Anda di halaman 1dari 8

Hari itu cuaca sedang berkabut, dingin merasuk kedalam daging menusuk tulang tulang semua makhluk

bernyawa, membuat rasa enggan untuk beranjak dari hangatnya selimut di atas pembaringan yang
terasa nyaman. Tapi tidak demikian dengan Pak Hamzah.

Pak Hamzah terkenal rajin dan pekerja keras. Terbukti pagi ini dia tetap menerjang hawa dingin menuju
ladangnya untuk mulai bekerja.

Suasana masih tampak gelap akibat diselimuti kabut. perladangan yang masih sangat sepi tak membuat
Pak Hamzah bernapas malasan. Dia mulai bekerja seperti biasa, mencangkul tanah, menebar beberapa
bibit. Saat tengah asik membersihkan ladangnya dari segala macam tumbuhan liar, tiba tiba Pak Hamzah
dikejutkan oleh sesuatu yang bersinar dari balik semak semak di sekitar ladangnya.

"Apa itu?" Pikirnya penasaran. Dia mendekat, membabat habis semak semak yang tumbuh liar tersebut.
"Astaga..." Serunya semakin terkejut. Dia menemukan menemukan buah Timun yang sangat besar.
Bukan hanya besar timun itu juga berwarna emas, sangat berbeda dengan Timun- timun di sekitarnya.

Pak Hamzah cepat memanen buah timun yang spesial itu. Dia lalu membungkusnya dengan sarung dan
membawanya pulang dengan berlari. Tak sabar dia ingin menceritakan kepada istrinya.

Sesampai di rumah, istri Pak Hamzah sama terkejutnya dengan sang Suami. Mereka berdua takjub
dengan buah aneh yang ada di hadapnya tersebut.

"Bagaimana kalau kita kupas Pak? Lihat apakah dia bisa dimakan. Kalau tak bisa dimakan, coba bawa ke
pasar, lihat apakah ada yang mau membelinya dengan harga mahal"

"Baiklah,coba dikupas" putus sang Suami.

Bu Hamzah mengupas Timun berwarna emas itu dengan hati hati, setelah dicuci bersih, ia potong Timun
tersebut, namun betapa terkejutnya Bu Hamzah mendapati isi dari Timun itu.

"Pak...!" Pekik Bu Hamzah memanggil suaminya. Pak Hamzah dengan cepat ke dapur, menghampiri
istrinya. "Kenapa Bu?"
"Lihat! Anak bayi dalam timun emas ini" kata Istrinya dengan wajah pucat.

Saat suami istri itu merasa bingung, terdengar suara tangis bayi dari Timun emas di atas meja dapur.
"Ooe.., ooee...," Bapak dan Ibu Hamzah saling beradu pandang.

Sedetik kemudian, tanpa berpikir panjang Ibu Hamzah segera menggendong bayi mungil itu dalam
pelukannya. Seketika naluri keibuannya menguasai. Dia merasa iba sekaligus bahagia dengan
ditemukannya bayi tersebut.

"Mari kita rawat dan besarkan dia Pak" ditatapnya sang Suami dengan pengharapan yang sangat besar.

"Tapi Bu," pak Hamzah tak bisa menyelesaikan kalimatnya, dia masih shock dengan temuan ajaib ini.

"Pak, mungkin ini jawaban dari Sang Pemberi Kehidupan atas doa doa yang selalu kita panjatkan selama
ini."

"Tapi Buk, kita tidak tahu ini makhluk apa?!" Kata Pak Hamzah masih keberatan.

"Ini hanya seorang bayi Pak!" Bu Hamzah menjadi emosional. Air matanya mulai meleleh, "Pak, aku
mandul, tidak mungkin melahirkan anak. Ini, adalah Hadian yang Tuhan berikan untuk kita, karena aku
mandul maka Tuhan berikan kita anak dengan cara seperti ini" Bu Hamzah semakin erat memeluk bayi
perempuan yang sangat cantik itu.

Pak Hamzah tak tega melihat istri tercintanya menangis, maka akhirnya dia mengangguk. Dia pun
merasa perkataan istrinya cukup masuk akal. Mungkin ini cara Tuhan memberi mereka seorang anak
yang telah lama mereka idamkan.

Singkat cerita, bayi mungil yang cantik itu pun dirawat dengan penuh cinta oleh suami Istri yang sudah
cukup berumur itu. Bayi tersebut mereka beri nama Goldy, yang berarti Emas.

Goldy tumbuh menjadi gadis yang cantik, kulitnya putih, rambutnya kuning keemasan, matanya
berwarna zambrut, dan pribadinya yang periang membuatnya disukai oleh semua orang.

Di usianya yang ke tujuh belas tahun, Ayah dan Bundanya bermaksud mengadakan pesta syukuran
untuknya. Semua teman teman sebaya diundang. Pesta ulang tahunnya cukup meriah, kue kue dan
aneka permen melimpah. Para tamu undangan dikagetkan dengan kedatangan badut yang membuat
pesta semakin asik. Ditengah keriuhan pesta yang ramai, tiba tiba tanah bergetar hingga gelas gelas
berisi air tumpah bahkan ada yang pecah karena terjatuh dari meja.

"Apakah baru saja ada Gempa?" Tamu undangan saling lirik dan bertanya tanya. Suasana gegap gempita
semenit yang lalu berubah menjadi sunyi. Aura kegelisahan menyelimuti udara. Belum hilang perasaan
hawatir mereka, tiba tiba terdengar suara teriakan dari salah satu tamu yang hadir.

"Aaaa...!"

"Apa? Kenapa berteriak?"

"Itu, apakah itu salah satu kejutan pesta?" Seorang gadis belia menunjuk ke atas, ke arah atap rumah.
Semua mata memandang mengikuti arah tunjuk sang gadis, dan sontak semuanya langsung teriak dan
berlari kocar kacir dalam kepanikan.

"Raksasa... Tolong... Ada raksasa..." Kehebohan tercipta dalam sekejap.

Ayah dan Bunda yang kini menyadari kehadiran Raksasa merasa sesak dan panik.

"Pak. Dia pasti mengincar Goldy. Kita harus menyelamatkan anak kita Pak!" Teriak Bu Hamzah
mencengkeram kuat jemari sang Suami.

"Iya Bunda. Tenanglah! Sekarang mari kita temukan Goldy dahulu" instruksi Ayah melihat cemas ke arah
orang orang yang berlarian tak tentu arah. Berusaha kabur dari sang Raksasa.

"Ha.. ha..ha..ha.., apa kalian mengadakan pesta tanpa mengundangku?! Apakah karena aku terlalu lama
tertidur sehingga kalian kini lupa padaku?!" Tanya Raksasa Jelek dengan suara yang menggelegar. Atap
rumah telah jebol dirusak oleh tangan besar sang Raksasa.

"Ayah, Bunda!" Goldy datang dari dalam kerumunan orang yang semakin panik. Dia memeluk kedua
orang yang paling dicintainya itu. "Kenapa ada Raksasa di rumah kita Bunda?" Tanyanya dengan wajah
ketakutan.

"Nanti Ayah ceritakan, sekarang ayo kita kabur dulu dari sini sebelum Raksasa itu melihat kita!" ajak
sang Pemimpin keluarga membimbing keluarganya untuk berlari menuju pintu belakang.

Ayah segera membuka pintu belakang untuk membawa keluarganya melarikan diri dari Raksasa Jelek.
Tapi sungguh sial, ketika pintu dibuka, ada telapak tangan Raksasa yang menutup lubang pintu. Tak ada
celah untuk mereka lolos.
"Hahahaha... Kalian tak akan bisa kabur dariku makhluk kerdil!" Tawa Raksasa membuat tanah bergetar.
"Berikan gadis cantik itu padaku!" Bentaknya dengan tatapan menuntut.

Goldy bersembunyi dibelakang tubuh Ibunda, ketakutan. "Kenapa dia memintaku Bun? Aku tidak mau.
Tolong, tolong jangan berikan aku padanya" isaknya tak mampu menahan tangis ketakutan.

"Sampai mati pun Bunda tak akan membiarkanmu dibawa olehnya sayang" tegas sang Bunda
menenangkan putri semata wayangnya.

"Jangan mati Bund. Tak ada artinya hidupku ila Bunda mati" rengek Goldy mendengar bahwa Ibunya
akan mati demi dirinya. "Aku tidak mau Bunda mati karena aku. Bagaimana mungkin aku bisa hidup
menanggung beban rasa bersalah seumur hidupku Bunda?!" Isaknya kian deras mengeluarkan air mata.

"Tidak ada yang akan mati. Berhentilah menangis Goldy! Jadilah anak yang kuat dan berani, demi Ayah
dan Bunda!" Tegas suara Ayah menyadarkan Goldy dari keterpurukannya.

Ayah benar, aku harus kuat dan berani! Bidiknya pada diri sendiri!

"Goldy, keluarlah lewat jendela itu," Ayah menunjuk sebuah jendela yang setengah terbuka. "Bawalah
ini bersamamu. Di dalamnya terdapat tiga bungkusan, saat kau benar benar terdesak oleh si Raksasa,
maka taburlah salah satu isi dari bungkusan ini. Dan jangan pernah lepas mulutmu untuk berdzikir
mohon pertolongan kepada Allah" ucap Ayahanda sembari memberikan sebuah toples kecil dari plastik
yang di ambilnya dari dalam lemari.

"Tapi Ayah,"

"Tak ada tapi tapi! Cepatlah. Ayah dan Bunda akan berusaha mengalihkan perhatian Raksasa Jelek.
Jadilah berani Goldy!" Tegas Ibunda mendorong tubuh ramping Goldy agar segera memanjat jendela.
Goldy menurut. Sebelum benar benar melompat, dia menatap wajah Ibunda dengan sendi. Ibunda
membisikkan kata 'be Brave' tanpa suara.

Setelah berhasil melompati jendela, tanpa menoleh ke belakang lagi, Goldy mulai berlari secepat yang
dia bisa. Dia bisa mendengar suara Auman Raksasa di belakangnya. Mungkin sang Raksasa baru sadar
bahwa gadis yang diincarnya sudah menghilang. meski mencemaskan Kedua Orang Tuanya, Goldy tetap
berlari, terus mengingat pesan kedua Ayah Bundanya.

"Larilah sekuat yang kau mampu! Aku akan tetap menangkapmu gadis kecil! Hahahaha..." Suara tawa
dari Raksasa Jelek yang tubuhnya sangat besar itu menggelegar membuat persendian terasa lemas oleh
rasa takut.
Goldy terus melawan rasa takutnya, dia memaksa kakinya untuk terus berlari menjauh dari Raksasa
Jelek yang ingin memakannya sebagai santapan siang.

Tubuh Raksasa yang sangat besar memudahkannya mengejar Goldy, meski Goldy telah berlari secepat
yang dia bisa, tapi hanya dengan beberapa langkah saja, Raksasa itu sudah kembali berada tepat di
belakangnya.

"Pergi! Jangan kau kejar aku! Aku rasanya tak enak. Lihat kulitku yang hitam ini, rasanya pasti pahit!"
Teriak Goldy masih sambil berlari. Tapi Raksasa yang memiliki tubuh hampir setinggi pohon kelapa itu
hanya tertawa terbahak, bagai sedang menonton stand up comedy.

"Kau sungguh pandai bercanda Nak! Aku semakin suka padamu! Kau tenang saja, akan aku berikan
bumbu penyedap rasa yang banyak saat memasakmu, agar rasa pahitmu berkurang. Wahahahaha,"
Raksasa itu tertawa mendengar candaannya sendiri. Candaan yang sungguh tidak lucu bagi Goldy yang
kini mulai kehabisan napas akibat kelelahan.

"Jangan berani-beraninya kau tangkap aku Raksasa, jika kau tak ingin celaka! Aku peringatkan kau!"
Goldy mencoba mengancam si Raksasa agar berhenti memburunya.

"Uuu... Takuutt...," Kata Raksasa itu memasang wajah pura pura ketakutan. Sungguh ekspresi yang
sangat menyebalkan bagi Goldy.

Goldy masih terus berlari, membiarkan kakinya membawa entah kemana, asalkan jauh dari sang
Raksasa. Tapi, sayangnya tubuh kecil Goldy bukanlah tandingan yang seimbang bagi si Raksasa yang
bertubuh besar menjulang.

Kini Goldy telah sampai di Hutan, dia terus berlari. Goldy bisa merasakan getaran tanah yang dipijaknya,
semakin lama semakin kuat getaran itu, menandakan bahwa sang Raksasa semakin mendekat.

"Kau tidak akan lolos dariku gadis kecil," teriak Raksasa mengejek.

Tiba di ujung Hutan, Goldy sempat berhenti. Di depannya terbentang sebuah sungai yang arusnya cukup
deras.
"Matilah aku! Bagaimana bisa aku melewati sungai ini?" Gumam Goldy dalam kepanikan. Sementara
Raksasa kini sudah berada tepat di belakangnya lagi. Tubuhnya yang besar memudahkannya
memangkas jaraknya dengan Goldy secepat kilat.

Raksasa tertawa melihat Goldy terpojok. "Tertangkap kau cantik! Kau milikku sekarang!" Ucapnya
senang.

Goldy semakin panik. Saat tanga. Raksasa melambai ingin meraihnya, ia tiba tiba teringat bekal yang
diberikan oleh Ayahnya. Dengan gesit tangannya membuka tutup toples dan mengeluarkan sebuah
bungkusan bertuliskan mentimun, tanpa pikir dua kali Goldy langsung melemparkan bungkusan tersebut
ke arah Raksasa, meskidalam hatinya merasa agak heran, ada apa dengan mentimun?

Tanpa diduga saat bungkusan itu jatuh mencapai tanah, seketika tumbuh pohon pohon mentimun yang
sangat lebat, batang batangnya yang besar melilit dan meliuk di tangan dan kaki serta tubuh sang
Raksasa Jelek. Raksasa berteriak kesakitan. Dia mencoba melepaskan diri dari jeratan timun tersebut,
namun semakin dia bergerak maka semakin kuat pula ranti!Ng ranting itu melilitnya.

Goldy sangat senang melihatnya. Dia bersorak dalam hati. Disaat bersamaan dia melihat sebuah perahu
ditambatkan pada sebuah pohon tak jauh dari tempatnya berdiri. Goldy lalu berlari menaiki perahu dan
segera menyeberangi sungai. Dari kejauhan bisa dilihatnya si Raksasa Jelek jatuh terjerembab karena
kakinya ditarik paksa oleh semak semak mentimun.

Goldy sudah sampai di tengah sungai, namun raksasa juga telah bebas dari jeratan hutan mentimun. Dia
mulai mengejar kembali. Goldy yang panik segera membuka toplesnya lagi, kini dia melemparkan lagi
bungkusan bertuliskan Jarum ke arah Raksasa Jelek. Lagi lagi langkah Raksasa terhenti. Ada banyak bulu
babi yang tiba tiba muncul dari dalam air sehingga setiap kali raksasa melangkah kakinya tertusuk duri
Bulu Babi yang sangat Tajam dan menyakitkan.

"Aaaagggrrhh..." Suara teriakan marah dari Raksasa Jelek memekakkan telinga.

Meski kesakitan, Raksasa itu tetap melangkah mengejar Goldy. Tak dihiraukannya air sungai yang kini
berubah warna menjadi merah karena darahnya yang mengucur dari luka luka di tubuhnya.

Goldy sangat ketakutan melihat Raksasa tetap maju, maka dia melemparkan lagi bungkusan ketiga yang
ternyata berisi garam. Seketika sungai itu menjadi laut yang berombak, menerjang tubuh Raksasa agar
jatuh dan tenggelam. Namun, rupanya Raksasa itu terlalu besar dan terlalu kuat untuk diruntuhkan oleh
ombak, Raksasa itu, meski sempat oleng kiri dan kanan, tapi dia tetap berusaha meraih Goldy. Semua
senjata milik Goldy tak mampu menghentikan sanga Raksasa, hanya bisa memperlambatnya sedikit.

Kini Goldy telah sampai di seberang sungai, dia segera turun dari perahu dan bersiap untuk lari lagi
memasuki hutan. Ditatapnya sejenak Raksasa yang masih maju menerjang ombak demi menangkapnya.
Goldy yang putus ada, hanya bisa berdoa dan berharap Alla akan menyelamatkannya dari orang
berukuran dua puluh kalinya itu. Sebelum pergi, dengan ucapan bismillah, Goldy melemparkan
bungkusan terakhirnya ke dalam air, berharap senjata terakhir itu mampu menghentikan sang Raksasa.

Rupanya harapan Goldy terkabul. Seketika sungai itu berubah menjadi lautan Rawa hidup. Rawa itu
secara perlahan menghisap tubuh besar Raksasa Samapi tenggelam. Raksasa kewalahan, dia menggapai
gapaikan tangannya, berusaha meraih sesuatu sebagai pegangan, namun sayang, takdirnya hanya
sampai disitu. Sekeras apapun dia berusaha, rawa itu tetap menenggelamkan tubuhnya hingga lenyap
seluruh tubuhnya.

Goldy bersyukur. Dia menangis bahagia atas keselamatannya. Air sungai sudah kembali jernih seperti
biasa, maka Goldy kembali menaiki perahu yang tadi ditinggalkannya begitu saja di bibir sungai. Dia ingin
pulang. Tak sabar untuk kembali berkumpul bersama dengan kedua orang tuannya yang teramat
dicintainya.

Sesampainya di rumah, Goldy langsung dipeluk oleh Ayah Bunda dengan penuh haru dan rasa syukur.
Mereka sangat bahagia karena akhirnya bisa bebas dari ancaman Raksasa Jelek.

Setelah puas berpelukan, dan semuanya merasa tenang kembali. Akhirnya Goldy memberanikan diri
untuk bertanya, kenapa Raksasa Jelek itu tiba tiba mengincarnya, dan kenapa Ayah memiliki benda
benda yang dapat menyelamatkannya dari Raksasa.

Ayah dan Bunda saling berpandangan. Kemudian Ayah menghela napas panjang. Dia pun mulai
bercerita.

"Desa ini dari dulu memang selalu diawasi oleh Raksasa Jelek yang tinggal di atas Gunung. Setiap 20
tahun sekali, Raksasa itu akan turun ke desa untuk mencari gadis belia yang akan dia jadikan istri, lalu
kemudian dimakan. Selama ini Raksasa selalu mengambil seorang gadis yang paling cantik. Kamu, adalah
anak tercantik di desa ini Goldy, karenanya saat Raksasa itu muncul, Ayah sangat yakin bahwa dia pasti
mengincar mu." Ayah menghela napas lagi, kini sebuah rahasia besar yang belum pernah mereka
beritahukan pada Goldy akan terungkap, yaitu rahasia kelahiran Putri berambut Emas itu.

"Lanjutkan ceritanya Ayah. Lalu, kenapa Ayah tahu bahwa benda benda yang Ayah berikan itu akan bisa
menyelamatkan dari Raksasa?" Tanya Goldy penasaran dengan kisah tentang Raksasa.

Ayahpun melihat Ibunda Mengangguk, maka beliau melanjutkan, "Goldy, kamu adalah anak yang Ayah
dan Bunda sangat idam idamkan. Bundamu sebenarnya adalah wanita yang mandul." Perkataan Ayah
membuat Goldy terkesiap. Tapi dia tak memotong cerita Ayahnya, dia tetap diam menunggu
kelanjutannya dengan mata membulat penuh tanya.

"Kamu, tidak lahir dari rahim Bundamu, melainkan lahir dari sebuah mentimun berwarna emas yang
Ayah temukan di ladang."

Air mata Goldy kembali merembes membasahi pipinya. Meski begitu, tatapannya tetap menuntut untuk
mendengar ceritanya hingga akhir.

"Karena kau lahir dari Timun berwarna Emas, maka Ayah dan Bunda menamaimu dengan Goldy, yang
berarti Emas Pemberani. Dan benda benda yang Ayah berikan padamu, adalah benda benda yang ada di
dalam Timun Emas yang kamu belah saat kau terlahir. Jadi, benda benda itu memang sudah ada disana
bersamamu. Dulu waktu menemukannya, Ayah sangat bingung dan tak tahu ahrus diapakan benda
benda tersebut. Karena tak mengerti, maka Ayah putuskan untuk menyimpannya, karena Ayah berpikir
pasti ada suatu alasan mengapa benda benda tersebut lahir bersamamu dari sebuah mentimun. Dan
saat Raksasa menyerang, entah kenapa Ayah hanya punya firasat bahwa sekaranglah saat yang tepat
untuk memberikan benda benda itu padamu," ucap Ayah mengakhiri ceritanya.

Akhirnya cerita, Goldy selamat dari Raksasa Jelek, seluruh Desa pun bersuka Ria atas hilangnya Raksasa
ditelan Rawa. Mereka berharap tidak akan pernah merasa takut dan terancam lagi dengan kehadiran
Raksasa yang selalu meneror desa mereka, kini Raksasa sudah tiada.

Berkat kejadian mengerikan itu juga, Goldy jadi mengetahui rahasia kelahirannya yang selama ini
menjadi misteri. Meski sudah tahu bahwa dia bukanlah anak kandung Ayah dan Bunda, tapi Goldy tahu,
kasih sayang dari kedua sangat tulus, begitupun dengan dirinya, dia menyayangi kedua orang tuanya
begitu besar. Hingga Goldy dewasa, mereka hidup bahagia tanpa adanya gangguan dari Raksasa lagi.

Anda mungkin juga menyukai