Anda di halaman 1dari 15

SMK NEGERI 6 KENDAL

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA BUDI PEKERTI

“SURGA”

Disusun oleh:
➢ Febri Dwi Ardani (19)

➢ Irma Adda Salsabila (20)

➢ Jauhar Habiybiy (21)

➢ Karima Dwi Fatma (22)

➢ Keysya Putri Tafdillah (23)

➢ Kharisma Nova Isnaeni (24)

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hhidayat-Nya serta berbagai
upaya, tugas makalah Pendidikan Agama Budi Perkerti yang membahas
tentang SURGA dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dengan penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan Al-Qur’an, AL-Hadist,


Ijma’, dan Qiyas. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang
semourna. Untuk itu diharapkan berbagai masukkan yang bersifat membangun
demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga maklah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Temanggung, 1 Maret 2023

Jauhar Habiybiy

2
DAFTAR ISI

3
4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah rukun iman dan rukun islam itu sama?


2. Apa itu Surga?
3. Untuk siapa Surga diciptakan?
4. Bagaimana jika Surga tidak diciptakan?
5. Bagaimana cara masuk Surga?
6. Siapakah yang mendapatkan syafa’at?
7. Apa kenikmatan terbesar di Surga?
8. Apa makna QS. Taha ayat 5

1.3 Tujuan

1. Mengetahui perbedaan rukun iman dan rukun islam


2. Mengetahui pengertian Surga
3. Mengetahui untuk siapa Surga diciptakan
4. Mengetahui apa yang terjadi apabila surga tidak diciptakan
5. Mengetahui bagaimana cara masuk Surga
6. Mengetahui siapa yang akan mendapatkan syafa’at
7. Mengetahui kenikmatan terbesar di Surga
8. Memahami tafsir para ulama

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembicara dalam memahami


tentang perbedaan rukun iman dan rukun islam, hakikat surga, dan
kenikmatan surga.

5
BAB ll
PEMBAHASAN MASALAH

Dengan mengetahui hakikat Surga, maka akan dapat menambah semangat ibadah
seseorang. Surga merupakan bentuk dari sifat kasih sayang-Nya Allah terhadap hamba-
hamba-Nya,

2.1 Perbedaan Rukun Iman dan Rukun Islam

Sudah sejak kecil kita diberitahu bahwa rukun iman terdapat enam, sedangkan rukun
islam terdapat lima. Berikut keterangan dari Gus Baha:

Makanya kata Syekh Abdul Qadir: “Aku telah meminum segaranya Jibril dan Mikail”, kalau orang
syari’at menentang “maksudnya itu bagaimana?”, ya kalau kata orang wushul ya biasa saja. Kamu
sekarang saya beri pertanyaan, misalnya, ini kisah nyata, para malaikat itu kan tahu alam langit,
dimana disana ada hambaran zamrud, hambaran habarjat, gedungnya terbuat dari emas, pagarnya
dari emas, semuanya mewah dari emas dan perak, ujung-ujungnya kalau ditanyakan, itu bukti apa?,
kekuasaan Allah, makanya yang dikatakan iman itu cuma syahadat asyhadu anlaa illaha illa Allah wa
Muhammadar Rasulullah. Yang dikatakan islam itu ada butuh sholat, sekarang itu bodoh masal,
menurutnya iman dan islam itu jadi satu, padahal yang dikatakan iman itu ya menyakini kalau ada
Allah, yang dikatakan islam…, sholat itu rukun islam atau rukun iman?, rukun islam, begitu itu juga
lupa padahal sudah diajari semenjak masih kecil, saya sering dibantah oleh seorang kyai “bagaimana
sih Gus?, islam tapi tidak sholat”, iman itu rukun iman, kalau sholat itu rukun islam. Iman itu disebut
dua kali, rukun iman pertama apa?, iman kepada Allah, rukun islam pertama?, syahadat, berartikan
iman kepada Allah kan dua kali, rukun islam pertama ,Allah, dan rukun iman pertama, Allah. Tapi nanti
kalau nomor dua (sholat) itu rukun islam atau rukun iman?, rukun islam, kalau rukun iman ada sholat
tidak?, tidak. Berarti orang yang tidak sholat itu masih iman atau sudah tidak iman?, masih iman. Yang
mengarang hikam khawatirnya, kalau anda benci dengan orang-orang islam yang nakal, orang islam
yang nakal ini punya kontribusi mentabuhkan kemusyrikan, iyakan, kasus dulu di Iran, dulu orang itu
nyembah api, wasani itu nyembah api, lalu sebab mereka punya iman itu, mereka mencoba
memadamkan api, ya belum sholat tapi sudah iman “api kok tuhan, dipadamkan juga bisa” lama-lama
orang se-Iran itu islam semua, iman semua. Di Irak juga seperti itu, dulu percaya harut marut, Babilion
itu kota tenun, sebab orang punya iman, hilang semua. Begitu juga di Jawa, berkahnya orang islam
walaupun tidak sholat, iman walaupun tidak sholat, ibadah-ibadah orang non-muslim kan sedikit, itu
berkah_nya orang sholeh atau berkahnya asal islam?, berkahnya orang islam. Soal mereka tidak
sholat, soal mereka tidak benar, ya kita bina, tapi jangan dianggap mereka itu kafir, bagaimanapun
mereka itu menyumbang penghapusan symbol-symbol kekafiran, makanya kamu jangan menjadi
aliran-aliran yang gampang mengkafirkan orang, mereka itu anti selain Allah, kok dikafirkan, begini itu

6
jadi sadar kontribusinya orang islam fasik dijumlah kuantitas orang islam. Jadi Allah itu menghitung
per misqola dzaroh.

2.2 Pengertian Surga

Surga merupakan bentuk Rahman-Nya Allah dan Surga adalah tempat yang
sangatlah indah.

Puncak kiamat itukan Surga. Kata nabi Surga itu ‘mala ainun roat’ tidak pernah ada ‘ain’,
‘ain’ ini, tidak ada ‘ain’ yang pernah melihatnya, mata. ‘wala udzunun sami’at’ telinga ini
tidak pernah dengar. Jangan, hati-hati baca hadist ini, orang sering salah faham baca hadist
ini. ‘wala khotoro ala qolbi basarin’ tidak pernah terbesit di ‘qalbu basar’. Ada kuncinya
disitu, ‘idhofa qoblu basar’ qolbu (hati) manusia, qolbu basar. Nabi tidak bersabda,
kalimatnya tidak pakai ‘basor’, tapi pakai ‘ain’. Tidak pakai ‘sama’’ tapi pakai ’uzun’ , ini kata
kunci. Kenapa, karena alam yang akan kita hadapi, disana itu bukan alam disini. Sehingga
tidak pernah ada mata yang melihatnya, mata. Mata bukan ‘basirah’, faham ya, mata ini
tidak bisa lihat. Tapi kalau basirah, Allah izinkan, bisa lihat. ‘wala uzunun sami’at’ telinga ini
tidak pernah mendengar. Tapi kalau ‘sama’’ pendengaran ruh, dia bisa dengar. Kalau tidak,
tidak mungkin Rasulullah bisa cerita. Kalau Rasulullah bisa cerita, karena beliau
diperjalankan ke alam sana, lalu dengan apa beliau memandang, bukan dengan mata
‘basar’, bukan dengan telinga ‘basar’ manusia, bukan dengan ‘qolbu basar’, tapi dengan
Ruh, dengan ‘basirah’nya ‘ruh’, pandangan batinnya ’ruh’, dengan pendengaran batinnya
‘ruh’, baru bisa menangkap kabar itu. Beliau-kan manusia, seandainya hadist ini difahami
secara harfiah maka ‘hata’ nabi Muhammad Saw tidak mungkin sanggup menceritakannya.
Tapi nabi Muhammad Saw meskipun tidak perah kuliah dikampus manapun, kuliahnya
langsung dikampus Allah Swt. Maka beliau menggunakan kata-kata kunci, kunci ‘nut’ dalam
ilmu mantik. (Buya Arrazy Hasyim)

2.3 Penghuni Surga

Surga yang mewah adalah bagi yang mengatakan kalimat tauhid.

‫من قال ال إله إال هللا دخل الجنة‬

7
Allah membuat surga yang sebegitu mewahnya, itu targetnya satu, (yaitu) bagi yang
melafadzkan ‘laa illaha illa Allah, Muhammadur_rasulullah’. Neraka dibuat sebegitu
dahsyatnya juga bagi yang menolak ‘laa illaha illa Allah’. Dajjal sebegitu sibuknya itu cuma
karena satu tujuannya, (yaitu) biar orang tercerabut dari ’laa illaha illa Allah’. Jadi, fitnah
apapun di dunia ini, apapun besarnya, tragedi korupsi, tregedi kemanusiaan, tregedi apa saja,
itu tidak bisa mengalahkan kesaktiannya ‘laa illaha illa Allah’. Misalnya begini, contoh paling
mudah, orang kalau mau meninggal itukan orientasi fikihnya banyak, mungkin tersiksa tidak
bisa membayar hutang, mungkin tersiksa anaknya belum sholeh, mungkin tersiksa punya hak
adami yang belum selesai. Semua ketersiksaan ini tetap ada solusi, yaitu meninggal dalam
keadaan ‘laa illaha illa Allah, Muhammadur_rasulullah’. Banyak riwayat yang menjelaskan
orang hak adaminya belum selesai, asal orang tersebut meninggal dalam keadaan beriman
membawa ‘laa illaha illa Allah’ kalau memang orang tersebut mendapat ridho-Nya Allah Swt,
nanti akan diselamatkan Allah diakhirat. Banyak riwayat yang bilang, yang menjelaskan ada
orang itu hutangnya banyak, saya sering cerita, kebetulan orang ini adalah wali, tidak bisa
membayar (hutang), lalu orang yang dihutangi menuntut di akherat untuk melunasi, karena
di akhirat tidak dapat melunasi, waktu di dunia saja tidak dapat melunasi, apalagi di akhirat.
Sekalian Allah ditunjukkan satu surga yang indah, saking indahnya sampai pertanyaannya itu;
“ini untuk nabi siapa?”, surga semewah ini akhirnya Allah menjawab: “(diperuntukkan) bagi
yang kuat membayar”, lalu siapa ya Allah yang mampu membayar surga semewah ini?, kamu
bisa membayar ini, caranya gimana gusti?, kamu menghalalkan uabg (hutang) kamu di orang
ini. Lalu intinya, terus orang yang memberikan hutang menghalalkan, kemudian dua-duanya
disuruh masuk surga oleh Allah Swt. Jadi intinya itu, ‘laa illaha illa Allah’ itu, apapun problem
dunia kita, misalnya kita secara fikih terganggu karena ngaak bisa membayar hutang atau
mungkin anak kita belumm sholih atau cucu-cucu kita ya apa, kita tidak pernah tahu, dan kita
sudah tidak bisa ngurus lagi, tapi apapun itu yang abadi adalah ‘laa illaha illa Allah’.
‘hasbiyallah wa ni’mal wakil’ kita yang nggak bisa menunggu anak cucu tapi mereka akan
hidup diurus oleh rahmat-Nya Allah, mereka akan iman juga diurus oleh hidayah-Nya Allah,
mereka akan baik-baik saja juga diurus oleh Allah Swt. Ini saktinya kalimat ‘laa illaha illa Allah’.
(Gus Baha)

Sayidina Ali pernah didebat dengan orang ateis. Bahwa manusia ingin menentukan dirinya
sendiri, sayidina Ali bertanya:”Sekarang tanggal lahir anda yang menentukan anda atau
Allah?”. Ya Allah, saya sendiri tidak terlibat menentukan tanggal kelahiran saya. “kamu punya
bapak itu yang mempunyai Allah atau kamu sendiri?”. Kalo kamu sendiri, kan milih bapak
presiden, buat apa punya bapak yang gak jelas. “sekarang kamu milih bapak, apa Allah yang
menentukan?”. Ya Allah, saya tidak ikut campur. Lha iya, kamu tanggal lahir gak ikut
menentukan, bapak juga tidak ikut menentukan. Kok kamu bisa beranggapan bisa
menentukan hidupmu, itu bagaimana?. Akhrinya orang itu ‘taslim’, kalo kita semua didunia
hanyalah makhluk. Orang kalau sudah iman seperti itu, bisa hidup resmi disahkan oleh Allah.
Karena firman Allah: “orang yang boleh hidup itu orang yang mengetahui bukti ‘bayyinah’
kebenaran Allah Swt. Ya itu umat Nabi Saw yang telah dididik sampai hari kiamat, walaupun
bodoh banget, kalo tentang katuhanan (Allah) itu pintar (tahu). Maskipun jarang sholat, pasti

8
tahu bahwa Allah itu tuhan. Makanya, walaupun orang itu gak sholat, asal tauhidnya benar,
biarpun nanti dineraka lama, ya tetap masuk surga, meskipun tanggal dan tahunnya belum
jelas. (Gus Baha)

2.4 Apabila Surga Tidak Diciptakan

1+2=3. Begitu juga Allah tanpa surga tetaplah menjadi tuhan.

Kalau berfikir tasawuf itu begini surga dan neraka itu ‘muajalah’, itu nanti, kamu nyembah
Allah, Ingin masuk surga, takut menghindari maksiat atau takut sehingga tidak maksiat
karena takut neraka dan surga itu simbol ridho-Nya, neraka simbol benci-Nya ‘sukhtunya’
Allah. Terus kata orang-orang tasawuf cara berfikir, Allah itu sudah ada sekarang mulai dulu
sampai sekarang Allah sudah ada, kalau Allah sudah ada berarti Allah sekarang ya bisa
berstatus ridho ke kamu atau berstatus benci ke kamu. Kenapa takutnya nanti?, Allah
sekarang (sudah ada) kok takutnya nanti, ya sekarang juga, kamu harus amal tuh ‘naqdan’
(cash), Allah ada sekarang ya ibadahnya harus ada sekarang. (Gus Baha)

2.5 Cara Masuk Surga


Seorang hamba akan masuk kedalam surga dikarenakan rahmatnya Allah, bukan
karena amalnya.

ِ ‫ َو َال ي ُِجي ُرهُ ِمنَ ال َّن‬،َ‫ع َملُهُ ْال َج َّنة‬


‫ َو َال أَنَا إِ َّال ِب َرحْ َم ِة ِمنَ هللا‬،‫ار‬ َ ‫َال يُد ِْخ ُل أ َ َحدا ِم ْن ُك ْم‬
Rasulullah Saw bersabda:”siapa saja tidak akan bisa masuk surga lewat amal ibadahnya
kepada gusti Allah Swt”. Sahabat bertanya:”Apakah engkau juga demikian wahai
Rasulullah?”. Rasulullah Saw menjawab:”iya, walaupun saya beribadah, ibadah saya tidak
akan bisa menjamin saya ke surga”. Sahabat bertanya:”lha kalau bisa masuk surga, kenapa
wahai Rasulullah Saw?”. Nabi Saw menjawab:”iya, sebab barokah dan rahmatnya gusti Allah
Swt”. Jadi, dikemballikan ke asal. Bukan dikembalikan kepada ibadahnya, bukan… Asalnya
asal itu apa, Saya bisa beribadah seperti ini itu karena berkat pertolongan Rahmatnya gusti
Allah Swt. Iya atau tidak?, iya kan?. Saya dan anda ini masih pelit. Halah,,,Namanya juga
nafsu. Nafsu itu tidak mau melakukan kebaikan, itu tidak mau. Benar atau tidak?. (KH.
Ahmad Asrori AL-ishaqi)

9
Ada orang yang tidak pernah maksiat mulai kecil sampai tua. Singkat cerita orangnya ini
umur 80 tahun mati, ditanya Allah kenapa kamu sekarang disurga, karena saya selalu taat
dan tidak pernah maksiat. Ini bukti bahwa surga tidak karena amal. Allah berfirman: “Ya
sudah, kamu disini (surga) 80 tahun saja. Kaget dia, kenapa kamu kaget?. Yang saya ketahui
ya Allah surga itu selama-lamanya. Kamu bilang masuk surga karena amalmu, kalau karena
amal, amalmu cuma 80 tahun, surga-mu juga 80 tahun. Yang selamanya itu rahmatku kalau
amalmu tidak cukup, amalmu 80 tahun, surgamu harus 80 tahun. Kemudian orang itu
berkata:”ya sudah Ya Allah, saya masuk surga karena rahmat-Mu”. Sudah telat, tidak bisa.
Ini makanya kita harus yakin, masuk surga itu karena rahmatnya Allah Swt. Orang sekarang
tidak bisa ngaji, masuk surga karena rahmatnya Allah, bukan karena amal, untuk itu tidak
usah beramal, itu kata orang srtes. Maksudnya itu tidak begitu amal itu bukti ikrar, misalnya
kita sujud, sholat itu bukti Allah Pengasih. Paham ya?, perkara masuk surga itu rahmatnya
Allah Swt. Karena ikrar itu kebutuhan. Sekarang saya tanya, 2+2= berapa?, 4, menjawab 4
itu kebutuhan karena itu punya akal, mengatakan 4 itu kebutuhan, lalu sama yang ngetes
diberi uang 10.000. Ada tidak hubungan 4 dengan uang 10.000?, tidak ada, jawaban 4
adalah kebutuhan hakiki kebenaran, sementara bonus adalah hak yang memberi. Kira-kira
seperti itu surga dan neraka itu. mereka mengatakan Allah tuhan itu kebutuhan kebenaran,
kebenaran hakiki itu memang harus mengatakan Allah itu tuhan, kemudian Allah memberi
bonus kita surga. Itu hak-nya pemberi. Paham ya?. (Gus Baha)

2.6 Syafa’at Nabi Muhammad Saw.

Syafa’at berarti pertolongan, syafa’at nabi Muhammad Saw akan diberikan kelak di
yaumul kiamah.

Nabi setiap memintakan syafa’at kepada Allah Swt, untuk kita. Nabi sujud dulu, dan nanti di
akhirat, nabi itu makhluk paling sibuk, Beliau tidak sempat memikirkan dirinya sendiri, yang
dipikirkan ’umati, umati’, setiap kali lewat, itu ada dateng, “wahai Rasulullah bantulah
kami”, ditangannya sudah ada daftar orang yang beliau mau bantu, itulah kekasih-
kekasihnya, ulama-ulama pewaris ilmunya, pewaris sifat-sifatnya, tidak hanya pewaris
sorban dan jenggotnya, tapi juga mewarisi karakter-karakter rahmatnya. Itu udah ditandai
sama Rasulullah. Lalu sahabat bertanya:”ya Rasulullah bagaimana engkau tau nanti bahwa
itu adalah umatmu”, sebanyak itu umat. Jawaban nabi:”Aku mengetahuinya dari pancaran
bekas wudhu” (Buya Arrazy Hasyim)

Bagaimana kiat mendapat syafa’at nabi Saw, nabi itu syafa’atnya macam-macam. Ada syafaat
special, ada syafa’at global. Mau yang mana?, special apa global?, kalau yang global,
pemaksiat aja dapat. Ada di qolbu-nya cinta nabi, dapet, bahkan orang yang mati belum
sempat bersyahadat di qolbu-nya ada cinta, ingin mengenal Sayidina Muhammad Saw, waktu

10
sekarat Allah selamatkan dia, Allah selamatkan dia. Cuma kita kan tidak melihat Alam rohani,
kalau bisa lihat alam rohani, bisa lihat tuh. Orang-orang yang kata kita kafir tapi sebenarnya
dia udah lama mencari tentang sosok Nabi Muhammad Saw, dia itu Allah selamatkan itu. ya,
ada, ada orang yang pakar disini, bisa pulang pergi ke alam itu, Cuma kita tidak boleh buka
rahasia itu, ini rahasia Allah Swt. Itu syafa’at yang global. Apa kata nabi, “pertolonganku juga
didapatkan oleh orang orang yang bermaksiat, bahkan dosa terbesar. Sebutkan dosa terbesar
di dunia, selain syirik, dia dapat. Jadi kalau dosa aja bisa apalagi cuma beda faham, ama
kawan, Cuma karena beda faham hilang rahmat Allah bagi kita, ya, langsung jadi ahli nar
(neraka) Cuma karena bid’ah. Tapi ada (syafa’at) yang special, siapa yang special ini. Apa kata
nabi Muhammad Saw, “Orang yang paling special nanti disampingku yang aku cari mereka
nanti, adalah mereka-mereka yang banyak menyampaikan salam dan sholawat kepadaku”.
Tadi sudah saya sampaikan, sholawat dan salam itu mesti kenal dulu, baru berasa, baru
kecanduan. Kalau kita udah seneng sama seseorang kita telepon terus, kita tanya kabarnya.
Itu dia, maka bersholawatlah kepadanya. Kenali nabi-mu lalu sholawat dan salamlah
kepadanya. Itulah hakikat daripada mengikuti nabi Saw, pasti banyak dan ini jaminannya
Rasulullah, bukan arrazy, kalau saya tidak bisa menjamin, tapi kita punya sanad kepada sang
penjamin. Nabi bersabda “semua sanad terputus kecuali sanadku”, dan ini jaminan nabi Saw.
(Buya Arrazy Hasyim)

2.7 Kenikmatan di Surga

Di dalam surga tentu akan mendapatkan banyak kenikmatan, namun melihat allah
ada kenikmatan terbesar disurga.

Begitu Allah menampakkan Dzat-Nya kepada ahli surga. Orang ahli surga akan lupa dengan
kenikmatan yang ada di surga, apapun saja. Begitu Allah menghilang dari Ahlul Jannah,
menangis Ahlul Jannah. Tidak ada apa-apanya isi surga dan seluruh kenikmatan yang ada di
surga ini Ya Allah. Jika dibandingkan dengan menyaksikan ke-agungan Engkau Ya Allah. (KH.
Ahmad Asrori Al-Ishaqi)
Di surga itu nanti kita melihat Allah Swt. Makanya ada ulama ditanya:”Kenapa sholat itu
lebih indah daripada nikmat hubungan?”. Jawabnya ulama itu gini, lucu jawabannya
sederhana:”Nikmatnya kamu punya anak itu apa?”, jawabnya ulama itu gini:” Kalau sakit dia
sembuh, kalau hilang dia datang.” Kira-kira orang yang berhubungan intim,(dibandingkan)
sama orang yang sedang anaknya sembuh dari koma, senangnya senang mana?. Senang
yang melihat anaknya sembuh dari penyakit. “senikmat apapun hubungan biologis senang
anaknya yang hilang ketemu.” Kalau anak ketemu aja orang sesenang itu, apalagi kita di
surga, ketemu dzat yang lama kita sembah, yang lama kita rindukan, yang lama kita tunggu,
kemudian ketemu disurga. “maka tidak ada artinya surga tanpa melihat Allah Swt.” (Gus
Baha)

11
2.8 Tafsir Qs Taha

‫علَى ْال َع ْر ِش ا ْستَ َو َٰى‬


َ ‫الر ْح َٰ َم ُن‬
َّ

Perlu digarisbawahi bahwa Ibnu Taimiyyah meyakini bahwa mungkin bila Allah duduk di
atas ‘Arsy.

‫فإذا عرف أن ما وصفت به المالئكة وأرواح األدميين من جنس الحركة والصعود والنزول وغير ذالك اليماثل حركة أجسام‬
‫اآلدميين كان ما يوصف به الرب من ذالك أولى بااإلمكان‬

Artinya, “Sudah diketahui bahwa sifat malaikat dan ruh manusia berupa bergerak, naik,
turun dan sejenisnya tidaklah sama dengan sifat manusia. Begitu juga, sifat Allah yang
demikian (duduk,naik,turun dan sejenisnya) lebih pantas untuk mungkin terjadi” (Ibnu
Taimiyah, Majmu’ul Fatawi, [Riyad, Maktabah al-Malik Fahd: 2018 M], juz V, halaman
527)

Ibnu Taimiyah ngatakan Allah benar-benar duduk diatas Arsy, itulah akidah mereka, kalau
tidak duduk berarti Allah tidak ada, itu logikanya (ibnu Taimiyah). Pertanyaannya, Kan ada
ayat dan hadist yang menyebutkan penciptaan sebelum ‘Arsy’. Dalam hadist yang shahih,
ditanya Rasulullah, ‘sebelum Arsy apa?’, ‘maa’ sebelum ‘maa’ apa?, ‘ama’, apa arti ‘ama’,
sejenis kabut. Dan itu ’sir’ dari asror-asror penciptaan alam semesta. Berarti sebelum alam
semesta sudah ada air, tapi bukan air ini (menunjuk ke air), ini air bias aini, sebelum ada air
sudah ada kabut, kabut itu maksudnya seperti embun, seperti awan, dari awan turunlah air,
dari itulah dicipta semua yang wujud. Sebelum itu Allah tetap sendiri, sekarangpun tetap
sendiri, karena dia tidak butuh kita dan siapapun. ‘wahdahu laa syarikalah’ (Allah maha esa,
tiada sekutu baginya), ya. Maka Allah ciptakan ‘Arsy istawa’. ‘istawa’ itu Namanya isim atau
fi’il nya Allah. Apa arti fi’il?, perbuatan, dan anehnya Ibnu Taimiyah mengatakan ‘istawa bi
dzatihi’ padahal tidak ada satu ayatpun, adakah ayat yang menyebutkan ‘istawa bi dzatihi’?.
Tidak ada, kalau ada itu qur’an-nya salah cetak. ‘istawa bersemayam dengan dzatnya’ ini
kalam paling berbahaya. Yang bener, ‘istawa birrahmaniatihi’ dalilnya surat Thaha, bukan
surat Thahir. surat Thaha, ayat? Lima, ya. ‘arrahman alal arsyistawa’ Allah yang maha
Rahman, ‘istawa’ terhadap Arsy nya. ‘istawa’ kalau Bahasa melayu lama, merata-rata.
Artinya Allah dengan kasih sayangnya, diratakan kasih sayangnya kepada arsy-Nya. Disama
ratakan, karena Arsy itu mencakup alam semesta, maka lewat Ar-Rahman pada Arsy-Nya
mengalirlah rahmat-Nya kepada semua alam. Saya bisa menyayangi semua orang itu karena
Rahman-Nya Allah Swt. Maka mintalah Rahman-Nya Allah, maka di qolbu ini akan ada kasih
sayang. Yang kurang kasih sayang di qolbunya berarti kurang ‘nur rahman’nya, panggillah ya
rabbal arsyil adzim (wahai yang pemilik, yang bersemayam terhadap Arsy-nya dengan
Rahmanniah-nya) ‘imla’ qolbi birohmatik’ penuhi qolbu-ku dengan rahmat-Mu, kita minta
itu kepada Allah Swt. (Buya Arrazy Hasyim)

12
Alasan ulama Ahlussunah menolak pendapat Ibnu Taimiyah

1. Seandainya istiwa’ bermakna Allah duduk di atas ‘Arsy niscaya zat Allah dapat
diukur besarnya sesuai dengan besarnya ‘Arsy. Sebagaimana misal seorang
siswa yang duduk diatas kursi niscaya ada kemungkinan sang siswa lebih kecil
dari ukuran kursi atau lebih besar. Begitu juga, Allah dapat diukur dengan
kemungkinan lebih besar dari ‘Arsy atau lebih kecil dari ‘Arsy. Ini tentu mustahil,
bagaimana mungkin Allah zat yang Maha Besar dapat diukur dengan ‘Arsy yang
merupakan ciptaan-Nya?

2. Seandainya istiwa’ bermakna Allah menetap pada ‘Arsy niscaya zat Allah dapat
diukur di mana letaknya. Sebagaimana seorang siswa menetap di sebuah kelas,
niscaya dapat diperkirakan sang siswa berada di tempat tertentu misal di sisi
selatan atau utara kelas. Begitu juga, seandainya Allah menetap di ‘Arsy maka
ada kemungkinan Allah berada di tempat tertentu misal di sisi utara atau selatan
‘Arsy. Ini tentu mustahil karena bila Allah menetap di tempat tertentu pada ‘Arsy
niscaya akan ada ketimpangan keadaan pada bagian ‘Arsy yang lain.

3. Seandainya istiwa’ bermakna Allah menetap pada ‘Arsy niscaya mungkin


dipahami Allah membutuhkan ‘Arsy sebagai tempat menetap.Begitu juga, ‘Arsy
membutuhkan Allah agar tetap lestari.Hal ini tentu mustahil, bagaimana
mungkin Allah zat Yang Maha Besar membutuhkan kepada ‘Arsy yang
merupakan ciptaan-Nya? Lebih jauh lagi akan muncul sebuah pertanyaan
“Seandainya Allah menciptakan ‘Arsy sebagai tempat-Nya menetap, lantas di
manakah Allah menetap sebelum menciptakan ‘Arsy? Apakah ada tempat lain
yang Allah ciptakan sebelum ‘Arsy sebagai tempat menetap?”

4. Seandainya istiwa’ bermakna Allah duduk di atas ‘Arsy niscaya akan serupa
dengan mahkluk-Nya yang melakukan duduk, berdiri dan sejenisnya.Padahal,
Allah tidak dapat diserupakan dengan makhluk-Nya secara mutlak. Sebagaimana
Allah berfirman dalam al-Qur’an
‫ليس كمثله شيء‬
Artinya, “Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Allah” (Qs.Asy-Syura-11).
Perlu digarisbawahi bahwa Ibnu Taimiyyah meyakini bahwa Allah berada di atas
‘Arsy dan menyatakan bahwa pendapatnya adalah kesepakatan ulama salaf.
Padahal pendapatnya ini tidaklah dibenarkan oleh mayoritas ulama salaf

‫ اإليمان بما أخبر هلل في كتابه وتواتر عن‬: ‫وقد دخل مما ذكرناه من اإليمان باهلل‬
‫رسوله وأجمع عليه سلف األمة من أنه سبحانه فوق سماواته على عرشه‬
Artinya, “Termasuk dari iman kepada Allah adalah iman sebagaimana yang Allah
ceritakan dalam al-Qur’an, mutawatir dari Rasulullah serta disepakati oleh ulama

13
salaf bahwa Allah menetap di Walhasil, kita harus menetapkan dalam hati
bahwa Allah tidak mungkin dibatasi oleh tempat yang termasuk ciptaan-Nya

‫قال اإلمام جعفر الصادق من زعم أن هللا في شئ أو من شئ أو على شئ فقد أشرك‬


Artinya, “Imam Ja’far ash-Shadiq mengatakan, ‘Barang siapa yang meyakini Allah berada
dalam sesuatu atau terbuat dari sesuatu atau berada di atas sesuatu maka ia telah
menyekutukan Allah,’” (Al-Imam Ahmad ar-Rifa’i, al-Burhan al-Muayyad, [Beirut, Dar Fikr:
2008 M], halaman 11).

Tidaklah mungkin Allah berlindung dan bernaung pada ciptaan-Nya sedangkan Allah
adalah Dzat yang Maha Merawat serta Maha Pengatur ciptaan-Nya.
‫يدبر األمر من السماء إلى األرض‬
Artinya, “Allah mengatur segala urusan dari langit ke bumi…” (Qs.As-Sajadah-5).

14
BAB III
PENUTUP

• KESIMPULAN
Surga adalah tempat mewah tempat bagi orang-orang yang menyakini laa illaha
illa Allah. Karena surga adalah hadiah, dan diberi hadiah ataupun tidak kebenaran tetaplah
benar, kebenaran akan diakui siapapun walaupun orang itu masih berbuat salah.

• SARAN

15

Anda mungkin juga menyukai