Anda di halaman 1dari 90

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2018

Sintesis dan Karakterisasi CMC


(Carboxymethyl Cellulose) dari Selulosa
Batang Pisang Raja (Musa paradisiaca)
dengan Variasi Natrium Monokloroasetat

Purba, Melda Permana Br


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5461
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
SINTESIS DAN KARAKTERISASI CMC (CARBOXYMETHYL
CELLULOSE) DARI SELULOSA BATANG PISANG RAJA
(Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI NATRIUM
MONOKLOROASETAT

SKRIPSI

OLEH:
MELDA PERMANA BR PURBA
NIM 141501136

PROGRAM SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

vii
SINTESIS DAN KARAKTERISASI CMC (CARBOXYMETHYL
CELLULOSE) DARI SELULOSA BATANG PISANG RAJA
(Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI NATRIUM
MONOKLOROASETAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
MELDA PERMANA BR PURBA
NIM 141501136

PROGRAM SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

viii
ix
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul Sintesis dan Karakterisasi CMC (carboxymethyl cellulose) dari

Selulosa Batang Pisang Raja (Musa paradisiaca) dengan Variasi Natrium

Monokloroasetat. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di

Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri

Yuliasmi, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing

penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan

saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku

ketua penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini,

dan kepada Ibu Prof. Dr. Poppy Anjelisa Zaitun, M.Si.,Apt., selaku dosen

pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU

yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada

keluarga, Bapak saya Indra Permana Purba, Ibu saya Johana Kristina Sembiring

dan adik tercinta Lelita Permana Purba atas limpahan kasih sayang, doa dan

semangat yang tak ternilai dengan apapun.

iv
Universitas Sumatera Utara
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
SINTESIS DAN KARAKTERISASI CMC(CARBOXYMETHYL
CELLULOSE) DARI SELULOSA BATANG PISANG RAJA
(Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI NATRIUM
MONOKLOROASETAT

ABSTRAK
Batang pohon pisang raja memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi
yaitu sekitar 34%-40% terhadap berat kering. Selulosa batang pohon pisang raja
berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku sintesis carboxymethyl cellulose
(CMC). Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi terkait proses sintesis
CMC dari batang pisang raja variasi natrium monokloroasetat untuk alternatif lain
sintesis CMC sehingga dihasilkan penggunaan natrium monokloroasetat yang
optimal untuk reaksi karboksimetilasi.
CMC disintesis dengan menambahkan pelarut isopropanol dan NaOH 15
% dengan pengadukan selama 1 jam pada suhu 30°C. Selanjutnya ditambahkan
natrium monokloroasetat dengan variasi 1 gram, 2 gram, 3 gram, 4 gram dan 5
gram dan dipanaskan pada suhu 50°C selama 3 jam. Kemudian disaring dan
residunya direndam dengan metanol selama 24 jam dan dinetralkan dengan asam
asetat glasial. Selanjutnya disaring kembali dan residunya dikeringkan dengan
oven pada suhu 60°C. CMC yang diperoleh ditentukan karakteristiknya melalui
uji organoleptik, sifat fisikokimia, uji identifikasi, viskositas, uji gugus fungsi
dengan menggunakan analisis FT-IR dan derajat substitusi. Kemudian hasil
karakteristik dibandingkan dengan CMC komersial.
Hasil rendemen CMC terbanyak pada natrium monokloroasetat 3 gram
sebesar 192%. Hasil perbandingan karakterisasi CMC batang pisang raja variasi
natrium monokloroasetat dengan CMC komersial berturut-turut: pada uji
organoleptik diperoleh hasil berwarna putih sampai kekuningan, tidak berbau dan
tidak berasa; sifat fiskokimia meliputi pH dan kelarutan dalam air memenuhi
persyaratan; uji identifikasi memenuhi persyaratan, viskositas yang memenuhi
persyaratan, analisis FT-IR pada CMC batang pisang raja menunjukkan kemiripan
spektrum dengan CMC komersial, dan derajat substitusi terbesar pada
penggunaan natrium monokloroasetat 3 gram yaitu 1,1684.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan seluruh CMC batang
pisang raja dengan variasi natrium monokloroasetat dan CMC komersial sebagai
pembanding memiliki karakteristik yang hampir sama dan dapat digunakan
sebagai alternatif sintesis CMC.

Kata kunci: batang pisang raja, selulosa, natrium monokloroasetat, CMC

vii
Universitas Sumatera Utara
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION CMC (CARBOXYMETHYL
CELLULOSE) FROM CELLULOSE RAJA BANANA STEM
(Musa paradisiaca) WITH VARIATION SODIUM
MONOCLOROACETATE

ABSTRACT
Raja Banana stem has a high content of cellulose about 34-40%.
Cellulose of banana stem has the potential to be used as raw material for
synthesis carboxymethyl cellulose (CMC). This study is purposed for giving
information related to CMC synthesis process from stem banana variation of
sodium monocloroacetate to other alternative of synthesis CMC to produce
optimal sodium monocloroacetate for carboxymethylation reaction.
CMC was synthesized by adding isopropanol and 15% NaOH solvents
with stirring for 1 hour at 30°C. Furthermore, sodium monocloroacetate was
added with variation 1 gram, 2 gram, 3 gram, 4 gram and 5 gram and heated at
50°C for 3 hours. Then filtered and the residue soaked with methanol for 24 hours
and neutralized with glacial acetate acid. It was filtered again and the residue is
dried with oven at 60°C. The obtained CMC was determined by organoleptic test,
physicochemical properties, identification test, functional group test using FT-IR
and viscosity analysis. Then characteristic results are compared with commercial
CMC.
The highest yield of CMC on 3 gram sodium monocloroacetate was
192%. The result of comparison of characterization of CMC banana stem of
variation of sodium monokloroasetate with commercial CMC respectively: on
organoleptic test obtained results of white to yellowish, odorless and tasteless;
Physochemical properties include pH and water solubility fulfilling the
requirements; the identification test meets the requirements, the FT-IR analysis on
CMC banana stems shows a spectrum similarity with commercial CMCs and
optimum degree of substitution on 3 gram sodium monocloroacetate was 1,1684.
Based on the results it can be taken the conclusion that all CMC from
banana stem with variation of sodium monocloroacetate and commercial CMC as
comparison results had similar characteristics, and can be used as an alternative of
synthesis CMC.

Keywords: banana’s stem, cellulose, sodium monokloroacetate, CMC

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ........................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 4

1.3 Hipotesis ................................................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6

2.1 Pisang ..................................................................................... 6

2.1.1 Sistematika Pisang Raja................................................ 7

2.1.2 Morfologi Pisang Raja .................................................. 7

ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Kandungan Kimia Pisang Raja ..................................... 8

2.2 Lignoselulosa .......................................................................... 8

2.3 Selulosa ................................................................................... 9

2.4 Carboxymethyl Cellulose (CMC) .......................................... 11

2.5 Derajat Substitusi .................................................................... 16

2.6 Viskositas................................................................................ 17

2.7 Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) ........ 17

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 19

3.1 Alat ................................................................................................... 19

3.1.1 Alat ..................................................................................... 19

3.1.2 Bahan .................................................................................. 19

3.2 Pengambilan, Identifikasi dan Pengolahan Sampel ................ 20

3.2.1 Pengambilan Sampel ..................................................... 20

3.2.2 Identifikasi Sampel ........................................................ 20

3.2.3 PengolahanSampel......................................................... 20

3.3 Pembuatan Pereaksi ................................................................ 20

3.3.1 Larutan natrium hidroksida 4% .............................. 20

3.3.2 Larutan natrium hidroksida 15% ............................ 20

3.3.3 Larutan natrium hidroksida 17,5% ......................... 21

3.3.5 Pereaksi natrium hipoklorit 3,5% ........................... 21

3.4 Isolasi selulosa dari batang pisang raja ................................... 21

3.5 Sintesis Karboksimetil Selulosa ............................................. 21

3.6. Karakterisasi Karboksimetil Selulosa .................................... 22

3.6.1 Pemeriksaan Organoleptis ................................................... 22

x
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Kelarutan CMC ...................................................... 22

3.6.3 Pembentukan Busa ................................................. 22

3.6.4 Pembentukan Endapan ........................................... 22

3.6.5 Uji Identifikasi ........................................................ 22

3.7.6 Penentuan pH Larutan CMC 1% ............................ 23

3.6.7 Susut PengeringanCMC ........................................ 23

3.6.8 Kelarutan dalam Air ............................................... 24

3.6.9 Penentuan Viskositas .............................................. 24

3.6.10 Penentuan Derajat Substitusi ................................ 24

3.6.11 Analisis FT-IR ...................................................... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 26

4.1 Hasil Iddentifikasi Tumbuhan .......................................... 26

4.2 Hasil Sintesis Carboxymethyl Cellulose (CMC) .............. 26

4.3 Hasil Karakterisasi Carboxymethyl Cellulose ................................... 27

4.3.1 Hasil Karakterisasi Sifat Fisikokimia CMCR ........ 27

4.3.2 Hasil Derajat Substitusi .......................................... 31

4.3.3 Hasil Analisa FTIR ................................................. 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 36

5.1 Kesimpulan ...................................................................... 36

5.2 Saran ................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 37

LAMPIRAN ........................................................................................... 41

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Sintesis Carboxymethyl Cellulose (CMC) ............................. 26

4.2 Hasil Karakterisasi CMCR dan CMCK ........................................... 28

4.3 Hasil Perhitungan Derajat Substitusi CMCR dan CMCK ............... 32

4.4 Hasil Bilangan Gelombang CMCR dan CMCK .............................. 34

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Selulosa .......................................................................... 10

2.2 Struktur Natrium Karboksimetil Selulosa ................................... 12

2.3 Reaksi Sintesis Carboxymethyl Cellulose (CMC) ....................... 15

2..4 Sifat Homogenitas Larutan CMC ................................................ 16

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN

Gambar Halaman

1 Potongan Batang Pisang Raja ...................................................... 42

2 Serbuk Batang Pisang Raja .......................................................... 42

3 Selulosa Batang Pisang Raja ........................................................ 43

4 CMCR 1 gram Natrium Monokloroasetat ................................... 43

5 CMCR 2 gram Natrium Monokloroasetat ................................... 44

6 CMCR 3 gram Natrium Monokloroasetat ................................... 44

7 CMCR 4 gram Nartrium Monokloroasetat .................................. 44

8 CMCR 5 gram Natrium Monokloroasetat ................................... 45

9 Hasil Uji Pengendapan ................................................................. 46

10 Hasil Uji Identifikasi .................................................................... 46

11 Spektrofotometer FT-IR ............................................................... 49

12 pH meter....................................................................................... 49

13. Viskometer Brookfield ................................................................ 49

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil Identifikasi Tumbuhan .................................................. 41

2 Gambar Potongan dan Serbuk Batang Pisang Raja ................ 42

3 Gambar Selulosa Batang Pisang Raja dan CMCR ............... 43

4 Gambar Hasil Uji Pengendapan dan Uji Identifikasi ............. 46

5 Bagan Isolasi Selulosa dari Batang Pisang Raja .................... 47

6 Bagan Sintesis Karboksimetil Selulosa Batang Pisang Raja . 48

7 Gambar Alat-alat Uji Karakterisasi CMCR ........................... 49

8 Perhitungan Rendemen CMCR ............................................... 50

9 Perhitungan Hasil Susut Pengeringan CMCR ........................ 51

10 Perhitungan Hasil Kelarutan CMCR ...................................... 56

11 Perhitungan Hasil Viskositas CMCR ...................................... 58

12 Perhitungan Derajat Substitusi ................................................. 59

13 Hasil Spektroskopi Infra Merah Selulosa Batang Pisang Raja 61

14 Hasil Spektroskopi Infra Merah Selulosa Komersil................. 62

15 Hasil spektroskopi infra merah CMCR A dan CMCK ............ 63

16 Hasil spektroskopi infra merah CMCR B dan CMCK............. 64

17 Hasil spektroskopi infra merah CMCR C dan CMCK............. 65

18 Hasil spektroskopi infra merah CMCR D dan CMCK ............ 66

19 Hasil spektroskopi infra merah CMCR E dan CMCK ............. 67

20 Hasil spektroskopi infra merah CMC Komersial ..................... 68

21 Hasil spektroskopi infra merah CMCR A ................................ 69

22 Hasil spektroskopi infra merah CMCR B ................................ 70

23 Hasil spektroskopi infra merah CMCR C ................................ 71

24 Hasil spektroskopi infra merah CMCR D ................................ 72

xv
Universitas Sumatera Utara
25 Hasil spektroskopi infra merah CMCR E ................................. 73

xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi pisang berdasarkan data statistik Dinas Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 mencapai 137.886 ton. Terdapat

varietas yang masih kurang proses pengolahannya namun persediannya melimpah,

yaitu pisang raja (Ermawati, dkk, 2016). Selama ini pisang banyak dimanfaatkan

pada buah dan daunnya, sedangkan batang pisang kurang banyak dimanfaatkan

sehingga menjadi limbah pada lingkungan. Batang pohon pisang memiliki

kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 34%-40%, hemiselulosa 12%-

14% dan lignin 12% terhadap berat kering. Selulosa batang pohon pisang

berpotensi digunakan sebagai bahan baku sintesis carboxymethyl cellulose (CMC)

(Mohapatra, dkk, 2010).

CMC merupakan molekul anionik yang mampu mencegah terjadinya

pengendapan protein pada titik isoelektrik dan meningkatkan viskositas produk

pangan, disebabkan bergabungnya gugus karboksil CMC dengan gugus muatan

positif dari protein. Menurut BPS (2016), penggunaan CMC setiap tahunnya

mengalami peningkatan dan tercatat hingga 2016 data impor CMC mencapai

552.532 kg perbulannya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat

bahwa kebutuhan masyarakat terhadap CMC sangat tinggi (Ayuningtiyas, dkk.,

2017).

Saat ini karboksimetil selulosa telah banyak digunakan dan memiliki

peranan yang penting dalam berbagai aplikasi. Karboksimetil selulosa secara luas

1
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam bidang pangan, industri dan formulasi. Khusus bidang pangan,

karboksimetil selulosa dimanfaatkan sebagai stabilizer, thickner, adhesive, dan

emulsifier. CMC pada berbagai industri dimanfaatkan pada detergen, cat, keramik,

tekstil, kertas dan makanan. Fungsi CMC pada bidang formulasi adalah sebagai

pengental, penstabil emulsi atau suspensi dan bahan pengikat (Hasibuan, 2016).

Dalam sintesis CMC terdapat faktor utama yang mempengaruhi

karakteristik CMC yaitu proses alkalisasi dan karboksimetilasi. Alkalisasi

dilakukan menggunakan NaOH, yang tujuannya mengaktifkan gugus-gugus OH

pada molekul selulosa dan berfungsi untuk memudahkan difusi reagen pada tahap

karboksimetilasi. Pada proses karboksimetilasi digunakan reagen natrium

monokloroasetat. Pada tahap karboksimetilasi ini adalah proses esterifikasi. Pada

tahap ini merupakan proses pelekatan gugus karboksilat pada struktur selulosa.

Gugus karboksilat yang dimaksud terdapat pada natrium monokloroasetat

(Ayuningtiyas, dkk., 2017).

Jumlah natrium monokloroasetat yang digunakan akan berpengaruh

terhadap substitusi dari unit anhidroglukosa pada selulosa (Wijayani, dkk., 2015).

Dari kegunaan monokloroaseat tersebut maka perlu dilakukan variasi natrium

monokloroasetat untuk mengetahui pengaruh natrium monokloroasetat terhadap

CMC yang dihasilkan.

Menurut Melisa, dkk., (2016), sintesis CMC dari tongkol jagung manis

dengan kandungan selulosa 41% menghasilkan CMC optimal pada penggunaan

rasio natrium monokloroasetat : selulosa yakni 7:5 dengan nilai derajat substitusi

1,403 dan rendemen sebesar 55,79%. Nur’ain, dkk., (2017), telah melakukan

penelitian tentang sintesis CMC dari batang jagung dengan kandungan selulosa

2
Universitas Sumatera Utara
30-50% menghasilkan CMC optimal pada rasio natrium monokloroasetat :

selulosa 6:5 dengan nilai derajat substitusi 0,839 dan rendemen 96,36%.

Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul

sintesis CMC dari selulosa batang pisang raja (Musa paradisiaca) variasi natrium

monokloroasetat. Alasan penulis melakukan penelitian ini yaitu untuk

memberikan informasi terkait dengan proses sintesis CMC dari batang pisang raja

dengan variasi natrium monokloroasetat untuk alternatif lain pembuatan CMC

dengan hasil yang optimal dari penggunaan natrium monokloroasetat .

3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil perumusan masalah

sebagai berikut:

a. Apakah karboksimetil selulosa dapat disintesis dari selulosa batang pisang

raja?

b. Apakah karboksimetil selulosa dari batang pisang raja mempunyai

karakeristik yang sama bila dibandingkan dengan karboksimetil selulosa

komersial ?

c. Apakah terdapat pengaruh variasi konsentrasi natrium monokloroasetat

terhadap sintesis karboksimetil selulosa?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis analisis sebagai

berikut:

a. Karboksimetil selulosa dapat disintesis dari selulosa batang pisang raja.

b. Karboksimetil selulosa dari batang pisang raja mempunyai karakeristik

yang sama bila dibandingkan dengan karboksimetil selulosa komersial.

c. Terdapat pengaruh variasi konsentrasi natrium monokloroasetat terhadap

sintesis karboksimetil selulosa.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui bahwa karboksimetil selulosa dapat disintesis dari selulosa

batang pisang raja.

4
Universitas Sumatera Utara
b. Membandingkan karboksimetil selulosa dari batang pisang raja dengan

karboksimetil selulosa komersial.

c. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi natrium monokloroasetat

terhadap sintesis karboksimetil selulosa.

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi terkait

dengan proses sintesis CMC dari batang pisang raja dengan variasi natrium

monokloroasetat untuk alternatif lain pembuatan CMC dengan hasil yang optimal

dari penggunaan natrium monokloroasetat.

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisang

Pisang merupakan tumbuhan monokotil yang termasuk dalam familia

Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia pisang merupakan buah

yang paling banyak dikonsumsi dibandingkan dengan buah-buah yang lain.

Indonesia merupakan penghasil pisang terbesar di Asia, karena 50% produksi

pisang Asia dihasilkan sebagai salah satu komoditas buah unggulan nasional.

Sebagai komoditas unggulan pisang merupakan buah yang mudah didapat,

memiliki nilai ekonomi, budaya, serta nilai gizi yang tinggi (Ermawati, dkk.,

2016). Sudah lama pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer di

dunia. Hal ini dikarenakan rasanya lezat, gizinya tinggi, dan harganya relatif

murah (Sunarjono, 2002).

Tanaman pisang memiliki habitus herba dan hanya berbuah sekali

(monokarpik) kemudian mati. Buah pisang mudah didapat karena daerah

distribusinya luas serta masa berbuahnya tidak mengenal musim (Khasanah dan

Marsusi, 2014). Produksi pisang di Sumatera Utara berdasarkan data statistik

Dinas Tanaman Pangan Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara tahun

2016 mencapai 137.886 ton. Terdapat berbagai jenis varietas pisang. Dari sekian

banyak jenis pisang, terdapat satu varietas yang masih kurang proses

pengolahannya namun persediannya melimpah, yaitu pisang raja. Biasanya pisang

raja ini dikonsumsi secara langsung atau hanya diolah menjadi pisang goreng,

kripik pisang atau pisang ijo (Ermawati, dkk., 2016).

6
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Sitematika Pisang Raja

Menurut Herbarium Medananse (2018) klasifikasi tanaman pisang raja

yaitu :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca

2.1.2 Morfologi Pisang Raja

Tanaman pisang merupakan tumbuhan berbatang basah yang besar,

biasanya mempunyai batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun.

Tangkai daun jelas beralur pada sisi atasnya, helaian daun lebar, bangu jorong

(oval memanjang), dengan ibu tulang yang nyata dan tulang-tulang cabang yang

menyirip dan kecil-kecil. Bunga mempunyai tenda bunga yang mempunyai

kelopak dan mahkota yang biasanya berlekatan. Bakal buah tenggelam, tangkai

putik berbelah 3-6 (Wibowo dan Prasetyaningrum, 2015).

Batang pisang ini tingginya 1,8-2,3 meter dengan warna hijau kemerahan.

Daunnya berwarna hijau tua. Panjang tandan buah 50-60 cm dengan berat 7-15

kg. Setiap tandan terdiri dari 6-8 sisiran dan setiap sisiran ada 13-18 buah. Daging

buah kuning, berasa sangat manis, dan kenyal berpati. Kulit buah tebal berwarna

merah tua dan agak melekat pada daging buah bila terlalu matang. Umur panen 3-

4 bulan sejak keluar jantung (Sunarjono, 2002).

7
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kandungan Kimia Pisang Raja

Berdasarkan penelitian Mohapatra, dkk., (2010) batang pisang raja

mengandung lignin 12%, selulosa 34-40%, xilosa 13,1 %, galaktosa 2,5%,

arabinosa 9,1%, dan manosa 1,3% terhadap berat kering.

2.2 Lignoselulosa

Komponen lignoselulosa merupakan bagian terbesar yang menyusun

tubuh tumbuhan. Komponen ini terdiri dari selulosa, hemiselulosa,dan lignin.

Lignoselulosa yang tedapat dalam limbah pertanian terdiri dari 40-60% selulosa,

20-30% hemiselulosa, dan 15-30% lignin. Susunan selulosa, hemiselulosa dan

lignin dalam sel tanaman sangat kompleks. Hemiselulosa bersama lignin

mengakibatkan struktur sel bersifat pasif dan kaku. Susunan yang kompleks

tersebut mengakibatkan proses pemisahan komponen-komponen ini cukup rumit

(Bahri, 2015).

Lignin merupakan senyawa kompleks yang tersusun dari unit fenilpropana

yang terikat di dalam struktur tiga dimensi dan merupakan material paling kuat di

dalam massa. Lignin mengandung karbon yang relatif tinggi sehingga resisten

terhadap degradasi, oleh karena itu lignin harus dipecah agar hemiselulosa dan

selulosa dapat dihidrolisis (Baharuddin, dkk., 2016). Sifat- sifat lignin yaitu tidak

larut dalam air dan asam mineral kuat, larut dalam pelarut organik, dan larutan

alkali encer (Surest dan Satriawan, 2010).

Lignin yang terikat dengan selulosa harus dihilangkan terlebih dahulu

dengan proses delignifikasi. Penghilangan lignin dapat dilakukan dengan

menambahkan asam atau basa agar senyawa lignin tersebut menjadi larut (Melisa,

8
Universitas Sumatera Utara
dkk., 2014). Struktur lignin mengalami perubahan dibawah kondisi suhu yang

tinggi dan asam. Pada reaksi dengan temperatur tinggi mengakibatkan lignin

terpecah menjadi partikel yang lebih kecil dan terlepas dari selulosa. Pada suasana

asam, lignin cenderung melakukan kondensasi, yakni fraksi lignin yang sudah

terlepas dari selulosa dan larut pada proses pendidihan. Dimana peristiwa ini

cenderung menyebabkan bobot molekul lignin bertambah dan lignin

terkondensasi akan mengendap (Taherzadeh dan Karimi, 2007).

Hemiselulosa tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang.

Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses

pulping. Secara biokimawi, hemiselulosa adalah semua polisakarida yang dapat

diekstraksi adalah larutan basa. Monomer penyusun hemiselulosa biasanya adalah

rantai D-glukosa, ditambah dengan berbagai bentuk monosakarida yang terikat

pada rantai. Hemiselulosa mudah terdegradasi dan larut dibandingkan dengan

selulosa sehingga persentasenya dalam pulp selalu lebih kecil (Saleh, dkk., 2009).

2.3 Selulosa

Selulosa merupakan senyawa organik yang paling banyak melimpah di

alam, karena struktur bahan seluruh dunia tumbuhan terdiri atas sebagian besar

selulosa. Suatu jaringan yang terdiri atas beberapa lapis serat selulosa adalah

unsur penguat utama dinding sel tumbuhan. Didalam selulosa terdapat dalam

bentuk serat-serat. Serat-serat selulosa mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.

Selulosa merupakan suatu polimer yang berantai lurus yang terdiri dari unit-unit

glukosa. Bobot molekul selulosa alamiah sukar diukur, dikarenakan degradasi

9
Universitas Sumatera Utara
terjadi selama isolasi.Panjang rantainya berbeda-beda dari jenis tumbuhan yang

berbeda (Bahri, 2015).

Selulosa merupakan serat berwarna putih, tidak larut dalam air panas dan

dingin, alkali dan pelarut organik netral seperti alkohol dan benzen

(Muzakkar, dkk., 2017). Selulosa adalah polimer dengan rumus kimia (C6H10O5)n.

Dalam hal ini n adalah jumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi

yang harganya bervariasi berdasarkan sumber selulosa dan perlakuan yang

diterimanya. Kebanyakan serat untuk pembuat pulp mempunyai harga derajat

polimerisasi 600-1500 (Surest dan Satriawan, 2010). Molekul selulosa seluruhnya

berbentuk linier dan mempunyai kecendrungan kuat membentuk ikatan-ikatan

hidrogen, baik dalam satu polimer selulosa maupun antar rantai polimer yang

berdampingan.Ikatan hidrogen ini menyebabkan selulosa bisa terdapat dalam

ukuran besar, dan memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi (Dewi, dkk., 2009).

Struktur selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Struktur Selulosa (Baharuddin, dkk., 2016)

Menurut Sumada, dkk., (2011), berdasarkanderajat polimerisasi (DP) dan

kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat

dibagi tiga jenis, yaitu :

10
Universitas Sumatera Utara
1. Selulosa α (Alpha cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam

larutan natrium hidroksida 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (Derajat

Polimerisasi) 600-15000. Alfa selulosa dipakai sebagai penduga dan atau

penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa dengan derajat kemurnian α >

92% memenuhi syarat untuk bahan baku utama pembuatan propelan atau

bahan peledak. Sedangkan selulosa ikatan di bawahnya digunakan sebagai

bahan baku pada industri kertas dan industri kain (serat rayon). Semakin tinggi

kadar alfa selulosa, maka semakin baik mutu bahannya.

2. Selulosa β (Beta cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan

natrium hidroksida 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat Polimerisasi) 15-

90, dapat mengendap bila dinetralkan.

3. Selulosa ᵞ (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam

larutan natrium hidroksida 17,5% atau basa kuat dan tidak mengendap jika

dinetralkan memiliki DP (Derajat Polmerisasi) nya kurang dari 15, kandungan

utamanya adalah hemiselulosa.

2.4 Carboxymethyl Cellulose (CMC)

Karboksimetil selulosa merupakan turunan selulosa yang memiliki peran

penting dan berguna sebagai agen pengemulsi, agen pensuspensidan sebagai

pengikat dalam pembuatan tablet. Pada awalnya, CMC banyak dibuat dari

selulosa kayu. Hal ini disebabkan kandungan selulosa pada kayu biasanya cukup

tinggi, yaitu sekitar 42-47%. Limbah-limbah yang mengandung selulosa dalam

jumlah besar sangat potensial dimanfaatkan untuk dijadikan karboksimetil

selulosa (CMC). Namun, tidak hanya dari kayu, sekarang ini telah banyak

11
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan sintesis CMC berbahan dasar bukan kayu, melainkan limbah-

limbah agrikultural seperti kulit buah pisang, nanas, kelapa sawit, jeruk bali,

tanaman enceng gondok, dan lain-lain. Hal ini disebabkan limbah-limbah

pertanian sangat melimpah jumlahnya dan terbuang percuma (Agustriono dan

Hasanah, 2016).

Carboxymethyl Cellulose (CMC) adalah derivat selulosa yang berantai

lurus, panjang, larut dalam air, dan anionik polisakarida (Tasaso, 2015). Struktur

CMC merupakan rantai polimer yang terdiri dari molekul selulosa. Setiap

unitanhidroglukosa memiliki tiga gugus hidroksil dan beberapa atom hidrogen

dari gugus hidroksil tersebut disubstitusi oleh carboxymethyl (Kamal, 2010).

Gambar 2.2 Struktur Natrium Karboksimetil Selulosa (Kamal, 2010)

Gugus hidroksil yang tergantikan dikenal dengan derajat penggantian

(degree of substitution) disingkat DS. Jumlah gugus hidroksil yang tergantikan

atau nilai DS mempengaruhi sifat kekentalan dan sifat kelarutan CMC dalam air

(Kamal, 2010).

Karboksimetil selulosa telah banyak digunakan dan bahkan memiliki

peranan yang penting dalam berbagai aplikasi. Karboksimetil selulosa secara luas

digunakan dalam bidang pangan, kimia, perminyakan, pembuatan kertas, tekstil,

serta bangunan.Khusus bidang pangan, karboksimetil selulosa dimanfaatkan

12
Universitas Sumatera Utara
sebagai stabilizer, thickner, adhesive, dan emulsifier. CMC pada berbagai industri

seperti: detergen, cat, keramik, tekstil, kertas dan makanan. Fungsi CMC pada

bidang formulasi adalah sebagai pengental, penstabil emulsi atau suspensi dan

bahan pengikat (Hasibuan, 2016).

Sifat-sifat CMC yaitu mudah larut dalam air dingin maupun dalam air

panas, bersifat stabil dalam lemak dan tidak larut dalam pelarut organik serta zat

inert (Kamal, 2010). Larutan CMC 1% mempunyai pH 7,0-8,5 dan pada rentang

5-9 tidak terlalu berpengaruh terhadap viskositas. Jika pH di bawah 1, larutan

menjadi tidak homogen karena terbentuk endapan, khususnya industri makanan,

disarankan sifat CMC tidak terlalu asam. Pada pH kurang dari 3 viskositas CMC

bertambah karena terbentuknya gel yang sedikit larut, sedang pada pH di atas 10

viskositas CMC sedikit berkurang. Kadar air dalam CMC mempengaruhi daya

tahan CMC karena adanya reaksi pembusukan secara kimia maupun

mikrobiologi. Kadar NaCl berkaitan dengan kemurnian atau kadar CMC, dengan

mengetahui kadar NaCl maka kemurnian diketahui dan apabila semakin kecil

kadar NaCl kemurnian makin besar. Terbentuknya NaCl ini karena adanya reaksi

antara natrium monokloroasetat dengan alkali selulosa (Wijayani, dkk., 2005).

Sintesis CMC dilakukan dengan proses alkalisasi, karboksimetilasi,

netralisasi, dan pengeringan. Proses alkalisasi merupakan proses saat terjadi reaksi

substitusi antara gugus hidroksil dengan NaOH menghasilkan natrium selulosa.

Sedangkan karboksimetilasi merupakan proses dimana terjadi reaksi substitusi

terjadi antara gugus Na pada natrium monokloroasetat menghasilkan CMC. CMC

tersebut kemudian dinetralkan dengan ditambahkan asam asetat dikarenakan pada

saat proses sintesis suasana CMC dalam alkali (Mahendra dan Mitarlis, 2017).

13
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan CMC dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya alkalisasi

dan karboksimetilasi. Pada tahap alkalisasi serat selulosa akan mengembang,

yang menyebabkan struktur kristalin selulosa akan berubah dan meningkatkan

kemampuan kimia masuk ke dalam serat. Selain itu, fase cair (campuran alkohol-

air) sebagai agen solvasi, melarutkan NaOH dan mendistribusikannya ke gugus

hidroksil selulosa membentuk alkil selulosa. Larutan NaOH akan menembus ke

struktur kristal selulosa, kemudian mensolvasi gugus hidroksil yang membuatnya

siap untuk reaksi eterifikasi dengan cara memutus ikatan hidrogen. Alkalisasi

dilakukan menggunakan NaOH, yang tujuannya mengaktifkan gugus-gugus OH

pada molekul selulosa dan berfungsi untuk memudahkan difusi reagen pada

tahap karboksimetilasi Pada proses karboksimetilasi digunakan reagen natrium

monokloroasetat (Ayuningtiyas, dkk., 2017

Karboksimetilasi menggunakan senyawa monokloroasetat baik dalam

bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya, seperti natrium monokloroasetat.

Kadar natrium monokloroasetat akan berpengaruh terhadap substitusi yang

terjadi pada struktur selulosa (Wijayani, dkk., 2005). Reagen monokloroasetat

yang digunakan dalam sintesis karboksimetil selulosa sangat mempengaruhi

derajat substitusi produk karboksimetil selulosa (Melisa, dkk., 2014). Jumlah

alkali yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap jumlah garam natrium

monokloroasetat untuk bereaksi dengan gugus hidroksil pada selulosa.

Komposisi reagen alkalisasi dan karboksimetilasi dalam pembuatan CMC sangat

menentukan kualitas atau mutu dari CMC yang dihasilkan (Wijayani, dkk.,

2005).

14
Universitas Sumatera Utara
Reaksi sintesis Carboxymethyl Cellulose (CMC) dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Reaksi Sintesis Carboxymethyl Cellulose (CMC) (Eliza, dkk., 2015)

15
Universitas Sumatera Utara
2.5 Derajat Substitusi

Menurut Eriningsih, dkk., (2011), derajat substitusi (DS) dan berat

molekul merupakan parameter daya guna CMC dan sangat bergantung pada pada

pemilihan media reaksi sintesa dan tahapan proses. Semakin tinggi DS akan

menunjukkan kompatibilitasnya dengan komponen lain seperti garam atau pelarut

lainnya dan berpengaruh pada viskositas. Beberapa faktor yang mempengaruhi

DS antara lain adalah density, thixotropy dan higroskopis.

Thixotropy adalah sifat dari gel atau cairan yang berbentuk kental

(viscous), namun tidak homogen. Hal ini bila dituangkan akan mengalir dengan

tidak lancar pada kondisi normal, tetapi berkurang kekentalannya bila dikocok,

diaduk atau dimampatkan. Adapun sifat higroskopis adalah kemampuan gel atau

cairan untuk menarik molekul dari lingkungannya, yang dicapai melalui absorpsi

atau adsorpsi, sehingga sifat fisiknya akan berubah seperti peningkatan volume,

sifat kaku, atau karakter fisik lainnya.

Semakin meningkat densitas dan higroskopis CMC, maka DS nya akan

semakin meningkat pula, namun DS akan berkurang dengan semakin

meningkatnya sifat thixotropy (Eriningsih, dkk., 2011). Sifat tersebut dapat

digambarkan melalui keseragaman substitusi gugus karboksimetil sebagai berikut:

Gambar 2.4 Sifat Homogenitas Larutan CMC (Eriningsih, dkk., 2011)

16
Universitas Sumatera Utara
2.6 Viskositas

Viskositas suatu fluida merupakan daya hambat yang disebabkan oleh

gesekan antara molekul-molekul cairan, yang mampu menahan aliran fluida

sehingga dapat dinyatakan sebagai indikator tingkat kekentalannya. Kekentatalan

adalah sifat suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-

molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan

inilah yang menghambat aliran zat cair (Soebyakto, dkk., 2016).

CMC dapat membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan

viskositas sehingga partikel-partikel yang tersuspensi yang tersuspensi akan

tertangkap dalam sisitem tersebut dan tidak mengendap oleh pengaruh gravitasi.

CMC dapat mencegah pengendapan protein pada titik isoelektrik dan

meningkatkan viskositas produk pangan, disebabkan bergabungnya gugus

karboksil CMC dengan gugus muatan positif dari protein (Anggraini, dkk., 2016).

Nilai viskositas yang baik untuk bahan pangan adalah ≥25. Derajat substitusi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya viskositas CMC

(Nur, dkk., 2016).

2.7 SpektrofotometerFourier Transform Infra Red (FT-IR)

Spektrum inframerah adalah suatu teknik yang didasarkan pada getaran

dari atom-atom molekul. Spektrum inframerah umumnya diperoleh dengan

melewatkan radiasi inframerah melalui sampel dan menentukan sebagian kecil

dari energi radiasi tertentu yang diserap (Masfria, dkk., 2015). Frekuensi

inframerah biasanya dinyatakan dalam satuan bilangan gelombang (wave

number), yang didefinisikan sebagai banyaknya gelombang per sentimeter

17
Universitas Sumatera Utara
(Hart, dkk., 2003). Daerah antara 1400-4000 cm-1, bagian kiri spektrum

inframerah, merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus-

gugus fungsional. Daerah dikanan 1400 cm -1 seringkali sangat rumit. Dalam

daerah ini biasanya korelasi antara suatu pita dan gugus fungsional spesifik tidak

dapat ditarik dengan cermat, namun tiap senyawa organik mempunyai resapan

yang unik di sini. Oleh karena itu bagian spektrum ini disebut daerah sidik jari

(fingerprint region). Meskipun bagian kiri suatu spektum nampaknya sama untuk

senyawa-senyawa yang mirip, daerah sidik jari harus cocok antara dua spekra,

agar dapat disimpulkan bahwa kedua senyawa itu sama. Salah satu pita dalam

spektrum inframerah yang paling terbedakan adalah pita yang disebabkan oleh

modus uluran karbonil. Pita ini merupakan peak yang kuat yang dijumpai dalam

daerah 1640-1820 cm-1 (Fessenden dan Fessenden, 1989).

Menurut Muzakkar, dkk., (2017), selulosa jerami padi terdapat puncak

dengan intensitas kuat pada bilangan gelombang 3421,83 cm –1 menunjukkan

gugus hidroksil (–OH). Sementara bilangan gelombang 896,93 cm-1 menunjukkan

adanya ikatan 1,4–β dari selulosa. Bilangan gelombang pada 2902,96 cm −1

menunjukkan adanya –CH2 yang merupakan kerangka pembangun struktur

selulosa. Hasil analisis FTIR CMC (Carboxymethyl Cellulose) yang dihasilkan

dari selulosa jerami padi menunjukkan bahwa munculnya beberapa bilangan

gelombang. CMC dicirikan dengan adanya gugus karbonil (C=O) dengan puncak

serapan pada bilangan gelombang 1586,05 cm−1, gugus hidroksil (–OH) pada

bilangan gelombang 3351,27 cm−1 dan gugus –CH2 pada bilangan gelombang

2917,27 cm−1.

18
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental

yang meliputi pengambilan sampel, identifikasi sampel, pengolahan sampel,

isolasi selulosa, sintesis karboksimetil selulosa dan karakterisasi karboksimetil

selulosa.

3.1 Alat dan Bahan Penelitian


3.1.1 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas

laboratorium, neraca analitik (InoLab), Fourier Transform Infrared

Spectrophotometer (Shidmadzu), oven listrik (Memmert), desikator, hotplate

stirrer, stopwatch, termometer, pH indikator (Merck), pH meter (Hanna), ayakan,

blender (Philips), lemari pengering, cawan, alumunium foil, kertas saring, cawan

porselin dan viskometer Brookefield.

3.1.2 Bahan penelitian

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan kimia

yang berkualitas pro analisis produksi PT. Smart Lab yaitu asam asetat glasial,

asam sulfat pekat, etanol, isopropanol dan metanol. Yang tidak berkualitas pro

analisis adalah akuades, eter, natrium hipoklorit dan barium klorida. CMC

komersial, 1-naftol LP, NaOH pellet, natrium monokloroasetat dan selulosa

produksi PT. Merck.

19
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pengambilan, Identifikasi dan Pengolahan sampel
3.2.1 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, artinya tanpa

membandingkan sampel yang diambil dengan sampel yang sama dari daerah lain.

Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pisang yang

diperoleh dari daerah Desa Delitua Dusun I, Kecamatan Namorambe, Provinsi

Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA),

Universitas Sumatera Utara.

3.2.3 Pengolahan sampel

Batang pisang dibersihkan dari pengotor, dicuci, ditiriskan dan diangin-

anginkan. Dipotong kecil-kecil dengan ukuran kurang lebih 2 x 2 cm. Kemudian

dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu ±40ºC hingga rapuh.Lalu

dihaluskan sampai berbentuk serbuk. Diayak melalui ayakan mesh 20. Disimpan

dalam wadah plastik yang tertutup rapat.

3.3 Pembuatan Pereaksi.

3.3.1 Larutan natrium hidroksida 4%

Natrium hidroksida sebanyak 4 gram dilarutkan dalam akuades

secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM Depkes RI, 1995).

3.3.2 Larutan natrium hidroksida 15%

Natrium hidroksida sebanyak 15 gram dilarutkan dalam akuades

secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM Depkes RI, 1995).

20
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Larutan natrium hidroksida 17,5%

Natrium hidroksida sebanyak 17,5 gram dilarutkan dalam akuades

secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM Depkes RI, 1995).

3.3.4 Larutan hipoklorit 3,5%

Larutan hipoklorit 10% sebanyak 35 ml dilarutkan dalam akuades

secukupnya hingga 100 ml (Ditjen POM Depkes RI, 1995).

3.4 Isolasi Selulosa dari Batang Pisang Raja

Sebanyak 100 gram serbuk batang pisang raja ditambahkan dengan 2 L

larutan natrium hidroksida 4%, dipanaskan pada suhu 50°C selama 3 jam.

Kemudian dicuci dengan akuades, disaring dan diputihkan dengan 1 L natrium

hipoklorit 3,5% dan didiamkan selama 24 jam. Kemudian disaring dan dicuci

dengan akuades hingga pH netral.

Selulosa yang diperoleh dari batang pisang raja ditambah dengan 1,5 L

natrium hidroksida 17,5% dan dipanaskan pada suhu 80°C selama 30 menit.

Hasilnya kemudian dicuci dengan bersih dengan akuades. Lalu ditambahkan

natrium hipoklorit 3,5% dan dipanaskan pada suhu 100°C selama 5 menit.

Kemudian dicuci dengan akuades hingga pH netral, lalu disaring dan dikeringkan

pada suhu 60°C dalam oven. Maka diperoleh selulosa (Ohwoavworhua dan

Adelakun, 2005).

3.5 Sintesis Karboksimetil Selulosa dengan Variasi Natrium Monokloroasetat

3 gram berat kering selulosa batang pisang raja dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 250 ml ditambahkan 90 ml isopropanol. Selanjutnya dilakukan proses

21
Universitas Sumatera Utara
alkalisasi dengan menambahkan 10 ml larutan NaOH 15% dan dilakukan

pengadukan menggunakan magnetic strirer selama 1 jam pada suhu 30°C. Setelah

selesai dilanjutkan proses karboksimetilasi dengan menambahkan ClCH2COONa

sebanyak 1 gram. Campuran kemudian dipanaskan dengan suhu 50ºC selama 3

jam. Setelah itu campuran disaring dan residunya direndam menggunakan 100 ml

metanol selama 24 jam. Kemudian campuran dinetralkan menggunakan larutan

asam asetat glasial. Campuran kemudian disaring kembali dan residunya dicuci

dengan etanol kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 60ºC hingga

beratnya konstan. Perlakuan yang sama untuk variasi natrium monokloroasetat (2

g, 3 g, 4 g, dan 5 g) mengikuti prosedur diatas (Tasaso, 2015).

3.6 Karakterisasi Karboksimetil Selulosa

3.6.1 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau dan

rasa sesuai dengan Farmakope Indonesia ke-IV.

3.6.2 Kelarutan CMC

Diamati kelarutannya terhadap air, etanol dan eter (Anonim, 2011).

3.6.3 Foam Test (Pembentukan Busa)

Sampel dibuat bentuk larutan dengan konsentrasi 0,1% kemudian dikocok

kuat-kuat. Pada Na-CMC tidak terbentuk lapisan busa pada permukaan larutan

(Anonim, 2011).

3.6.4 Pembentukan Endapan

Ditambahkan lebih kurang 1 gram CMC pada 50 ml air sambil diaduk

hingga terdispersi homogen. Dilanjutkan pengadukan hingga diperoleh larutan

22
Universitas Sumatera Utara
jernih. Pada 5 ml larutan tambahkan barium klorida, terbentuk endapan halus

putih (Ditjen POM Depkes RI, 1995).

3.6.5 Uji Identifikasi

Ditambahkan lebih kurang 1 gram CMC pada 50 mL air sambil diaduk

hingga terdispersi homogen. Dianjutkan pengadukan hingga diperoleh larutan

jernih. Diencerkan1 ml larutan dengan 1 ml air dalam tabung reaksi kecil,

ditambahkan 5 tetes 1-naftol LP. Dimiringkan tabung dan dituangkan melalui

dinding tabung 2 ml asam sulfat P, terjadi warna merah ungu pada bidang batas

antara dua lapisan (Ditjen POM Depkes RI, 1995).

3.6.6 Penentuan pH larutan CMC 1%

CMC ditimbang 1 gram dan dilarutkan dalam akuades 100 mldengan

memanaskan pada suhu 60ºC dan diaduk sampai larut. Setelah larut merata,

didinginkan pada suhu ruang. Penetapan pH dilakukan dengan pH meter

(Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005).

3.6.7 Susut Pengeringan Sampel

Botol timbang dikeringkan di oven selama 30 menit pada suhu 100–105ºC,

lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Pekerjaan ini dilakukan sampai

diperoleh berat yang konstan. Satu gram karboksimetil selulosa ditimbang

seksama dalam botol timbang. Dikeringkan di dalam oven pada suhu 1050C

selama 1 jam. Pada waktu pemanasan di oven, tutup botol timbang dibuka, dan

saat pengambilan botol timbang segera ditutup dan dibiarkan dalam desikator

sampai suhu mencapai suhu kamar lalu ditimbang. Pekerjaan ini dilakukan sampai

diperoleh berat yang konstan (Ditjen POM Depkes RI, 1995).

23
Universitas Sumatera Utara
3.6.8 Kelarutan dalam Air

Sampel sebanyak 2 g diaduk dengan 80 mL air suling selama 10 menit,

disaring dengan vakum melalui kertas saring. Pindahkan filtrat ke dalam gelas

beker yang telah ditara ( ), lalu diuapkan hingga kering pada suhu 105C

selama 1 jam, didinginkan di dalam desikator, lalu ditimbang ( ). Selisih berat

antara residu dan gelas beker kosong tidak boleh lebih dari 0,25%. Kelarut dalam

air (Za) dihitung berdasarkan persamaan berikut (USP 27 dan NF 22, 2004) :

Za = x 100%
3.6.9 Penentuan Viskositas

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer Brookfield dengan

cara ditimbang 2 gram berat kering CMC dimasukkan dalam lumpang kemudian

ditambah dengan air panas secukupnya hingga mencapai volume 100 ml. Setelah

air panas dimasukkan, campuran digerus sampai homogen dan dituangkan

kedalam gelas kimia. Lalu spindle diturunkan hingga spindle tercelup ke dalam

formulasi. Selanjutnya akan dihidupkan dengan menekan tombol ON. Kecepatan

spindle diatur, kemudian dibaca skalanya (dial reading) dimana jarum merah yang

bergerak telah stabil. Nilai viskositas (η) dalam sentipoise (cps) diperoleh dari

hasil perkalian skala baca (dial reading) dengan faktor koreksi (f) khusus untuk

masing-masing kecepatan spindle. Menurut Dalimunthe (2016), nilai viskositas

dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :

Viskositas (cps) = skala (dial reading) x faktor

24
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Medanense

(MEDA) Universitas Sumatera Utara adalah tumbuhan pisang raja (Musa

paradisiaca L) dari suku Musaceae. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman

41.

4.2 Hasil Sintesis CMC Batang Pisang Raja

Isolasi selulosa batang pisang raja dilakukan dengan metode delignifikasi.

Selulosa yang diperoleh dari pengolahan batang pisang 100 gram adalah 33,67

gram atau 33,67%. Hasil sintesis natrium karboksimetil selulosa dengan variasi

natrium monokloroasetat terdapat di Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Sintesis Carboxymethyl Cellulose (CMC)

Konsentrasi Berat Berat Natrium Berat CMC (g) % Berat*


NaOH (%) Selulosa (g) Monokloroasetat
(g)
15 3 1 2,3 76,67
15 3 2 3,74 124,67
15 3 3 5,76 192
15 3 4 4,64 154,67
15 3 5 3,86 128,67
Keterangan: *= % berat terhadap selulosa

Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam sintesis CMC adalah

alkalisasi dan karboksimetilasi karena menentukan karakteristik CMC yang

dihasilkan. Proses alkalisasi pada penelitian ini menggunakan larutan NaOH 15%

dengan pengadukan menggunakan magnetic stirer selama 1 jam. Hal ini

26
Universitas Sumatera Utara
dilakukan agar campuran reaksi merata maka selulosa harus terbasahi seluruhnya

oleh larutan NaOH. Fungsi NaOH yaitu mengaktifkan gugus-gugus OH pada

molekul selulosa dan sebagai pengembang. Proses pengembangan selulosa ini

akan mempengaruhi proses selanjutnya yaitu proses karboksimetilasi yaitu proses

karboksimetilasi dimana kondisi karboksimetilasi akan optimum jika

pengembangannya optimum (Safitri, dkk., 2017). Pada proses karboksimetilasi

digunakan reagen natrium monokloroasetat, jumlah natrium monklroroasetat yang

digunakan akan berpengaruh terhadap substitusi dari unit anhidroglukosa pada

selulosa (Wijayani, dkk., 2005).

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan

natrium monokloroasetat 1 sampai 3 gram menghasilkan rendemen yang makin

besar. Hasil terbesar pada penggunaan natrium monokloroasetat 3 gram dengan

rendemen 192%. Hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan Nur’ain,

dkk., (2017) yang menggunakan metode yang berbeda dan sampel batang jagung

dengan rendemen terbesar yaitu 96,36%.

4.3 Hasil Karakterisasi CMC Batang Pisang Raja (CMCR)

4.3.1 Hasil Karakterisasi Sifat Fisikokimia CMCR

Karakterisasi CMC Batang Pisang Raja (CMCR) dilakukan dengan

membandingkannya dengan CMC Komersil (CMCK) sesuai dengan syarat yang

terdapat dalam USP 27 dan NF 22 (2004), Farmakope Indonesia Edisi IV (1995),

dan Anonim (2011). Hasil karakterisasi CMCR dan CMCK dapat dilihat pada

Tabel 4.2 pada halaman 28.

27
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Data Karakterisasi CMCR dan CMCK

CMCR
CMCK Persyaratan
No Parameter
A B C D E
1 Organoleptik Serbuk putih Serbuk putih, Serbuk putih, Serbuk putih, Serbuk putih Serbuk putih, Serbuk atau
kekuningan, tidak berbau, tidak berbau, tidak berbau, kekuningan, tidak berbau, butiran, putih
tidak berbau, tidak berasa tidak berasa tidak berasa tidak berbau, tidak berasa atau putih kuning
tidak berasa tidak berasa gadingtidak
berbau, tidak
berasa (Ditjen
POM Depkes RI,
1995)
Kelarutan

Air Terdispersi Terdispersi Terdispersi Terdispersi Terdispersi Terdispersi Terdispersi


(Ditjen POM
Depkes RI, 1995)
2. Alkohol Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut
(Ditjen POM
Depkes RI, 1995)
Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut
Eter ((Ditjen POM
Depkes RI, 1995)
pH 6,58 6,77 7,77 7,82 7,89 7,24 6,5-8,5 (USP 27
3. dan NF 22, 2004)

28

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 (Lanjutan)

4. Susut 5,367 4,0397 5,0804 3,99 3,0071 4,75 ≤10% (USP 27


pengeringan dan NF 22, 2004)
(%)
5. Kelarutan 0,24 0,12 0,19 0,19 0,17 0,08 ≤ 0,25
dalam Air (USP 27 dan NF
(%) 22, 2004)
6. Pembentukan Endapan Endapan Endapan Endapan Endapan Endapan halus Endapan halus
endapan halus putih halus putih halus putih halus putih halus putih putih putih (Ditjen
dengan BaCl2 POM Depkes RI,
1995)
7. Pembentukan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terbentuk
busa terbentuk terbentuk terbentuk terbentuk terbentuk terbentuk lapisan busa pada
lapisan busa lapisan busa lapisan busa lapisan busa lapisan busa lapisan busa permukaan
larutan (Anonim,
2011)
8. Uji terjadi warna terjadi warna terjadi warna terjadi warna terjadi warna terjadi warna terjadi warna
identifikasi merah ungu merah ungu merah ungu merah ungu merah ungu merah ungu merah ungu pada
dengan 1- pada bidang pada bidang pada bidang pada bidang pada bidang pada bidang bidang batas
naftol dan batas antara batas antara batas antara batas antara batas antara batas antara antara dua lapisan
H2SO4 (p) dua lapisan dua lapisan dua lapisan dua lapisan dua lapisan dua lapisan ((Ditjen POM
Depkes RI, 1995)
9. Viskositas 300 400 475 200 150 500 ≥25 (Anonim,
2011)
Ket.: A: variasi 1 gram natrium monokloroasetat C: variasi 3 gram natrium monokloroasetat E: variasi 5 gram natrium monokloroasetat
B: variasi 2 gram natrium monokloroasetat D: variasi 4 gram natrium monokloroasetat

29

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji organoleptik CMCR dan CMCK dari bentuk, warna dan rasa

berupa serbuk kasar, berwarna putih sampai putih kekuningan dan tidak berbau.

Keduanya telah memenuhi persyaratan (Ditjen POM Depkes RI, 1995).

Sifat fisikokimia CMCR meliputi kelarutan (air, alkohol dan eter), pH,

susut pengeringan, kelarutan dalam air, pembentukan endapan dan pembentukan

busa. Berdasarkan hasil pengujian, kelarutan pada air, alkohol dan eter pada

CMCR dan CMCK semuanyamemenuhi persyaratan yang terdapat dalam

Farmakope Indonesia edisi IV (1995), yaitu terdispersi dalam air, tidak larut

dalam alkohol dan tidak larut dalam eter. Hasil pengujian pH, susut pengeringan

dan kelarutan zat dalam air pada CMCR dan CMCK semuanya memenuhi

persyaratan yang terdapat dalam USP 27 dan NF 22 (2004) berturut-turut yaitu,

6,5-8,5, ≤10% dan ≤0,25%.

Pada uji pembentukan endapan CMCR terbentuk endapan putih halus

setelah ditambahkan reagen BaCl2. Hasil ini sesuai dengan Farmakope Indonesia

edisi IV (1995). Hasil uji pembentukan busa yaitu tidak terbentuk busa pada

larutan dengan CMCR konsentrasi 0,1% setelah dikocok kuat-kuat. Hal ini sesuai

dengan Anonim (2011) yaitu pada CMC tidak terbentuk lapisan busa pada

permukaan larutan.

Pada pengujian identifikasi terbentuk warna merah ungu pada bidang

batas antara dua lapisan setelah penambahan 1-naftol dan asam sulfat pekat. Hal

ini sesuai dengan Farmakope Edisi IV (1995).

Viskositas suatu fluida merupakan daya hambat yang disebabkan oleh

gesekan antara molekul-molekul cairan, yang mampu menahan aliran fluida

sehingga dapat dinyatakan sebagai indikator tingkat kekentalannya. Kekentatalan

30
Universitas Sumatera Utara
adalah sifat suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-

molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan

inilah yang menghambat aliran zat cair (Soebyakto, dkk., 2016).

Hasil pengukuran yang diperoleh hasil pengukuran viskositas dari CMC

Batang Pisang Raja (CMCR) dengan variasi natrium monokloroasetat dari 1

sampai 5 gram natrium monokloroasetat berturut-turut yaitu 300 cps, 400 cps, 475

cps, 200 cps dan 150 cps dan CMC Komersial (CMCK) memiliki viskositas

sebesar 500cps. Hasil viskositas yang diperoleh menurun pada penambahan 4 dan

5 gram natrium monokloroasetat yang digunakan. Hasil viskositas terbaik pada

penggunaan natrium monokloroasetat 3 gram. Menurut Nur, dkk., (2016) derajat

substitusi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya viskositas

CMC. Pada penambahan 4 dan 5 gram natrium monokloroasetat terjadi penurunan

derajat substitusi.

CMC dapat mencegah pengendapan protein pada titik isoelektrik dan

meningkatkan viskositas produk pangan, disebabkan bergabungnya gugus

karboksil CMC dengan gugus muatan positif dari protein (Anggraini, dkk., 2016).

Nilai viskositas yang baik untuk bahan pangan adalah ≥25. Derajat substitusi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya viskositas CMC

(Nur, dkk., 2016).

4.3.2 Hasil Derajat Substitusi (DS)

Derajat substitusi dilakukan untuk mengetahui jumlah gugus hidroksil

yaitu (-OH) yang tergantikan oleh natrium monokloroasetat (NaMCA) sebagai

penanda terbentuknya natrium karboksimetil selulosa (Dalimunthe, 2016). Hasil

dari perhitungan derajat substitusi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Derajat Substitusi CMC Batang Pisang Raja
(CMCR) dan CMC Komersial (CMCK)

No. Nama Absorban (-OH) Absorban DS


Ester
1. CMCK 0,1506 0,1952 0,7715
2. CMCR A 0,61322 0,59364 0,9377
3. CMCR B 0,36043 0,40629 1,1332
4. CMCR C 0,33598 0,39318 1,1684
5. CMCR D O,29022 0,32243 1,1015
6. CMCR E 0,27255 0,30576 1,0971

Data Anonim (2011) menyebutkan bahwa standar derajat substitusi CMC

untuk pangan berkisar 0,2- 1,5. Pada industri pangan, CMC diproduksi dengan

kisaran 0,7-0,9 (Ferdiansyah, dkk., 2017). Kondisi optimum dari reaksi sintesis

karboksimetil selulosa dengan variasi jumlah natrium monokloroasetat 3 gram

dengan derajat substitusi sebesar 1,1684. Hasil ini lebih baik dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Nur’ain, dkk., (2017) dengan sampel batang

jagung yang memperoleh derajat substitusi terbaik sebesar 0,839 pada variasi

rasio natrium monokloroasetat:selulosa 6:5 gram. Pushpamalar, dkk (2005)

menggunakan selulosa dari limbah sagu menghasilkan kondisi optimum

karboksimetil selulosa pada penambahan 6 gram natrium monokloroasetat dengan

derajat substitusi sebesar 0,821.

Derajat substitusi merupakan parameter yang penting dalam menentukan

kualitas dari suatu karboksimetil selulosa. Semakin besar nilai derajat substitusi

maka kualitas dari karboksimetil selulosa semakin baik sebab kelarutannya dalam

air semakin besar (Wijayani, dkk., 2005). Hasil dari pengaruh jumlah natrium

monokloroasetat (NaMCA) terhadap derajat substitusi karboksimetil selulosa

yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

32
Universitas Sumatera Utara
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A B C D E

Gambar 4.1 Pengaruh jumlah NaMCA terhadap CMC batang pisang raja

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa meningkatnya penggunaan natrium

monokloroasetat menghasilkan derajat substitusi yang semakin besar. Derajat

substitusi paling besar diperoleh pada penggunaan natium monokloroasetat 3

gram. Menurut Safitri, dkk., (2017), nilai derajat substitusi yang semakin tinggi

dikarenakan semakin banyak natrium monokloroasetat maka semakin banyak

gugus anhidroglukosa yang tersubstitusi. Namun penggunaan natrium

monokloroasetat 4 dan 5 gram mengalami penurunan derajat substitusi. Menurut

Wijayani, dkk., (2005), kemurnian dari CMC akan mengalami penurunan jika

jumlah natrium monokloroasetat semakin naik. Hal ini diakibatkan oleh semakin

banyaknya banyaknya natrium klorida dan natrium glikolat yang terbentuk yang

mengakibatkan turunnya derajat substitusi.

33
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Analisa FT-IR

Tabel 4.4 Hasil Bilangan Gelombang CMC Batang Pisang Raja (CMCR) dan
CMC Komersial (CMCK)

No Nama Vibrasi Vibrasi Vibrasi Vibrasi Vibrasi


-OH -CH -CCO -CH2 C-O-C
(cm-1) (cm-1) (cm-1) (cm-1) (cm-1)
1. CMCK 3394 2920 1597 1415 1056
2. CMCR A 3421 2924 1600 1415 1068
3. CMCR B 3406 2927 1581 1415 1060
4. CMCR C 3421 2927 1600 1419 1064
5. CMCR D 3483 2931 1624 1423 1064
6. CMCR E 3398 2931 1608 1423 1064

Pada hasil FTIR karboksimetil selulosa batang pisang variasi 1 gram

hingga 5 gram memiliki vibrasi (bilangan gelombang) yang mendekati vibrasi

karboksimetil selulosa komersial. Terdapat bilangan gelombang berturut-turut dari

variasi 1 gram natrium monokloroasetat 1 gram hingga 5 gram yaitu 3421 cm-1,

3406 cm-1, 3421 cm-1, 3483 cm-1 dan 3398 cm-1 adalah gugus OH yang merupakan

ciri khas dari karboksimetil selulosa. Menurut Eriningsih, dkk., (2011), gugus

fungsi OH sangat kuat pada bilangan gelombang 3417 cm-1. Pada bilangan

gelombang 3700-3100 cm-1 merupakan gugus OH yang menunjukkan

terbentuknya kelompok ikatan hidrogen antara atom hidrogen dalam satu

kelompok gugus hidroksil lain monomer glukosa pada rantai polimer selulosa

(Saputra, dkk., 2014).

Munculnya vibrasi pada bilangan gelombang gelombang 2924 cm-1, 2927

cm-1 dan 2931 cm-1 merupakan gugus C-H (hidrokarbon). Menurut Eriningsih

(2011) gugus hidrokarbon pada bilangan gelombang sekitar 2950 cm-1. Pada

bilangan gelombang 1415 cm-1, 1419 cm-1 dan 1423 cm-1 menunjukkan adanya

gugus -CH2 dan pada bilangan gelombang 1600 cm-1, 1581 cm-1, 1624 cm-1 dan

34
Universitas Sumatera Utara
1608 cm-1 menunjukkan adanya gugus karboksil. CMC teridentifikasi mempunyai

gugus karboksil pada panjang gelombang 1604 cm-1 dan ikatan -CH2 pada panjang

gelombang 1419 cm-1 (Lestari, dkk., 2014).

Pada bilangan gelombang 1060 cm-1, 1068 cm-1 dan 1064 cm-1

menunjukkan adanya ester yang terbentuk yaitu gugus C-O-C. Menurut Safitri,

dkk., (2014), gugus ester (-O-) pada bilangan gelombang 1060 cm-1. Dari hasil

gugus fungsional yang terukur dari spektrum FTIR dengan masing-masing

serapan pada daerah bilangan gelombang tertentu menunjukkan kesesuaian

dengan struktur karboksimetil selulosa.Hal ini ditandai dengan terdapatnya vibrasi

OH, ikatan –CH, gugus karboksil (CCO-), ikatan –CH2, dan gugus ester (-O-).

Perbedaan bilangan gelombang pada setiap variasi natrium

monokloroasetat dipengaruhi oleh sifat selulosa yang digunakan. Selulosa adalah

polimer dengan rumus kimia (C6H10O5)n. Dalam hal ini n adalah jumlah

pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi yang harganya bervariasi

berdasarkan sumber selulosa dan perlakuan yang diterimanya (Surest dan

Satriawan, 2010).

35
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selulosa batang pisang raja dapat

disintesis menjadi karboksimetil selulosa.

2. Karboksimetil selulosa yang dihasilkan dari selulosa batang pisang raja

mempunyai kemiripan hasil karakteristik yang meliputi sifat fisikokimia, derajat

substitusi dan FTIR dengan karboksimetil selulosa komersial.

3. Variasi natrium monokloroasetat mempengaruhi karakteristik CMC yang

dihasilkan, pada variasi 3 gram natrium monokloroasetat rendemen terbesar yaitu

192% terhadap berat selulosa dan derajat substitusi sebesar 1,1684.

5.2 Saran

Disarankan untuk peneliti selanjutnya melakukan sintesis karboksimetil

selulosa dari batang pisang raja dengan variasi suhu dan lama pemanasan.

36
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. N., Radiati, L. E., dan Purwadi. (2016). Penambahan


Carboxymethyl Cellulose (CMC) pada Minuman Madu Sari Apel
Ditinjau Dari Rasa, Aroma, Warna, pH, Viskositas, dan Kekeruhan.
Jurnal Kimia dan Teknologi Hasil Ternak. 11(1): 60.

Anonim. (2011). Sodium Carboxymethyl Cellulose. Compendium Food Additive


Specification. Roma: Food and Agriculture Organization of the United
Nations. Halaman 115-118.

Agustriono, F. R., dan Hasanah, A. N. (2016). Pemanfaatan Limbah sebagai


Bahan Baku Sintesis Karboksimetil Selulosa: Review. Farmaka. 4(3): 2-
3.

Ayuningtiyas, S., Desiyana, F. D., dan Siswarni, MZ. (2017). Pembuatan


Karboksimetil Selulosa dari Kulit Pisang Kepok dengan Variasi
Konsentrasi Natrium Hidroksida, Natrium Monokloroasetat, Temperatur
dan Waktu Reaksi. Jurnal Teknik Kimia USU. 6(3): 47.

Baharuddin, M, Sappewali, Karisma, dan Fitriyani, J. (2016). Produksi Bioetanol


dari Jerami Padi (Oryza sativa L) dan Kulit Pohon Dao (Dracontamelon)
Melalui Proses Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak (SFS). Chemica et
Natura Acta. 4(1): 2.

Bahri, S. (2015). Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal teknologi kimia
unima. 4(2): 3 dan 38.

Dalimunthe, A. I. (2016). Pembuatan Natrium Karboksimetil Selulosa dari Sekam


Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Halaman 32.

Dewi, T. K., Wulandari, A., dan Romy. (2009). Pengaruh Temperatur, Lama
Pemasakan dan Konsentrasi Etanol pada Pembuatan Pulp Berbahan Baku
Jerami Padi dengan Larutan Pemasak Naoh-Etanol. Jurnal Teknik Kimia.
3(16): 12.

Ditjen POM Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 175.

Eliza, M. Y., Shahruddin, M., Noormajiah, J., dan WanRosli, W., D. (2015).
Carboxymethyl Cellulose (CMC) from Oil Palm Empty Fruit Bunch
(OPEFB) in the New Solvent Dimethyl Sulfoxide
(DMSO)/Tetrabutylammonium Flouride (TBAF). Journal of Physics:
Conference Series 622: 3.

37
Universitas Sumatera Utara
Eriningsih, R.., Yulina, R.., dan Mutia, T. (2011). Pembuatan Karboksimetil
Selulosa dari Limbah Tongkol Jagung untuk Pengental pada Proses
Pencapan Tekstil. Arena Teakstil. 26(2): 105-113.

Ermawati, W. O., Wahyuni, S., dan Rejeki, S. (2016). Kajian Pemanfaatan


Limbah Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca var Raja) dalam Pembuatan
Es Krim. J. Sains dan Teknologi Pangan. 1(1): 68.

Ferdiansyah, M. K., Marseno, D. W., dan Pranoto, Y. (2017). Optimasi Sintesis


Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Pelepah Kelapa Sawit Menggunakan
Response Surface Methodology (RSM). AGRITECH. 37(2): 159.

Fessenden, R. J., dan Fessenden, J.S. (1989). Organic Chemistry, Third Edition.
Alih bahasa: Pudjaatmaka, A. H. (1982). Kimia Organik. Jilid 1. Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga. Halaman 317 dan 324.

Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J. (2002). Organic Chemistry A Short Course
Eleven Edition. Alih bahasa: Achmadi, S. S. Kimia Organik: Suatu
Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. (2003). Jakarta: Erlangga. Halaman 392.

Hasibuan, I. F. (2016). Pemanfaatan Jerami Padi (Oryza sativa L) sebagai Bahan


Baku Pembuatan Karboksimetil Selulosa. Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara. Halaman 2.

Kamal, N. (2010). Pengaruh Bahan Aditif CMC (Carboxymethyl Cellulose)


Terhadap Beberapa Parameter pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi.
1(17): 78-79.

Khasanah, A. N., dan Marsusi. (2014). Karakterisasi 20 Kultivar Pisang Buah


Domestik (Musa paradisiaca) dari Banyuwangi Jawa Timur. EL-VIVO.
2(1): 20.

Lestari, P., Hidayati, T. N., Lestari, S. H. I., dan Marseno, D. W. (2018).


Pengembangan Teknologi Pembuatan Biopolimer Bernilai Ekonomi
Tinggi dari Limbah Tanaman Jagung (Zea mays) untuk Industri
Makanan: CMC (Carboxymethyl cellulose). Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada. Halaman 1-3.

Mahendra, A dan Mitarlis. (2017). Sintesis dan Karakterisasi Carboxymethyl


Cellulose (CMC) dari Selulosa Enceng Gondok (Eichhornia crassipes).
UNESA Journal of Chemistry. 6(1): 7-9.

Masfria., Muchlisyam, Nurmadjuzita, Nurbaya, S., Pardede, T. R., Azhar, C. dan


Permata, Y. M. (2015). Buku Ajar Kimia Analisis I. Medan: USU Press.
Halaman 75-76, 78.

38
Universitas Sumatera Utara
Melisa, Bahri, S., dan Nurhaeni. (2014). Optimasi Sintesis Karboksimetil Selulosa
dari Tongkol Jagung (Zea mays L.). Online Jurnal of Natural Science.
3(2): 70-78.

Mohapatra, D., Mishra, S., dan Sutar, N. (2010). Banana and its by-product
utilization: an overview. Journal of Scientific & Industrial Research: 326.

Muzakkar, M. Z., Tamrin, Nur, R., dan Ratna. (2017). Sintesis dan Karakterisasi
CMC (CARBOXYMETHYL CELLULOSE) yang Dihasilkan dari Jerami
Padi. Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi
Tenggara, 20-21 September 2017: 401 dan 404.

Nur, R., Tamrin, dan Muzakkar, M. Z. (2016). SINTESIS DAN


KARAKTERISASI CMC (CARBOXYMETHYL CELLULOSE) YANG
DIHASILKAN DARI JERAMI PADI. J. Sains dan Teknologi Pangan.
1(3): 222-230.

Nur’ain, Nurhaeni, dan Ridhay, A. (2017). Optimasi Kondisi Reaksi untuk


Sintesis Karboksimeil Selulosa (CMC) dari Batang Jagung (Zea mays L.).
KOVALEN. 3(2): 112-121.

Ohwoavworhua, F. O., dan Adelakun, T. A. (2005). Some Physical


Characteristics of Microcristalline Cellulose Obtained from Raw Cotton
of Cochlospermum planchonii. Tropical Journal of Pharmaceutical
Research. 49: 741-745.

Pushpamalar, V., Langford, S. J., Ahmad, M., dan Lim.Y. Y. (2006).


Optimization of Reaction Condition for Preparing Carboxymethyl
Cellulose from Sago Waste. Carbohydrate Polymer. 64: 312-318.

Saleh, A., Pakpahan, M. M. D., dan Angelina, N. (2009). Pengaruh Konsentrasi


Pelarut, Temperatur dan Waktu Pemasakan pada Pembuatan Pulp dari
Sabut Kelapa Muda. Jurnal Teknik Kimia. 3(16): 37-38.

Safitri, D., Rahim, E. A., Prismawiryanti, dan Sikanna, R. (2017). Sintesis


Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Selulosa Kulit Durian (Durio
zibethinus). KOVALEN. 3(1): 60-61.

Saputra, A. H., Qadhayana, L., dan Pitaloka, A. B. (2014). Synthesis and


Characterization of Carboxymethyl Cellulose (CMC) from Water
Hyacinth Using Ethanol-Isobutyl Alcohol Mixture as the Solvents.
International Journal of Chemical Engineering and Aplications. 5(1): 36-
40.

Soebyakto, Sidiq, M. F., dan Samyono, D. (2016). Nilai Koefisien Viskositas


Diukur Dengan Metode Bola Jatuh Dalam Fluida Viskos. Tegal:
Universitas Pancasila Tegal. Halaman 7.

39
Universitas Sumatera Utara
Sumada, K., Tamara, P. E., dan Alqani, F. (2011). Kajian Proses Isolasi Α-
Selulosa Dari Limbah Batang Tanaman Manihot esculenta Crantz yang
Efisien. Jurnal Teknik Kimia. 5(2): 434-435.

Sunarjono, H. H. (2002). Budidaya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan.


Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Halaman 1 dan 22.

Surest, A. H., dan Satriawan, D. (2010). Pembuatan Pulp dari Batang Rosella
dengan Proses Soda. Jurnal Teknik Kimia. 3(17): 2.

Taherzadeh, M. J dan Karimi, K. (2007). Acid-Based Hydrolysis Processes for


Ethanol from Lignocellulosic Materials: A Review. BioResources. 2(3):
472-499.

Tasso, P. (2015). Optimizing Reaction Condition for Synthesis or Carboxymethyl


Cellulose from Oil Palm Fronds. International Journal of Chemical
Engineering and Aplication. 6(2): 101-102.

USP 27 dan NF 22. (2004). Carboxymethylcellulose Sodium. Edisi XXII.


Rockville: United States Pharmacopeial Convention Inc. Halaman 339.

Wibowo, S. F. X. dan Prasetyaningrum, E. (2015). Pemanfaatan Ekstrak Batang


Tanaman Pisang (Musa paradisiaca) Sebagai Obat Antiacne dalam
Sediaan Gel Antiacne. Jurnal Ilmu Farmasi & Farmasi Klinik. 12(1): 39.

Wijayani, A., Ummah, K., dan Tjahjani, S. (2005). Karakterisasi Karboksimetil


Selulosa (CMC) dari Enceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart)
Solms). Indo. J. Chem. 5(3): 228-230.

40
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

41
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar Potongan dan Serbuk Batang Pisang Raja

Gambar 1. Potongan Batang Pisang Raja

Gambar 2. Serbuk Batang Pisang Raja

42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar Selulosa Batang Pisang Raja dan Carboxymethyl Cellulose
Batang Pisang Raja (CMCR)

Gambar 3. Selulosa Batang Pisang

Gambar 4. CMCR 1 gram natrium monokloroasetat

43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (lanjutan)

Gambar 5. CMCR 2 gram natrium monokloroasetat

Gambar 6. CMCR 3 gram natrium monokloroasetat

Gambar 7. CMCR 4 gram natrium monokloroasetat

44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (lanjutan)

Gambar 8. CMCR 5 gram natrium monokloroasetat

45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar Hasil Uji Pengendapan dan Uji Identifikasi

Gambar 9. Hasil Uji Pengendapan

Gambar 10. Hasil Uji Identifikasi

46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan Isolasi selulosa dari batang pisang raja

100 g serbuk batang pisang raja


Ditambahkan 2 L NaOH 4%
Dipanaskan pada suhu 100ºC selama 3 jam, disaring
Dicuci dengan akuades hingga pH netral

Filtrat Residu
Ditambahkan 1 L Na0Cl 3,5%
Direndam pada suhu kamar selama 24 jam, disaring

Dicuci dengan akuades

Filtrat Residu

Ditambahkan NaOH 17,5% sebanyak 1,5 L

Dipanaskan pada suhu 80 °C selama 1 jam, disaring

Dicuci dengan akuades hingga pH netral

Filtrat Residu

Ditambahkan NaOCl 3,5% sebanyak 0,65 L


Dipanaskan pada suhu 100°C selama 5 menit, disaring
Dicuci dengan akuades hingga pH netral

Filtrat Residu

Dikeringkan pada suhu 60ºC dalam oven hingga kering

Selulosa

47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan Sintesis Karboksimetil Selulosa Batang Pisang Raja

3 g selulosa 3 g selulosa 3 g selulosa 3 g selulosa 3 g selulosa

Ditambahkan 90 ml isopropanol dan 10 ml


NaOH 15 %
Diaduk menggunakan magnetic strirer
selama 30 menit pada
Hasil alkalisasi suhu 50°C

Ditambahkan ClCH2COONa

1 gram 2 gram 3 gram 4 gram 5 gram

Dipanaskan pada suhu 50°C selama 3


jam, disaring

Residu Filtrat

Direndam dengan metanol selama 24 jam

Dinetralkan dengan asam asetat glasial, disaring

Residu Filtrat
Dicuci dengan etanol dan dikeringkankan pada suhu 60 °C di oven

CMCR

Dilakukan karakterisasi

Sifat Uji Visko- DS Analisis


Orga- fisikokima: identifi- sitas gugus
nolep- kelarutan, fungsi
kasi
tik: penetapan dengan
bau, pH,susut spektrofo-
rasa pengeringan, tometer
dan pengendapa FT-IR
warna n,
pembentuka
n buih,
kelarutan zat
dalam air.

48
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan Rendemen Karboksimetil Selulosa Batang Pisang Raja
Variasi Natrium Monokloroasetat

Jumlah batang pisang raja kering = 100 g

Jumlah perolehan selulosa = 33,67 g

Rendemen selulosa = x 100% = 33,67%

Jumlah perolehan natrium karboksimetil selulosa (g)


Jumlah
Selulosa (g)
1 g NMA 2 g NMA 3 g NMA 4 g NMA 5 g NMA
3 2,3 3,74 5,76 4,64 3,86

Rendemen karboksimetil selulosa 1 g NMA = x 100% = 76,67 %

Rendemen karboksimetil selulosa 2 g NMA = x 100% = 124,66 %

Rendemen karboksimetil selulosa 3 g NMA = x 100% = 192 %

Rendemen karboksimetil selulosa 4 g NMA = x 100% = 154,67 %

Rendemen karboksimetil selulosa 5 g NMA = x 100% = 128,67 %

Keterangan : NMA = Natrium monokloroasetat

50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan Hasil Susut Pengeringan CMCR Variasi Natrium
Monokloroasetat

1. Susut Pengeringan natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat

a. Susut Pengeringan I

Berat bahan mula-mula = 1, 01 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9552 g


Sp1 = × 100% = 5, 367%

b. Susut Pengeringan II

Berat bahan mula-mula = 1,0063 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9488 g

Sp2 = × 100% = 5,714%

c. Susut Pengeringan III

Berat bahan mula-mula = 1,0463 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9944 g

Sp3 = × 100% = 4,9603%

Susut pengeringan rata-rata =

= 5, 367%

2. Susut Pengeringan natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 2 gram

a. Susut Pengeringan I

Berat bahan mula-mula = 1,04 g

51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)

Berat bahan sesudah konstan = 0,9984 g


Sp1 = × 100% = 4,16%

b. Susut Pengeringan II

Berat bahan mula-mula = 1,0127 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9683 g

Sp2 = × 100% = 4,3843%

c. Susut Pengeringan III

Berat bahan mula-mula = 1,0154 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9791 g

Sp3 = × 100% = 3,5749%

Susut pengeringan rata-rata =

= 4,0397%

3. Susut Pengeringan natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 3 gram

a. Susut Pengeringan I

Berat bahan mula-mula = 1,02 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9647 g

Sp1 = × 100% = 5,4215%

52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)

Berat bahan mula-mula = 1,0043 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9528 g

Sp2 = × 100% = 5,1279%

b. Susut Pengeringan III

Berat bahan mula-mula = 1,0188 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,971 g

Sp3 = × 100% = 4,6918%

Susut pengeringan rata-rata =

= 5,0804%

4. Susut Pengeringan natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 4 gram

a. Susut Pengeringan I

Berat bahan mula-mula = 1,0079 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9608 g

Sp1 = × 100% = 4,6730%

b. Susut Pengeringan II

Berat bahan mula-mula = 1,0671 g

Berat bahan sesudah konstan = 1,027 g


Sp2 = × 100% = 3,7578%

53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)

c. Susut Pengeringan III

Berat bahan mula-mula = 1,02 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9836 g


Sp3 = × 100% = 3,5293%

Susut pengeringan rata-rata =

= 3,99%

5. Susut Pengeringan natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 5 gram

a. Susut Pengeringan I

Berat bahan mula-mula = 1,02 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9836 g


Sp1 = × 100% = 3,5686%

b. Susut Pengeringan II

Berat bahan mula-mula = 1,0322 g

Berat bahan sesudah konstan = 0,9981 g


Sp2 = × 100% = 3,3036%

c. Susut Pengeringan III

Berat bahan mula-mula = 1,0282 g

Berat bahan sesudah konstan = 1,0061 g

54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)


Sp3 = × 100% = 2,1493%

Susut pengeringan rata-rata =

= 3,0071%

55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan Hasil Kelarutan Zat dalam Air CMCR Variasi
Natrium Monokloroasetat

Kelarutan zat dalam air

Dihitung berdasarkan persamaan:

Za = x 100%

Keterangan:

W0 = berat beaker glass yang telah ditara

W1 = berat beaker glass + zat yang larut air yang telah dikeringkan

1. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 1 gram

Za = x 100%

= 0,245 %

2. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 2 gram

Za = x 100%

= 0,117 %

3. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 3 gram

Za = x 100%

= 0,191 %

4. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 4gram

Za = x 100%

56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)

= 0,192 %

5. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja

variasi Natrium monokloroasetat 5 gram

Za = x 100%

= 0,17 %

57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Perhitungan Hasil Viskositas CMCR Variasi Natrium
Monokloroasetat

Dihitung berdasarkan persamaan :

Viskositas ( cps ) = skala (dial reading) x faktor

1. Viskositas karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi Natrium

monokloroasetat 1 gram

Viskositas = 3 x 100 = 300 cps

2. Viskositas karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi Natrium

monokloroasetat 2 gram

Viskositas = 4 x 100 = 400 cps

3. Viskositas karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi Natrium

monokloroasetat 3 gram

Viskositas = 4,75 x 100 = 475 cps

4. Viskositas karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi Natrium

monokloroasetat 4 gram

Viskositas = 2 x 100 = 200 cps

5. Viskositas karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi Natrium

monokloroasetat 5 gram

Viskositas = 1,5 x 100 = 150 cps

58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Pehitungan Derajat Substitusi

Dihitung berdasarkan persamaan :

Abs = [log ]

Derajat Substitusi (DS) = [ ]

1. Derajat substitusi karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi

natrium monokloroasetat 1 gram

Abs –OH = [log ] = 0,2124

Abs ester = [log ] = 0,2265

DS = = 0,9377

2. Derajat substitusi karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi

natrium monokloroasetat 2 gram

Abs –OH = [log ] = 0,4432

Abs ester = [log ] = 0,3911

DS = = 1,1332

3. Derajat substitusi karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi

natrium monokloroasetat 3 gram

Abs –OH = [log ] = 0,4737

Abs ester = [log ] = 0,4054

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. (lanjutan)

DS = = 1,1684

4. Derajat substitusi karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi

natrium monokloroasetat 4 gram

Abs –OH = [log ] = 0,5373

Abs ester = [log ] = 0,4878

DS = = 1,1015

5. Derajat substitusi karboksimetil selulosa batang pisang raja variasi

natrium monokloroasetat 5 gram

Abs –OH = [log ] = 0,5646

Abs ester = [log ] = 0,5146

DS = = 1,0971

6. Derajat substitusi karboksimetil selulosa komersial

Abs –OH = [log ] = 0,1506

Abs ester = [log ] = 0,1952

DS = = 0,7715

60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Hasil spektroskopi infra merah selulosa batang pisang raja

61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil spektroskopi infra merah selulosa komersial

62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Hasil spektroskopi infra merah CMCR A dengan CMCK

CMC monoklor 1 gram

63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Hasil spektroskopi infra merah CMCR B dengan CMCK

64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Hasil spektroskopi infra merah CMCR Cdengan CMCK

CMC monoklor 3 gram

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Hasil spektroskopi infra merah CMCR D dengan CMCK

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Hasil spektroskopi infra merah CMCR E dengan CMCK

67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Hasil spektroskopi infra merah CMC komersial

68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Hasil spektroskopi infra merah CMCR A

69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. Hasil spektroskopi infra merah CMCR B

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23. Hasil spektroskopi infra merah CMCR C

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. Hasil spektroskopi infra merah CMCR D

72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 25. Hasil spektroskopi infra merah CMCR E

73
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai