Anda di halaman 1dari 2

Lalat Hijau dan Teman Baru

Lalat Hijau yang pindah rumah ke tempat baru yang lebih luas dan bagus tak juga membuatnya bahagia.
Sudah satu minggu ini, ia belum juga menemukan teman baru.

“Sabarlah, Nak. Pasti nanti kamu punya teman baru.” nasihat Ibunya.

Lalat Hijau kemudian keluar rumah untuk bermain meski sendirian. Berusaha menikmati pemandangan
yang ada di sekelilingnya agar tak merasa bosan. Belum lama ia terbang, Lalat Hijau melihat ada dua
anak Lalat seumurannya. Kemudian ia mendekat, mengajak berkenalan.

“Kalian Lalat Hitam, ya?” tanya Lalat Hijau. “Boleh aku ikut bermain?”

“Tidak bisa!” Satu Lalat Hitam menghindar.

“Iya. Kamu berbeda dengan kami. Lalat Hijau itu kotor dan jorok!” kata Lalat Hitam satu lagi.

Kemudian dua Lalat Hitam itu menjauh, meninggalkan Lalat Hijau sendirian. Lalat Hijau sedih. Ia ingin
segera pulang dan mengatakan pada ibunya bahwa ia ingin pindah rumah saja. Di tempat ini, ia tidak
akan menemukan teman baru.

Lalat Hijau kemudian terbang kembali. Di perjalanan pulang, ia melihat binatang kecil tergeletak di
tanah. Lalat Hijau mencoba mendekat.

“Tolong…” rintihnya.

Kamu siapa?” tanya Lalat Hijau ragu.

“Aku Nyamuk. Tolong bawa aku pulang. Aku tak kuat terbang karena sayapku terluka,” mohon Nyamuk.

Baiklah. Tunjukkan rumahmu.”

Lalat Hijau kemudian menopang tubuh Nyamuk kecil itu, mengantar pulang sampai rumahnya. Beberapa
saat kemudian, mereka sudah sampai di kediaman Nyamuk. Keluarga Nyamuk sangat panik saat melihat
sayap anaknya terluka.

“Ada apa ini?” tanya Ayah Nyamuk.

“Tidak tahu. Aku hanya menolongnya.” kata Lalat Hijau.

“Ayah, Aku…” kata anak Nyamuk mencoba menjelaskan. Tapi, belum sempat ia menjelaskan, anak
Nyamuk itu sudah pingsan. Mungkin lukanya parah.

“Pasti ini karena kau, Lalat Hijau. Ayo mengaku saja!” ancam kakak Nyamuk.
“Bukan!” bela Lalat Hijau.

“Jangan bohong kau, Lalat Hijau!” Marah kakak Nyamuk. “Tubuhmu itu kotor dan jorok. Itu yang
menyebabkan adikku tak sadarkan diri. Pergi kau dari sini!”

Lalat Hijau tak bisa apa-apa lagi. Keluarga Nyamuk sama sekali tak ada yang mempercayainya. Ia
menangis lalu terbang dengan amat cepat melampiaskan kekecewaannya. Sampai-sampai ia menabrak
dinding dan membuatnya pusing.

“Ibu…” rintih Lalat Hijau kesakitan. Kemudian ia tak sadarkan diri.

Saat terbangun, tiba-tiba Lalat Hijau sudah berada di rumah. Di dekatnya ada ibunya.

“Ada apa denganmu, Nak?” tanya Ibunya.

“Ibu, ayo kita pindah rumah saja. Di sini aku tidak akan memiliki teman baru. Semuanya jahat.”

Kemudian Lalat Hijau menceritakan apa yang telah terjadi sebelumnya.

“Ibu bayangkan, aku sudah menolong tetapi malah dituduh. Bukannya mereka mengucapkan terima
kasih,” gerutu Lalat Hijau.

“Nak, orang baik itu tidak pernah minta timbal balik atas kebaikannya. Itu yang namanya menolong
dengan tulus.”

“Tapi, Bu…” keluh Lalat Hijau masih sakit hati. “Kita juga dibilang bau, kotor dan jorok.”

Belum sempat Ibu menjawab, suara pintu rumah mereka diketuk. Cepat-cepat mereka berdua
membuka, melihat siapa yang datang.

“Maafkan kami Lalat Hijau. Kami telah salah sangka. Kami datang ke sini untuk berterima kasih
kepadamu,” kata Ayah Nyamuk.

“Benar. Sebagai ucapan terima kasih, semua makanan ini untukmu,” Kakak Nyamuk memberi banyak
makanan. “Maafkan kami yang telah menghina kamu. Dulu, Lalat Hijau yang tinggal di tempat kami
sangat jahat dan jorok. Tapi kamu berbeda. Kamu Lalat Hijau yang sangat baik.”

“Wah…terima kasih,” kata Lalat Hijau yang heran dengan apa yang dialaminya.

“Kami semua ingin berteman denganmu. Maukah kamu menjadi teman kami?” kata anak Nyamuk yang
tiba-tiba muncul dari belakang dan diikuti dua Lalat Hitam tadi.

“Tentu saja.”

Lalat Hijau sangat senang. Ternyata kebaikan yang telah dilakukannya mendapat balasan lebih baik dari
yang ia pikirkan. Setiap memberi kebaikan pasti terbalas kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai