernapasan dan jantung, dan bisa mengancam jiwa.

Komplikasi hipofosfatemia yang dapat terjadi meliputi:

- Gagal napas.

- Irama jantung yang tidak teratur (aritmia).


- Kematian jaringan otot (rhabdomyolsis).

- Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik).

Diagnosis hipofosfatemia bisa ditegakkan dengan tes darah untuk memeriksa kadar fosfat. Pasien
memiliki kondisi ini jika kadar fosfatnya mencapai 2,5 mg/dL atau kurang.

Jika tes darah menunjukkan hipofosfatemia, maka pasien akan dirawat di rumah sakit. Pasien akan
dirawat karena kelainan yang menyebabkannya memiliki kondisi ini, dan akan diberikan pengobatan
pengganti fosfat.

Namun, jika penyebab hipofosfatemia tidak jelas, maka dokter kemungkinan akan menguji kadar
vitamin D. Selain itu, pengujian terhadap fungsi hati dan juga fungsi ginjal kemungkinan juga akan
dilakukan.

Jika obat yang menyebabkan hipofosfatemia, maka obat tersebut perlu dihentikan penggunaannya.
Orang dengan hipofosfatemia bisa memperbaiki gejala ringan dan mencegah kadar fosfat yang rendah di
masa depan dengan menambahkan lebih banyak fosfat ke dalam makanan. Susu dan makanan olahan
susu lainnya adalah sumber fosfat yang baik.

Mengonsumsi suplemen fosfat juga bisa menjadi pilihan terbaik untuk meningkatkan kadar fosfat. Selain
itu, suplemen fosfat juga bisa membantu meningkatkan kadar vitamin D yang rendah. Akan tetapi, jika
hipofosfatemia dalam tahap yang parah, maka penderitanya perlu mendapatkan fosfat dosis tinggi
secara intravena.

Orang dengan hipofosfatemia familial perlu mengonsumsi suplemen fosfat dan vitamin D untuk
melindungi tulang mereka. Mereka kemungkinan juga memerlukan sealant gigi untuk melindungi gigi
dari pembusukan.

Itulah deretan fakta medis seputar hipofosfatemia. Prognosis orang dengan hipofosfatemia tergantung
dari diobati atau tidaknya penyebab dari kadar fosfat rendah. Setelah diobati, hipofosfatemia biasanya
tidak kembali lagi
5. Hipomagnesemia

Hipomagnesemia adalah kondisi ketika kadar magnesium dalam darah di bawah batas normal. Kondisi
ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada pasien rawat inap dan biasanya terjadi
bersamaan dengan gangguan elektrolit lain, seperti hipokalemia atau hipokalsemia.

Magnesium adalah mineral yang terkandung di dalam aliran darah, jantung, otot, dan tulang. Mineral
yang umumnya diperoleh dari makanan ini merupakan zat penting yang berperan dalam lebih dari 300
reaksi metabolisme dalam tubuh, seperti:

- Mengubah makanan menjadi energi

- Membentuk protein baru dari asam amino

: Memelihara dan memperbaiki gangguan pada DNA dan RNA

- Memproses kontraksi dan relaksasi otot

- Mengatur neurotransmitter, yaitu senyawa dalam tubuh yang membawa sinyal ke pembuluh darah,
otot, dan juga otak

Kadar magnesium darah yang normal berkisar antara 1,8–2,2 mg/dl. Seseorang dapat dikatakan
menderita hipomagnesemia jika kadar magnesium dalam darahnya kurang dari 1,8 mg/dl. Sementara,
kadar magnesium darah yang lebih dari 2,2 mg/dl disebut dengan hipermagnesemia.

Umumnya, hipomagnesemia disebabkan oleh penurunan kemampuan usus dalam menyerap


magnesium atau peningkatan pembuangan magnesium oleh ginjal.

Selain itu, ada faktor lain yang dapat menyebabkan menurunnya kadar magnesium dalam tubuh, yaitu:
- Konsumsi alkohol secara berlebihan

- Diare kronis

- Sering buang air kecil (poliuria), misalnya akibat diabetes yang tidak terkontrol

- Hiperaldosteronisme, yaitu tingginya kadar hormon aldosterone dalam darah

- Hiperkalsemia atau tingginya kadar kalsium dalam darah

- Sindrom malabsorbsi, misalnya penyakit celiac dan peradangan usus

: Diabetes tipe 2

- Malnutrisi

- Efek penggunaan obat-obatan, seperti amphotericin B, cisplatin, ciclosporin, diuretik, penghambat


pompa proton, dan antibiotik aminoglikosida

Faktor risiko hipomagnesemia

Meski dapat terjadi pada siapa saja, hipomagnesemia lebih sering terjadi pada seseorang dengan faktor
di bawah ini:

- Berusia lanjut

- Sedang menjalani rawat inap di rumah sakit

- Sedang menjalani perawatan di ICU (intensive care unit)

- Mengalami kecanduan alkohol

: Menderita diabetes

Gejala Hipomagnesemia

Gejala hipomagnesemia yang muncul pada tiap orang dapat berbeda-beda, tergantung seberapa rendah
kadar magnesium darah. Berikut ini adalah gejala awal yang umum terjadi jika seseorang mengalami
kekurangan magnesium:

- Mual

- Muntah

- Kelelahan
- Nafsu makan menurun

Jika hipomagnesemia semakin memburuk, dapat muncul gejala lain, berupa:

- Lemah otot

- Tremor

- Kesemutan atau mati rasa

- Kram otot

- Kejang

- Gangguan irama jantung (aritmia)

- Kelainan pergerakan mata (nistagmus)

Diagnosis Hipomagnesemia

Untuk mendiagnosis hipomagnesemia, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang
dialami, riwayat kesehatan, dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien. Selanjutnya, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda hipomagnesemia.

Untuk diagnosis yang lebih akurat, deteksi hipomagnesemia dilakukan dengan melakukan tes darah.
Acuannya adalah sebagai berikut:

- Normal, ketika kadar magnesium berada di angka 1,8–2,2 mg/dL

- Hipomagnesemia, ketika kadar magnesium di bawah 1,8 mg/dL

; Hipomagnesemia berat, ketika kadar magnesium kurang dari 1,25 mg/dL

Selain tes darah, ada beberapa tes lain yang dapat dilakukan dokter dalam mengukur kadar magnesium
dalam tubuh, seperti:

- Tes urine, untuk mengukur jumlah magnesium yang dikeluarkan tubuh melalui urine

- Tes sel darah merah, untuk memeriksa kadar magnesium di dalam sel darah merah
- EXA test, untuk memeriksa kadar magnesium di dalam sel tubuh dengan mengambil sampel sel di
dalam mulut

Pengobatan hipomagnesemia dilakukan untuk menormalkan kadar magnesium darah dan mencegahnya
agar tidak turun kembali. Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah:

Suplementasi Magnesium

Jika kondisi pasien masih tergolong ringan, dokter akan memberikan suplemen magnesium untuk
diminum. Namun, jika pasien mengalami kesulitan dalam mengunyah atau menelan dan kondisinya
sudah tergolong parah, dokter akan memberikan magnesium melalui infus.

Berikut ini adalah sejumlah obat yang umum digunakan untuk menangani hipomagnesemia:

- Magnesium sulfat

- Magnesium glukonat

- Magnesium laktat

- Umumnya, gejala hipomagnesemia akan segera membaik setelah diberikan suplementasi magnesium.

Obat-obatan

Jika hipomagnesemia terjadi karena adanya penyakit lain, penanganan penyakit tersebut perlu
dilakukan bersamaan dengan suplementasi magnesium. Misalnya, hipomagnesemia akibat diabetes tipe
II yang tidak terkontrol juga harus ditangani dengan pemberian obat diabetes.

Bagi pasien yang menderita hipomagnesemia akibat ginjal terlalu banyak membuang magnesium, dokter
akan memberikan obat untuk menahan magnesium agar tidak terlalu banyak dibuang, antara lain:

- Amiloride

- Sprinolactone

Jika hipomagnesemia disebabkan oleh penggunaan obat tertentu, pasien akan disarankan untuk
mendiskusikannya dengan dokter yang memberikan obat tersebut.

Penting untuk diingat, pasien tidak disarankan untuk menghentikan konsumsi obat tanpa arahan dari
dokter, terutama jika obat tersebut dikonsumsi rutin dan dalam jangka panjang.
(3). Adidosis dan alkaliosis

Asidosis merupakan kondisi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi. Sedangkan alkalosis, berupa
kondisi banyaknya

Asidosis Gegara Lambung dan Paru

Asidosis sendiri terbagi menjadi dua, yaitu asidosis metabolik dan respiratorik. Penyebab keduanya tidak
sama. Untuk asidosis metabolik gegera ketidakmampuan ginjal untuk mengeliminasi asam berlebih
dalam tubuh. Sedangkan respiratorik, lain lagi ceritanya.

Kondisi ini disebabkan oleh paru-paru yang tak mampu membuat zat karbon dioksida yang diproduksi
tubuh. Ujung-ujungnya bisa menyebabkan tingkat keasaman darah dan cairan tubuh melonjak.
Bagaimana dengan alkalosis?

Alkalosis atau tingginya basa atau alkali dalam darah disebabkan gegara kadar asam atau karbondioksida
dalam tubuh berkurang. Di samping itu, penurunan kadar elektrolit dan kalium dalam tubuh juga bisa
memicu terjadinya alkalosis. Umumnya, kondisi ini bisa dipicu oleh muntah yang berlebihan atau terjadi
berkepanjangan.

Gejalanya Sama-Sama Bisa Berujung Koma

Pada dasarnya, gejala alkalosis bisa berbeda-beda kepada setiap pengidapnya. Nah, berikut ini beberapa
gejala yang mungkin dialami seseorang yang mengidap alkalosis.

- Otot bergetar

- Tremor

- Kebingungan

- Gangguan kecemasan, bisa menimbulkan kesemutan pada wajah, tangan, atau kaki;
- Mudah marah

- Mual dan mutah

- Tubuh terasa kaku

- Mata silau

- Rasa nyeri pada kepala.

Hal yang perlu digarisbawahi, alkalosis yang dibiarkan berlarut-larut bisa menyebabkan masalah lain.
Mulai dari detak jantung tak beraturan (aritmia), sulit memproses informasi, bahkan koma. Lantas,
bagaimana dengan gejala asidosis?

Faktanya, kadar asam di dalam tubuh yang sangat tinggi memang bisa menimbulkan banyak keluhan
pada tubuh. Gejala asidosis ini sendiri bisa berbeda-beda kepada setiap orang. Nah, berikut ini gejala
yang mungkin terjadi.

Asidosis respiratorik:

- Sakit kepala

- Rasa kantuk

- Linglung

- Tubuh mudah lelah

- Sesak napas

- Merasa gelisah.

Asidosis Metabolik:

- Penyakit kuning

- Turunnya nafsu makan

- Detak jantung meningkat

- Aroma napas berbau, seperti buah-buahan

- Linglung

- Kelelahan

- Sakit kepala
- Napas menjadi cepat dan pendek.

Hal yang perlu digarisbawahi, kedua kondisi di atas sama-sama bisa menyebabkan komplikasi bila tak
ditangani dengan cepat dan tepat. Lalu, seperti apa komplikasi yang bisa ditimbulkan alkalosis?

Alkalosis ini bisa berujung pada aritmia. Misalnya, detak jantung yang terlalu cepat, lambat, atau tidak
teratur. Di samping itu, komplikasi alkalosis juga bisa berupa ketidakseimbangan elektrolit (rendahnya
kadar natrium), hingga koma atau tidak sadarkan diri.

Komplikasi yang ditimbulkan cenderung lebih banyak. Mulai dari batu ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal
kronis, penyakit tulang, hingga keterlambatan dalam pertumbuhan.

1. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik adalah gangguan ketika status asam-basa bergeser ke sisi asam akibat hilangnya basa
atau retesi asam nonkarbonat dalam tubuh.[1] Asidosis sendiri merupakan kondisi dimana terjadi
akumulasi asam dan ion hidrogen dalam darah dan jaringan tubuh sehingga menurunkan pH.[1] Asidosis
metabolik ditimbulkan oleh perubahan keseimbangan antara produksi dan ekskresi asam.[2] Asidosis
sistemik dapat disebabkan oleh peningkatan masukan dari sumber-sumber eksogen (dari luar tubuh)
atau peningkatan prosuksi endogen (dari dalam tubuh) maupun ketidakadekatan ekskresi ion hidrogen
atau kehilangan bikarbonat berlebih dari urin atau tinja.[2] Keadaan klins tersebut ditndai oleh
rendahnya pH (peningkatan konsentrasi hidrogen) dan rendahnya konsentrasi bikarbonat plasma.[3]
Konsentrasi bikarbonat dalam cairan ekstraseluler adalah 22 mEq/L dan pH 7,35.[3]

- Asidosis metabolik

Kondisi ini terjadi ketika produksi asam di tubuh terlalu berlebihan atau saat ginjal tidak mampu
mengeluarkan asam dari dalam tubuh. Ada beberapa jenis asidosis yang termasuk asidosis metabolik,
yaitu:

Asidosis diabetik

Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik disebabkan oleh produksi badan keton (asam) yang
berlebihan. Kondisi ini terjadi saat diabetes tidak terkontrol.

- Asidosis laktat

Asidosis laktat atau lactate acidosis disebabkan oleh produksi asam laktat yang berlebihan. Kondisi ini
terjadi saat tubuh melakukan metabolisme anaerob (kadar oksigen rendah). Asidosis laktat dapat
disebabkan oleh kanker, konsumsi alkohol yang berlebihan, gagal hati, gagal jantung, hipoglikemia
dalam jangka waktu lama, sepsis, dan kelainan genetik, seperti MELAS.

- Asidosis hiperkloremik
Peningkatan kadar asam dalam tubuh pada kondisi ini disebabkan oleh kehilangan natrium bikarbonat
(basa) yang berlebihan dalam waktu yang lama. Kondisi ini biasanya terjadi karena diare atau muntah-
muntah yang berkepanjangan.

- Asidosis tubulus renalis

Kondisi ini terjadi ketika ginjal tidak dapat membuang asam melalui urine, sehingga asam terkumpul di
dalam darah. Hal ini biasanya terjadi saat kerusakan ginjal disebabkan oleh penyakit autoimun atau
gangguan genetik.

- Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik juga akan meningkatkan kadar asam di dalam tubuh, namun dengan mekanisme
yang berbeda. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan yang meningkatkan kadar
karbon dioksida di dalam darah.

Berikut ini adalah beberapa gangguan pada sistem pernapasan yang dapat memicu asidosis respiratorik:

- Gangguan pada saluran pernapasan, seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruksi kronis)

- Gangguan pada jaringan paru, seperti fibrosis pulmoner

- Gangguan pada tulang dada yang bisa mempengaruhi pernapasan, seperti skoliosis dan kifosis

- Gangguan pada sistem saraf yang mempengaruhi proses pernapasan, seperti myasthenia gravis, GBS
(Guillain-Barre Syndrome), dan ALS (amyotrophic lateral sclerosis)

- Penggunaan obat-obatan yang yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan, seperti penggunaan
opioid atau kombinasi obat golongan benzodiazepine dengan alkohol

- Kondisi lain yang bisa mempengaruhi pernapasan, seperti obesitas dan sleep apnea

Gejala asidosis tergantung pada penyebabnya, apakah gangguan metabolisme asam (asidosis metabolik)
atau gangguan pertukaran oksigen dan karbon dioksida (asidosis respiratorik).

Gejala asidosis metabolik dapat berupa:

- Napas pendek dan cepat

- Sakit kepala

- Linglung
- Mual dan muntah

- Lelah atau mengantuk

- Nafsu makan menurun

- Denyut jantung meningkat

- Sakit kuning

- Bau nafas tercium seperti aroma buah

Sedangkan gejala asidosis respiratorik dapat berupa:

- Napas pendek dan cepat

- Lelah atau mengantuk

- Pusing

- Sakit kepala

- Linglung

- Gelisah

Jika penderita mengalami asidosis respiratorik berkembang dalam jangka waktu yang lama (kronis),
gejala tidak selalu dirasakan. Namun, tanda-tanda seperti kehilangan ingatan, kesulitan tidur, dan
perubahan perilaku dapat terjadi.

Untuk mendiagnosis asidosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, obat-obatan yang
sedang digunakan, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. Setelah itu, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada pasien.

Dokter juga akan melakukan tes penunjang untuk memastikan diagnosis, menentukan tingkat
keparahan asidosis, dan mengetahui penyebab yang mendasarinya. Tes yang dapat dilakukan adalah:

- Tes darah, untuk menilai fungsi metabolik secara komprehensif termasuk fungsi ginjal, kadar gula, dan
elektrolit.

- Analisa gas darah arteri, untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan PH dalam darah.

- Rontgen dada, untuk mendeteksi cedera atau gangguan lain di paru-paru.

- Tes fungsi paru, untuk mengetahui kondisi dan fungsi paru dan saluran pernapasan.

- Tes urine, untuk mendeteksi keberadaan badan keton dan kadar asam yang dibuang melalui urine.

Pengobatan Asidosis
Pengobatan asidosis akan disesuaikan dengan jenis, penyebab, serta tingkat keparahan asidosis. Berikut
adalah penjelasannya:

- Asidosis metabolik

Pengobatan asidosis metabolik sangat tergantung pada penyebabnya. Dalam kasus asidosis
hiprekloremik, dokter biasanya akan memberikan natrium bikabornat, baik dalam bentuk tablet atau
cairan yang disuntikkan melalui pembuluh darah.

Untuk asidosis tubulus renalis, dokter mungkin akan memberikan sodium sitrat dan melakukan
penanganan untuk gangguan ginjal yang dialami. Sedangkan bagi penderita asidosis diabetik, akan
dilakukan pemberian insulin dan bersamaan dengan cairan infus untuk menyeimbangkan kadar asam.

Untuk penderita asidosis laktat, beberapa obat-obatan, seperti natrium bikarbonat, antibiotik, cairan
infus, atau oksigen, dapat diberikan. Jika kondisi belum terlalu parah, proses detoksifikasi dapat
dilakukan, khususnya bagi pasien yang mengalami keracunan obat atau alkohol.

- Asidosis respiratorik

Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk memperbaiki fungsi paru. Pada kasus asidosis
respiratorik akut, pengobatan dilakukan dengan menangani penyebabnya. Sedangkan, untuk asidosis
respiratorik kronis, penanganan biasanya dilakukan untuk mencegah kondisi bertambah parah.

Umumnya, dokter akan memberikan antibiotik, diuretik, kortikosteroid, atau bronkodilator. Jika kondisi
pasien cukup parah, dokter mungkin akan melakukan pemasangan alat bantu napas atau ventilator yang
disebut continous positive airway pressure (CPAP).
2. Asidosis

Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi. Kondisi ini ditandai
dengan beberapa gejala, misalnya napas pendek, linglung, atau sakit kepala. Normalnya, pH darah di
dalam darah adalah sekitar 7,4. Asidosis terjadi saat pH darah kurang dari 7,35 (asam).

Asidosis adalah kondisi yang ditandai oleh peningkatan kadar asam yang berlebihan di dalam tubuh.
Asidosis dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, bahkan berisiko mengancam jiwa.Asidosis
terjadi ketika ginjal dan paru-paru tidak dapat menjaga keseimbangan asam. Proses metabolisme tubuh
banyak menghasilkan asam. Paru-paru dan ginjal biasanya dapat menyeimbangkan kadar asam yang
sedikit meningkat. Gangguan pada organ tersebut dapat menyebabkan penumpukan asam di dalam
tubuh.Asidosis yang terjadi akibat hilangnya bikarbonat secara berlebih dalam darah dikenal dengan
asidosis metabolik, sedangkan asidosis karena karena penumpukan karbon dioksida dalam darah karena
gangguan fungsi paru dan pernapasan dikenal dengan asidosis respiratorik.Keasaman darah dilihat
melalui pengukuran pH. pH yang lebih rendah menunjukkan darah lebih asam dan sebaliknya. Menurut
American Association for Clinical Chemistry (AACC), asidosis ditandai dengan pH 7,35 atau lebih rendah.
Bagi penderita diabetes, jenis asidosis yang paling umum adalah ketoasidosis diabetik.

Asidosis respiratorik atau pernapasan

Beberapa gejala asidosis pernapasan, diantaranya adalah:

- Kelelahan atau mengantuk

- Mudah lelah

- Kebingungan

- Sesak napas

- Sakit kepala

Rasa mengantuk dapat berkembang menjadi penurunan kesadaran yang lebih berat (stupor dan koma)
ketika oksigen dalam tubuh tidak lagi cukup. Kondisi stupor dan koma dapat terjadi segera ketika
pernapasan terhenti atau sangat terganggu. Kondisi ini dapat terjadi dalam beberapa jam ketika
pernapasan mulai terganggu.
Asidosis metabolik

Sementara beberapa gejala asidosis metabolik di antaranya adalah:

- Napas cepat dan dangkal

- Kebingungan

- Kelelahan

- Sakit kepala

- Kantuk

- Penurunan nafsu makan

- Jaundice (kulit dan/atau mata menjadi berwarna kuning)

- Peningkatan denyut jantung

- Napas yang berbau seperti buah (menunjukkan tanda asidosis diabetes/ketoasidosis)

Napas menjadi cepat dan dangkal karena tubuh berusaha untuk mengoreksi asidosis dengan
mengeluarkan lebih banyak karbondioksida. Ketika asidosis mulai memburuk, maka orang tersebut akan
merasa sangat lemah, mengantuk dan dapat mengalami kebingungan (seperti orang linglung), serta
mual.Pada asidosis berat, dapat terjadi gangguan pada jantung dan tekanan darah dapat menurun
dengan drastis. Selain itu, penderitanya bisa mengalami syok, koma dan pada akhirnya dapat berujung
pada kematian.
3.Alkalosis metabolik

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar
bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Selain itu, dapat juga
disebabkan oleh asupan basa yang meningkat.Dehidrasi dan perubahan kadar elektrolit ekstrasel, yang
menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolik.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang
dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).

Penyebab umum alkalosis metabolik ini adalah muntah berkepanjangan, hipovolemia, penggunaan obat
golongan diuretik, dan hipokalemia.Gejala dan tanda-tanda pada kasus yang berat termasuk sakit
kepala, lesu, dan tetani.Alkalosis metabolik didiagnosis dengan mengukur elektrolit serum dan
kandungan gas dalam darah di arteri.Jika etiologi alkalosis metabolik tidak jelas dari riwayat klinis dan
pemeriksaan fisik, termasuk penggunaan narkoba dan adanya hipertensi, maka konsentrasi ion klorida
urine dapat diperoleh.
4. Alkalosis respiratorik

Alkalosis respiratorik adalah kondisi kesehatan di mana terdapat basa atau alkali yang berlebih di dalam
darah. Terlalu banyak basa dalam darah bisa terjadi karena rendahnya karbondioksida dalam tubuh
akibat kondisi-kondisi medis tertentu, seperti bernapas terlalu cepat atau keracunan salisilat.

Alkalosis sendiri merupakan suatu kondisi ketika cairan tubuh atau darah mengandung kadar basa yang
berlebihan.

Pada kondisi normal, tubuh manusia seharusnya memiliki kadar asam dan basa yang seimbang.
Keseimbangan asam dan basa di dalam darah tersebut diukur dengan skala pH.

Agar tubuh manusia dapat berfungsi secara normal, nilai pH yang ideal berada dalam kisaran netral,
yaitu tepatnya berada di rentang 7,35 sampai 7,45.

Jika nilai pH lebih kecil dari rentang normal, itu artinya kandungan asam di dalam darah terlalu banyak.
Sebaliknya, nilai pH yang lebih besar dari rentang normal menggambarkan tingginya basa di dalam
darah.

Pada alkalosis respiratorik, tubuh kekurangan asam atau karbondioksida sehingga kadar basa atau alkali
dalam darah meningkat. Kelebihan basa dalam darah bisa menimbulkan gejala-gejala seperti kejang
otot, pusing, dan mual.

Apabila dibiarkan tanpa pengobatan, alkalosis respiratorik yang terlalu parah bisa menyebabkan kejang
(seizure). Maka dari itu, pengobatan sebaiknya dilakukan secepat mungkin agar hasil penanganannya
akan semakin baik.

- Alergi

- Kesehatan Jantung

- Kesehatan Pernapasan

- Kanker

- Urologi

- Penyakit Diabetes

- Kesehatan Kulit

- Kesehatan Muskuloskeletal

- Penyakit Kelainan Darah


- Kesehatan Mata

- Kesehatan THT

- Kesehatan Otak dan Saraf

- Penyakit Infeksi

- Kesehatan Pencernaan

- Kesehatan Seksual

Mengenal Alkalosis Respiratorik, Ketika Basa dalam Darah Terlalu Tinggi

Di dalam darah manusia, terdapat asam dan basa yang kadarnya harus selalu seimbang supaya tubuh
tetap bisa bekerja dengan normal. Apabila kadar basa mengalami peningkatan secara drastis, kondisi ini
disebut dengan alkalosis respiratorik.

Apa itu alkalosis respiratorik?

Alkalosis respiratorik adalah kondisi kesehatan di mana terdapat basa atau alkali yang berlebih di dalam
darah. Terlalu banyak basa dalam darah bisa terjadi karena rendahnya karbondioksida dalam tubuh
akibat kondisi-kondisi medis tertentu, seperti bernapas terlalu cepat atau keracunan salisilat.

Alkalosis sendiri merupakan suatu kondisi ketika cairan tubuh atau darah mengandung kadar basa yang
berlebihan.

Pada kondisi normal, tubuh manusia seharusnya memiliki kadar asam dan basa yang seimbang.
Keseimbangan asam dan basa di dalam darah tersebut diukur dengan skala pH.

Agar tubuh manusia dapat berfungsi secara normal, nilai pH yang ideal berada dalam kisaran netral,
yaitu tepatnya berada di rentang 7,35 sampai 7,45.

Jika nilai pH lebih kecil dari rentang normal, itu artinya kandungan asam di dalam darah terlalu banyak.
Sebaliknya, nilai pH yang lebih besar dari rentang normal menggambarkan tingginya basa di dalam
darah.

Pada alkalosis respiratorik, tubuh kekurangan asam atau karbondioksida sehingga kadar basa atau alkali
dalam darah meningkat. Kelebihan basa dalam darah bisa menimbulkan gejala-gejala seperti kejang
otot, pusing, dan mual.

Apabila dibiarkan tanpa pengobatan, alkalosis respiratorik yang terlalu parah bisa menyebabkan kejang
(seizure). Maka dari itu, pengobatan sebaiknya dilakukan secepat mungkin agar hasil penanganannya
akan semakin baik.

Seberapa umumkah kondisi ini?


Menurut sebuah artikel dari StatPearls, alkalosis respiratorik adalah jenis gangguan keseimbangan asam
dan basa yang paling umum terjadi.

Kondisi ini dapat menimpa siapa saja tanpa pandang bulu. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki
peluang yang tidak berbeda jauh untuk mengalami kondisi medis ini.

Apa saja tanda-tanda dan gejala alkalosis respiratorik?

Salah satu gejala alkalosis respiratorik yang paling khas adalah bernapas secara berlebihan atau terlalu
cepat (hiperventilasi).

Selain itu, penurunan kadar karbon dioksida dalam darah juga bisa memicu timbulnya tanda-tanda dan
gejala di bawah ini.

- Pusing

- Kepala terasa ringan (kliyengan)

- Perut kembung

- Kejang otot atau mati rasa di bagian tangan dan kaki

- Rasa tidak nyaman di bagian dada

- Kebingungan

- Mulut kering

- Lengan kesemutan

- Berkeringat dingin

- Jantung berdebar

- Sesak napas

Namun, tidak menutup kemungkinan penderita alkalosis tidak mengalami tanda-tanda dan gejala apa
pun. Dalam kasus yang jarang terjadi, rendahnya kadar karbon dioksida bisa menyebabkan penderitanya
mengalami kejang parah, bahkan koma.

Dalam kondisi normal, manusia seharusnya bernapas sebanyak 12-20 kali per menit saat sedang tidak
beraktivitas fisik.

Jika jumlah napas setiap menit melebihi rentang tersebut, tubuh bisa membuang karbon dioksida secara
berlebihan. Pernapasan terlalu cepat ini yang disebut dengan hiperventilasi. Akibatnya, karbon dioksida
yang terlalu sedikit di dalam tubuh menyebabkan pH dalam darah tidak seimbang dan didominasi oleh
alkali.
Karbon dioksida tergolong dalam zat asam, sedangkan alkali termasuk dalam zat basa. Jika asam
terbuang terlalu banyak, kadar basa di dalam darah pun akan meningkat.

Padahal, agar tubuh dapat tetap bekerja dengan baik, diperlukan kadar asam dan basa yang seimbang
dalam darah. Hal ini ditandai dengan nilai pH yang berada dalam rentang normal.

Hal sebaliknya juga berlaku. Apabila kadar basa terlalu sedikit dan darah mengandung asam berlebih,
masalah kesehatan juga dapat terjadi. Kondisi ini disebut dengan asidosis.

Banyak para ahli yang berpendapat bahwa alkalosis tidak lebih berbahaya dibanding dengan asidosis
respiratorik. Namun, keduanya membutuhkan penanganan medis secepat mungkin karena berpotensi
membahayakan tubuh.

Hiperventilasi pada alkalosis respiratorik disebabkan oleh beberapa kondisi dan penyakit, seperti:

- gangguan irama detak jantung (seperti aritmia atau atrial flutter),

- serangan panik,

- penyakit hati,

- pneumotoraks (kolaps paru),

- emboli paru, dan

- konsumsi obat salisilat berlebihan (seperti aspirin).

Dalam kasus tertentu, kehamilan juga berpotensi menyebabkan alkalosis. Pasalnya, ibu hamil cenderung
bernapas lebih cepat pada trimester ketiga karena perkembangan janin di dalamnya.

Pemasangan alat bantu pernapasan seperti ventilator di rumah sakit juga berisiko menyebabkan pasien
bernapas terlalu cepat sehingga mengalami alkalosis.

Seperti saat mendiagnosis penyakit lainnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu.
Selanjutnya, Anda akan diminta menjelaskan seputar gejala-gejala yang dialami dan riwayat penyakit
yang dimiliki.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih akurat, biasanya dokter akan meminta Anda
menjalani beberapa tes tambahan, seperti:

Tes gas darah: tes gas darah dilakukan dengan cara memeriksa kadar elektrolit, oksigen, dan karbon
dioksida dalam darah arteri. Tes ini bertujuan untuk membedakan alkalosis respiratorik dengan
metabolik.

Tes urine: tes ini dilakukan dengan memeriksa kadar elektrolit dan pH pada sampel urine Anda.

Apabila nilai pH Anda menunjukkan angka di atas 7,45 dan kadar karbon dioksida dalam arteri terlalu
rendah, itu berarti Anda mungkin mengalami alkalosis.
Alkalosis respiratorik sangat jarang berujung pada kondisi yang membahayakan nyawa.
Ketidakseimbangan pH pada tubuh juga terkadang dapat membaik dengan sendirinya.

Yang perlu mendapatkan penanganan secara intensif adalah penyakit atau kondisi medis yang
mendasari timbulnya alkalosis. Dengan begitu, nilai pH dalam darah akan kembali normal secara cepat.

Anda mungkin juga menyukai