2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5461
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
SINTESIS DAN KARAKTERISASI CMC (CARBOXYMETHYL
CELLULOSE) DARI SELULOSA BATANG PISANG RAJA
(Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI NATRIUM
MONOKLOROASETAT
SKRIPSI
OLEH:
MELDA PERMANA BR PURBA
NIM 141501136
vii
SINTESIS DAN KARAKTERISASI CMC (CARBOXYMETHYL
CELLULOSE) DARI SELULOSA BATANG PISANG RAJA
(Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI NATRIUM
MONOKLOROASETAT
SKRIPSI
OLEH:
MELDA PERMANA BR PURBA
NIM 141501136
viii
ix
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Monokloroasetat. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas
Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri
Yuliasmi, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., selaku dosen
penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan
saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku
ketua penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini,
dan kepada Ibu Prof. Dr. Poppy Anjelisa Zaitun, M.Si.,Apt., selaku dosen
pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU
yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.
Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
keluarga, Bapak saya Indra Permana Purba, Ibu saya Johana Kristina Sembiring
dan adik tercinta Lelita Permana Purba atas limpahan kasih sayang, doa dan
iv
Universitas Sumatera Utara
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
SINTESIS DAN KARAKTERISASI CMC(CARBOXYMETHYL
CELLULOSE) DARI SELULOSA BATANG PISANG RAJA
(Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI NATRIUM
MONOKLOROASETAT
ABSTRAK
Batang pohon pisang raja memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi
yaitu sekitar 34%-40% terhadap berat kering. Selulosa batang pohon pisang raja
berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku sintesis carboxymethyl cellulose
(CMC). Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi terkait proses sintesis
CMC dari batang pisang raja variasi natrium monokloroasetat untuk alternatif lain
sintesis CMC sehingga dihasilkan penggunaan natrium monokloroasetat yang
optimal untuk reaksi karboksimetilasi.
CMC disintesis dengan menambahkan pelarut isopropanol dan NaOH 15
% dengan pengadukan selama 1 jam pada suhu 30°C. Selanjutnya ditambahkan
natrium monokloroasetat dengan variasi 1 gram, 2 gram, 3 gram, 4 gram dan 5
gram dan dipanaskan pada suhu 50°C selama 3 jam. Kemudian disaring dan
residunya direndam dengan metanol selama 24 jam dan dinetralkan dengan asam
asetat glasial. Selanjutnya disaring kembali dan residunya dikeringkan dengan
oven pada suhu 60°C. CMC yang diperoleh ditentukan karakteristiknya melalui
uji organoleptik, sifat fisikokimia, uji identifikasi, viskositas, uji gugus fungsi
dengan menggunakan analisis FT-IR dan derajat substitusi. Kemudian hasil
karakteristik dibandingkan dengan CMC komersial.
Hasil rendemen CMC terbanyak pada natrium monokloroasetat 3 gram
sebesar 192%. Hasil perbandingan karakterisasi CMC batang pisang raja variasi
natrium monokloroasetat dengan CMC komersial berturut-turut: pada uji
organoleptik diperoleh hasil berwarna putih sampai kekuningan, tidak berbau dan
tidak berasa; sifat fiskokimia meliputi pH dan kelarutan dalam air memenuhi
persyaratan; uji identifikasi memenuhi persyaratan, viskositas yang memenuhi
persyaratan, analisis FT-IR pada CMC batang pisang raja menunjukkan kemiripan
spektrum dengan CMC komersial, dan derajat substitusi terbesar pada
penggunaan natrium monokloroasetat 3 gram yaitu 1,1684.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan seluruh CMC batang
pisang raja dengan variasi natrium monokloroasetat dan CMC komersial sebagai
pembanding memiliki karakteristik yang hampir sama dan dapat digunakan
sebagai alternatif sintesis CMC.
vii
Universitas Sumatera Utara
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION CMC (CARBOXYMETHYL
CELLULOSE) FROM CELLULOSE RAJA BANANA STEM
(Musa paradisiaca) WITH VARIATION SODIUM
MONOCLOROACETATE
ABSTRACT
Raja Banana stem has a high content of cellulose about 34-40%.
Cellulose of banana stem has the potential to be used as raw material for
synthesis carboxymethyl cellulose (CMC). This study is purposed for giving
information related to CMC synthesis process from stem banana variation of
sodium monocloroacetate to other alternative of synthesis CMC to produce
optimal sodium monocloroacetate for carboxymethylation reaction.
CMC was synthesized by adding isopropanol and 15% NaOH solvents
with stirring for 1 hour at 30°C. Furthermore, sodium monocloroacetate was
added with variation 1 gram, 2 gram, 3 gram, 4 gram and 5 gram and heated at
50°C for 3 hours. Then filtered and the residue soaked with methanol for 24 hours
and neutralized with glacial acetate acid. It was filtered again and the residue is
dried with oven at 60°C. The obtained CMC was determined by organoleptic test,
physicochemical properties, identification test, functional group test using FT-IR
and viscosity analysis. Then characteristic results are compared with commercial
CMC.
The highest yield of CMC on 3 gram sodium monocloroacetate was
192%. The result of comparison of characterization of CMC banana stem of
variation of sodium monokloroasetate with commercial CMC respectively: on
organoleptic test obtained results of white to yellowish, odorless and tasteless;
Physochemical properties include pH and water solubility fulfilling the
requirements; the identification test meets the requirements, the FT-IR analysis on
CMC banana stems shows a spectrum similarity with commercial CMCs and
optimum degree of substitution on 3 gram sodium monocloroacetate was 1,1684.
Based on the results it can be taken the conclusion that all CMC from
banana stem with variation of sodium monocloroacetate and commercial CMC as
comparison results had similar characteristics, and can be used as an alternative of
synthesis CMC.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Kandungan Kimia Pisang Raja ..................................... 8
2.6 Viskositas................................................................................ 17
3.2.3 PengolahanSampel......................................................... 20
x
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Kelarutan CMC ...................................................... 22
LAMPIRAN ........................................................................................... 41
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
12 pH meter....................................................................................... 49
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
25 Hasil spektroskopi infra merah CMCR E ................................. 73
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Hortikultura Provinsi Sumatera Utara tahun 2016 mencapai 137.886 ton. Terdapat
yaitu pisang raja (Ermawati, dkk, 2016). Selama ini pisang banyak dimanfaatkan
pada buah dan daunnya, sedangkan batang pisang kurang banyak dimanfaatkan
kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 34%-40%, hemiselulosa 12%-
14% dan lignin 12% terhadap berat kering. Selulosa batang pohon pisang
positif dari protein. Menurut BPS (2016), penggunaan CMC setiap tahunnya
mengalami peningkatan dan tercatat hingga 2016 data impor CMC mencapai
2017).
peranan yang penting dalam berbagai aplikasi. Karboksimetil selulosa secara luas
1
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam bidang pangan, industri dan formulasi. Khusus bidang pangan,
emulsifier. CMC pada berbagai industri dimanfaatkan pada detergen, cat, keramik,
tekstil, kertas dan makanan. Fungsi CMC pada bidang formulasi adalah sebagai
pengental, penstabil emulsi atau suspensi dan bahan pengikat (Hasibuan, 2016).
pada molekul selulosa dan berfungsi untuk memudahkan difusi reagen pada tahap
tahap ini merupakan proses pelekatan gugus karboksilat pada struktur selulosa.
terhadap substitusi dari unit anhidroglukosa pada selulosa (Wijayani, dkk., 2015).
Menurut Melisa, dkk., (2016), sintesis CMC dari tongkol jagung manis
rasio natrium monokloroasetat : selulosa yakni 7:5 dengan nilai derajat substitusi
1,403 dan rendemen sebesar 55,79%. Nur’ain, dkk., (2017), telah melakukan
penelitian tentang sintesis CMC dari batang jagung dengan kandungan selulosa
2
Universitas Sumatera Utara
30-50% menghasilkan CMC optimal pada rasio natrium monokloroasetat :
selulosa 6:5 dengan nilai derajat substitusi 0,839 dan rendemen 96,36%.
sintesis CMC dari selulosa batang pisang raja (Musa paradisiaca) variasi natrium
memberikan informasi terkait dengan proses sintesis CMC dari batang pisang raja
3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
sebagai berikut:
raja?
komersial ?
1.3 Hipotesis
berikut:
1.4 Tujuan
4
Universitas Sumatera Utara
b. Membandingkan karboksimetil selulosa dari batang pisang raja dengan
1.5 Manfaat
dengan proses sintesis CMC dari batang pisang raja dengan variasi natrium
monokloroasetat untuk alternatif lain pembuatan CMC dengan hasil yang optimal
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pisang
Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia pisang merupakan buah
pisang Asia dihasilkan sebagai salah satu komoditas buah unggulan nasional.
memiliki nilai ekonomi, budaya, serta nilai gizi yang tinggi (Ermawati, dkk.,
2016). Sudah lama pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer di
dunia. Hal ini dikarenakan rasanya lezat, gizinya tinggi, dan harganya relatif
distribusinya luas serta masa berbuahnya tidak mengenal musim (Khasanah dan
Dinas Tanaman Pangan Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara tahun
2016 mencapai 137.886 ton. Terdapat berbagai jenis varietas pisang. Dari sekian
banyak jenis pisang, terdapat satu varietas yang masih kurang proses
raja ini dikonsumsi secara langsung atau hanya diolah menjadi pisang goreng,
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Sitematika Pisang Raja
yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Tangkai daun jelas beralur pada sisi atasnya, helaian daun lebar, bangu jorong
(oval memanjang), dengan ibu tulang yang nyata dan tulang-tulang cabang yang
kelopak dan mahkota yang biasanya berlekatan. Bakal buah tenggelam, tangkai
Batang pisang ini tingginya 1,8-2,3 meter dengan warna hijau kemerahan.
Daunnya berwarna hijau tua. Panjang tandan buah 50-60 cm dengan berat 7-15
kg. Setiap tandan terdiri dari 6-8 sisiran dan setiap sisiran ada 13-18 buah. Daging
buah kuning, berasa sangat manis, dan kenyal berpati. Kulit buah tebal berwarna
merah tua dan agak melekat pada daging buah bila terlalu matang. Umur panen 3-
7
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kandungan Kimia Pisang Raja
2.2 Lignoselulosa
Lignoselulosa yang tedapat dalam limbah pertanian terdiri dari 40-60% selulosa,
mengakibatkan struktur sel bersifat pasif dan kaku. Susunan yang kompleks
(Bahri, 2015).
yang terikat di dalam struktur tiga dimensi dan merupakan material paling kuat di
dalam massa. Lignin mengandung karbon yang relatif tinggi sehingga resisten
terhadap degradasi, oleh karena itu lignin harus dipecah agar hemiselulosa dan
selulosa dapat dihidrolisis (Baharuddin, dkk., 2016). Sifat- sifat lignin yaitu tidak
larut dalam air dan asam mineral kuat, larut dalam pelarut organik, dan larutan
menambahkan asam atau basa agar senyawa lignin tersebut menjadi larut (Melisa,
8
Universitas Sumatera Utara
dkk., 2014). Struktur lignin mengalami perubahan dibawah kondisi suhu yang
tinggi dan asam. Pada reaksi dengan temperatur tinggi mengakibatkan lignin
terpecah menjadi partikel yang lebih kecil dan terlepas dari selulosa. Pada suasana
asam, lignin cenderung melakukan kondensasi, yakni fraksi lignin yang sudah
terlepas dari selulosa dan larut pada proses pendidihan. Dimana peristiwa ini
Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses
selulosa sehingga persentasenya dalam pulp selalu lebih kecil (Saleh, dkk., 2009).
2.3 Selulosa
alam, karena struktur bahan seluruh dunia tumbuhan terdiri atas sebagian besar
selulosa. Suatu jaringan yang terdiri atas beberapa lapis serat selulosa adalah
unsur penguat utama dinding sel tumbuhan. Didalam selulosa terdapat dalam
Selulosa merupakan suatu polimer yang berantai lurus yang terdiri dari unit-unit
9
Universitas Sumatera Utara
terjadi selama isolasi.Panjang rantainya berbeda-beda dari jenis tumbuhan yang
Selulosa merupakan serat berwarna putih, tidak larut dalam air panas dan
dingin, alkali dan pelarut organik netral seperti alkohol dan benzen
(Muzakkar, dkk., 2017). Selulosa adalah polimer dengan rumus kimia (C6H10O5)n.
Dalam hal ini n adalah jumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi
hidrogen, baik dalam satu polimer selulosa maupun antar rantai polimer yang
ukuran besar, dan memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi (Dewi, dkk., 2009).
10
Universitas Sumatera Utara
1. Selulosa α (Alpha cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam
larutan natrium hidroksida 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (Derajat
92% memenuhi syarat untuk bahan baku utama pembuatan propelan atau
bahan baku pada industri kertas dan industri kain (serat rayon). Semakin tinggi
2. Selulosa β (Beta cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan
natrium hidroksida 17,5% atau basa kuat dengan DP (Derajat Polimerisasi) 15-
larutan natrium hidroksida 17,5% atau basa kuat dan tidak mengendap jika
pengikat dalam pembuatan tablet. Pada awalnya, CMC banyak dibuat dari
selulosa kayu. Hal ini disebabkan kandungan selulosa pada kayu biasanya cukup
selulosa (CMC). Namun, tidak hanya dari kayu, sekarang ini telah banyak
11
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan sintesis CMC berbahan dasar bukan kayu, melainkan limbah-
limbah agrikultural seperti kulit buah pisang, nanas, kelapa sawit, jeruk bali,
Hasanah, 2016).
lurus, panjang, larut dalam air, dan anionik polisakarida (Tasaso, 2015). Struktur
CMC merupakan rantai polimer yang terdiri dari molekul selulosa. Setiap
atau nilai DS mempengaruhi sifat kekentalan dan sifat kelarutan CMC dalam air
(Kamal, 2010).
peranan yang penting dalam berbagai aplikasi. Karboksimetil selulosa secara luas
12
Universitas Sumatera Utara
sebagai stabilizer, thickner, adhesive, dan emulsifier. CMC pada berbagai industri
seperti: detergen, cat, keramik, tekstil, kertas dan makanan. Fungsi CMC pada
bidang formulasi adalah sebagai pengental, penstabil emulsi atau suspensi dan
Sifat-sifat CMC yaitu mudah larut dalam air dingin maupun dalam air
panas, bersifat stabil dalam lemak dan tidak larut dalam pelarut organik serta zat
inert (Kamal, 2010). Larutan CMC 1% mempunyai pH 7,0-8,5 dan pada rentang
disarankan sifat CMC tidak terlalu asam. Pada pH kurang dari 3 viskositas CMC
bertambah karena terbentuknya gel yang sedikit larut, sedang pada pH di atas 10
viskositas CMC sedikit berkurang. Kadar air dalam CMC mempengaruhi daya
mikrobiologi. Kadar NaCl berkaitan dengan kemurnian atau kadar CMC, dengan
mengetahui kadar NaCl maka kemurnian diketahui dan apabila semakin kecil
kadar NaCl kemurnian makin besar. Terbentuknya NaCl ini karena adanya reaksi
netralisasi, dan pengeringan. Proses alkalisasi merupakan proses saat terjadi reaksi
saat proses sintesis suasana CMC dalam alkali (Mahendra dan Mitarlis, 2017).
13
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan CMC dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya alkalisasi
kemampuan kimia masuk ke dalam serat. Selain itu, fase cair (campuran alkohol-
siap untuk reaksi eterifikasi dengan cara memutus ikatan hidrogen. Alkalisasi
pada molekul selulosa dan berfungsi untuk memudahkan difusi reagen pada
alkali yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap jumlah garam natrium
menentukan kualitas atau mutu dari CMC yang dihasilkan (Wijayani, dkk.,
2005).
14
Universitas Sumatera Utara
Reaksi sintesis Carboxymethyl Cellulose (CMC) dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Reaksi Sintesis Carboxymethyl Cellulose (CMC) (Eliza, dkk., 2015)
15
Universitas Sumatera Utara
2.5 Derajat Substitusi
molekul merupakan parameter daya guna CMC dan sangat bergantung pada pada
pemilihan media reaksi sintesa dan tahapan proses. Semakin tinggi DS akan
Thixotropy adalah sifat dari gel atau cairan yang berbentuk kental
(viscous), namun tidak homogen. Hal ini bila dituangkan akan mengalir dengan
tidak lancar pada kondisi normal, tetapi berkurang kekentalannya bila dikocok,
diaduk atau dimampatkan. Adapun sifat higroskopis adalah kemampuan gel atau
cairan untuk menarik molekul dari lingkungannya, yang dicapai melalui absorpsi
atau adsorpsi, sehingga sifat fisiknya akan berubah seperti peningkatan volume,
16
Universitas Sumatera Utara
2.6 Viskositas
adalah sifat suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-
molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan
tertangkap dalam sisitem tersebut dan tidak mengendap oleh pengaruh gravitasi.
karboksil CMC dengan gugus muatan positif dari protein (Anggraini, dkk., 2016).
Nilai viskositas yang baik untuk bahan pangan adalah ≥25. Derajat substitusi
dari energi radiasi tertentu yang diserap (Masfria, dkk., 2015). Frekuensi
17
Universitas Sumatera Utara
(Hart, dkk., 2003). Daerah antara 1400-4000 cm-1, bagian kiri spektrum
daerah ini biasanya korelasi antara suatu pita dan gugus fungsional spesifik tidak
dapat ditarik dengan cermat, namun tiap senyawa organik mempunyai resapan
yang unik di sini. Oleh karena itu bagian spektrum ini disebut daerah sidik jari
(fingerprint region). Meskipun bagian kiri suatu spektum nampaknya sama untuk
senyawa-senyawa yang mirip, daerah sidik jari harus cocok antara dua spekra,
agar dapat disimpulkan bahwa kedua senyawa itu sama. Salah satu pita dalam
spektrum inframerah yang paling terbedakan adalah pita yang disebabkan oleh
modus uluran karbonil. Pita ini merupakan peak yang kuat yang dijumpai dalam
gelombang. CMC dicirikan dengan adanya gugus karbonil (C=O) dengan puncak
serapan pada bilangan gelombang 1586,05 cm−1, gugus hidroksil (–OH) pada
bilangan gelombang 3351,27 cm−1 dan gugus –CH2 pada bilangan gelombang
2917,27 cm−1.
18
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
selulosa.
blender (Philips), lemari pengering, cawan, alumunium foil, kertas saring, cawan
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan kimia
yang berkualitas pro analisis produksi PT. Smart Lab yaitu asam asetat glasial,
asam sulfat pekat, etanol, isopropanol dan metanol. Yang tidak berkualitas pro
analisis adalah akuades, eter, natrium hipoklorit dan barium klorida. CMC
19
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pengambilan, Identifikasi dan Pengolahan sampel
3.2.1 Pengambilan sampel
membandingkan sampel yang diambil dengan sampel yang sama dari daerah lain.
Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pisang yang
Sumatera Utara.
dihaluskan sampai berbentuk serbuk. Diayak melalui ayakan mesh 20. Disimpan
20
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Larutan natrium hidroksida 17,5%
larutan natrium hidroksida 4%, dipanaskan pada suhu 50°C selama 3 jam.
hipoklorit 3,5% dan didiamkan selama 24 jam. Kemudian disaring dan dicuci
Selulosa yang diperoleh dari batang pisang raja ditambah dengan 1,5 L
natrium hidroksida 17,5% dan dipanaskan pada suhu 80°C selama 30 menit.
natrium hipoklorit 3,5% dan dipanaskan pada suhu 100°C selama 5 menit.
Kemudian dicuci dengan akuades hingga pH netral, lalu disaring dan dikeringkan
pada suhu 60°C dalam oven. Maka diperoleh selulosa (Ohwoavworhua dan
Adelakun, 2005).
21
Universitas Sumatera Utara
alkalisasi dengan menambahkan 10 ml larutan NaOH 15% dan dilakukan
pengadukan menggunakan magnetic strirer selama 1 jam pada suhu 30°C. Setelah
jam. Setelah itu campuran disaring dan residunya direndam menggunakan 100 ml
asam asetat glasial. Campuran kemudian disaring kembali dan residunya dicuci
dengan etanol kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 60ºC hingga
kuat-kuat. Pada Na-CMC tidak terbentuk lapisan busa pada permukaan larutan
(Anonim, 2011).
22
Universitas Sumatera Utara
jernih. Pada 5 ml larutan tambahkan barium klorida, terbentuk endapan halus
dinding tabung 2 ml asam sulfat P, terjadi warna merah ungu pada bidang batas
memanaskan pada suhu 60ºC dan diaduk sampai larut. Setelah larut merata,
lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Pekerjaan ini dilakukan sampai
seksama dalam botol timbang. Dikeringkan di dalam oven pada suhu 1050C
selama 1 jam. Pada waktu pemanasan di oven, tutup botol timbang dibuka, dan
saat pengambilan botol timbang segera ditutup dan dibiarkan dalam desikator
sampai suhu mencapai suhu kamar lalu ditimbang. Pekerjaan ini dilakukan sampai
23
Universitas Sumatera Utara
3.6.8 Kelarutan dalam Air
disaring dengan vakum melalui kertas saring. Pindahkan filtrat ke dalam gelas
beker yang telah ditara ( ), lalu diuapkan hingga kering pada suhu 105C
antara residu dan gelas beker kosong tidak boleh lebih dari 0,25%. Kelarut dalam
air (Za) dihitung berdasarkan persamaan berikut (USP 27 dan NF 22, 2004) :
Za = x 100%
3.6.9 Penentuan Viskositas
cara ditimbang 2 gram berat kering CMC dimasukkan dalam lumpang kemudian
ditambah dengan air panas secukupnya hingga mencapai volume 100 ml. Setelah
kedalam gelas kimia. Lalu spindle diturunkan hingga spindle tercelup ke dalam
spindle diatur, kemudian dibaca skalanya (dial reading) dimana jarum merah yang
bergerak telah stabil. Nilai viskositas (η) dalam sentipoise (cps) diperoleh dari
hasil perkalian skala baca (dial reading) dengan faktor koreksi (f) khusus untuk
24
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
paradisiaca L) dari suku Musaceae. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman
41.
Selulosa yang diperoleh dari pengolahan batang pisang 100 gram adalah 33,67
gram atau 33,67%. Hasil sintesis natrium karboksimetil selulosa dengan variasi
dihasilkan. Proses alkalisasi pada penelitian ini menggunakan larutan NaOH 15%
26
Universitas Sumatera Utara
dilakukan agar campuran reaksi merata maka selulosa harus terbasahi seluruhnya
rendemen 192%. Hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan Nur’ain,
dkk., (2017) yang menggunakan metode yang berbeda dan sampel batang jagung
dan Anonim (2011). Hasil karakterisasi CMCR dan CMCK dapat dilihat pada
27
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Data Karakterisasi CMCR dan CMCK
CMCR
CMCK Persyaratan
No Parameter
A B C D E
1 Organoleptik Serbuk putih Serbuk putih, Serbuk putih, Serbuk putih, Serbuk putih Serbuk putih, Serbuk atau
kekuningan, tidak berbau, tidak berbau, tidak berbau, kekuningan, tidak berbau, butiran, putih
tidak berbau, tidak berasa tidak berasa tidak berasa tidak berbau, tidak berasa atau putih kuning
tidak berasa tidak berasa gadingtidak
berbau, tidak
berasa (Ditjen
POM Depkes RI,
1995)
Kelarutan
28
29
berupa serbuk kasar, berwarna putih sampai putih kekuningan dan tidak berbau.
Sifat fisikokimia CMCR meliputi kelarutan (air, alkohol dan eter), pH,
busa. Berdasarkan hasil pengujian, kelarutan pada air, alkohol dan eter pada
Farmakope Indonesia edisi IV (1995), yaitu terdispersi dalam air, tidak larut
dalam alkohol dan tidak larut dalam eter. Hasil pengujian pH, susut pengeringan
dan kelarutan zat dalam air pada CMCR dan CMCK semuanya memenuhi
setelah ditambahkan reagen BaCl2. Hasil ini sesuai dengan Farmakope Indonesia
edisi IV (1995). Hasil uji pembentukan busa yaitu tidak terbentuk busa pada
larutan dengan CMCR konsentrasi 0,1% setelah dikocok kuat-kuat. Hal ini sesuai
dengan Anonim (2011) yaitu pada CMC tidak terbentuk lapisan busa pada
permukaan larutan.
batas antara dua lapisan setelah penambahan 1-naftol dan asam sulfat pekat. Hal
30
Universitas Sumatera Utara
adalah sifat suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-
molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan
sampai 5 gram natrium monokloroasetat berturut-turut yaitu 300 cps, 400 cps, 475
cps, 200 cps dan 150 cps dan CMC Komersial (CMCK) memiliki viskositas
sebesar 500cps. Hasil viskositas yang diperoleh menurun pada penambahan 4 dan
derajat substitusi.
karboksil CMC dengan gugus muatan positif dari protein (Anggraini, dkk., 2016).
Nilai viskositas yang baik untuk bahan pangan adalah ≥25. Derajat substitusi
31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Derajat Substitusi CMC Batang Pisang Raja
(CMCR) dan CMC Komersial (CMCK)
untuk pangan berkisar 0,2- 1,5. Pada industri pangan, CMC diproduksi dengan
kisaran 0,7-0,9 (Ferdiansyah, dkk., 2017). Kondisi optimum dari reaksi sintesis
dengan derajat substitusi sebesar 1,1684. Hasil ini lebih baik dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nur’ain, dkk., (2017) dengan sampel batang
jagung yang memperoleh derajat substitusi terbaik sebesar 0,839 pada variasi
kualitas dari suatu karboksimetil selulosa. Semakin besar nilai derajat substitusi
maka kualitas dari karboksimetil selulosa semakin baik sebab kelarutannya dalam
air semakin besar (Wijayani, dkk., 2005). Hasil dari pengaruh jumlah natrium
yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
32
Universitas Sumatera Utara
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A B C D E
Gambar 4.1 Pengaruh jumlah NaMCA terhadap CMC batang pisang raja
gram. Menurut Safitri, dkk., (2017), nilai derajat substitusi yang semakin tinggi
Wijayani, dkk., (2005), kemurnian dari CMC akan mengalami penurunan jika
jumlah natrium monokloroasetat semakin naik. Hal ini diakibatkan oleh semakin
banyaknya banyaknya natrium klorida dan natrium glikolat yang terbentuk yang
33
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Analisa FT-IR
Tabel 4.4 Hasil Bilangan Gelombang CMC Batang Pisang Raja (CMCR) dan
CMC Komersial (CMCK)
variasi 1 gram natrium monokloroasetat 1 gram hingga 5 gram yaitu 3421 cm-1,
3406 cm-1, 3421 cm-1, 3483 cm-1 dan 3398 cm-1 adalah gugus OH yang merupakan
ciri khas dari karboksimetil selulosa. Menurut Eriningsih, dkk., (2011), gugus
fungsi OH sangat kuat pada bilangan gelombang 3417 cm-1. Pada bilangan
kelompok gugus hidroksil lain monomer glukosa pada rantai polimer selulosa
cm-1 dan 2931 cm-1 merupakan gugus C-H (hidrokarbon). Menurut Eriningsih
(2011) gugus hidrokarbon pada bilangan gelombang sekitar 2950 cm-1. Pada
bilangan gelombang 1415 cm-1, 1419 cm-1 dan 1423 cm-1 menunjukkan adanya
gugus -CH2 dan pada bilangan gelombang 1600 cm-1, 1581 cm-1, 1624 cm-1 dan
34
Universitas Sumatera Utara
1608 cm-1 menunjukkan adanya gugus karboksil. CMC teridentifikasi mempunyai
gugus karboksil pada panjang gelombang 1604 cm-1 dan ikatan -CH2 pada panjang
Pada bilangan gelombang 1060 cm-1, 1068 cm-1 dan 1064 cm-1
menunjukkan adanya ester yang terbentuk yaitu gugus C-O-C. Menurut Safitri,
dkk., (2014), gugus ester (-O-) pada bilangan gelombang 1060 cm-1. Dari hasil
OH, ikatan –CH, gugus karboksil (CCO-), ikatan –CH2, dan gugus ester (-O-).
polimer dengan rumus kimia (C6H10O5)n. Dalam hal ini n adalah jumlah
Satriawan, 2010).
35
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
selulosa dari batang pisang raja dengan variasi suhu dan lama pemanasan.
36
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. (2015). Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal teknologi kimia
unima. 4(2): 3 dan 38.
Dewi, T. K., Wulandari, A., dan Romy. (2009). Pengaruh Temperatur, Lama
Pemasakan dan Konsentrasi Etanol pada Pembuatan Pulp Berbahan Baku
Jerami Padi dengan Larutan Pemasak Naoh-Etanol. Jurnal Teknik Kimia.
3(16): 12.
Ditjen POM Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 175.
Eliza, M. Y., Shahruddin, M., Noormajiah, J., dan WanRosli, W., D. (2015).
Carboxymethyl Cellulose (CMC) from Oil Palm Empty Fruit Bunch
(OPEFB) in the New Solvent Dimethyl Sulfoxide
(DMSO)/Tetrabutylammonium Flouride (TBAF). Journal of Physics:
Conference Series 622: 3.
37
Universitas Sumatera Utara
Eriningsih, R.., Yulina, R.., dan Mutia, T. (2011). Pembuatan Karboksimetil
Selulosa dari Limbah Tongkol Jagung untuk Pengental pada Proses
Pencapan Tekstil. Arena Teakstil. 26(2): 105-113.
Fessenden, R. J., dan Fessenden, J.S. (1989). Organic Chemistry, Third Edition.
Alih bahasa: Pudjaatmaka, A. H. (1982). Kimia Organik. Jilid 1. Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga. Halaman 317 dan 324.
Hart, H., Craine, L. E., dan Hart, D. J. (2002). Organic Chemistry A Short Course
Eleven Edition. Alih bahasa: Achmadi, S. S. Kimia Organik: Suatu
Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. (2003). Jakarta: Erlangga. Halaman 392.
38
Universitas Sumatera Utara
Melisa, Bahri, S., dan Nurhaeni. (2014). Optimasi Sintesis Karboksimetil Selulosa
dari Tongkol Jagung (Zea mays L.). Online Jurnal of Natural Science.
3(2): 70-78.
Mohapatra, D., Mishra, S., dan Sutar, N. (2010). Banana and its by-product
utilization: an overview. Journal of Scientific & Industrial Research: 326.
Muzakkar, M. Z., Tamrin, Nur, R., dan Ratna. (2017). Sintesis dan Karakterisasi
CMC (CARBOXYMETHYL CELLULOSE) yang Dihasilkan dari Jerami
Padi. Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi
Tenggara, 20-21 September 2017: 401 dan 404.
39
Universitas Sumatera Utara
Sumada, K., Tamara, P. E., dan Alqani, F. (2011). Kajian Proses Isolasi Α-
Selulosa Dari Limbah Batang Tanaman Manihot esculenta Crantz yang
Efisien. Jurnal Teknik Kimia. 5(2): 434-435.
Surest, A. H., dan Satriawan, D. (2010). Pembuatan Pulp dari Batang Rosella
dengan Proses Soda. Jurnal Teknik Kimia. 3(17): 2.
40
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
41
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar Potongan dan Serbuk Batang Pisang Raja
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar Selulosa Batang Pisang Raja dan Carboxymethyl Cellulose
Batang Pisang Raja (CMCR)
43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (lanjutan)
44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. (lanjutan)
45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar Hasil Uji Pengendapan dan Uji Identifikasi
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan Isolasi selulosa dari batang pisang raja
Filtrat Residu
Ditambahkan 1 L Na0Cl 3,5%
Direndam pada suhu kamar selama 24 jam, disaring
Filtrat Residu
Filtrat Residu
Filtrat Residu
Selulosa
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan Sintesis Karboksimetil Selulosa Batang Pisang Raja
Ditambahkan ClCH2COONa
Residu Filtrat
Residu Filtrat
Dicuci dengan etanol dan dikeringkankan pada suhu 60 °C di oven
CMCR
Dilakukan karakterisasi
48
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan Rendemen Karboksimetil Selulosa Batang Pisang Raja
Variasi Natrium Monokloroasetat
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan Hasil Susut Pengeringan CMCR Variasi Natrium
Monokloroasetat
a. Susut Pengeringan I
–
Sp1 = × 100% = 5, 367%
b. Susut Pengeringan II
= 5, 367%
a. Susut Pengeringan I
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
–
Sp1 = × 100% = 4,16%
b. Susut Pengeringan II
= 4,0397%
a. Susut Pengeringan I
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
= 5,0804%
a. Susut Pengeringan I
b. Susut Pengeringan II
–
Sp2 = × 100% = 3,7578%
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
–
Sp3 = × 100% = 3,5293%
= 3,99%
a. Susut Pengeringan I
–
Sp1 = × 100% = 3,5686%
b. Susut Pengeringan II
–
Sp2 = × 100% = 3,3036%
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
–
Sp3 = × 100% = 2,1493%
= 3,0071%
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan Hasil Kelarutan Zat dalam Air CMCR Variasi
Natrium Monokloroasetat
Za = x 100%
Keterangan:
W1 = berat beaker glass + zat yang larut air yang telah dikeringkan
1. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja
Za = x 100%
= 0,245 %
2. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja
Za = x 100%
= 0,117 %
3. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja
Za = x 100%
= 0,191 %
4. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja
Za = x 100%
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
= 0,192 %
5. Kelarutan zat dalam air natrium karboksimetil selulosa batang pisang raja
Za = x 100%
= 0,17 %
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Perhitungan Hasil Viskositas CMCR Variasi Natrium
Monokloroasetat
monokloroasetat 1 gram
monokloroasetat 2 gram
monokloroasetat 3 gram
monokloroasetat 4 gram
monokloroasetat 5 gram
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Pehitungan Derajat Substitusi
Abs = [log ]
DS = = 0,9377
DS = = 1,1332
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. (lanjutan)
DS = = 1,1684
DS = = 1,1015
DS = = 1,0971
DS = = 0,7715
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Hasil spektroskopi infra merah selulosa batang pisang raja
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil spektroskopi infra merah selulosa komersial
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Hasil spektroskopi infra merah CMCR A dengan CMCK
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Hasil spektroskopi infra merah CMCR B dengan CMCK
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Hasil spektroskopi infra merah CMCR Cdengan CMCK
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Hasil spektroskopi infra merah CMCR D dengan CMCK
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Hasil spektroskopi infra merah CMCR E dengan CMCK
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Hasil spektroskopi infra merah CMC komersial
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Hasil spektroskopi infra merah CMCR A
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. Hasil spektroskopi infra merah CMCR B
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23. Hasil spektroskopi infra merah CMCR C
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. Hasil spektroskopi infra merah CMCR D
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 25. Hasil spektroskopi infra merah CMCR E
73
Universitas Sumatera Utara