Lelly Andriasanti
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Satya Negara Indonesia
Jl. Arteri Pondok Indah No. 11, Jakarta Selatan
lelly15a@gmail.com
Abstrak
Di Asia Tenggara, ada dua negara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Mereka adalah
Indonesia dan Malaysia. Dalam beberapa tahun terakhir, keduanya menunjukkan identitas
Islam moderat dalam kebijakan luar negerinya. Pada dasarnya, Indonesia bukanlah negara
yang berdasarkan Islam, meskipun populasi Muslimnya merupakan yang terbesar di Asia
Tenggara dan dunia. Sementara itu, Malaysia adalah negara yang identik dengan Islam.
Dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari refleksi identitas
moderat di kedua negara, makalah ini menggunakan metode kualitatif dalam kerangka
studi banding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perang global melawan teror telah
menyebabkan kontestasi identitas Islam moderat antara Indonesia dan Malaysia. Kedua
negara Muslim terbesar di Asia Tenggara tersebut sebelumnya tidak pernah berlomba-
lomba untuk menunjukkan identitas Islam moderat. Hasil lain dari penelitian ini adalah
Indonesia dan Malaysia memiliki modal domestik dari karakter Islam moderat di mana
aplikasi pencitraan di ranah kebijakan luar negeri dilakukan secara berbeda. Representasi
dari identitas Islam moderat berkaitan dengan capaian kedua negara untuk lebih dekat
dengan Barat dan dunia Islam.
Abstract
In Southeast Asia, there are two countries with a Muslim majority population. Those are
Indonesia and Malaysia. In recent years, both of them show their moderate Islamic
identity in their foreign policy. Basically, Indonesia is not a country that based on Islam,
though their Muslim population is the largest in Southeast Asia and the world.
Meanwhile, Malaysia is identically an Islamic state. In order to get better understanding
of the reflection of moderate Islamic identity in both countries, this paper uses qualitative
methods within the framework of a comparative study. The result of research show that
global war on terror has led contestation moderate Islamic identity between Indonesia
and Malaysia. Those two largest Muslim countries in Southeast Asia had not previously
been vying to show moderate Islamic identity. The other result of this study is both
Indonesia and Malaysia have domestic modal of moderate Islamic character where the
imaging applications in the realm of foreign policy have done differently. Representation
of moderate Islamic identity was associated with the achievements of both countries to
get closer to the West and the Islamic world.
digeneralisir. Studi ini diharapkan dapat hubungan sosial (Viotti dan Kaupi,
memberikan perspektif baru tentang 2010) .
Islam yang lebih toleran. Akan tetapi, identitas juga dapat
Sedangkan dalam memahami berubah bergantung konteks yang
kompetisi identitas Islam moderat antara berlaku. Kontekstualisasi identitas,
Indonesia-Malaysia, pengkajian tulisan aturan, dan norma datang bersamaan
dilakukan dalam kerangka studi dengan konsep logika kelaikan dalam
perbandingan. Hal ini berguna untuk konstruktivis. Logika kelaikan berasumsi
melihat persamaan dan perbedaan bahwa aktor selalu mengikuti norma dan
promosi identitas Islam yang aturan yang diasosiasikan dengan
diaplikasikan dalam kebijakan luar identitas tertentu pada situasi tertentu
negeri masing-masing. Karen itu, studi pula. Dari beberapa metode penelitian,
identitas dalam tulisan ini sengaja karya ilmiah ini akan menggunakan studi
dibatasi dalam lingkup kawasan. Hal ini perbandingan (comparative study).
bertujuan untuk mempermudah analisis Metode studi perbandingan
dan kontekstualisasi fenomena identitas sengaja dipilih agar penyusunan
dalam studi kebijakan luar negeri. penelitian ini dilakukan dengan
Atas dasar itulah, penelitian ini generalisasi yang bersifat lintas batas
akan menggunakan metode kualitatif dan tidak hanya fokus pada sosiokultural
dengan paradigma konstruktivis. Metode masyarakat tertentu. Studi ini juga lebih
penelitian ini menekankan pada menekankan observasi sosial yang
pendekatan humanistik untuk memahami bersifat tidak terbatas pada satu teritorial
realitas kehidupan sosial yang bersifat tertentu. Karena itu, metode ini
dinamis. Hal ini sejalan dengan menggunakan beberapa kasus yang
pendekatan konstruktivis yang memiliki klasifikasi serupa dalam suatu
memandang, identitas merupakan permasalahan. Langkah selanjutnya
definisi diri yang dapat dibentuk, adalah membandingkan variabel-variabel
diciptakan, dan berubah (Viotti dan dan varian yang ada dalam kasus-kasus
Kaupi, 2007). Atas dasar definisi diri ini, tersebut untuk diuraikan persamaan dan
identitas dipahami sebagai peran spesifik perbedaannya.
yang relatif stabil dan memuat harapan
akan sesuatu yang diperoleh melalui
interaksi dalam susunan struktur
ekstremisme. Karena itu, jalan terbaik memiliki sumber pendanaan kuat dan
yang harus dibangun dalam masyarakat jaringan yang luas. Kelompok radikal
yang plural, yaitu rekonsiliasi antara kebanyakan memperoleh dana dari Saudi
demokrasi dan moderasi, demokrasi dan selama tiga dekade terakhir.
toleransi untuk menggempur Dana tersebut merupakan
kediktatoran dan ekstremisme (Bhutto, kepanjangan dari ekspor Wahabisme
2008). Islam versi Saudi yang berdampak pada
Dalam melawan terorisme, pertumbuhan ekstremisme agama di
strategi yang digunakan Barat tidak lepas seluruh dunia Muslim. Yayasan Saudi
dari promosi demokrasi seperti Al-Haramain salah satunya, telah ditutup
pengalamannya selama Perang Dingin. karena terbukti mendanai sejumlah
Demokrasi yang dimaksudkan tentunya organisasi teroris dari Bosnia ke Asia
sesuai dengan pemahaman tradisi liberal Tenggara. Selain itu, kelompok radikal
Barat, yaitu kesepakatan atas legitimasi telah mengembangkan jaringan selama
politik yang berasal dari kehendak rakyat bertahun-tahun hingga mencapai skala
yang diungkapkan melalui pemilu transnasional (Sheikh, 2003). Dari
demokratis. Komitmen terhadap sinilah terlihat perhatian Barat di Asia
demokrasi ini merupakan isu kunci Tenggara terletak pada upaya
dalam mengidentifikasi Muslim moderat. membangun jaringan Islam moderat
Rabasa kemudian merinci Muslim untuk menangkal jaringan terorisme.
moderat dalam beberapa karakteristik,
yakni penerimaan akan sumber hukum Indonesia: Kemoderatan Islam di
yang non-sektarian; penghormatan hak- Negeri Muslim yang Nonteokrasi
hak perempuan dan kelompok minoritas; Terkait upaya pembangunan
beroposisi terhadap terorisme dan aksi- jaringan Islam moderat oleh Barat,
aski kekerasan yang tidak dapat Indonesia nampaknya menanggapi
dibenarkan. ekspektasi tersebut secara positif. Dalam
Di sisi lain, Barat menyadari paparan tahunan Departemen Luar
bahwa jaringan Islam moderat kurang Negeri (Deplu) pada Januari 2004,
memiliki sumber daya finansial dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan
organisasional dalam membangun Wirajuda mengungkapkan, sebagai
jaringan mereka sendiri. Kondisi ini negara dengan penduduk Muslim
bertolak belakang dengan kelompok terbesar di dunia, Indonesia memikul
Islam radikal yang terbilang sedikit tapi kewajiban untuk memproyeksikan wajah
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 101
Lelly Andriasanti
Islam yang sebenarnya, yaitu Islam yang formal Indonesia. Menurut Rencana
moderat. Pembangunan Jangka Menengah I
Melalui pencitraan Islam moderat (RPJMN I) 2005-2009, salah satu
inilah Indonesia sepertinya mencoba sasarannya difokuskan untuk
untuk membedakan diri dari kesan memperkuat dan memperluas identitas
radikal yang dilabelkan pada Islam pasca nasional sebagai negara demokratis
serangan WTC 2001. Pencitraan ini juga dalam tatanan masyarakat internasional.
merupakan upaya Indonesia untuk Hal ini ditegaskan Presiden Susilo
mengklarifikasi kesalahpahaman Bambang Yudhoyono dalam Indonesian
pandangan Barat yang mengklaim bahwa Council on World Affairs (ICWA) pada
kegagalan konsolidasi demokrasi 19 Mei 2005. Ia menyatakan, “We are
cenderung terjadi pada negara-negara fourth most populous nation in the
berpenduduk Muslim (Lewis, 1958; world. We are home to the world's
Kedourie, 1992; Huntington, 1993). largest Muslim polulation. We are the
Meski berpenduduk mayoritas world's third largest democracy. We are
Muslim, Indonesia bukanlah negera also a country where democracy, Islam
berlandaskan sistem Islam. Bahkan, and modernity go hand in hand.”
tumbuh pesatnya partai politik yang Tendensi demokrasi dan Islam
berlandaskan Islam pasca kemerdekaan moderat sepertinya merupakan upaya
dan pasca reformasi tidak menunjukkan Indonesia dalam mendekatkan diri
indikasi pembentukan Indonesia sebagai dengan negara demokrasi maju,
negara Islam (Anwar, 2010). khususnya Barat. Dalam studinya
Implikasinya, kebijakan luar negeri mengenai bagaimana negara-negara
Indonesia tidak berkarakter Islam atau demokrasi baru menggunakan kebijakan
non-Islam. Menurut Rizal Sukma, alasan luar negerinya, Alison Stanger
pemerintah untuk terus menghindari menemukan bahwa proses demokrasi
ekspresi formal faktor Islam dalam bisa dipertahankan arahnya ketika
kebijakan luar negeri dikarenakan sifat negara-negara demokrasi baru membawa
identitas negara yang mempertahankan dirinya lebih dekat kepada negara-negara
identitas nonteokrasi sehingga menolak demokrasi yang lebih mapan (Stanger,
faktor keagamaan eksklusif (Sukma, 1955).
2003). Untuk menjelaskan fenomena ini,
Dengan demikian, kemoderatan Philips J. Vermonte mengemukakan dua
Islam hanyalah komplemen dari identitas alasan. Pertama, kebijakan luar negeri
102 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara
tempat dalam sistem itu sendiri. Menurut dan menaruh perhatian terhadap
isu-isu di dunia Islam sekaligus
Paige Johnson Tan, meskipun
melakukan inisiatif berarti
mengalami perubahan kepemimpinan terhadap isu tersebut. Mereka
umumnya berpandangan, adalah
yang drastis, konsistensi cara pandang
absurd jika Indonesia yang
Indonesia melihat sistem global tampak berpenduduk Muslim terbesar
hanya menduduki posisi
dari sejarah kontemporer negaranya
pinggiran dan memainkan peran
(Tan, 2007). marjinal di dunia Islam (Sukma,
2010).
Mulai dari awal kemerdekaan
Indonesia hingga kini, cara pandang
Seiring dengan ekspektasi akan
tersebut selalu dipenuhi oleh keinginan
keharmonisan hubungan Indonesia dan
agar negaranya memiliki peranan di
Timur Tengah, bermunculan pula
dunia internasional. Cara pandang ini
harapan agar hubungan tersebut dapat
termuat dalam Undang-undang Nomor
memberikan keuntungan ekonomi bagi
17 Tahun 2007 mengenai Rencana
Indonesia. Harapan ini disandarkan pada
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
kenyataan bahwa meski perdagangan
2025. Salah satu sasarannya adalah
kedua kawasan tidak mengindikasikan
terwujudnya peranan Indonesia yang
penurunan, hubungan ekonomi keduanya
meningkat dalam pergaulan dunia
belum mencapai tahap yang diharapkan.
internasional. Terkait harapan agar
Nilai dagang Indonesia-Timur Tengah
Indonesia menjadi preseden alternatif
masih jauh di bawah nilai perdagangan
Islam bagi kawasan Timur Tengah,
Indonesia-AS atau Indonesia-Eropa.
komunitas Muslim dalam negeri
Padahal, Timur Tengah memiliki rata-
sepertinya menanggapi hal ini sebagai
rata pertumbuhan sekitar 11 persen per
peluang untuk menjalin hubungan yang
tahun (Thaib, 2011).
lebih harmonis dengan dunia Islam.
Sebagai salah satu mitra dagang
utama Indonesia, investasi Timur
Komunitas Muslim memandang,
Tengah ternyata relatif minim.
isu utama dalam kebijakan luar
negeri Indonesia dalam Dibandingkan dengan investasi Jepang
hubungannya dengan Islam
dan Korea Selatan, Indonesia masih
bukanlah bagaimana
memformulasikan dan belum menjadi salah satu tempat tujuan
mengimplementasikan kebijakan
investasi utama negara-negara Timur
luar negeri secara Islami. Akan
tetapi, lebih pada kebutuhan Tengah. Perlu diketahui, potensi
untuk memperbaiki hubungan
investasi dari Timur Tengah dianggap
dengan negara-negara Muslim
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 105
Lelly Andriasanti
sangat signifikan, khususnya dari Qatar setiap tindakan. Proyeksinya tidak lepas
dan Uni Emirat Arab (UEA) yang masuk dari tendensi bahwa agama seharusnya
menjadi bagian dari tiga besar negara dapat menjadi faktor penguat stabilitas
dengan nilai PDB tertinggi di dunia versi untuk menjamin status Malaysia sebagai
World Bank. bangsa yang kuat, disiplin, dan arif.
Penekanan identitas ini juga menegaskan
Malaysia: Kemoderatan Identitas bahwa Malaysia sebagai negara Islam
Melalui Islamisasi dari Dunia Islam.
Berbeda dengan Indonesia yang Secara internal, Islamisasi
berprinsip nonteokrasi, Islam di difokuskan untuk membedakan antara
Malaysia sendiri telah menjadi lebih Islam moderat dengan radikal. Konflik
homogen. Konsolidasi Islam di Malaysia yang terjadi antara kelompok moderat
mencerminkan peran religio politik para dan radikal di Malaysia berdampak pada
sultan dan pemerintah dalam mende- persaingan politik internal yang
finisikan agama. Pembangunan otoritas menggulirkan perdebatan akan peran
keagamaan untuk melihat masalah Islam di tengah masyarakat. Namun
keagamaan di Malaysia telah dimulai kemudian, pemerintah Mahathir menilai
sejak zaman kolonial Inggris. Meski Islam moderat lebih tepat digunakan
tersisih dari hukum administrasi dalam menggambarkan konteks sosial
kolonial, hukum shari’a dan adat telah Malaysia (Nair,1997).
dikodifikasi dan relatif terbagun. Sedangkan secara eksternal,
Melalui program Islamisasi, Islamisasi diinterpretasikan dengan
Malaysia terbilang lebih dini dalam sistem nilai yang memiliki relasi positif
merepresentasikan identitas Islam dengan dunia Barat. Artikulasi Islam
moderat dibandingkan dengan Indonesia. sebagai faktor positif terkait dengan
Islamisasi Malaysia secara formal kekhawatiran pemerintah Malaysia akan
dimulai pada masa pemerintahan generalisasi Islam dalam konotasi negatif
Mahathir Mohammad. Gambaran akan di tengah hubungan internasional
identitas Islam Malaysia kali pertama kontemporer. Karena itu, salah satu
disampaikan Mahathir dalam pidato tujuannya adalah membuka diri pada
kemenangannya pada Pemilu 1982. Ia dunia Barat, khususnya dalam investasi
mengartikulasikan keyakinanannya dan pembelajaran teknologi (Nair,1997).
bahwa Islam adalah agama prakmatis Preferensi Mahathir dalam
dan fleksibel yang merupakan dasar dari mencitrakan Islam moderat nampaknya
106 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara
rivalitas itu akan melukai solidaritas yang sifatnya politis, Malaysia juga
Muslim dunia. mendapat keuntungan material. Setelah
Tidak hanya itu, Malaysia juga menerima pengakuan dan penghargaan
berani memberikan kritik atas tidak atas kontribusinya di dunia Muslim,
efesiennya kerja organisasi tersebut. Malaysia memperoleh tawaran kerja-
Untuk itu, Malaysia menyerukan untuk sama di bidang ekonomi, sosial, politik,
segera dilakukannya reorganisasi dan dan budaya dari Bahrain dan Saudi
restrukturisasi OKI agar lebih efektif. Arabia. Sebagai bentuk rasionalisasi
Seruan ini kembali disuarakan pada kerjasama, negara-negara teluk ini
tahun 1993. Kali ini, Malaysia memberikan bantuan dana bagi
mengajukan formasi Eminent Person pembangunan bank-bank Islami dan
Group untuk melihat relevansi OKI universitas Islam di Malaysia (Nair,
dengan konteks global pasca Perang 1997).
Dingin. Hal ini diharapkan berguna agar Negara-negara dengan tradisi
organisasi Islam tersebut menjadi lebih Islam lainnya yang memiliki kedekatan
kohesif dan efektif sehingga memberikan hubungan dengan Malaysia antara lain
manfaat bagi negara-negara Islam di Uni Emirat Arab (UEA), Oman,
seluruh dunia. Jordania, Mesir, dan Turki. Perlu
Pada tingkat bilateral, Malaysia diketahui juga, kedekatan Malaysia
lebih banyak menjalin relasi dengan dengan negara-negara tersebut tidaklah
negara-negara di kawasan Teluk dan lepas dari afinitas Islam. Namun, kondisi
Asia Barat. Preferensi geografis ini demikian tidak berlaku dalam pola
cukup memperlihatkan ambisi Malaysia kerjasama antara Malaysia-Pakistan.
yang lebih besar dibandingkan dengan Hubungan personal antara pemimpin
upayanya dalam OKI. Melalui kedekatan kedua negara − Mahathir dan Zia al-Haq
relasi dengan negara-negara yang – merupakan faktor kuat yang melatari
budayanya merujuk pada Timur Tengah, hubungan signifikan antara Malaysia-
Malaysia hendak mencari afirmasi atas Pakistan.
kredensi ke-Islam-annya. Hal ini Sedangkan dengan negara-negara
berguna untuk memperkuat identitasnya Dunia Barat, relasi Malaysia relatif
sebagai negara Islam di dunia Muslim. terbangun dengan baik. Rekam jejak
Hubungan bilateral ternyata lebih sejarah Malaysia yang merupakan bekas
banyak membawa manfaat bagi negara persemakmuran Inggris menandai
Malaysia. Selain keuntungan immaterial keharmonisan hubungan ini. Bahkan,
108 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara
dapat berasal dari etnis, suku, bangsa, aksi kekerasan ternyata mendapat
dan ras. Namun terkait kajian dalam peliputan media dengan frekuensi yang
tulisan ini, kasus-kasus intoleransi yang cukup tinggi. Sepertinya, intensitas
dimaksud berkorelasi dengan agama publikasi aksi-aksi intoleransi oleh
sehingga korbannya antara lain media massa berpengaruh dalam
kelompok nonMuslim dan aliran Islam mengambil perhatian publik nasional dan
minoritas. internasional. Akibat lebih jauh,
Sedikitnya, terdapat empat peliputan media terhadap aksi-aksi
tantanga yang dihadapi Indonesia dalam intoleransi dapat mereduksi pencitraan
mencitrakan Islam moderat. Pertama, Islam moderat pada skala internasional.
peningkatan dan penyebaran gerakan Bahkan, beberapa NGO menganggap
kelompok Islam radikal yang cenderung pemerintah sebagai salah satu faktor
melakukan aksi-aksi anarkis, khususnya penyebab maraknya aksi-aksi intoleransi
pada komunitas Muslim dan aliran Islam tanah air karena tidak serius dalam
minoritas yang dinilai sesat. Kedua, menangani aksi-aksi intoleransi. Sikap
regenerasi terorisme yang masih terjadi pemerintah ini terlihat tidak konsisten
hingga saat ini. Salah satu tujuannya dengan gambaran Islam moderat,
adalah penyerangan terhadap simbol- sehingga pencintraannya dalam
simbol Barat dan pihak-pihak yang kebijakan luar negeri seperti dipaksakan.
dianggap membela kepentingan asing, Berbeda dengan Indonesia,
termasuk pemerintah. beragama di Malaysia erat kaitannya
Ketiga, penerapan hukum syariah dengan identitas politis dari kelompok
di tingkat daerah yang melukai pluralitas etnis dominan, Melayu. Dengan kata
agama di Indonesia karena meniadakan lain, Malaysia lebih menekankan
keberadaan agama-agama selain Islam. pembangunan kerangka ideologis yang
Tidak jarang, perda syariah melanggar mempromosikan identitas tertentu
HAM dan mendeskriditkan perempuan. berdasarkan etnis. Menurut Andrew
Keempat, pengaruh MUI melalui fatwa- Humphryes, agenda Islamisasi Malaysia
fatwanya yang seringkali dijadikan lebih menargetkan masyarakat Melayu
bahan legitimasi bagi kelompok- sebagai upaya untuk mempromosikan
kelompok Islam radikal untuk visi Islam dalam melayani kepentingan
melakukan kekerasan. rezim berkuasa (Humphryes, 2010).
Jumlah kelompok Islam radikal Dalam mempromosikan kepen-
di Indonesia memang relatif kecil, tetapi tingan pemerintah, Malaysia melakukan
110 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara
Dokumen Lain
International Monetary Fund. Direction
of Trade Statistics Yearbook
2006. Washington DC:
International Monetary Fund,
2006.
Lee, Mathew. “Clinton: Indonesia Can
be Democratic Role Model”. The
Jakarta Post (24 Juli 2011).