Anda di halaman 1dari 9

Budidaya Tanaman Jagung

A. Benih
Seleksi Benih
1. Selalu mempergunakan benih segar yang berkualitas dengan tingkat
berkecambahnya 85%.
2. Gunakan varietas benih yang telah mengalami perbaikan clan diakui oleh
pemerintah, gunakanlah benih dari perusahaan benih unggul.
3. Benih harus dari vareitas yang cocok dengan kondisi setempat.
4. Jumlah benih yang dianjurkan untuk setiap Ha adalah 15 – 20 kg.
5. Hindari terjadinya kecambah yang jelek, terkena serangan serangga, penyakit,
burung dan hewan pengerat.
Penggunaan Benih Berkualitas
Benih dengan kualitas yang prima (daya tumbuh dan Vigornya cukup tinggi)
diperlukan untuk memacu keseragaman dan kecepatan pertumbuhan. Benih
dengan kualitas fisiologi yang tinggi (daya tumbuh minimal 90%) juga lebih toleran
pada kondisi lingkungan tumbuh yang kurang optimal dibanding benih dengan
kualitas fisiologi yang lebih rendah, serta lebih efektif memanfaatkan pupuk dan
hara lain yang ada di dalam tanah. Pada lingkungan pertumbuhan yang sama
dengan menipulasi hara yang sama, benih dengan vigor yang tinggi akan tumbuh
lebih baik dibanding dengan pertumbuhan tanaman dari benih yang kurang vigor.
Umur Potensi
Tahun Reaksi Terhadap
Varietas Panen Hasil
Dilepas Penyakit Bulai
(hari) (ton/ha)
Bersari Bebas
 Lamuru 2000 95 7,6 Agak tahan
 Kresna 2000 90 7,0 Agak tahan
 Gamurang 2000 82 6,8 Agak tahan
 Srikandi 2001 97 8 Tahan
 Sukmaraga 2003 110 8,5 Cukup tahan
Hibrida
 Pioneer 23 2003 95 10,5 Agak rentan
 Semar-9 1999 100 8,5 Tahan
 Semar-10 2000 97 8-9 Agak tahan
 Bisi-9 2001 99 7,7 Sangat tahan
 Bima-1 2001 97 8-9 Agak tahan

B. Penyiapan Lahan Dan Pengolahan Tanah


Untuk menekan biaya produksi pada usaha tani jagung, salah satu cara yang
perlu dilakukan adalah penyiapan lahan secara Tanpa Olah Tanah (TOT) atau
Tanam dengan Olah Tanah Minimum (TOM), baik di lahan kering ataupun dilahan
sawah sesudah hujan dapat diterapkan tergantung dari kondisi fisik lahan. Lahan
yang ditumbuhi sisa-sisa tanaman atau gulma dapat disemprot dengan herbisida
golongan paraquat ataupun jenis Glyphosat, tergantung dari kondisi gulma di lokasi
tersebut.
Pada tanah berat dengan struktur mampat pengolahan tanah dilakukan 2 kali,
sedang untuk tanah ringan (porous) seperti tanah Alfisol, Regosol, Etisol, dan
Oxixol,dapat dilakukan pengolahan tanah minimum, yaitu pengolahan tanah
sepanjang baris tanaman atau tanpa pengolahan tanah dan hanya dilakukan
pendaringan pada saat tanaman berumur sekitar 25 hari.
C. Penanaman
Cara Tanam
1. Cara tanam diusahakan dengan jarak yang teratur, baik dengan ditugal maupun
mengikuti alur bajak. Populasi tanaman optimal berkisar antara 62.500 - 100.000
tanaman/ha, dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman /lubang atau 75 cm
x 20 cm,1 tanaman/lubang.
2. Untuk varietas lokal pada musim penghujan jarak tanam 75 cm x 30 cm,2
tanaman/lubang. Untuk jagung hibrida, jarak tanam 75 cm x 20 cm, 1
tanaman/lubang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih
baik.
3. Penanaman dapat juga dilakukan dengan sistem dua baris (double row), yaitu
jarak tanam (100 cm x 50 cm) x 20 cm dengan 1 tanaman/lubang.
4. Pada kondisi penanaman yang baik kedalaman ideal adalah 5 cm.
5. Agar dapat berkecambah dengan baik, setelah benih ditaburkan, benih ditekan-
tekan dengan kaki. Benih dapat masuk lebih dalam pada tanah berpasir pada
tanah berlempung.
6. Tentukan lubang untuk pupuk dasar dengan menggunakan cangkir pupuk setelah
benih ditaburkan. Pada kondisi suhu udara 24-34 ˚C dan tanah berkelembapan
ideal, maka benih Jagung akan dapat berkecambah 4-5 hari setelah ditaburkan.
Populasi Tanaman
Populasi tanaman sangat tergantung dengan Varietas, lingkungan
pertumbuhan tingkat kesuburan tanah dan distribusi curah hujan / ketersediaan air.
Untuk jagung hibrida pada umumnya jarak tanam yang digunakan adalah 75 X 25
cm (satu tanaman / lubang) pada musim hujan dan 75 X 20 (satu tanaman / lubang)
pada musim kemarau , untuk memudahkan oprasi alat penyiang ataupun alsin
pembuat alur. Pada MK 2 dengan priode tumbuh yang relative singkat, yang lebih
banyak ditanam adalah jagung bersari bebas dengan umur genjah (Gumarang).
Untuk itu jarak tanam dapat lebih ditingkatkan dengan pengaturan jarak tanam yang
lebih rapat, yaitu 70 X 20 cm, satu tanaman/lubang.
D. Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-
100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk
dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk
susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah
tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman
jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
Rasionalisasi Penggunaan Pupuk
Dengan berkembangnya jagung hibrida, petani cenderung menggunakan pupuk
urea lebih banyak dari yang direkomendasi. Karena itu sudah selakyaknya jumlah
pupuk yang digunakan oleh para petani harus berdasarkan jumlah pupuk yang
diperlukan tanaman untuk mencapai hasil sesuai potensi hasil varietas yang
digunakan. Varietas dengan potensi hasil yang rendah (berumur genjah) kebutuhan
pupuknya akan lebih sedikit dibanding dengan jenis hibrida ataupun bersari bebas
dengan potensi hasil yang tinggi. Dengan demikian diperlukan uji tanah baik ditinjau
dari kondisi fisik (physical properties) dan dari segi kesuburan kimia (chemical
properties). Demikian pula penggunaan pupuk organik pada tanaman jagung sudah
perlu mendapatkan perhatian, dan biomas tanaman jagungpun dapat dimanfaatkan
untuk pakan ternak bagi petani yang memelihara ternak.
Cara pemupukan ditugal ± 7 cm disekitar tanaman atau goretan (parit) yang
dibuah disamping tanaman sepanjang barisan, setelah pupuk diberikan kemudian
ditutup. Semua dosis SP-36 dan KCI dan 1/3 dosis urea diberikan saat tanam, 2/3
bagian urea diberikan pada umur 4 minggu. Apabila menggunakan urea tablet,
pupuk diberikan pada umur t 10 hari. Dosis pupuk disesuaikan dengan Brosur
Acuan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi Untuk Jagung di Lahan Kering
Jawa Timur.
Rekomendasi Pemupukan Berimbang
Pupuk berimbang seringkali diartikan:
- Pemberian Pupuk N, P, dan K secara lengkap (paling Umum)
- Status Unsur dalam Tanah yg berimbang
- Status Unsur dalam Tanaman yg berimbang
- Status Unsur untuk Metabolisme yg berimbang
Konsep berimbang mutakhir:
- Pada Tanah Sehat akan Tumbuh Tanaman yang Sehat
- Tanah adalah Benda Hidup karena Tempat Kehidupan (cacing, cendawan,
bakteri, akar tanaman)
- Tanah sebagai Benda hidup: bisa CAPEK, bisa SAKIT dan bahkan bisa MATI
(tetapi bisa disembuhkan dan dihidupkan)
- Tanah capek: harus ISTIRAHAT (bero)
- Tanah sakit: harus DIOBATI (pupuk kandang, Kompos)
- Tanah mati: harus di HIDUPKAN (diolah, diairi, diberi pupuk:
- kandang, pupuk NPK)
Cara Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup
maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat
bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Dianjurkan dosis
pemupukan jagung untuk setiap hektar adalah: Urea 200-300 kg, TSP/SP36 75-
100 kg, dan KCl 50-100 kg.
Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap :
- Tahap pertama (pupuk dasar), diberikan bersamaan waktu tanam. Pemupukan
dasar:1/3 bagian pupuk Urea dan satu bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7
cm di alur kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah.
- Tahap kedua (susulan I), diberikan setelah tanaman berumur 3-4 minggu setelah
tanam. Susulan I:1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl
diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di alur kiri dan kanan lubang
tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah.
- Tahap ketiga (susulan II), diberikan setelaht anaman berumur 6-8 minggu atau
menjelang keluar malai. Susulan II:1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat
tanaman berumur 45 hari.
E. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan perlu dilakukan sambil menggemburkan tanah. Penyiangan
pertama sebaiknya dilakukan pada umur 15 hari. Penyiangan kedua umur 30 hari
dengan cara mencabut tanaman pengganggu (gulma). bersamaan dengan
dilakukannya pembumbunan dan pemupukan ke II.
Pembumbunan yang dimaksud yaitu menggemburkan tanah dan diupayakan
dengan tidak mengganggu perakaran tanaman agar tanaman lebih kokoh. Pada
daerah yang sulit tenaga kerja, gulma dapat dikendalikan dengan penyemprotan
herbisida pra tumbuh seperti a.l : Goal, Saturn-D, Gramaxone, Command, Ronstar
dll.
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan kendala utama dalam produksi jagung. Sekitar
70 jenis serangga (ortega, 1987) dan 100 jenis penyakit (Surtleff, 1980) yang dapat
menyerang tanaman jagung. Namun hanya beberapa yang secara ekonomi sering
menimbulkan kerusakan berat (Sumartini dan Hardaningsih, 1995).
Beberapa jenis hama yang dilaporkan sering menimbulkan kerusakan ekonomis
yaiut: lalat bibit (Atherigona sp.), ulat grayak (Spodoptera sp.), kumbang landak
(Dactylispa sp), kutu daun (Rhopalosiphum maydis), penggerek batang (Ostrinia
furmacalis), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) dan kumbang bubuk
(Sitophillus sp.). Penyakit utama tanaman jagung adalah : penyakit bulai
(Peronosclerospora sp.), penyakit karat (Puccinia sp.). bercak daun
(Drechslera/Helminthosporium sp.), hawar upih (Rhizoctonia sp.), busuk
tongkol/batang (Fusarium sp.), busuk biji (Aspergillus sp.).
Dilakukan dengan menerapkan kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) yang
komponen-nya terdiri dari penanaman varietas tahan pengelolaan kultur teknis yang
tepat dan penggunaan pestisida. Pengendalian lalat bibit : dengan Karbofuran
(misal : Furadan, Dharmafur, Regent dll). Karbofunen diberikan 4-5 butir bersamaan
tanam ditempatkan dalam lubang tanaman. Pengendalian Penggerek Pucuk
dengan Karbofuran ditempatkan pada titik tumbuh. Pengendalian penyakit Bulai
dengan menggunakan varietas tahan dan perlakuan benih 5 gram Ridomil setiap 1
kg benih.
Untuk mengendalikan hama dan penyakit jagung tersebut maka
direkomendasikan menggunakan komponen pengendalian yang meliputi: varietas
tahan, kultur tekni, musuh alami dan pertisida (Lampiran 1).
Lampiran I. Berat biomass segar (75 hari) Pengendalian Hama/Penyakit Jagung
Secara Terpadu
TOTAL TOTAL KONSTRIBUSI (%)
BIOMASS BIOMASS
NO VARIETAS BATA NG TONG KOL DAUN
(g/pohon) (t/ha)
1. Bisi - 2 1.337,16 89,14 50,57 32,42 17,01
2. P – 4 1.064,28 70,99 44,52 37,43 18,05
3. Semar - 10 1.487,28 99,15 47,63 36,79 15,58
4. Bima – 1 1.510,24 100,68 49,43 31,85 18,72
5. Semar – 9 1.119,24 74,62 45,02 8,28 16,70
6. C – 7 1.157,84 77,19 39,99 40,22 19,79
7. Bisma 1.162,44 77,50 45,98 35,35 18,67

Pengendalian Hama Jagung


1. Hama Lalat bibit (Atherigona sp.)
Daerah sebaran : Jawa, Sumatra, Sulawesi, NTT.
Tanaman inang : Jagung, Padi gogo, sorgum , gandum, dan rumput Cynodon
dactylon, Panicum rapen serta paspalum konjugatum
Gejalanya : Daun muda yang masih menggulung layu karena pangkalnya
tergerek larva. Larva yang sampai ketitik tumbuh menyebabkan
tanaman tidak dapat tumbuh lagi.
Penyebabnya : Lalat Atherigona sp.
Imago aktif pada siang hari pukul 16.00. Periode imago 7 hari. Telur
diletakkan pada permukaan bawah daun secara terpisah satu sama
lain. Periode telur 1-3 hari Lama stadium larva antara 8-10 hari dan
stadium pupu antara 5-11 hari. Stadium umago rata-rata delapan
hari. Pupa berada dalam tanah dekat dengan tanaman,namun
kadang- kadang dalam tanaman.
Pengendalian :
- Pergiliran Tanaman
- Aplikasi insektisida : Tiodicarb 75 WP, 15 g/kg benih; Karbosulvan 2,5 g/kg
benih; Karbofuran 10 g/kg melalui titik tumbuh pada serangan mencapai 12%.
- Menyebar mulsa jerami padi merata sebanyak 5 t/ha setelah tanam jagung
(Anonymous, 1995; Tandiabang, 2000).
2. Hama Ulat grayak (Spodeptera sp., Mythimna sp.)
Daerah sebaran : Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan irian jaya
Tanaman Inang : Jagung, teki, kedelai, dan kacang-kacangan lain
Gejala : Daun berlubang-lubang atau tinggal tulang daunnya.
Penyebabnya : Spodoptera sp.
Ngengat berwarna coklat, aktif di malam hari. Telurnya berwarna
putih sampai kekuningan, berkelompok. Tiap ekor bisa bertelur 400
butir, priode telur 5 hari. Larva aktif di malam hari, umur larva 31
hari, stadium kepompong 8 hari.
Pengendalian :
- Pergiliran tanaman
- Tanaman serempak
- Sanitasi Inang Liar
- Penyemprotan dengan Insektisida
3. Hama Penggerek Batang ( Ostrinia furnacalis )
Daerah sebaran : Asia, Eropa, dan Amerika.
Tanaman Inang : Jagung, sorgum, terong, Amaranthus sp., Panicium sp.
Gejala : Adanya lubang gerekan pada batang dengan kotoran menutupi
lubang gerekan.
Penyebabnya : Ostrinia furnacales Guenee.
Ngengat betina bertelur mencapai 90 butir, tersusun rapi dalam satu
kelompok. Periode telur 3-5 hari. Larva Instar I dan II memakan
daun muda. Larva Instar III menggerek batang. Stadia larva antara
19-28 hari. Pupa terbentuk dalam batang jagung. Stadia pupa
antara 5 10 hari . Siklus hidup sekitar satu bulan (Anonympus, 1995;
Tandiabang, 2000)
Pengendalian :
- Pergiliran Tanaman
- Tanaman Serempak
- Sanitasi Inang Liar
- Pemangkasan bunga Jantan 25 %
- Pemberian Biopesisida Dipel ( Basillus thuringiensis ).
- Aplikasi Insektisida
4. Hama Penggerek tongkol (Helikoverpa Armigera)
Daerah sebaran : Di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Gejalanya : Adanya lubang-lubang melintang pada daun tanaman Stadia
Vegetatif. Rambut Tongkol jagung terpotong, Ujung tongkol ada baka
gerekan dan serng kali ada larvanya.
Penyebabnya : Helikoverpa armigera (Hbn).
Telur diletakkan satu persatu pada rambut Tongkol atau bagian
tanaman lain pada waktu sore sampai malam hari. Banyaknya telur
perekor ngengat mencapai 1000 butir. Stadia telur 2-5 hari. Larva
mengalami 6 Instar dalam periode waktu 17-24 hari. Pupa terbentuk
di dalam tanah selama 12-24 hari. Satu siklus hidupnya sekitar 35
hari.
Pengendalian :
- Menanam Varietas jagung yang kelobotnya menutup tongkol Rapat.
- Menggunakan musuh alami seperti :
- Parasit Telur Trichogramma sp.
- Parasit Telur Larva Muda Eriborus sp. , Tachinid.
- Cendawan Entomophaga Metharhizium
- Nuklear polyhidrosis Virus ( NPV )
- Penyemprotan Insektisida pada ambang kerusakan 3 Tongkol/50 tanaman.
5. Hama Kutu daun ( Aphis sp.)
Daerah sebaran : Di seluruh daerah beriklim Tropis
Tanaman Inangnya : jagung, sorgum, jewawut, tebu, dll
Gejalanya: Gejala langsung apabila populasi tinggi helaian daun menguning
dan mengering. Gejala tidak langsung sebagai vektor virus
menimbulkan mozaik ataupaun garis-garis Klorose sejajar tulang daun.
Penyebabnya: Aphis ( Rhopalosiphum maydis Fitc).
Serangga berwarna hijau, ada yang bersayap dan ada yang tidak
bersayap. Pada bagian belakang ruas apdomen kelima terdapat
sepasang tabung sifunkulus.
Pengendalian :
- Musuh alami : Predator (Harmonia actomaculata dan H. syrpids ) dan Parasit
- Insektisida sistematik karbofuran diberikan melalui pucuk pada stadia
Vegetatif.
6. Hama Kumbang Landak
Daerah sebaran : Jawa, sumatra, Sulawesi.
Tanaman inangnya : jagung, Sorgum, padi dan ilalang.
Gejalanya: Bekas gerekan pada daun sejajar dengan tulang daun. Serangan
yang berat dapat menyebabkan daun mengering.
Penyebab: Datctylispa balyi Gets.
Sayap depan tebal dan sayap belakang tipis Berwarna Hitam. Telurnya
di letakkan di jaringan daun muda sebelah atas diantara epidermis
daun. Seor betina bertelur sampai 75 butir . Periode telur 6-13 hari.
Larva hidup dan makan didalam jaringan daun. Stadia larva I – IV
sekitar 18 – 24 hari. Kepompong berada pada daun yang mengering.
Stadium kepompong 8 – 14 hari.
Pengendalian :
- Waktu tanaman serempak
- Pergiliran tanaman
- Sanitasi Inang Liar dan sisa tanaman
- Aplikasi insektisida efektif seperti Klorpirifos dan Isosaktion
7. Hama kumbang Bubuk ( Sitophilus sp )
Daerah sebaran: tersebar luas di seluruh dunia
Inangnya: Beras, jagung, sorgum, dan kacang- kacangan.
Gejalanya: Biji jagung berlubang-lubang dan bercampur kotoran serangga
serta banyak kumbang bubuk. Kumbang bubuk menyerang mulai dari
lapangan sampai di gidang penimpanan biji.
Penyebab: Kumbang Sitophilus sp ( Motsch ).
Serangga. Betina mampu bertelur 300-500 butir. Periode telur 3-7 hari .
siklus hidupnya sekitar 30-45 hari serangga dewasa tanpa di beri makan
dapat bertahan hidup selama 36 hari dan bila di beri makan dapat hidup
antara 3-5 bulan.
Pengendalian :
- Varietas tahan : genyah madura dan Goter
- Pengeringan biji/ benih kadar air 10%
- Sanitasi tempat penyimpanan biji
- Pengasapan
- Bahan nabati untuk dicampur biji sebelum di simpan : Serbuk daun Putri malu ,
daun Mendi, daun Nimba, akar tuba, Biji Mahani, dan rimpong dringo dengan
takaran 20-10 g/kg biji.
- Kapur barus atau Insektisida Karbofuran di bungkus kain dimasukan ke dala
Kontainer / jergen jagung sebelum di tutup.
Pengendalian Penyakit Jagung
1. Penyakit Bulai (Peronoscleropora spp)
Daerah sebaran: Diseluruh Propinsi di Indonesia
Tanaman Inang: jagung, sorgum, tebu, beberapa jenis rumput-rumputan
Gejalanya: Khlorose sebagian atau keseluruh helaian daun. Pada permukaan
yang Khlorase tampak ada masa tangkai konidia berupa tepung putih.
Konidia terbentuk pada melam hari dan lepas menjelang pagi hari.
Tanaman ter inveksi awal terjadi Khlorose berat dan dapat mati atau
tumbuh kerdil. Tongkol tidak tumbuh sempurna dan sering tidak
terbentuk biji atau bijinya jarang.
Penyebab: Cendawan Peronosclerospora Maydis, P. philippinenisis, P.
Sacchari, P. Sorghi, P. Heteropogani, P. Spontanea, P. Miscantti, P.
Seclerophthora Macrospora, dll.
Cendawan menginveksi tanaman Jagung yang baru tumbuh. Konidia
yang lepas dari konidiofor di wakti subuh apabila jatuh pada air gutasi
pada pucuk tanaman jagng yang baru tumbuh akan berkecambah dan
menginveksi melalui stomata terus berkembang sampai titik tumbuh dan
seterusnya menebar secara sietemik.
Pengendalian :
- Varietas tahan Bulai : Lagaligo, Surya, Bisi-4, Pioner (P)-4,P5,P9,P10,P12
- Tanam serempak
- Priode bebas tanaman jagung
- Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil melalui Biji
2. Penyakit Karat Daun
Daerah sebaran : Di seluruh dunia, termasuk di seluruh wilayah Indonesia
Tanaman inang : Jagung
Gejalanya : Terjadinya bisul-bisulatau benjolan- benjolan Uredia atau telia pada
kedua permukaan Heleian daun jagung Bagian bawah dan atas,
berwarna Coklat kemerahan. Daun yang terserangang berat akan
mengering.
Penyebab : Tiga spesies penyebab penyakit karat pada jagung ;
Dua spesies dari Genus Puccinia yaitu P. polysora dan P. sorghi dan
satu spesies dari Genus Physopella yaitu P. zeae.
Pengendalian :
- Varietas tahan karat : Arjuna, Kalingga, Wiasa, Pioneer—
- Sanitasi kebun dari gulma inang
- Fungisida manconeb (Dithane M45), triadomefon atau dithiokarbonat.
3. Penyakit Bercak / Hawar Daun
Daerah sebaran : Tersebar luas di seluruh dunia
Tanaman inang : Jagung, sorgum, “Suadangrass”, Johnsongrass, Gama Grass
dan teosinte
Gejalanya :
- Bercak pada daun disebabkan oleh Helminthosporium maydis.
- Hawar pada daun disebabkan oleh Hermontorporium turcicum.
- Bercak atau hawar dapat juga terjadi pada tongkol dan pelepah.
Penyebab : Helminthosporium maydis Nisik. (Syn. Bipolaris maydis (Nisik)
Shoemaker, Drechslera maydis (Nisik) Subram dan Jain ) Stadia
perfectnya Cochliobolus heterostrophus ( Drechs) Drechs.
Hermontorporium turcicum Pass. ( Syn. Exerohilum turcicum (Pass)
Leonard dan Suggs
Pengendalian :
- Varietas tahan : Banyak varietas jagung unggul yang telah dilepas tahan
penyakit bercak daun
- Sanitasi Sisa Tanaman
- Aplikasi fungisida hanya untuk produksi benih karena penyakit ini dapat
tersebar melalui biji yang terinfeksi.
4. Penyakit Hawar Upih Daun
Daerah sebaran : Tersebar di seluruh dunia
Tanaman inang : Banyak jenis tanaman Cynodon dactylon yang terserang
hawar upih di musim hujan di Sulawesi Selatan
Gejala : Bercak melebar (hawar) pada pelepah dan juga pada daun.
Adanya Sclerotia berbentuk butiran berwarna putih sewaktu muda dan
berubah warna menjadi kecoklatan setelah tua menempel pada
permukaan pelepah/daun yang terinfaksi, umumnya menyerang pada
musim hujan.
Penyebabnya : Cendawan Rhizoctonia solani Kuhn
Pengendalian :
- Varietas tahan
- Sanitasi Kebun
- Jarak tanam di perlebar
- Hindari penggunaan pupuk kandang berlebihan
- Cendawan antagonis Trichoderma viride dan T. harhianum
5. Penyakit Busuk Batang
Daerah Sebaran : tersebar di Seluruh Dunia
Tanaman Inangnya : Jagung, sorgum, gandum. Oats, barley, kapas, kedelai dll.
Gejala:
- Pangkal batang busuk sehingga bagian atas layu dan mengering
- Tongkol yang terserang menjadi busuk sebagian atau seluruhnya.
Penyebabnya : Fusarim spp., Colletotricum sp, Diplodia sp., Macrophomina
sp., Pythium sp., Cephalosporium sp. dan bakteri Erwinia sp.
Pengendalian:
- Varietas tahan, Benih sehat
- Pergiliran tanaman
- Pemupukan berimbang
- Drainase yang baik dimusim hujan
- Populasi diperjarang
- Hindari penanaman pada musim hujan
- Biopestisida
- Fungsisda efektif.
6. Penyakit Biji
Daerah Sebaran : Tersebar luas diseluruh dunia
Inangnya : Jagung, sorgum, gandum, jawawut dan biji rumput- rumputan lain.
Gejalanya : Biji Busuk Berwarna hitam, coklat hijau, kuning, putih, abu-abu, dll
tergantung dari patogennya.
Penyebabnya : Cendawan Aspergillus spp., Fusarium Spp., Diplodia Spp.
Helminthosporium sp., .
Pengendalian :
- Varietas tahan
- Panen tepat waktu
- Pengeringan yang baik, kelembaban rendah, suhu 4-10 0C.
- Aplikasi Asam organik; Propionic, isobutyric dll
- Penyimpanan biji yang baik, kadar air dibawah 15 %.
G. Panen dan Pasca Panen Jagung
1. Panen
Panen dilakukan setelah biji pada tongkol masak yang ditandai dengan
terbentuknya lapisan hitam pada lembaga dan tongkol telah menguning. Hasil
panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari
tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga
dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan
masak kering/masak mati.
Ciri dan Umur Panen yaitu
a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang
ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c)Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.Jagung untuk
sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh.
d) Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus
dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih
berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan
cairan putih.
e) Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung
dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-
tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning.
f) Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya
(tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak
meninggalkan bekas.
Cara Panen
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar
tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai
buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat
mesin pemetikan.
Periode Panen
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat
menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah
pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk
keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman
berbunga.
Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus
menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan } 4 minggu setelah
tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen
jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
Prakiraan Produksi
Produksi jagung di suatu negara sering mengalami pasang surut. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat perubahan areal penanaman jagung. Namun demikian
dengan ditemukannya varietas-varietas unggul sebagai imbangan berkurangnya
lahan, maka totalitas produksi tidak akan terlalu berubah. Irigasi dan pemupukan
sangat penting untuk mendapatkan produksi yang baik. Walaupun potensi hasil
cukup tinggi, cara untuk mendapatkan produksi pada tingkat optimal yang
dilakukan oleh petani, baru memberikan hasil 17 ton/ha.
2. Pasca Panen
Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan
serangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau
dipasarkan.
Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah
pemetikan selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di
dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan
kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat
memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.
Untuk jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen,
kelobot segera dikupas.
Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara
tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–
11 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat
dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan
digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk
menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan.
Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu
untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43
derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat
digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar
air biji jagung yang diinginkan.
Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan
tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya
“memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu
memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya,
maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
Penyortiran dan Penggolongan
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari
kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan
kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol,
biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu
pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan
serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat
memperbaiki peredaran udara.
Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk
penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman
bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk
menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara
membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan
dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan
hasil yang baik.

Anda mungkin juga menyukai