Anda di halaman 1dari 22

KONTESTASI IDENTITAS ISLAM MODERAT DI ASIA TENGGARA

Lelly Andriasanti
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Satya Negara Indonesia
Jl. Arteri Pondok Indah No. 11, Jakarta Selatan
lelly15a@gmail.com

Abstrak

Di Asia Tenggara, ada dua negara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Mereka adalah
Indonesia dan Malaysia. Dalam beberapa tahun terakhir, keduanya menunjukkan identitas
Islam moderat dalam kebijakan luar negerinya. Pada dasarnya, Indonesia bukanlah negara
yang berdasarkan Islam, meskipun populasi Muslimnya merupakan yang terbesar di Asia
Tenggara dan dunia. Sementara itu, Malaysia adalah negara yang identik dengan Islam.
Dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari refleksi identitas
moderat di kedua negara, makalah ini menggunakan metode kualitatif dalam kerangka
studi banding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perang global melawan teror telah
menyebabkan kontestasi identitas Islam moderat antara Indonesia dan Malaysia. Kedua
negara Muslim terbesar di Asia Tenggara tersebut sebelumnya tidak pernah berlomba-
lomba untuk menunjukkan identitas Islam moderat. Hasil lain dari penelitian ini adalah
Indonesia dan Malaysia memiliki modal domestik dari karakter Islam moderat di mana
aplikasi pencitraan di ranah kebijakan luar negeri dilakukan secara berbeda. Representasi
dari identitas Islam moderat berkaitan dengan capaian kedua negara untuk lebih dekat
dengan Barat dan dunia Islam.

Kata kunci: kompetisi, identitas, kebijakan luar negeri, Indonesia, Malaysia

Abstract

In Southeast Asia, there are two countries with a Muslim majority population. Those are
Indonesia and Malaysia. In recent years, both of them show their moderate Islamic
identity in their foreign policy. Basically, Indonesia is not a country that based on Islam,
though their Muslim population is the largest in Southeast Asia and the world.
Meanwhile, Malaysia is identically an Islamic state. In order to get better understanding
of the reflection of moderate Islamic identity in both countries, this paper uses qualitative
methods within the framework of a comparative study. The result of research show that
global war on terror has led contestation moderate Islamic identity between Indonesia
and Malaysia. Those two largest Muslim countries in Southeast Asia had not previously
been vying to show moderate Islamic identity. The other result of this study is both
Indonesia and Malaysia have domestic modal of moderate Islamic character where the
imaging applications in the realm of foreign policy have done differently. Representation
of moderate Islamic identity was associated with the achievements of both countries to
get closer to the West and the Islamic world.

Keywords: competition, identity, foreign policy, Indonesia, Malaysia

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 95


Lelly Andriasanti

Pendahuluan dianggap sebagai fondasi bagi konsepsi


Dalam hubungan internasional, akan suatu sistem internasional (Sheikh,
negara membutuhkan identitas untuk 2003). Internasionalisasi konsep ini
menunjukkan eksistensi dan pembeda berhubungan dengan pandangan
dari negara lainnya. Selain membentuk kalangan Muslim akan sistem dunia
kepentingan nasional, identitas juga yang terbagi dalam dua bagian yaitu,
menentukan nilai-nilai yang menjadi Dar-al-Islam (daerah Islam) dan Dar-al-
pedoman suatu negara dalam bertingkah Harb (daerah perang). Kedua, secara
laku di tataran internasional. Identitas fenomenologis relevansi Islam dengan
pun menyediakan referensi dalam hubungan internasional dapat dilihat
membangun suatu hubugan antar negara, menjelang berakhirnya Perang Dingin
apakah itu kawan ataupun lawan. Karena yang menganggap Islam sebagai bahaya
itu, identitas sering kali dituangkan laten seperti halnya komunisme.
dalam kebijakan luar negeri sebagai Klimaksnya terjadi ketika peristiwa
atribut yang melekat kuat pada citra serangan World Trade Center (WTC)
negara. yang membawa politik internasional
Sebagai sistem nilai sosial dan dalam perang global terhadap teror.
kepercayaan, identitas agama kian Perang global terhadap teror
menonjol baik dalam kehidupan yang diwarnai operasi militer di
domestik maupun internasional. Dalam Afghanistan dan Irak ternyata
hubungan internasional saat ini, berkembang menjadi perasaan anti Islam
signifikansi agama terletak pada di dunia Barat. Hal ini ditandai dengan
pengaruh politiknya. Agama memiliki banyaknya persepsi masyarakat Barat
potensi besar dalam mempengaruhi yang menempatkan Islam sebagai musuh
kehidupan ber-negara dan berhubungan bersama (Shadid dan Koningsveld,
antar negara (Nair, 1997). Islam 2002). Untuk menanggapinya, dunia
khususnya, menjadi sorotan tajam dalam Muslim cenderung melakukan protes dan
tiap diskursus kontemporer. kecaman, tidak terkecuali komunitas
Setidaknya, Islam memiliki dua Muslim di Asia Tenggara. Namun,
relevansi dengan hubungan reaksi protes komunitas Muslim di
internasional. Pertama, secara doktrinal kawasan ini relatif terbatas. Hal ini
banyak kalangan Muslim meyakini terlihat dari respon dua negara
bahwa Islam bukan hanya agama berpenduduk Muslim terbesar di
universal yang benar dan final, tapi juga kawasan, yaitu Indonesia dan Malaysia.
96 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

Pada kasus Malaysia, pemerintah dalam merepresentasikan identitas Islam


berupaya mengatur dan mengendalikan moderat antara Indonesia dan Malaysia?
protes dengan mengambil langkah-
langkah proaktif untuk memastikan Identitas dalam Kebijakan Luar
bahwa perang di Irak tidak diarahkan Negeri
terhadap Islam. Faktor lain yang Studi mengenai identitas dalam
membatasi dampak operasi militer di kebijakan luar negeri bukanlah hal baru.
Irak dan Afghanistan terhadap kawasan Tidak sedikit akademisi yang mengkaji
adalah preferensi publik secara luas yang studi ini. Identitas yang dituangkan
memprioritaskan isu domestik sehingga dalam karya mereka pun beraneka
menutup isu internasional. Di Indonesia ragam, mulai dari ideologi, nasional,
khususnya, perubahan iklim politik etnis, institusional dan agama. Beberapa
akibat peristiwa bom Bali 12 Oktober akademisi yang telah melakukan studi
2002 mengubah aksi massa oleh tentang identitas antara lain Elisabeth
kelompok radikal menjadi kurang dapat Johansson-Nogués dan Robert Jervis.
diterima. Secara komprehensif, Angel Studi pertama yang akan dibahas
M. Rabasa menyebut reaksi Muslim di dalam tinjauan pustaka ini adalah “Is the
kawasan ini relatif moderat (Rabasa, EU’s Foreign Policy Identity an
2004). Obstacle? The European Union, the
Dalam perkembangannya, baik Northen Dimension and the Union for
Indonesia maupun Malaysia nampak Mediterranean”. Dalam studi ini,
berlomba-lomba dalam mempromosikan Elisabeth Johansson-Nogués mengusung
kemoderatan Islam di tingkat regional identitas dalam kerangka institusi yang
maupun global. Bahkan keduanya seperti mengatasnamakan kolektivitas negara-
tengah melakukan kontestasi dalam negara sebangsa. Kolektivitas yang
merepresentasikan identitas Islam terangkum dalam Uni Eropa (UE) ini
moderat. Gejala tersebut semakin terlihat menempatkan regional multilateralisme,
dalam satu dekade terakhir melalui kebijakan multi-sektoral, dan
sejumlah forum, seperti Bali Democracy intervensionisme sebagai identitas.
Forum (BDF) yang diinisiasi Indonesia EU pun mempromosikan
dan Global Movement of Moderates kerangka kerja multilateral untuk
(GMM) yang merupakan inisiasi menjalin hubungan dengan negara-
Malaysia. Dari sinilah muncul negara terdekat, khususnya kawasan
pertanyaan, mengapa terjadi kontestasi Mediterania dan Baltik. Akan tetapi,
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 97
Lelly Andriasanti

kerjasama antara UE dengan kedua kekuatan identitas yang coba disebarkan


kawasan tersebut mengalami kegagalan oleh AS dan US (Jervis, 2010).
karena identitas UE terasa asbtrak dan Dari beberapa studi di atas,
tidak menyiapkan kekuatan berbasis aksi identitas dalam kebijakan luar negeri
kolektif. Kegagalan itu juga berkaitan dapat ditujukan untuk memperjuangkan
dengan asumsi Baltik dan Mediterania eksistensi negara baik dalam skala
yang melihat UE cenderung utilitarian, regional maupun internasional. Dengan
intrusif, dan terlalu Eropa (Johansson- kata lain, identitas memperlihatkan
Nogués, 2009). bagaimana anarki terjadi dalam dinamika
Dalam “Identity and the Cold sistem internasional. Identitas
War”, Robert Jervis mengkaji identitas merupakan pemahaman kolektif yang
dalam kerangka nasional dan ideologi mengkonstitusikan struktur sehingga
selama Perang Dingin. Dari studi mengorganisasi tingkah laku negara
tersebut terlihat konflik merupakan untuk dapat menentukan antara kawan
proses interaksi antara Amerika Serikat atau lawan (Wendt, 1992). Persepsi
(AS) dan Uni Soviet (US) sebagai upaya identitas yang membedakan lawan dan
mempertahankan identitas. Jika identitas kawan atau diri dengan pihak lain
dibentuk oleh konflik, maka menjadi referensi aktor dalam
kemungkinan yang terjadi adalah adanya berinteraksi.
kebutuhan masing-masing pihak untuk Hal lain yang perlu diperhatikan,
membangun dan memelihara identitas. identitas tidak selalu menunjukkaan
Hal ini berarti akan sangat sulit untuk wajah konfliktual seperti studi yang
merenggangkan sistem internasional. dipaparkan sebelumnya. Pengkajian
Dari logika itulah Perang Dingin identitas dalam tulisan ini justru
menjadi lebih buruk ketika identitas menampilkan wajah yang kompetitif.
masing-masing pihak berada di bawah Tulisan ini menyoroti pencitraan
tekanan. Korelasi identitas kedua negara identitas Islam moderat dalam kebijakan
super power dengan konflik yang terjadi luar negeri Indonesia dan Malaysia pasca
di negara-negara dunia ketiga bukanlah serangan WTC 2001. Studi ini menjadi
terletak pada upaya mempertahankan menarik karena kompetisi antara
identitasnya di kawasan Asia-Afrika. keduanya tidak lepas dari fenomena
Konflik yang merupakan bentuk Proxy Islam dalam studi internasional yang
War tersebut lebih merupakan unjuk sering kali mendapat stigma intoleran.
Stigma demikian tentu tidak bisa
98 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

digeneralisir. Studi ini diharapkan dapat hubungan sosial (Viotti dan Kaupi,
memberikan perspektif baru tentang 2010) .
Islam yang lebih toleran. Akan tetapi, identitas juga dapat
Sedangkan dalam memahami berubah bergantung konteks yang
kompetisi identitas Islam moderat antara berlaku. Kontekstualisasi identitas,
Indonesia-Malaysia, pengkajian tulisan aturan, dan norma datang bersamaan
dilakukan dalam kerangka studi dengan konsep logika kelaikan dalam
perbandingan. Hal ini berguna untuk konstruktivis. Logika kelaikan berasumsi
melihat persamaan dan perbedaan bahwa aktor selalu mengikuti norma dan
promosi identitas Islam yang aturan yang diasosiasikan dengan
diaplikasikan dalam kebijakan luar identitas tertentu pada situasi tertentu
negeri masing-masing. Karen itu, studi pula. Dari beberapa metode penelitian,
identitas dalam tulisan ini sengaja karya ilmiah ini akan menggunakan studi
dibatasi dalam lingkup kawasan. Hal ini perbandingan (comparative study).
bertujuan untuk mempermudah analisis Metode studi perbandingan
dan kontekstualisasi fenomena identitas sengaja dipilih agar penyusunan
dalam studi kebijakan luar negeri. penelitian ini dilakukan dengan
Atas dasar itulah, penelitian ini generalisasi yang bersifat lintas batas
akan menggunakan metode kualitatif dan tidak hanya fokus pada sosiokultural
dengan paradigma konstruktivis. Metode masyarakat tertentu. Studi ini juga lebih
penelitian ini menekankan pada menekankan observasi sosial yang
pendekatan humanistik untuk memahami bersifat tidak terbatas pada satu teritorial
realitas kehidupan sosial yang bersifat tertentu. Karena itu, metode ini
dinamis. Hal ini sejalan dengan menggunakan beberapa kasus yang
pendekatan konstruktivis yang memiliki klasifikasi serupa dalam suatu
memandang, identitas merupakan permasalahan. Langkah selanjutnya
definisi diri yang dapat dibentuk, adalah membandingkan variabel-variabel
diciptakan, dan berubah (Viotti dan dan varian yang ada dalam kasus-kasus
Kaupi, 2007). Atas dasar definisi diri ini, tersebut untuk diuraikan persamaan dan
identitas dipahami sebagai peran spesifik perbedaannya.
yang relatif stabil dan memuat harapan
akan sesuatu yang diperoleh melalui
interaksi dalam susunan struktur

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 99


Lelly Andriasanti

Presentasi Islam Moderat sebagai Kedua, Asia Tenggara


Respon atas Jaringan Teroris di diperhitungkan sebagai daerah transit
Kawasan bagi jaringan terorisme sehingga
Bagi kawasan Asia Tenggara, berpotensi sebagai medan perang
perang global terhadap terorisme justru melawan terorisme. Penempatan Asia
lebih membawa pengaruh besar, Tenggara sebagai front kedua dalam
dibandingkan operasi militer di Irak perang melawan terorisme dikemukakan
ataupun Afghanistan. Dari sudut AS saat melancarkan operasi militer di
pandang kawasan, perubahan isu Afghanistan. Istilah front kedua
keamanan regional bukan disebabkan mencerminkan tingginya tingkat
serangan 11 September. Akan tetapi, hal ancaman teroris di Asia Tenggara.
ini lebih dikarenakan kepemimpinan AS Ancaman yang dimaksud bersumber dari
dalam perang melawan terorisme yang faksi Islam radikal dan milisi bersenjata,
kemudian direspon pemerintah, aktor- serta kemudahan akses bagi operasi
aktor politik dan agama di kawasan kelompok teroris di daerah perbatasan
sebagai urgensi. Akibat dari persepsi yang kurang mendapat pengawasan dari
tersebut, perang global terhadap pemerintah setempat.
terorisme membawa dua konsekuensi Isu utama AS dalam perang
umum di Asia Tenggara (Rabasa, 2004). global terhadap terorisme bukan hanya
Pertama, fokus perhatian memberantas kelompok teroris semata.
dialamatkan pada hubungan antara Al- Hal ini lebih pada bagaimana
Qaeda dan kelompok-kelompok radikal menyesuaikan antara pemberantasan
lokal. Hal ini mendorong terciptanya gerakan Islam militan, penguatan
peluang kerjasama yang belum pernah pemerintahan yang bersehabat dan
terjadi sebelumnya antara Barat dan kelompok moderat di dunia Islam. Bagi
negara-negara di Asia Tenggara. Barat, Muslim moderat merupakan
Beberapa peluang kerjasama itu antara aliansi potensial yang paling efektif
lain, adanya kerangka kerja untuk karena merangkul tradisi yang berbasis
meningkatkan bantuan militer; penye- pada nilai-nilai masyarakat modern
barluasan informasi intelijen antara seperti demokrasi dan pluralisme
negara-negara di kawasan; dan perluasan (Rabasa, 2007). Menurut Benazir
akses militer untuk mendukung Bhutto, jika demokrasi menjadikan
kerjasama kontraterorisme. kediktatoran sebagai musuh bebuyutan,
maka lawan dari moderasi adalah
100 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

ekstremisme. Karena itu, jalan terbaik memiliki sumber pendanaan kuat dan
yang harus dibangun dalam masyarakat jaringan yang luas. Kelompok radikal
yang plural, yaitu rekonsiliasi antara kebanyakan memperoleh dana dari Saudi
demokrasi dan moderasi, demokrasi dan selama tiga dekade terakhir.
toleransi untuk menggempur Dana tersebut merupakan
kediktatoran dan ekstremisme (Bhutto, kepanjangan dari ekspor Wahabisme
2008). Islam versi Saudi yang berdampak pada
Dalam melawan terorisme, pertumbuhan ekstremisme agama di
strategi yang digunakan Barat tidak lepas seluruh dunia Muslim. Yayasan Saudi
dari promosi demokrasi seperti Al-Haramain salah satunya, telah ditutup
pengalamannya selama Perang Dingin. karena terbukti mendanai sejumlah
Demokrasi yang dimaksudkan tentunya organisasi teroris dari Bosnia ke Asia
sesuai dengan pemahaman tradisi liberal Tenggara. Selain itu, kelompok radikal
Barat, yaitu kesepakatan atas legitimasi telah mengembangkan jaringan selama
politik yang berasal dari kehendak rakyat bertahun-tahun hingga mencapai skala
yang diungkapkan melalui pemilu transnasional (Sheikh, 2003). Dari
demokratis. Komitmen terhadap sinilah terlihat perhatian Barat di Asia
demokrasi ini merupakan isu kunci Tenggara terletak pada upaya
dalam mengidentifikasi Muslim moderat. membangun jaringan Islam moderat
Rabasa kemudian merinci Muslim untuk menangkal jaringan terorisme.
moderat dalam beberapa karakteristik,
yakni penerimaan akan sumber hukum Indonesia: Kemoderatan Islam di
yang non-sektarian; penghormatan hak- Negeri Muslim yang Nonteokrasi
hak perempuan dan kelompok minoritas; Terkait upaya pembangunan
beroposisi terhadap terorisme dan aksi- jaringan Islam moderat oleh Barat,
aski kekerasan yang tidak dapat Indonesia nampaknya menanggapi
dibenarkan. ekspektasi tersebut secara positif. Dalam
Di sisi lain, Barat menyadari paparan tahunan Departemen Luar
bahwa jaringan Islam moderat kurang Negeri (Deplu) pada Januari 2004,
memiliki sumber daya finansial dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan
organisasional dalam membangun Wirajuda mengungkapkan, sebagai
jaringan mereka sendiri. Kondisi ini negara dengan penduduk Muslim
bertolak belakang dengan kelompok terbesar di dunia, Indonesia memikul
Islam radikal yang terbilang sedikit tapi kewajiban untuk memproyeksikan wajah
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 101
Lelly Andriasanti

Islam yang sebenarnya, yaitu Islam yang formal Indonesia. Menurut Rencana
moderat. Pembangunan Jangka Menengah I
Melalui pencitraan Islam moderat (RPJMN I) 2005-2009, salah satu
inilah Indonesia sepertinya mencoba sasarannya difokuskan untuk
untuk membedakan diri dari kesan memperkuat dan memperluas identitas
radikal yang dilabelkan pada Islam pasca nasional sebagai negara demokratis
serangan WTC 2001. Pencitraan ini juga dalam tatanan masyarakat internasional.
merupakan upaya Indonesia untuk Hal ini ditegaskan Presiden Susilo
mengklarifikasi kesalahpahaman Bambang Yudhoyono dalam Indonesian
pandangan Barat yang mengklaim bahwa Council on World Affairs (ICWA) pada
kegagalan konsolidasi demokrasi 19 Mei 2005. Ia menyatakan, “We are
cenderung terjadi pada negara-negara fourth most populous nation in the
berpenduduk Muslim (Lewis, 1958; world. We are home to the world's
Kedourie, 1992; Huntington, 1993). largest Muslim polulation. We are the
Meski berpenduduk mayoritas world's third largest democracy. We are
Muslim, Indonesia bukanlah negera also a country where democracy, Islam
berlandaskan sistem Islam. Bahkan, and modernity go hand in hand.”
tumbuh pesatnya partai politik yang Tendensi demokrasi dan Islam
berlandaskan Islam pasca kemerdekaan moderat sepertinya merupakan upaya
dan pasca reformasi tidak menunjukkan Indonesia dalam mendekatkan diri
indikasi pembentukan Indonesia sebagai dengan negara demokrasi maju,
negara Islam (Anwar, 2010). khususnya Barat. Dalam studinya
Implikasinya, kebijakan luar negeri mengenai bagaimana negara-negara
Indonesia tidak berkarakter Islam atau demokrasi baru menggunakan kebijakan
non-Islam. Menurut Rizal Sukma, alasan luar negerinya, Alison Stanger
pemerintah untuk terus menghindari menemukan bahwa proses demokrasi
ekspresi formal faktor Islam dalam bisa dipertahankan arahnya ketika
kebijakan luar negeri dikarenakan sifat negara-negara demokrasi baru membawa
identitas negara yang mempertahankan dirinya lebih dekat kepada negara-negara
identitas nonteokrasi sehingga menolak demokrasi yang lebih mapan (Stanger,
faktor keagamaan eksklusif (Sukma, 1955).
2003). Untuk menjelaskan fenomena ini,
Dengan demikian, kemoderatan Philips J. Vermonte mengemukakan dua
Islam hanyalah komplemen dari identitas alasan. Pertama, kebijakan luar negeri
102 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

bisa digunakan sebagai alat untuk menghilangkan gambaran teror bom


menjaga jarak atau membedakan diri yang dimotori oleh gerakan-gerakan
dari rezim autoritarian yang digantikan. Islam radikal. Usaha ini dilakukan
Kedua, sebagai konsekuensi dari alasan Indonesia dengan memberikan
yang pertama, prospek bagi kerjasama pencitraan Islam moderat, khususnya
internasional, terutama dengan negara- pada negara-negara Barat. Untuk
negara yang mapan demokrasinya akan menjalin kerjasama berkesinambungan
semakin baik dan pada akhirnya dengan dunia Barat, Indonesia
memberi kontribusi positif bagi proses mengupayakan proses dialogis yang
konsolidasi internal (Vermonte, 2005). ditempuh melalui jalur diplomasi.
Perlu diingat, perekonomian Direktur Informasi dan Media
Indonesia menerima banyak tekanan Departemen Luar Negeri Republik
pasca rangkaian peristiwa bom teror di Indonesia, P.L.E. Priatna mengung-
tanah air sejak Oktober 2002. Ekspor kapkan, Islam moderat hanyalah bagian
Indonesia mengalami penurunan dari pencitraan dalam mempromosikan
sekaligus peningkatan credit risk yang demokrasi yang digerakan melalui
tidak menyisakan sedikit pun diplomasi.
kemungkinan bagi munculnya investasi, Perlu diketahui sebelumnya
baik dari pihak asing maupun domestik bahwa kebijakan luar negeri memiliki
(Sjahrir, 2004). Hal lain yang perlu pengertian yang berbeda dengan
diperhatikan adalah travel warning yang diplomasi. Jika kebijakan luar negeri
dikeluarkan sejumlah kedutaan besar mempunyai perhatian pada substansi dan
seperti AS, Australia, dan beberapa kandungan dari hubungan luar negeri,
negara Eropa Barat bagi warganya yang diplomasi lebih dipusatkan pada
hendak berpergian ke Indonesia. Secara metodologi untuk melaksanakan
psikologis, isu teror bom telah kebijakan luar negeri (Suryokusumo,
mengurangi minat para wisatawan asing 2004). Jalur diplomasi yang
datang ke Indonesia. Akibatnya, dimanfaatkan Indonesias dalam
pariwisata menjadi sektor yang mencitrakan Islam moderat umumnya
mendapat imbas cukup besar dari isu berupa dialog intensif seperti dialog
teror bom. antarkepercayaan (interfaith), antar-
Besarnya kerugian ekonomi dan budaya (intercultural), dan antar-
politis yang dirasakan menjadi salah satu peradaban (intercivilization). Hal ini
alasan Indonesia untuk berusaha dimaksudkan untuk membangun saling
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 103
Lelly Andriasanti

pengertian dan pemahaman antaragama BDF memperlihatkan pola yang


dan kepercayaan, budaya, dan peradaban meningkat, dari 40 peserta menjadi 82
yang berbeda. peserta pada 2012.
Eksplorasi dari proses ini Antusiasme tersebut pada
berlangsung secara bilateral, regional, gilirannya melahirkan interaksi yang
maupun multilateral. Proses dialogis lebih intensif antara Indonesia dengan
yang terwujud melalui hubungan negara-negara yang menghadiri acara
bilateral dapat dilihat dari tersebut. negara-negara demokrasi Barat
diselenggarakannya konferensi Unity in umumnya memberikan pengakuan atas
Diversity: The Culture of Coexistence in kredibilitas Islam Indonesia yang mampu
Indonesia antara Indonesia dan Italia. berdampingan dengan demokrasi.
Sepanjang tahun 2008, Indonesia telah Mereka juga mengharapkan Indonesia
melakukan interfaith dialogue dengan dapat memainkan peran sebagai suara
Inggris, Austria, Selandia Baru, Belanda, Islam dunia untuk memediasi antara
Kanada, Lebanon, dan Australia. dunia Barat dan Islam.
Sedangkan dalam kerangka regional dan Selain itu, Islam moderat
multilateral, dialog-dialog serupa dapat Indonesia juga diharapkan dapat menjadi
ditemukan dalam ASEM sejak tahun model alternatif yang mungkin
2005. Khusus kawasan Asia Pasifik, diterapkan bagi masyarakat Muslim
Konferensi Asia Pasifik tentang lainnya, seperti kawasan Timur Tengah
kerjasama dan dialog antar beragama (Anwar, 2010). Sejumlah harapan dunia
juga telah dimulai pada 2004 dengan internasional ini dibaca Indonesia
mengambil tempat di Yogyakarta. sebagai peluang untuk mengambil
Inisiatif lain yang diambil peranan yang lebih besar sehingga
Indonesia dalam merepresentasikan Indonesia memiliki alasan yang lebih
demokrasi dan Islam moderat adalah kuat dalam mencitrakan kemoderatan
dengan menyelenggarakan BDF. Forum Islam yang ada pada dirinya.
yang berlangsung pada tataran inter- Cara pandang Indonesia dalam
pemerintah ini menempatkan Indonesia melihat dunia juga memiliki proporsi
sebagai pelopor dari forum yang secara yang krusial dalam membangun
khusus membahas demokrasi di kawasan pencitraan tersebut. Cara pandang
Asia. Sejak diselenggarakan kali pertama nasional terhadap dunia (worldview)
pada 2008, antusiasme negara-negara di merupakan persepsi dominan dari watak
dunia yang berpartisipasi pada acara sistem dunia, sekaligus mengambil
104 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

tempat dalam sistem itu sendiri. Menurut dan menaruh perhatian terhadap
isu-isu di dunia Islam sekaligus
Paige Johnson Tan, meskipun
melakukan inisiatif berarti
mengalami perubahan kepemimpinan terhadap isu tersebut. Mereka
umumnya berpandangan, adalah
yang drastis, konsistensi cara pandang
absurd jika Indonesia yang
Indonesia melihat sistem global tampak berpenduduk Muslim terbesar
hanya menduduki posisi
dari sejarah kontemporer negaranya
pinggiran dan memainkan peran
(Tan, 2007). marjinal di dunia Islam (Sukma,
2010).
Mulai dari awal kemerdekaan
Indonesia hingga kini, cara pandang
Seiring dengan ekspektasi akan
tersebut selalu dipenuhi oleh keinginan
keharmonisan hubungan Indonesia dan
agar negaranya memiliki peranan di
Timur Tengah, bermunculan pula
dunia internasional. Cara pandang ini
harapan agar hubungan tersebut dapat
termuat dalam Undang-undang Nomor
memberikan keuntungan ekonomi bagi
17 Tahun 2007 mengenai Rencana
Indonesia. Harapan ini disandarkan pada
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
kenyataan bahwa meski perdagangan
2025. Salah satu sasarannya adalah
kedua kawasan tidak mengindikasikan
terwujudnya peranan Indonesia yang
penurunan, hubungan ekonomi keduanya
meningkat dalam pergaulan dunia
belum mencapai tahap yang diharapkan.
internasional. Terkait harapan agar
Nilai dagang Indonesia-Timur Tengah
Indonesia menjadi preseden alternatif
masih jauh di bawah nilai perdagangan
Islam bagi kawasan Timur Tengah,
Indonesia-AS atau Indonesia-Eropa.
komunitas Muslim dalam negeri
Padahal, Timur Tengah memiliki rata-
sepertinya menanggapi hal ini sebagai
rata pertumbuhan sekitar 11 persen per
peluang untuk menjalin hubungan yang
tahun (Thaib, 2011).
lebih harmonis dengan dunia Islam.
Sebagai salah satu mitra dagang
utama Indonesia, investasi Timur
Komunitas Muslim memandang,
Tengah ternyata relatif minim.
isu utama dalam kebijakan luar
negeri Indonesia dalam Dibandingkan dengan investasi Jepang
hubungannya dengan Islam
dan Korea Selatan, Indonesia masih
bukanlah bagaimana
memformulasikan dan belum menjadi salah satu tempat tujuan
mengimplementasikan kebijakan
investasi utama negara-negara Timur
luar negeri secara Islami. Akan
tetapi, lebih pada kebutuhan Tengah. Perlu diketahui, potensi
untuk memperbaiki hubungan
investasi dari Timur Tengah dianggap
dengan negara-negara Muslim
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 105
Lelly Andriasanti

sangat signifikan, khususnya dari Qatar setiap tindakan. Proyeksinya tidak lepas
dan Uni Emirat Arab (UEA) yang masuk dari tendensi bahwa agama seharusnya
menjadi bagian dari tiga besar negara dapat menjadi faktor penguat stabilitas
dengan nilai PDB tertinggi di dunia versi untuk menjamin status Malaysia sebagai
World Bank. bangsa yang kuat, disiplin, dan arif.
Penekanan identitas ini juga menegaskan
Malaysia: Kemoderatan Identitas bahwa Malaysia sebagai negara Islam
Melalui Islamisasi dari Dunia Islam.
Berbeda dengan Indonesia yang Secara internal, Islamisasi
berprinsip nonteokrasi, Islam di difokuskan untuk membedakan antara
Malaysia sendiri telah menjadi lebih Islam moderat dengan radikal. Konflik
homogen. Konsolidasi Islam di Malaysia yang terjadi antara kelompok moderat
mencerminkan peran religio politik para dan radikal di Malaysia berdampak pada
sultan dan pemerintah dalam mende- persaingan politik internal yang
finisikan agama. Pembangunan otoritas menggulirkan perdebatan akan peran
keagamaan untuk melihat masalah Islam di tengah masyarakat. Namun
keagamaan di Malaysia telah dimulai kemudian, pemerintah Mahathir menilai
sejak zaman kolonial Inggris. Meski Islam moderat lebih tepat digunakan
tersisih dari hukum administrasi dalam menggambarkan konteks sosial
kolonial, hukum shari’a dan adat telah Malaysia (Nair,1997).
dikodifikasi dan relatif terbagun. Sedangkan secara eksternal,
Melalui program Islamisasi, Islamisasi diinterpretasikan dengan
Malaysia terbilang lebih dini dalam sistem nilai yang memiliki relasi positif
merepresentasikan identitas Islam dengan dunia Barat. Artikulasi Islam
moderat dibandingkan dengan Indonesia. sebagai faktor positif terkait dengan
Islamisasi Malaysia secara formal kekhawatiran pemerintah Malaysia akan
dimulai pada masa pemerintahan generalisasi Islam dalam konotasi negatif
Mahathir Mohammad. Gambaran akan di tengah hubungan internasional
identitas Islam Malaysia kali pertama kontemporer. Karena itu, salah satu
disampaikan Mahathir dalam pidato tujuannya adalah membuka diri pada
kemenangannya pada Pemilu 1982. Ia dunia Barat, khususnya dalam investasi
mengartikulasikan keyakinanannya dan pembelajaran teknologi (Nair,1997).
bahwa Islam adalah agama prakmatis Preferensi Mahathir dalam
dan fleksibel yang merupakan dasar dari mencitrakan Islam moderat nampaknya
106 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

juga berhubungan dengan ketidaksukaan pemerintah Mahathir sebagai anggota


negara-negara Barat terhadap dirinya. aktif OKI ditunjukkan dengan
Pemimpin Malaysia ini memang terkanal keterlibatannya dalam isu-isu politik,
anti-Barat dan tidak disukai negara- ekonomi, dan teknis yang berdampak
negara Barat karena sikapnya yang pada komunitas Muslim dunia. Sikap
terkadang keras dan kasar, serta aktif Malaysia yang paling banyak
kebijakannya yang tidak mengenal mendapat sorotan adalah komitmennya
kompromi (Fitriani, 2012). Di bawah terhadap International Islamic Peace
kepemimpinan Mahathir, Malaysia Committee (IPC) yang ditujukan untuk
mengambil jarak dengan negara-negara menyelesaikan perang Iran-Irak pada
Barat setelah lama mengandalkan awal 1980-an.
bantuan Inggris dan AS. Namun, sikap Dari komitmen tersebut Malaysia
ini tidak dimaksudkan untuk berusaha menghapuskan kecurigaan
berkonfrontasi dengan Barat. pihak asing atas segala gerakan Islam di
Hubungan Malaysia yang dalam negeri. Kesan yang muncul
menjaga jarak dengan dunia Barat lebih kemudian lebih pada netralitas Malaysia
dilatari oleh visi Mahathir untuk yang berkeinginan mengeluarkan
menjadikan Malaysia yang maju sentimen-sentimen keagamaan dalam
sepenuhnya tahun 2020. Dalam konlflik. Hal ini direfleksikan Malyasia
membangun perekonomian Malaysia, dengan konsistensinya untuk bersikap
Mahathir mengharapkan gambaran Islam abstein dalam voting majelis umum PBB
yang berorientasi progresif dapat sejalan yang membahas tentang resolusi perang
dengan percepatan dan adanya ide-ide Iran-Irak.
akan kepemimpinan dalam Sebagai negara Islam yang secara
pembangunan. Akhirnya, eksistensi geografis jauh dari Timur Tengah,
Malaysia dapat diakui baik oleh dunia Malayasia cukup vokal menyampaikan
Barat maupun Islam. Dalam hal ini, pendapatnya dalam OKI. Salah satu
keterlibatan Malaysia dalam isu-isu perhatian besar Malaysia adalah potensi
berdimensi Islam dapat dilihat secara rivalitas antara negara-negara Arab di
multilateral maupun bilateral. kawasan yang akan berimbas pada
Pada tingkat multilateral, sikap negara-negara Muslim yang berada di
Malaysia di PBB tidak dapat dipisahkan kawasan Asia dan Afrika. Melalui KTT
dari posisinya dalam Organisasi OKI 1987, Malaysia khawatir jika
Konferensi Islam (OKI). Komitmen
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 107
Lelly Andriasanti

rivalitas itu akan melukai solidaritas yang sifatnya politis, Malaysia juga
Muslim dunia. mendapat keuntungan material. Setelah
Tidak hanya itu, Malaysia juga menerima pengakuan dan penghargaan
berani memberikan kritik atas tidak atas kontribusinya di dunia Muslim,
efesiennya kerja organisasi tersebut. Malaysia memperoleh tawaran kerja-
Untuk itu, Malaysia menyerukan untuk sama di bidang ekonomi, sosial, politik,
segera dilakukannya reorganisasi dan dan budaya dari Bahrain dan Saudi
restrukturisasi OKI agar lebih efektif. Arabia. Sebagai bentuk rasionalisasi
Seruan ini kembali disuarakan pada kerjasama, negara-negara teluk ini
tahun 1993. Kali ini, Malaysia memberikan bantuan dana bagi
mengajukan formasi Eminent Person pembangunan bank-bank Islami dan
Group untuk melihat relevansi OKI universitas Islam di Malaysia (Nair,
dengan konteks global pasca Perang 1997).
Dingin. Hal ini diharapkan berguna agar Negara-negara dengan tradisi
organisasi Islam tersebut menjadi lebih Islam lainnya yang memiliki kedekatan
kohesif dan efektif sehingga memberikan hubungan dengan Malaysia antara lain
manfaat bagi negara-negara Islam di Uni Emirat Arab (UEA), Oman,
seluruh dunia. Jordania, Mesir, dan Turki. Perlu
Pada tingkat bilateral, Malaysia diketahui juga, kedekatan Malaysia
lebih banyak menjalin relasi dengan dengan negara-negara tersebut tidaklah
negara-negara di kawasan Teluk dan lepas dari afinitas Islam. Namun, kondisi
Asia Barat. Preferensi geografis ini demikian tidak berlaku dalam pola
cukup memperlihatkan ambisi Malaysia kerjasama antara Malaysia-Pakistan.
yang lebih besar dibandingkan dengan Hubungan personal antara pemimpin
upayanya dalam OKI. Melalui kedekatan kedua negara − Mahathir dan Zia al-Haq
relasi dengan negara-negara yang – merupakan faktor kuat yang melatari
budayanya merujuk pada Timur Tengah, hubungan signifikan antara Malaysia-
Malaysia hendak mencari afirmasi atas Pakistan.
kredensi ke-Islam-annya. Hal ini Sedangkan dengan negara-negara
berguna untuk memperkuat identitasnya Dunia Barat, relasi Malaysia relatif
sebagai negara Islam di dunia Muslim. terbangun dengan baik. Rekam jejak
Hubungan bilateral ternyata lebih sejarah Malaysia yang merupakan bekas
banyak membawa manfaat bagi negara persemakmuran Inggris menandai
Malaysia. Selain keuntungan immaterial keharmonisan hubungan ini. Bahkan,
108 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

kemerdekaan Malaysia diperoleh tanpa demokrasi, hukum, finansial,


melalui jalur konfrontasi dengan negara pendidikan, dan resolusi konflik.
induk kolonialnya. Relasi harmonis
Malaysia dengan negara Barat lainnya Tantangan Representasi Identitas
dapat dilihat juga dari hubungan yang Islam Moderat
terjalin dengan AS sejak 1677. Uraian sebelumnya
Hubungan ekonomi Malaysia-AS kian memperlihatkan Indonesia dan Malaysia
menguat setelah kemerdekaan Malaysia sama-sama mencoba merepresentasikan
yang diawali dengan investasi dan identitas Islam moderat sehingga
diversifikasi dana elektronik dan mengesankan adanya kontestasi antara
produksi minyak kelapa sawit. Bahkan, keduanya. Akan tetapi, aplikasi
AS berpihak pada Malaysia ketika representasi Islam moderat yang
Indonesia melancarkan konfrontasi di dilakukan keduanya ternyata
tahun 1963. menunjukan pola berbeda. Jika
Terkait pembangunan jaringan Indonesia memilih untuk meng-
Islam moderat, Malaysia di bawah aplikasikannya melalui jalur diplomasi,
kepemimpinan Tun Abdul Razak kebijakan luar negeri Malaysia melekat
menyerukan kepada seluruh negara- erat dengan Islam moderat. Meski
negara dunia untuk berpartisipasi dalam berbeda cara representasi, tantangan
GMM. Tujuan dari GMM adalah yang dihadapi antara Indonesia dan
mengajak seluruh negara-negara untuk Malaysia tidak sepenuhnya berbeda.
mengecam dan menolak ekstrimis. Perbedaan tantangan di kedua negara
Konferensi internasional GMM secara tersebut lebih terletak pada ranah
resmi diadakan di Kuala Lumpur pada domestik.
Januari 2012 (memiliki selisih waktu Tantangan Indonesia sendiri
empat tahun dengan BDF). Kelanjutan dalam mencitrakan Islam moderat cukup
dari konferensi ini adalah pendirian kompleks. Kondisi sosiokultural
GMM Foundation sebagai pusat pertama Indonesia yang heterogen merupakan
dalam penyebaran informasi tentang faktor utama yang memicu aksi-aksi
konsep moderasi dalam memerangi intoleransi di dalam negeri. Intoleransi
momok ekstremisme. Untuk itu, GMM yang terjadi di Indonesia umumnya
menaruh perhatian besar di lima area dialamatkan pada kelompok minoritas.
studi, yaitu koeksistensi perdamaian, Kelompok-kelompok minoritas yang
menjadi korban intoleransi memang
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 109
Lelly Andriasanti

dapat berasal dari etnis, suku, bangsa, aksi kekerasan ternyata mendapat
dan ras. Namun terkait kajian dalam peliputan media dengan frekuensi yang
tulisan ini, kasus-kasus intoleransi yang cukup tinggi. Sepertinya, intensitas
dimaksud berkorelasi dengan agama publikasi aksi-aksi intoleransi oleh
sehingga korbannya antara lain media massa berpengaruh dalam
kelompok nonMuslim dan aliran Islam mengambil perhatian publik nasional dan
minoritas. internasional. Akibat lebih jauh,
Sedikitnya, terdapat empat peliputan media terhadap aksi-aksi
tantanga yang dihadapi Indonesia dalam intoleransi dapat mereduksi pencitraan
mencitrakan Islam moderat. Pertama, Islam moderat pada skala internasional.
peningkatan dan penyebaran gerakan Bahkan, beberapa NGO menganggap
kelompok Islam radikal yang cenderung pemerintah sebagai salah satu faktor
melakukan aksi-aksi anarkis, khususnya penyebab maraknya aksi-aksi intoleransi
pada komunitas Muslim dan aliran Islam tanah air karena tidak serius dalam
minoritas yang dinilai sesat. Kedua, menangani aksi-aksi intoleransi. Sikap
regenerasi terorisme yang masih terjadi pemerintah ini terlihat tidak konsisten
hingga saat ini. Salah satu tujuannya dengan gambaran Islam moderat,
adalah penyerangan terhadap simbol- sehingga pencintraannya dalam
simbol Barat dan pihak-pihak yang kebijakan luar negeri seperti dipaksakan.
dianggap membela kepentingan asing, Berbeda dengan Indonesia,
termasuk pemerintah. beragama di Malaysia erat kaitannya
Ketiga, penerapan hukum syariah dengan identitas politis dari kelompok
di tingkat daerah yang melukai pluralitas etnis dominan, Melayu. Dengan kata
agama di Indonesia karena meniadakan lain, Malaysia lebih menekankan
keberadaan agama-agama selain Islam. pembangunan kerangka ideologis yang
Tidak jarang, perda syariah melanggar mempromosikan identitas tertentu
HAM dan mendeskriditkan perempuan. berdasarkan etnis. Menurut Andrew
Keempat, pengaruh MUI melalui fatwa- Humphryes, agenda Islamisasi Malaysia
fatwanya yang seringkali dijadikan lebih menargetkan masyarakat Melayu
bahan legitimasi bagi kelompok- sebagai upaya untuk mempromosikan
kelompok Islam radikal untuk visi Islam dalam melayani kepentingan
melakukan kekerasan. rezim berkuasa (Humphryes, 2010).
Jumlah kelompok Islam radikal Dalam mempromosikan kepen-
di Indonesia memang relatif kecil, tetapi tingan pemerintah, Malaysia melakukan
110 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

pendekatan keamanan dengan iman dan takwa kepada Allah.


Prinsip ini tampaknya
menggabungkan penggunaan aparatur
meremehkan agama-agama di
koersif dengan mekanisme ideologis. luar Islam, tetapi klarifikasi
dilakukan pada prinsip
Aparatur koersif yang terdiri dari
berikutnya. Kedua, penekankan
sejumlah undang-undang represif keyakinan dalam kebebasan
beragama. Ketiga, tidak adanya
ditegakkan oleh polisi. Sedangankan
paksaan dalam beragama.
mekanisme ideologis berfungsi untuk Keempat, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
membatasi ruang bagi ide-ide yang
Kelima, pembangunan ekonomi
mengancam legitimasi rezim. Fungsi lain yang seimbang dan komprehensif
yang menggambarkan fondasi
dari ideologis adalah menjamin
ekonomi dari Islam Hadhari.
keamanan rezim dengan melegitimasi Tujuannya tidak lain adalah untuk
menghadapi tantangan
berbagai hal yang diaplikasikan aparat
globalisasi, kemajuan ilmu
koersif maupun rezim. pengetahuan dan teknologi yang
integratif melalui produksi
Mengingat bentuk Islam di
sumber daya manusia. Kelima,
Malaysia bergantung pada rezim yang penggabungan praktik moral
ekonomi dengan pendekatan
berkuasa, maka karakter Islam Malaysia
pembangunan ekonomi yang
berpotensi untuk menjadi fundamentalis komprehensif. Singkatnya,
prinsip-prinsip ini berusaha untuk
dan otoriter. Praktik fundamentalisme
dimasukkan dalam pengertian
Islam oleh rezim yang berkuasa tidak praktik Abdullah bahwa Islam
adalah agama untuk
hanya dimotivasi partai oposisi
pengembangan. Keenam,
fundamentalis seperti Partai Islam Se- integritas moral dan kultural yang
terdiri dari internalisasi nilai-nilai
Malaysia (PAS), tetapi juga penafsiran
moral yang menjamin
konsep yang cenderung fundamentalis kemakmuran, keharmonisan dan
kedamaian dalam masyarakat
oleh pemimpin rezim. Pada masa
multirasial. Dengan kata lain,
pemerintahan Abudullah Ahmad Badawi perkembangan moral dilakukan
secara bersamaan dengan
contohnya, Malaysia berkomitmen untuk
pembangunan ekonomi. Prinsip-
menerapkan Islam Hadhari yang ternyata prinsip Islam Hadhari lainnya
adalah terselenggaranya
mengilhami pembacaan yang kaku
pemerintahan yang adil dan dapat
terhadap teks-teks Al-Qur’an. Hal ini dipercaya; masyarakat yang
merdeka dan mandiri; kualitas
berbeda dengan prinsip-prinsip ideal
hidup bermasyarakat;
Islam Hadhari seperti yang termuat di perlindungan hak-hak kelompok
minoritas dan perempuan;
bawah ini.
menjaga lingku-ngan hidup dan
Islam Hadhari merupakan terdiri memperkuat pertahanan
dari beberapa prinsip. Pertama, (Humphryes, 2010).
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 111
Lelly Andriasanti

Islam moderat, representasi identitas


Dengan memberikan dukungan tersebut diaplikasikan secara berbeda.
ideologis kepada aparat koersif, Islam Indonesia lebih memilih untuk
Hadhari pun digunakan untuk merepresentasikan Islam moderat
membenarkan serangan pemerintah melalui jalur diplomasi dan bukan
terhadap sekte yang dianggap sesat. sebagai bagian dari kebijakan luar negeri
Salah satunya adalah tarikat Samaniah lantaran faktor nonteokrasi. Sedangkan
Ibrahim Bonjol yang kemudian identitas Islam moderat Malaysia telah
ditangkap di Selangor pasca kemenangan menjadi bagian dari kebijakan luar
Barisan Negara (BN) pada 2004. negerinya. Hal yang perlu diperhatikan
Penangkapan tersebut telah memotivasi di sini adalah bagaimanapun cara
Menteri Besar khir Toyo untuk merepresentasikan identitas tersebut,
menindaklanjuti 60 sekte menyimpang tujuan akhirnya tidak lepas dari
lainnya yang beroperasi di Selangor. Hal keinginan kedua negara untuk
ini sesuai dengan kepercayaan BN mendekatkan diri dengan dunia Barat
bahwa mereka telah mendapatkan dan Islam.
mandat dari pemilu untuk terus Berdasarkan uraian sebelumnya,
menggunakan aparat koersif pemerintah. alasan terjadinya kontestasi identitas
Tindakan keras pemerintah Islam moderat antara Indonesia dan
lainnya ditujukan pada sekte Kerajaan Malaysia di Asia Tenggara dapat ditarik
Langit pada tahun 2005. Sekte agama di menjadi tiga argumen utama.
Terengganu ini ditutup dengan alasan Pertama, adanya stigma berke-
memiliki dokumen yang bertentangan lanjutan tentang Muslim yang intoleran,
dengan Islam sehingga akan ekstrimis, dan anti-Barat mendorong
membahayakan agama maupun stabilitas Indonesia dan Malaysia mengidentifikasi
politik. Sejak diperkenalkan konsep diri sebagai Islam moderat. Stigma
Islam tersebut, Abdullah pun mengklaim tersebut telah muncul menjelang
bahwa beberapa elemen di Malaysia berakhirnya Perang Dingin yang
sebenarnya telah menjadi lebih kemudian memperoleh masifikasi media
konservatif dan radikal. pasca peristiwa serangan WTC pada 11
September 2001.
Kesimpulan Kedua, adanya wacana perang
Kendati Indonesia dan Malaysia global terhadap teror yang menstimulasi
memiliki modal domestik berkarakter negara-negara Barat untuk membangun
112 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

jaringan Islam moderat di Asia Perbatasan dan Pekerja Migran.


Tenggara. Mengingat Asia Tenggara Jakarta: UI Press, 2012.
dijadikan front kedua melawan Jervis, Robert. “Identity and the Cold
terorisme, pembangunan jaringan ini War”, dalam Melvyn P. Leffler
diharapkan mampu mengantisipasi dan Odd Arne Wested (ed.). The
gerakan-gerakan Islam radikal di Cold War Vol. II: Crises and
kawasan. Hal ini kemudian direspon Détente. London: Cambridge
Indonesia dan Malaysia untuk mereduksi University Press, 2010.
perkembangan gerakkan Islam radikal di Kedourie, Ellie. Democracy and Arab
dalam negeri. Respon Islam moderat Political Culture. Washington
yang dimunculkan Indonesia-Malaysia DC: Washington Institute for
justru menimbulkan kontestasi di tataran Near East Studies, 1992.
internasional, karena kedua negara sama- Nair, Shanti. Islam in Malaysian Foreign
sama berkeinginan menjadi model Islam Policy. London: Routledge, 1997.
alternatif bagi dunia Islam. Rabasa, Angel M. et al. Building
Ketiga, adanya keinginan Moderate Network. Santa
Indonesia dan Malaysia untuk menjaga Monica: RAND Corporation,
hubungan yang lebih erat dengan negara- 2007.
negara dunia Barat dan Islam. Keinginan Rabasa, Angel M. et al. The Muslim
ini tidaklah lepas dari motif keuntungan World after 9/11. Santa Monica:
ekonomis untuk pembangunan domestik RAND Corporation, 2004.
masing-masing negara. Shadid, W. dan P.S. van Koningsveld.
Religious Freedom and the
Daftar Pustaka Neutrality of the State: The
Buku Position of Islam in the European
Bhutto, Benazir. Reconciliation: Islam, Union. Lauven: Peeters. 2002.
Democracy, and the West. Sheikh, Naved S. The New Politics of
London: Simon and Schuster, Islam: Pan-Islamic Foreign
2008. Policy in a World of States.
Fitriani, Evi. “Evolusi Hubungan London: RoutledgeCurzon, 2003.
Indonesia-Malaysia”, dalam Sjahrir. Transisi Menuju Indonesia Baru.
Hubungan Indonesia-Malaysia Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
dalam Perspektif Sosial, Budaya, 2004.
Negara, dan Media: Kasus
International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 113
Lelly Andriasanti

Stanger, Alison. “Democratization and Jurnal


the International System: The Anwar, Dewi Fortuna. “Foreign Policy,
Foreign Policies of Interim Islam, and Democracy in
Governments”, dalam Yossi dan Indonesia”. Journal of
Juan Linz (ed.). Between States: Indonesian Social Sciences and
Interim Governments and Humanities, Vol. 3 (2010), hal.
Democratic Transitions. 37-54.
Cambridge: Cambridge Humphryes, Andrew. “Malaysia Post-
University Press, 1955. 9/11 Security Strategy: Winning
Sukma, Rizal. Islam in Indonesian Hearts and Minds or Legitimising
Foreign Policy. London: the Political Status Quo”. Kajian
RoutledgeCurzon, 2003. Malaysia, Vol. 28, No. 1 (2010),
Suryokusumo, Sumaryo. Praktik hal. 21-52.
Diplomasi. Jakarta: STIH Nogués, Elisabeth Johansson. “Is the
IBLAM, 2004. EU’s Foreign Policy Identity an
Vermonte, Philips J. “Demokratisasi dan Obstacle? The European Union,
Kebijakan Luar Negeri the Northen Dimension and the
Indonesia: Membangun Citra Union for Mediterranean”.
Diri”, dalam Bantarto Bandoro European Political Economy
(ed.). Mencari Desain Baru Review, No. 9 (2009), hal. 24-48.
Kebijakan Luar Negeri Sukma, Rizal. “Mengelola Paradoks:
Indonesia. Jakarta: Centre for Identitas, Citra, dan Posisi
Strategic and Internatonal Internasional Indonesia”. Analisis
Studies, 2005. CSIS, Vol. 39, No. 4 (2010).
Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. Tan, Paige Johnson. “Navigating a
International Relations Theory. Turbulent Ocean: Indonesia's
Fourth Edition. New York: Worldview and Foreign Policy”.
Longman, 2010. Asian Perspective, Vol. 31, No. 3
Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. (2007), hal. 147-181.
International Relations and Thaib, Fachry. “Implikasi Gejolak
World Politics: Security, Politik Timur Tengah terhadap
Economy, Identity. New Jersey: Kepentingan Ekonomi Indo-
Pearson Prentice Hall, 2007. nesia”. Jurnal Diplomasi, Vol. 3,
No. 2 (2011), hal. 35-42.
114 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)
Kontestasi Identitas Islam Moderat di Asia Tenggara

Wendt, Alexander. “Anarchy is What


States Make of it: The Social
Construction of Power Politics”.
International Organization, Vol.
46, No. 2 (1992), hal. 391-425.

Dokumen Lain
International Monetary Fund. Direction
of Trade Statistics Yearbook
2006. Washington DC:
International Monetary Fund,
2006.
Lee, Mathew. “Clinton: Indonesia Can
be Democratic Role Model”. The
Jakarta Post (24 Juli 2011).

International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016) 115


Lelly Andriasanti

116 International & Diplomacy Vol. 2, No. 1 (Juli-Desember 2016)

Anda mungkin juga menyukai