1. PERDARAHAN
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang
menyebabkan hilangnya sejumlah darah akibat robeknya pembuluh darah baik
oleh luka terbuka maupun luka tertutup. Kehilangan ≥20% darah dapat
menyebabkan perfusi menurun yang mengakibatkan kerusakan jaringan, organ,
syok hipovolemik, dan dapat berlanjut pada kematian.
1. Perdarahan Arteri
Warna darah merah terang (kaya akan oksigen).
Mengalir cepat, banyak, dan memancar seiring denyut
jantung. Sulit dikontrol karena tekanan yang tinggi.
Paling bahaya.
2. Perdarahan Vena
Warna darah merah gelap (sedikit
oksigen). Mengalir lambat, tetap, hanya
menetes.
Emboli dapat menyebabkan gangguan irama jantung
yang irreguler, sehingga dapat membahayakan organ
yang tersumbat.
Lebih mudah dikontrol karena tekanan lebih
rendah. Berbahaya jika tidak segera ditutup.
3. Perdarahan Kapiler
Warna darah lebih sulit diidentifikasi karena ukurannya yang
sangat kecil.
Alirannya lambat karena ukuran kapiler yang kecil dan tekanan
yang rendah, hanya merembes dari jaringan luka.
Mudah ditangani, biasanya berhenti sendiri atau
dengan penanganan minimum.
Tidak terlalu berbahaya.
b. Berdasarkan lokasinya:
1. Perdarahan Luar
Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka terbuka.
Kulit korban sudah tidak utuh, dan ada kontak dengan dunia luar.
Penyebab utamanya adalah trauma benda tajam.
Kondisi ini membutuhkan pertolongan segera sebab mempunyai
risiko yang tinggi mengalami infeksi sistemik jika dibiarkan
terpapar udara dalam waktu yang lama dan mungkin terjadi syok.
2. Perdarahan Dalam
Perdarahan yang biasa terjadi akibat luka tertutup.
Kulit korban masih utuh dan tidak ada kontak dengan dunia luar.
Penyebab utamanya adalah trauma benda tumpul.
Kondisi ini bisa berbahaya karena sering dilewatkan dan bisa
menyebabakan kehilangan darah yang banyak tanpa diketahui.
Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan akut akibat pecahnya anyaman
pembuluh darah di hidung. Terdapat 2 anyaman pembuluh darah di
hidung yang disebut plexus Kiesselbach (anterior) dan plexus
Woodruff (posterior). Epistaksis dibedakan menjadi 2 jenis
berdasarkan lokasi yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior.
Penanganan epistaksis tergantung pada jenis epistaksis tersebut.
1. Prinsip: 3T+1
Tekan langsung pada daerah luka dengan kasa atau kain.
Tinggikan area perdarahan, lebih tinggi dari jantung pasien
Tekan tidak langsung, yaitu lakukan penekanan pada
daerah proksimal luka, dengan harapan mengurangi laju
darah.
Jika terdapat objek atau benda pada luka seperti pecahan kaca, atau objek
lain :
Kontrol perdarahan dengan menekan kuat pada sisi di sekitar
objek tersebut. Jangan menekan langsung pada benda atau
mengeluarkan benda dari dalam luka karena dapat memicu
perdarahan yang lebih hebat lagi.
Untuk melindungi luka, berilah bantalan pada kedua sisi objek
tersebut dan lakukan pembalutan dengan melingkari objek
tanpa memberikan penekanan objek terhadap luka.
Cek sirkulasi setiap 10 menit, ulangi jika sirkulasi melemah.
Segera panggil bantuan
b. Penanganan Perdarahan Dalam :
1. Prinsip: PRICE, untuk yang berkaitan dengan sprain dan strain.
2. Alur tatalaksana
Initial assestment (DR ABCDE)
Baringkan korban dalam keadaan istirahat total
a. Bantu korban berbaring dalam posisi paling nyaman
b. Tutup tubuh korban dengan selimut agar panas tubuh
korban tetap terjaga
c. Letakkan kain pelindung sebagai alas jika permukaan
terlalu panas, dingin atau kasar.
Segera hubungi bantuan medis.
Selama menunggu bantuan datang:
a. Lakukan tindakan terhadap luka lain yang mungkin
ditemukan
b. Longgarkan pakaian seperti di area leher dan pinggang
c. Jangan biarkan korban dikerumuni orang banyak agar
korban tidak merasa sesak akibat pasokan oksigen
berkurang
d. Yakinkan dan tenangkan korban
e. Jangan biarkan korban untuk makan, minum, atau
merokok
f. Selalu monitor tanda vital korban-ABC .
PERHATIAN !!
1. Jangan biarkan korban makan atau minum, karena
mungkin diperlukan tindakan anastesi pada penanganan
rumah sakit.
2. Jika korban mulai hilang kesadaran dan nafas mulai tidak
normal, segera lakukan CPR.
c. Penanganan kasuistik
1. Perdarahan hidung
Epistaksis Anterior
Metode Trotter :
1. Posisikan korban dalam keadaan duduk dan tengadahkan kepala
korban ke depan agar darah dari hidung dapat keluar. Minta
korban bernapas dengan mulut dan tidak batuk apalagi bersin.
2. Jepit cuping hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memberikan tekanan dan tahan selama 10 menit.
3. Setelah 10 menit, minta korban untuk melepas tekanan. Jika
belum berhenti, ulangi kembali selama 10 menit.
`4. Jika perdarahan berhenti, jangan ubah posisi pasien. Bila perlu
berikan cold pack untuk membantu vasokonstriksi pada
perdarahan.
5. Jika perdarahan berlangsung lebih dari 30 menit, segera hubungi
bantuan
Epistaksis posterior
1. Menggunakan Tampon Bellocq
2. Dilakukan pada perawatan di rumah sakit oleh dokter spesialis.
2. Perdarahan kuku
Kompres jari yang cedera dengan es atau air dingin untuk
mengurangi rasa sakit.
Kuku yang luka dilubangi atau dicukil untuk
mengeluarkan darah.
Perhatikan prinsip aseptik
Jika sudah keluar, kuku diberi salep antibiotik dan
diplester.
Jika perdarahan berlanjut atau banyak, hubungi bantuan.
3. Perdarahan telinga
Posisikan korban duduk dan miringkan kepala ke arah yang
sakit.
Tutup telinga dengan perban steril lalu diplester atau
dipegangi. Bawa ke PPK dalam keadaan seperti ini
a. Resusitasi cairan
1. Pasang IV line
2. Dosis anak: bolus NaCL 0.9% 20 ml/KgBB Dosis dewasa: bolus RL
2-4 L dalam 20-30 menit
b. Transfusi darah: dengan golongan yang sama atau PRC golongan O
sebanyak 10 ml/KgBB (sebaiknya RH(-)).
c. Antibiotik dapat diberikan pada perdarahan luar untuk mencegah
terjadinya infeksi.
2. LUKA
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan yang dapat
mengganggu proses selular normal.
2.1. Jenis-Jenis Luka
a. Berdasarkan bentuknya
1. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
• Pendarahan yang lebih sedikit dibandingkan luka tusuk.
• Memungkinkan adanya kerusakan pada jaringan di dalamnya.
• Laserasi ini sering terkontaminasi oleh kuman sehingga risiko
infeksinya tinggi
2. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
• sering disertai partikel benda asing yang dapat menyebabkan
infeksi.
3. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)
• Bisa terjadi pendarahan yang banyak.
• Struktur seperti tendon atau saraf bisa saja ikut terpotong.
4. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)
5. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
• Luka Tembak Masuk (LTM)
• Luka Tembak Keluar (LTK)
6. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
7. Vulnus Perforatum (Luka Tembus)
8. Vulnus Amputatum (LukaPotong)
9. Vulnus Combustio (Luka Bakar)
10. Vulnus Contussum (Luka Memar)
5. Tutuplah luka dengan kasa steril atau kain bersih. Balut luka sehingga
menjaga luka tetap bersih dan jauh dari bakteri.
6. Gantilah balutan secara berkala. Lakukan satu kali sehari atau saat
bandage sudah kotor atau basah. Jika luka sudah cukup sembuh,
lepaskan bandage dan biarkan terpapar udara untuk mempercepat proses
penyembuhan.
7. Perhatikan selalu tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nyeri yang
bertambah, pus atau drainase, bengkak, demam, dan bisa terjadi
pembengkakkan kelenjar getah bening regional.
8. Segera hubungi bantuan jika luka mengalami pendarahan berat, luka
terkontaminasi seperti terkontaminasi benda asing atau cairan berbahaya
dan terdapat luka bergerigi serta panjang luka lebih dari 5 cm.
3. FRAKTUR
Fraktur adalah hilang atau rusaknya kontinuitas tulang (diskontinuitas)
akibat gaya kerja yang melebihi elastisitas tulang.
c. Berdasarkan kekomplitan
1. Inkomlit : H
2. Komplit : A, D, I, K
3. Hair line : retak, garis patahannya sangatkecil
d. Berdasarkan bentuk garis patahan
1. Transversal :A
2. Oblique : B, E
3. Spiral :F
4. Greenstick :H
5. Torus : mirip greenstick, hanya penyembuhan lebih
cepat
6. Impacted : G, J → akibat tekanan besar yang sejajar
tulang
7. Avulsi : I → akibat tarikan tendon yang sangat kuat
8. Crush/kompresi : akibat jatuh dari ketinggian tertentu, tidak
ada fragmen
Berdasarkan pergeseran
Undisplaced : A, E, F, H → segmen tetap di tempat
Displaced
Ad longitudinam cum contractionum : D, G → segmen tulang
saling mendekat
Ad axim : B, L → segmen tulang membuat sudut
Ad latus : segmen tulang saling menjauh, jarang terjadi.
3.3. Gejala Dan Tanda
1. Krepitasi.
2. Nyeri dan deformitas.
3. Pembengkakan.
4. Hilangnya sensasi dan fungsi.
5. Pada kondisi serius, denyut atau pulse bagian distal hilang.
6. Mati rasa, bila terjadi kerusakan vasa dan/atau nervus.
c. Bidai
Tujuan :
1. Immobilisasi fraktur dan dislokasi
2. Mengistirahatkan badan yang
cidera
3. Mengurangi rasa sakit SELALU !!!
4. Mempercepat penyembuhan
Prinsip:
1. Immobilisasi
2. Melewati minimal 2 sendi.
Penanganan:
1. Bidai harus meliputi 2 sendi, diukur pada anggota badan yang
sakit.
2. Ikatan jangan terlalu kuat ataupun terlalu kendor.
3. Ikat bidai dari distal ke proksimal dan ikatan harus cukup
jumlahnya. Lewatkan ikatan pada bagian lekuk tubuh seperti leher,
lutut, dan pergelangan kaki.
4. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak
cedera.
5. Periksa denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan
sesudah pembidaian, dan perhatikan warna kulit distalnya.
6. Periksa setiap 15 menit untuk menjamin ikatan tidak terlalu
kencang akibat pembengkakan jaringon yang cedera.
d. Bolu1
9 •
e. Penanganan umum pada fraktur tertutup:
1. Minta pasien untuk tetap tenang dan tidak bergerak.
2. Topanglah sendi di atas dan di bawah area fraktur dengan
tangan sampai area fraktur telah diimobilisasi.
3. Letakkan bantalan di sekitar area fraktur sebagai penyangga.
4. Untuk penyanggaan yang lebih kuat, lakukan imobilisasi area
fraktur ke bagian tubuh yang tidak terluka (bidai anatomis).
Buat ikatan simpul di bagian tubuh yang tidak terluka.
5. Monitor tanda-tanda syok karena pasien fraktur sangat
mungkin untuk terjadi syok hipovolemik. Jangan
mengangkat/meninggikan area fraktur karena pergerakan akan
membuat fragmen tulang mencederai jaringan sekitar sehingga
perdarahan bisa bertambah. Oleh karena itu, tinggikan bagian
tubuh yang tidak mengalami fraktur. awasi dan catat tanda vital
pasien sambil menunggu bantuan datang. Periksa sirkulasi
pasien tiap 10 menit. Jika sirkulasi terganggu, ikatan pada bidai
dan mitella dapat dilonggarkan.
Penanganan :
• Lindungi daerah fraktur dengan benda lebar,
misal kardus atau telapak tangan korban.
• Balut dengan kencang, tapi jangan sampai
kesulitan bernafas.
• Siap-siap dengan Pneumothoraks.
2. Fraktur Klavikula
3. Fraktur Ekstrernitas
Pelaksanaan Pembidaian
a. Fraktur clavicula, lakukan imobilisasi dengan cara:
Minta pasien meletakkan kedua tangan pada pinggang
Minta pasien membusungkan dada, tahan
Gunakan perban elastik, lingkarkan membentuk angka 8 (Ransel perban).
e. Fraktur digiti
Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau gunakan
jari sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang fraktur, gunakan jari telunjuk
dan jari manis sebagai pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester.
h. Fraktur femur
Pasang bidai di bagian dalam dan luar paha
Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai pinggang
i. Fraktur patella
Pasang bidai pada bagian bawah
Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki
3. Jari
Teknik reposisi
4. Pangkal Paha
o Dislokasi paling parah.
o Reposisi harus kurang dari 4 jam untuk menghindari
nekrosis.
o Lakukan posisi anatomis setelah reposis
5. Lutut
Dislokasi Anterior
(Tersering)
Dislokasi Posterior
6. Pergelangan kaki
Normal
Dislokasi Anterior
Dislokasi Lateral Dislokasi Posterior
(Tersering )
5. SPORT INJURIES
5.1. Klasifikasi Umum Sports Injuries
a. Trauma injuries
Merupakan cedera karena beberapa episode trauma baik akut,
subakut, maupun kronik.
Macam-macam trauma injuries beserta penjelasannya, yaitu :
1. Pada tulang : fraktur, hematoma subperiosteal
2. Pada sendi : dislokasi, subluksasi, kontusio sendi, hemarthtosis
3. Pada Ligamen :
1. Sprain derajat 1 adalah kondisi di mana beberapa serabut
ligamen robek dengan tanda-tanda bengkak ringan, nyeri, sulit
digerakkan, dan tidak ada instabilitas pada sendi
2. Sprain derajat 2 adalah kondisi di mana lebih banyak lagi
serabut ligamen robek, tetapi fungsi ligamen masih intak
meskipun sedikit teregang, dengan tanda-tanda bengkak
sedang, nyeri, sulit digerakkan, dan sedikit ada instabilitas
pada sendi
3. Sprain derajat 3 adalah kondisi di mana seluruh serabut
ligamen ruptur, dengan tanda-tanda bengkak hebat, nyeri, tidak
mampu digerakkan, serta instabilitas total pada sendi yang bisa
diklasifikasikan menjadi :
1+ :permukaan sendi terstabilisasi normal oleh ligamen dan
mengalami perpindahan posisi 3-5 mm dari posisi awal
2+ :permukaan sendi terpisah 6-10 mm
3+ :permukaan sendi terpisah lebih dari 10 mm
4. Pada tendon :
1. Strain derajat 1 : robekan pada jaringan sedikit,
mild tenderness, nyeri dengan rentang gerak normal.
2. Strain dejarat 2 : robekan pada otot atau tendon, nyeri,gerak
terbatas, mungkin terjadi bengkak dan depresi pada
daerah cidera.
3. Strain derajat 3 : gerak terbatas atau tidak dapat bergerak,
nyeri hebat.
2. Pada otot : kram
Kram terjadi karena adanya spasme dan kontraksi otot yang
tidak terkontrol, menghasilnya rasa nyeri dan restriksi.
b. Overuse injuries
Macam-macam overuse injuries, yaitu :
1. Pada tulang : Stress fracture, Apophysitis
2. Pada sendi : arthritis, sinovitis
3. Pada ligamen : medial elbow injury, breastroker’s, plantar fascitis
4. Jaringan lunak lain : bursitis