Haudi Kebijakan Publik 12
Haudi Kebijakan Publik 12
net/publication/352560376
KEBIJAKAN PUBLIK
CITATIONS READS
0 555
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hadion Wijoyo on 21 June 2021.
KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan Publik
Editor:
Hadion Wijoyo, S.E., S.H., S.Pd., M.H., M.M., Ak., CA.
Desainer:
Mifta Ardila
Sumber:
www.insancendekiamandiri.co.id
Penata Letak:
Reski Aminah
Proofreader:
Tim ICM
Ukuran:
viii, 100 hlm., 15.5 x 23 cm
ISBN:
978-623-348-166-3
Cetakan Pertama:
Juni 2021
Perumahan Gardena Maisa 2, Blok F03, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung,
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat – Indonesia 27361
HP/WA: 0813-7272-5118
Website: www.insancendekiamandiri.co.id
www.insancendekiamandiri.com
E-mail: penerbitbic@gmail.com
Daftar Isi
Prakata.......................................................................................... vii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Pengertian ........................................................................... 1
B. Kelompok Kebijakan Publik.............................................. 5
C. Tahapan Kebijakan Publik................................................. 6
BAB II
DASAR HUKUM........................................................................ 9
BAB III
ASPEK KEBIJAKAN PUBLIK .................................................. 15
A. Pemegang Kebijakan .......................................................... 15
B. Pilihan Kebijakan................................................................ 20
C. Pelaksanaan......................................................................... 27
BAB IV
MODEL KEBIJAKAN................................................................ 33
A. Pemikiran Tentang Model Kebijakan ............................... 33
B. Perwujudan Membuat Kebijakan ...................................... 33
C. Hasil Kebijakan Publik ....................................................... 43
BAB V
PELAYANAN PUBLIK.............................................................. 47
A. Manajemen Pelayanan Publik ............................................ 47
B. Bentuk Pelayanan Publik ................................................... 49
C. Dasar Pelayanan Publik...................................................... 57
D. Mewujudkan Kualitas Pelayanan Publik ........................... 60
v
BAB VI
AKTOR KEBIJAKAN PUBLIK ................................................. 65
BAB VII
PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK ...................................... 69
BAB VIII
MODEL PELAKSANAAN KEBIJAKAN .................................. 83
A. George C. Edward III ........................................................ 83
B. Van Meter & Van Horn ..................................................... 84
C. Merilee Grindle .................................................................. 85
D. Charles Jones ...................................................................... 86
E. Thomas R. Dye .................................................................. 87
F. Mazmanian & Sabatier ....................................................... 88
vi Kebijakan Publik
Prakata
Segenap rasa syukur yang tak pernah henti penulis
persembahkan kepada Tuhan atas segala kemudahan dan
petunjuk dari-Nya yang tak henti-hentinya penulis terima,
hingga saat ini penulis telah menyelesaikan sebuah buku
yang dengan judul “Kebijakan Publik”.
vii
viii Kebijakan Publik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Menurut ahli, istilah kebijakan dan kebijakan publik
mempunyai definisi yang banyak. Menurut Wayne Parsons
bahwa kebijakan ialah suatu istilah yang cukup sering
digunakan, pada penggunaannya secara umum, kata
kebijakan dianggap berlaku untuk suatu yang cukup luas dari
sebuah keputusan tertentu, namun lebih kecil dari pada suatu
gerakan sosial (Parsons, 2006).
Istilah kebijakan, menurut Budi Winarno mengatakan
bahwa istilah kebijakan dipergunakan guna menunjuk pada
sikap seseorang/beberapa aktor pada suatu bidangnya yang
tertentu. Definisi dari kebijakan hanya untuk kebutuhan
pembicaraan umum, tetapi menjadi kurang memadai dalam
pembahasan-pembahasan yang sifatnya keilmiahan dan
terarah yang sangkutannya dengan analisa kebijakan publik
(Winarno, 2007).
Sama dengan pengertian-pengertian tersebut,
pembahasan ini menentukan istilah kebijakan publik
sebagaimana sudah diputuskan pada PERMEN PAN RB No. 04
Tahun 2007 mengenai Pedoman Umum Formulasi,
Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan revisi Kebijakan Publik
di Lingkungan Lembaga Pemerintahan Pusat dan Daerah
1
menyatakan, bahwa Kebijakan merupakan keputusan yang
dibuat oleh sebuah lembaga pemerintahan/organisasi dan
memiliki sifat mengikat berbagai pihak yang terkait dengan
lembaga.
Kebijakan memiliki banyaknya yang pemahaman teori,
bahwa kebijakan publik ialah suatu ketetapan yang dibuat
oleh negara, terkhusus pemerintahan, sebagai suatu cara
untuk mewujudkan tujuan dari negara yang bersangkutan.
Kebijakan publik ialah suatu proses atau cara yang berguna
mengantar warga negara di masa awal, memasuki masa
transisi, dan mengarah pada masyarakat yang diimpikan.
Dari pengertian di atas, jelas bahwa kebijakan publik
ialah suatu usaha yang dilaksanakan oleh pemerintahan guna
menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat.
Kebijakan publik ialah apapun yang menjadi suatu pilihan
oleh pemerintahan untuk melaksanakan suatu/tidak
melaksanakan (Dye, 1978). Pusat perhatian kebijakan publik
bukan hanya ke apa yang dikerjakan oleh pemerintahan,
namun juga termasuk apa saja yang tidak dikerjakan oleh
pemerintahan. dikarenakan ada hal yang tidak dikerjakan
oleh pemerintahan justru juga memiliki akibat yang cukup
besar kepada masyarakat seperti halnya dengan pelaksanaan
kegiatan yang tidak dilaksanakan oleh pemerintahan.
Pada hakikatnya kebijakan publik ialah suatu kegiatan
yang memiliki ciri khusus, dalam artian mempunyai khas
2 Kebijakan Publik
tertentu yang tidak dipunyai oleh suatu kebijakan yang
lainnya. Ciri khas yang dilekatkan pada kebijakan publik ialah
kebijakan publik itu lazimnya dipikirkan, dirancang,
dirumuskan dan ditetapkan oleh orang-orang yang
mempunyai suatu otoritas pada sistem politik, seperti
mereka yang berada pada jabatan pemerintah yakni
eksekutif, legislatif, yudikatif, hakim, administratif.
Mengingat keberadaan yang penting para pejabat
pemerintah tersebut, maka mereka dianggap seseorang yang
memiliki hak untuk pengambilan suatu keputusan dengan
atas nama masyarakat yang sudah memilihnya, dalam
batasan wilayah peran dan kewenangannya (Suntoro &
Hariri, 2015).
Di bawah ini pendapat para ahli tentang pengertian-
pengertian kebijakan publik:
1. Heinz Eulau & Kenneth
Kebijakan dapat diberikan arti sebagai sesuatu
ketetapan yang siap dilakukan dengan cirinya ada
kemantapan perilaku dan berulang tindakannya, baik oleh
mereka pembuatnya ataupun mereka yang wajib
mematuhi.
2. Chandier dan Piano
Kebijakan publik ialah memanfaatkan suatu strategi
terhadap sumber daya yang ada guna dapat
menyelesaikan permasalahan dan pemerintahan. Pada
BAB I Pendahuluan 3
kenyataannya, kebijakan tersebut sudah banyak
membantu para pelaksana di tingkatan birokrasi
pemerintahan ataupun para politisi yang bertujuan dalam
upaya pemecahan permasalahan yang muncul.
3. Anderson
Kebijakan publik merupakan suatu kebijakan yang
dibuat oleh badan dan pejabat pemerintahan, di mana
pelaksanaan dan kebijakannya, yaitu
a. Kebijakan selalu memiliki tujuan/mempunyai suatu
tindakan dan yang orientasinya terletak pada
tujuannya.
b. Kebijakan meliputi tindakan pemerintahan;
c. kebijakan ialah apa yang sungguh-sungguh
dilaksanakan oleh pemerintahan, jadi bukannya berupa
apa yang masih dimaksud untuk dilaksanakan oleh
pemerintahan;
d. kebijakan yang digunakan dapat memiliki sifat positif
dalam artian ialah suatu action/aksi pemerintahan
tentang seluruh permasalahan tertentu, atau yang
memiliki sifat negatif dalam artian ialah ketetapan
pemerintahan untuk tidak melaksanakan suatu
tindakan.
e. Kebijakan pemerintah setidaknya dalam artian yang
positif berdasarkan kepada aturan dalam UU yang
memiliki sifat mengikat dan memaksa.
4 Kebijakan Publik
4. James E. Anderson
Rangkaian perbuatan yang memiliki tujuan tertentu
yang dituruti dan dilakukan oleh seseorang/berkelompok
untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
BAB I Pendahuluan 5
f. SKB Menteri
g. Gubernur, Bupati, Walikota
3. Mikro
Kebijakan publik yang sifatnya mikro, mengatur
penerapan dari kebijakan publik yang di atas. Model
kebijakannya meliputi aturan yang dikeluarkan oleh
aparat publik yang ada di bawah Menteri, Gubernur,
Bupati dan Walikota.
6 Kebijakan Publik
2. Formulasi
Permasalahan yang telah masuk pada agenda
kebijakan selanjutnya dilakukan pembahasan oleh para
pembuat kebijakan. permasalahan tadi diartikan guna
selanjutnya dicari penyelesaian masalahnya dengan baik.
3. Legitimasi
Tujuannya untuk memberi otorisasi pada proses
dasar pemerintah.
4. Pelaksanaan
Dalam tahapan pelaksanaan kebijakan akan
ditemukan berbagai akibat dan kinerja dari kebijakan
tersebut. Di sini dapat diketahui apakah kebijakan yang
sudah dibuat dapat mewujudkan tujuan yang
diinginkan/tidak.
5. Evaluasi
Evaluasi kebijakan disebut sebagai aktivitas yang
menyangkut penilaian kebijakan yang meliputi: substansi,
pemaksaan, dan dampak.
BAB I Pendahuluan 7
8 Kebijakan Publik
BAB II
DASAR HUKUM
Perlunya hukum supaya kebijakan negara dan pemerintah
bisa mendapatkan bentuk resmi yang memiliki sifat
mengikat, memaksa dan berlaku untuk umum. Sebab hukum
yang baik dibutuhkan pada upaya membuat kebijakan yang
dibutuhkan untuk mendukung dan juga memberi arahan
untuk tercapainya tujuan kehidupan bersama dalam suatu
wadah NKRI yang didasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam upaya melaksanakan kebijakan tersebut, hukum
juga harus memiliki fungsi sebagai bagian pengendalian dan
sebagai sumber perujukan yang mengikat dalam
melaksanakan semua roda pemerintah dan aktivitas
penyelenggara Negara (Jimly Asshidiqie, 2010).
Terdapat alasan pada kenyataannya dalam dunia
politik, bahwa aparatur pemerintahan harus siap dalam
menerjemahkan kebijakan dalam hukum: menentukan
kebijakan dalam bentuk UU, yang diinginkan bisa menjawab
bermacam perilaku warga serta banyaknya kepentingan
yang bukan saja berlaku bagi warga negara, namun terhadap
pemerintahan sendiri yang memiliki kepentingan menjaga
legitimasi, yaitu
9
1. Kebutuhan memerintah
Tanpa UU pemerintahan tidak bisa dijalankannya
roda pemerintah. Di mana pun, dengan usaha bermacam
pembuatan kebijakan maka pemerintahan mem-
berlakukannya suatu peraturan untuk pengawasan
perilaku pegawai pemerintahan dan pada umumnya
masyarakat. UU juga diperlukan, di saat pemerintahan
ingin meningkatkan pembangunan, karena itu harus
mengubah pola pikir dan sikap yang cenderung
menghambatnya jalan proses pembangunan. Sehingga,
wajib dirumuskan dan dilaksanakan aturan yang dijadikan
pedoman suatu pola perilaku.
2. Tuntutan akan legitimasi
Kebijakan yang formulasinya dalam bentuk UU
memberi pemerintahan sebuah legitimasi. Dengan
mempunyai legitimasi yang sah dari para pejabat dan
masyarakat, diharapkan dapat memberi pengaruh para
pelaku untuk mengubah perilakunya yang berlawanan
yang menghambatnya jalan pembangunan.
10 Kebijakan Publik
Kebijaksanaan tersebut diakomodir dalam berbagai
bentuk, yaitu
1. Peraturan Perundang-Undangan menurut UU No. 10
Tahun 2004:
a. UUD RI 1945
b. UU/Perppu
c. PP
d. Perpres
e. Perda
f. Peraturan Desa
2. Peraturan Perundang-Undangan menurut UU No. 11
Tahun 2012:
a. UUD RI 1945
b. Ketetapan MPR
c. UU/Perppu
d. PP
e. Perpres
f. Perda
12 Kebijakan Publik
32 Tahun 2004, terakhir dipergunakan saat ini ialah UU
Nomor 23 Tahun 2014. Sebelumnya Undang-undang Nomor
5 Tahun 1974 digunakan terlebih dahulu ada Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1965. Sebenarnya tidak ada suatu yang
perbedaan prinsipal dalam kebijakan pengelolaan
pemerintah daerah yang pada Undang-undang 32 Tahun
2004 dengan UU Nomor 22 Tahun 1999, bahkan dengan UU
No. 23 Tahun 2014. Seluruh UU tersebut terdapat persamaan,
tetapi yang ada ialah adanya beberapa pasal yang mengalami
perubahan.
Terdapat secara umum/secara garis besar UU No. 23
Tahun 2014 ini yang merupakan kombinasi UU No. 5 Tahun
1974 dan UU No. 32 Tahun 2004, di mana fungsi gubernur
tidak hanya sebagai kepala daerah namun juga sebagai
kepala wilayah. UU pemerintahan daerah menarik untuk
dianalisa, mengapa UU tersebut sering mengalami perubahan
di tiap pemerintahan.
15
3. Yudikatif
a. Memiliki kekuasaan yang cukup besar untuk berperan
dalam kebijakan dengan pengujian kembali terhadap
UU (dengan peninjauan yudisial dan penafsiran UU).
b. Tinjauan yudisial ialah kekuasaan pengadilan dalam
menentukan apakah tindakan yang dilakukan oleh
eksekutif/legislatif sudah sesuai dengan konstitusi. Jika
keputusan tersebut tidak sesuai dengan konstitusi,
maka yudikatif memiliki hak untuk membatalkannya.
4. Kelompok Kepentingan
a. Hampir seluruh sistem perpolitikan di dunia ini,
kelompok kepentingan memiliki fungsi
mempertemukan kepentingan warganya yang bukan
hanya mengemukakan tuntutan dan dukungan namun
juga memberi cara lain untuk tindakan.
b. Mereka memberi berbagai informasi pada pejabat
public, bahkan banyak juga pada suatu yang sifatnya
teknis, tentang sifat dan dampak yang bisa muncul dari
suatu usulan kebijakan. Sehingga mereka memberi
rasionalitas pembuat kebijakan.
c. Kelompok kepentingan ialah sumber utama
pemerintahan dalam tahapan proses kebijakan publik.
5. Partai Politik
a. Selain berpikir dalam mendapatkan kekuasaan parpol
juga berupaya menghasilkan kebijakan publik yang
16 Kebijakan Publik
memberi keuntungan bagi konstituen mereka, jika
nanti memenangkan pemilu.
b. Jika parpol sudah masuk ke parlemen, mereka sering
memberi suara yang memiliki hubungan dengan posisi
kebijakan partai, hal ini menunjukkan posisi tawar yang
cukup besar saat mereka mengusul suatu kebijakannya.
c. Pada warga saat zaman modern seperti saat ini, pada
umumnya parpol menjalankan perannya dan fungsi
sebagai kumpulan kepentingan, yakni mereka berupaya
untuk mengubah permintaan khusus dari kelompok
kepentingan menjadi alternatif suatu kebijakan.
6. Warga Negara
a. Meskipun tugas-tugas dalam pembuatan kebijakan
dipercayakan kepada pejabat publik, tetapi dalam
beberapa kejadian masyarakat sebagai individu masih
memiliki kesempatan untuk ikut serta dengan secara
langsung pada pembuatan suatu kebijakan.
b. Dalam suatu tatanan normatif demokratis, warga
negara memiliki kewajiban untuk didengarkan dan
pejabat memiliki kewajiban untuk mendengarkan.
DPR Membentuk UU
18 Kebijakan Publik
Pemerintahan Menetapkan Perda Provinsi dengan
Provinsi persetujuan DPRD Provinsi
B. Pilihan Kebijakan
Pilihan kebijakan ialah suatu keputusan yang mana dibuat
oleh pejabat pemerintahan guna memberi arahan terhadap
20 Kebijakan Publik
pelaksana kebijakan. Dalam hal ini, termasuk di dalamnya
keputusan untuk menciptakan statute (ketentuan dasar),
ketetapan, maupun membuat penafsiran terhadap UU.
Pilihan kebijakan bisa di lihat pada unsur suatu
kebijakan, model/tujuan yang akan dicapai dari suatu
kebijakan. Dalam praktiknya kebijakan publik baiknya
mengandung unsur berikut, yakni
1. Selalu memiliki tujuan/orientasinya pada tujuan tertentu.
2. Isinya tentang tindakan/pola tindakan pejabat
pemerintahan.
3. Kebijakan ialah apa yang benar-benar dilaksanakan oleh
pemerintahan.
4. Sifatnya positif, ialah suatu tindakan pemerintahan
tentang suatu permasalahan dan memiliki sifat negatif,
yakni tentang suatu keputusan pejabat pemerintahan
untuk tidak melaksanakan.
5. Selalu didasarkan kepada peraturan UU tertentu yang
sifatnya memaksa.
22 Kebijakan Publik
3. Tuntutan
4. Dampak
24 Kebijakan Publik
Tindakan kebijakan akan memberi pengaruh pada
pertambahan/pengurangan berlipat ganda dari pendapatan
warga dengan menyeluruh. Warga yang pendapatannya
rendah akan mempunyai multiplier effect lebih besar dari
warga yang pendapatannya tinggi, sebab tiap tambahan
pendapatan yang didapatkan dapat segera dikeluarkan
kembali guna keperluan konsumsi dalam komposisi yang
lebih besar, sehingga tabungan dan investasi akan menjadi
kecil (Abidin, 2006).
Perwujudan dari nilai kepublikan berbagai macam,
diantaranya, yakni
1. Nilai yang ideal dalam warga, meliputi adil dan
keterbukaan.
2. Pemecahan permasalahan yang dirasakan warga, yakni
kemiskinan, kesulitan lapangan pekerjaan, kriminal, dan
layanan publik yang tidak baik.
3. Pemanfaatan kesempatan baru bagi kehidupan yang lebih
baik bagi warga, yakni mendukung investasi, inovasi
layanan.
4. Melindungi warga dari praktik swasta yang merugikan
warga, seperti dengan membuat UU perlindungan
terhadap konsumen, izin trayek, dan izin gangguan.
Tujuan kebijakan sifatnya politik, ekonomis, sosial,
ataupun hukum. Dari aspek politik, kebijakan publik
ditentukan untuk distribusi dan alokasi nilai, berupa barang
BAB III Aspek Kebijakan Publik 25
dan jasa kepada semua anggota masyarakat. Di lihat dari sisi
kekuasaan, kebijakan publik dibuat supaya pemerintahan
bisa mempertahankan monopolinya terhadap masyarakat
serta kekuasaan pemerintahan/negara dapat diterima dan
diakui oleh masyarakat.
Dilihat dari aspek ekonomi, kebijakan publik dibuat
dengan tujuan, yakni
1. Mendorong dan memberi fasilitas pasar supaya bisa
melaksanakan fungsi dalam pengaturan roda ekonomi
dengan bebas.
2. Memberikan jaminan supaya kegiatan perekonomian
berlangsung tanpa adanya tekanan dari berbagai pihak
tertentu.
3. Melancarkan jalannya roda ekonomi yang berjalan bebas
dalam melaksanakan aktivitas produksi, konsumsi, dan
pendistribusian.
4. Memberi jaminan dan pelindungan kepentingan warga
yang tidak mempunyai daya dari kekuasaan kapitalis.
26 Kebijakan Publik
Dilihat dari aspek hukum, kebijakan publik dibuat guna:
1. Terciptanya keadilan dan tertib hukum
2. Memungkinkan warga negara memahami dan menaati
aturan yang dibuat oleh pemerintahan
3. Untuk menciptakan kehidupan yang aman dalam
masyarakat.
C. Pelaksanaan
Pada tahapan ini cara lain dalam memecahkan masalah yang
sudah ditentukan tersebut selanjutnya diimplementasikan.
Pada tahapan tersebut, suatu kebijakan sering kali mendapati
banyaknya masalah. Rumusan yang sudah ditentukan dengan
terencana bisa saja terjadinya perbedaan di lapangan.
Dikarenakan banyak faktor yang sering memberi pengaruh
pada melaksanakan kebijakan.
Kebijakan yang sudah menyelesaikan tahapan dalam
memilih permasalahan tidak serta berhasil dalam
pelaksanaan. Dalam suatu upaya mencapai keberhasilan
dalam pelaksanaannya, maka hambatan-hambatan yang bisa
menjadi penghambat harus segera bisa diselesaikan secepat
mungkin.
Pelaksanaan kebijakan ialah suatu tahap dari proses
kebijakan segera sesudah penetapan UU. Seperti yang
dijelaskan oleh Ripley & Franklin (2007), pelaksanaan
kebijakan ialah apa yang sudah dilakukan sesudah UU
28 Kebijakan Publik
agar tujuan kebijakan dapat terlaksana sebagai akibat dari
suatu program pemerintahan. Ini berarti, bahwa aktivitas
pelaksanaan memiliki kaitan dengan kebijakan yang diambil
pemerintahan harus memperjelas dan mempermudah dalam
upaya mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Jika tidak,
artinya terdapat kesalahan dalam analisa suatu kebijakan.
Menurut Van Meter & Van Horn bahwa memahami
pelaksanaan kebijakan sebagai suatu tindakan yang
dilaksanakan oleh individual/kelompok pemerintahan
ataupun swasta yang diarahkan untuk pencapaian tujuan
yang sudah ditentukan dalam keputusan kebijakan
sebelumnya. Tindakan tersebut meliputi upaya-upaya untuk
mengubah keputusan menjadi tindakan operasional dalam
jangka waktu tertentu ataupun dalam upaya melanjutkan
usaha untuk tercapainya perubahan besar dan kecil yang
diputuskan.
Dari bermacam pendapat tersebut, maka
kesimpulannya bahwa pelaksanaan kebijakan ialah aktivitas
untuk melaksanakan kebijakan, yang ditujukan ke kelompok
sasaran, guna mencapai tujuan kebijakan. Kebijakan yang
dibuat sebaik mungkin tidak akan berjalan tanpa dikawal
dalam pelaksanaan. Perbedaan pendapat dalam aktivitas
pelaksanaan merupakan suatu hal biasa, sehingga pihak
pelaksana tidak perlu ragu dalam pelaksanaan suatu
Tahap-Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kebijakan publik memiliki prinsip dengan cara
agar sebuah kebijakan bisa tercapai tujuan (Nugroho, 2009).
Terdapat 2 pilihan langkah dalam pelaksanaan kebijakan
publik.
1. Langsung melaksanakannya dalam bentuk kegiatan.
2. Dengan formulasi kebijakan turunan dari kebijakan publik
tersebut.
30 Kebijakan Publik
Umumnya kebijakan perlu kebijakan publik penjelas
yaitu meliputi:
1. Peraturan pelaksanaan
2. Keppres
32 Kebijakan Publik
BAB IV
MODEL KEBIJAKAN
A. Pemikiran Tentang Model Kebijakan
Model dipergunakan sebab ada eksistensi permasalahan
publik yang rumit. Di lain hal model ialah perwakilan
sederhana tentang aspek yang dipilih dari suatu keadaan
permasalahan yang dirumuskan guna mencapai tujuan
tertentu.
Model dalam kebijakan publik ini mempunyai
karakteristik, sifat dan ciri tertentu. Karakteristik tersebut
yakni
1. Model dalam kebijakan publik tersebut harus sederhana
dan jelas.
2. Ketepatan dalam mendalami aspek penting dalam
permasalahan kebijakan tersebut.
3. Menolong untuk mengomunikasikan.
4. Usaha langsung untuk memahami kebijakan dengan lebih
baik.
5. Memberikan penjelasan dan memprediksi risiko.
33
a. Pure Rationality Model
Yakni model pembuatan kebijakan berdasarkan
keadaan rasionalitas.
b. Economically Rationality Model
Yakni model pembuatan kebijakan berdasarkan
pada penekanan efisien dan ekonomi.
c. Sequential Decision Model
Yakni model pembuatan kebijakan berdasarkan
pada pembuatan eksperimen guna penentuan pilihan
sehingga dapat mewujudkan keputusan yang paling
efisien.
d. Incremental Model
Yakni model pembuatan kebijakan yang
berdasarkan pada perubahan sedikit demi sedikit.
e. Satisfying Model
Yakni model pembuatan kebijakan berdasarkan
pada alternatif pertama.
f. Extra Rational Model
Yakni model pembuatan kebijakan berdasarkan
pada yang paling maksimal.
g. Optimal Model
Ialah kebijakan dengan model integratif, yakni
kebijakan kepada pemahaman dan pendalaman
permasalahan, kegunaan praktis, memberi perhatian
pada alokasi sumber-sumber, menentukan tujuan yang
34 Kebijakan Publik
ingin diwujudkan, pemilihan alternatif program,
prediksi terhadap hasil dan evaluasi alternatif yang
paling baik.
2. Menurut E. S. Quade
a. Analitik
b. Simulasi
c. Permainan
d. Penilaian
3. Menurut W. N. Dunn
a. Deskriptif
Yakni menjelaskan atau memperkirakan dan
konsekuensi pemilihan kebijakan.
b. Normatif
Yakni menjelaskan, memperkirakan,
rekomendasi, dan optimalisasi usaha. Dari model
tersebut, maka lahir model berikut ini:
1) Verbal, meliputi: ekspresi deskriptif dan normatif,
seperti verbal simbol & prosedural, pakai bahasa
sehari, pakai nalar dan berbagai argumen nilai
lainnya.
2) Simbolis yakni penggunaan simbol matematis guna
menerangkan korelasi dan data tepang.
3) Prosedur, yakni penggunaan tahapan percobaan
atau latihan, teori membuat keputusan (menentukan
pilihan), data asumsi.
BAB IV Model Kebijakan 35
Ada berbagai teori serta pandangan dari beberapa para
ahli, maka model kebijakan berkembang sesuai dengan
keadaan real yang ada. Diantaranya model kebijakan lainnya,
yakni model:
1. Institusional
2. Elit Massa
3. Inkremental
4. Grup
5. Sistem
6. Rasional
7. Proses
8. Pilihan Public
36 Kebijakan Publik
Lembaga pemerintahan yang melaksanakan tugas
kebijakan ialah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Termasuk
juga ialah lembaga pemerintahan daerah dan yang ada di
bawah. Warga negara wajib mematuhinya sebab ada
legitimasi politik yang memiliki hak untuk memaksakan
kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut selanjutnya
ditetapkan dan diimplementasi oleh institusi pemerintahan.
UU yang menetapkan kelembagaan negara dalam pembuatan
kebijakan. Oleh karena itu, pembagian kekuasaan
melaksanakan checks dan balances. Otonomi daerah juga
memberikan nuansa kepada kebijakan publik.
Model Inkremen
Model ini ialah kritikan pada model rasional. Dalam
model ini pihak yang membuat kebijakan pada dasarnya
tidak ingin melaksanakan peninjauan dengan terus
berkelanjutan terhadap semua kebijakan yang dibuat,
dikarenakan berbagai alasan, yakni
1. Tidak mempunyai waktu, intelektual, ataupun anggaran
untuk penelitian terhadap nilai sosial warga yang
merupakan landasan bagi perumus suatu tujuan
kebijakan.
2. Ada kekhawatiran mengenai akan muncul dampak yang
tidak diharapkan sebagai dampak dari kebijakan yang
belum pernah dibuatnya.
3. Ada hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus
dipertahankan demi kepentingan tertentu.
4. Menghindari konflik apabila harus melaksanakan proses
negosiasi.
38 Kebijakan Publik
Model Group Theory
Model kelompok ialah abstraksi dari proses pembuatan
kebijakan. Di mana berbagai kelompok kepentingan
berupaya untuk memberi pengaruh isi dan bentuk kebijakan
dengan interaktif. Sehingga pembuat kebijakan terlihat
sebagai usaha untuk menanggapi tuntutan dari beberapa
kelompok kepentingan dengan cara bernegosiasi dan cara
berkompromi.
Tuntutan-tuntutan yang saling bersaing antara
kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh dikelola.
Sebagai hasil dari persaingannya antar beberapa kelompok
kepentingan pada hakikatnya ialah keseimbangan yang
dicapai dalam pertarungan antara kelompok dalam
memperjuangkan kepentingan masing-masing.
Supaya pertarungan ini tidak memiliki sifat merusak,
maka sistem politik memiliki kewajiban untuk mengarahkan
konflik kelompok. Dengan cara berikut:
1. Menentukan peraturan permainan dalam
memperjuangkan kepentingan bersama.
2. Mengutamakan kompromi dan keseimbangan
kepentingan.
3. Enacting kompromi mengenai kebijakan.
4. Mengusahakan perwujudan hasil kompromi.
40 Kebijakan Publik
masyarakat. Salah satu kelemahannya dari model ini ialah
terpusatnya perhatian pada aksi-aksi yang dilaksanakan oleh
pemerintahan. Sering terjadi bahwa apa yang diputuskan
oleh pemerintahan memberikan kesan bahwa sudah
dilaksanakannya sebuah perbuatan, yang sebenarnya hanya
untuk memelihara ketenangannya/kestabilannya.
Model Proses
Kegiatan politik dilaksanakan secara berkelompok yang
mempunyai hubungan dengan kebijakan publik. Sehingga
memiliki hasil pada suatu kebijakan yang mempunyai isi:
1. Pengenalan permasalahan
2. Merumuskan jadwal
3. Formulasi
4. Adopsi
5. Pelaksanaan
6. Evaluasi
42 Kebijakan Publik
C. Hasil Kebijakan Publik
Kebijakan publik dalam pemerintah sangat penting, sebab
kebijakan publik ialah suatu kebijakan yang dibuat oleh
pemerintahan sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu dan kebijakan ini dibuat untuk
menjawab masalah-masalah yang terjadi pada warga dengan
bermacam aspek dan syarat-syarat yang berlaku. Dan
kebijakan ini tidak bisa berjalan dengan sendirinya atau tidak
bisa berjalan dengan baik tanpa ada peran serta dari warga
itu sendiri. Karena warga sebagai warga negara yang
berperan penting dalam pengambilan suatu kebijakan publik.
Masyarakat mempunyai tanggung jawab yang besar
atau tanggung jawab yang sama dalam membangun
pemerintah ini menjadi lebih baik lagi. Partisipasi
masyarakat sangat dibutuhkan oleh pemerintahan karena
sangat menentukan sukses atau tidaknya kebijakan publik
tersebut. Dan untuk mengatasi suatu kekeliruan atau
kesalahan dalam pengambilan suatu kebijakan publik,
masyarakat harus memahami hakikat kebijakan
dan mekanisme penyaluran aspirasi dalam proses
penyusunan maupun pembuatan suatu kebijakan publik.
Ada banyak definisi dari para ahli tentang kebijakan
publik. Salah satunya yaitu didefinisikan oleh Aminuddin
Bakry (2010) bahwa kebijakan publik ialah ketentuan-
ketentuan atau suatu alternatif yang dengan langsung
44 Kebijakan Publik
2. Hasil
3. Dampak
46 Kebijakan Publik
BAB V
PELAYANAN PUBLIK
A. Manajemen Pelayanan Publik
Tugas penting dari tiap-tiap institusi pemerintah ialah
memberikan layanan/penyelenggaraan layanan publik
supaya terwujudnya kesejahteraan untuk masyarakat.
Menurut Tampubolon (2001) pelayanan memiliki arti bahwa
seseorang yang melaksanakan suatu yang baik bagi orang
lain. Sehingga seseorang pelayan yang baik dapat melayani,
bukan dilayani.
Pada praktiknya, layanan publik cukup banyak dan
tergantung berdasarkan perkembangan dan keterampilan
warga. Istilah-istilah pelayanan dan publik tersebut memberi
dasar pengertian terhadap pelayanan publik. Pendapat Roth
mempunyai arti memiliki kaitan dengan barang dan jasa
dalam pelayanan. Pelayanan publik yang dituju ialah seluruh
bentuk aktivitas pelayanan yang dilaksanakan oleh suatu
kelompok-kelompok/individual berupa barang dan jasa
kepada warga baik secara individual ataupun berkelompok
dan organisasi.
Menurut A. Anwaruddin (2004), berpendapat bahwa
pelayanan publik bisa memiliki artian sebagai seluruh
kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintahan guna
47
mencukupi keperluan masyarakat dalam menjalankan
kehidupan bangsa dan negara. Sejalan dengan pengertian
tersebut, menurut Saefullah (2007) memberikan pengertian
bahwa pelayanan publik ialah aktivitas-aktivitas yang
dilaksanakan oleh para pejabat pada setiap lembaga guna
memberi layanan kepada publik, baik yang sifat secara
langsung dan yang sifat tidak langsung.
Pelayanan publik oleh birokrasi publik ialah salah satu
wujud dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat
dan juga abdi negara. Eksistensi lembaga negara termasuk di
dalamnya pada hakikatnya pelayanan warga, ia tidak
dimaksudkan untuk melayani diri sendiri, namun untuk
memberi/pelayanan warga. Sehingga birokrasi publik
memiliki kewajiban dan memiliki tanggung jawab untuk
memberikan pelayanan publik yang baik.
Berdasarkan definisi pelayanan publik yang sudah
dijabarkan oleh berbagai ahli tersebut, sehingga bisa diambil
kesimpulan bahwa pelayanan publik ialah rangkaian
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh tiap-tiap pejabat,
penyelenggara negara/pemerintahan dimulai dari
pemerintahan yang berada di pusat sampai pada
kelurahan/desa, berupa barang dan jasa, memiliki sifat
langsung ataupun tidak langsung sesuai dengan aturan
undang-undang. Sehingga aparat pemerintahan, baik pada
pemerintah pusat, provinsi, dan desa sering disebut aparatur
48 Kebijakan Publik
pemerintahan yang ada pada lingkungan eksekutif yang
sudah mendapatkan predikat sebagai pelayan masyarakat.
Pada layanan publik pada umumnya pemerintahan
melaksanakan aturan-aturan terhadap pelayanan jasa dan
barang.
Berdasarkan penjelasan tersebut, berarti
definisi manajemen pelayanan publik ialah suatu proses
implementasi ilmu dan seni dalam penyusunan perencanaan,
pelaksanaan perencanaan, mengoordinasikan serta
penyelesaian kegiatan-kegiatan pelayanan demi
terwujudnya tujuan-tujuan pelayanan. Manajemen
pelayanan publik memiliki arti ialah suatu proses rencana,
pelaksanaan dan pengarahan serta mengoordinasikan
penyelesaian kegiatan-kegiatan pelayanan publik demi
terwujud tujuan-tujuan pelayanan publik yang sudah
ditentukan.
50 Kebijakan Publik
3. Layanan jasa
Pelayanan yang memberi hasil terhadap bentuk jasa
yang diperlukan oleh publik, misal:
a. Pendidikan
b. Pemeliharaan kesehatan
c. Penyelenggaraan transportasi
d. Pos
Layanan profesional
Ialah kemampuan menanggapi kebutuhan, penyelesaian
tugas, keluhan terhadap permasalahan dengan kualitas
52 Kebijakan Publik
excellence. Layanan profesional seorang/lebih lembaga
tertentu, mendapat pengakuan dari pelanggannya dan
legalitas/izin dari institusi tertentu.
Contohnya layanan kesehatan pelayanan dilakukan
oleh para medis dan dokter.
54 Kebijakan Publik
3. Sosial
Contohnya keinginan dapat bersahabat, berinteraksi
dengan rekan kerja.
4. Penghargaan,
Contohnya ingin dihormati.
5. Aktualisasi diri
Contohnya ingin menunjukkan suatu prestasi
gemilang.
6. Informasi
Contohnya keinginan mendapatkan pengetahuan
yang bisa membuat cepat mandiri.
7. Hiburan dan rekreasi
Contohnya pergi liburan
8. Kesehatan
Contohnya layanan kesehatan.
9. Mobilitas
Contohnya angkutan yang cepat sampai ke lokasi
yang ditujukan.
10. Keadilan
Contohnya ingin memberi nilai yang objektif atas
prestasi kerja.
11. Mendapat pekerjaan yang layak
Contohnya ingin memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan keahlian.
56 Kebijakan Publik
C. Dasar Pelayanan Publik
Informasi mengenai berapa lama waktu pengurusan dan
besarnya biaya administrasi kependudukan, dan berbelit
pada proses birokrasi dalam pengurusan surat keterangan
miskin tentu pernah dirasakan oleh sebagian besar warga.
Masalah klasik ini cukup banyak juga terjadi di sekitar kita,
hal ini dikarenakan implementasi layanan publik yang ada
pada saat ini masih belum berpegang pada prinsip dan
menerapkan standar layanan publik yang baik. Pada
dasarnya, dalam menyelenggarakan pelayanan publik ada
berbagai prinsip yang tentunya diterapkan, yakni
1. Keterbukaan
Layanan publik memiliki sifat terbuka, dengan
mudahnya dan bisa diketahui oleh seluruh pihak. Segala
informasi yang berkaitan dengan pertanggungjawaban
atau satuan kerja pelaksanaan pelayanan, tahapan atau
persyaratan layanan, detail waktu, biaya penyelesaian dan
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan layanan publik
wajib diinformasikan dengan prinsip terbuka supaya
dengan mudahnya diketahui oleh warga.
2. Kesederhanaan
Layanan publik diselenggarakan melalui tahapan
yang tidak berbelit-belit, dapat dipahami, mudah
dilakukan.
58 Kebijakan Publik
e. Fasilitas
f. Kapasitas Petugas
60 Kebijakan Publik
cenderung tidak melakukan dengan sepenuh hatinya. Masih
banyaknya didapatkan keluhan dari warga dan media massa
yang memberi penilaian bahwa kualitas layanan publik yang
dilaksanakan pemerintahan belum maksimal.
Tentu dengan kondisi tersebut, harus dibenahi dan
diperbaiki guna terciptanya dan terwujudnya keadaan
negara yang lebih baik. Apalagi fenomena yang sudah
berlangsung di negara pada masa sekarang, dengan bergulir
era otonomi daerah harusnya dengan tercipta desentralisasi
kekuasaan dari pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah
semakin mempercepat proses layanan publik kepada warga
negara.
Terdapat berbagai strategi peningkatan layanan publik,
yakni
1. Meningkatkan kualitas perilaku dan keprofessionalan
aparatur pemerintahan
Meningkatkan kualitas dan keprofessionalan
aparatur pemerintahan ialah strategi dalam
menciptakannya layanan publik yang baik kepada warga,
karena kondisi sekarang, keluhan-keluhan yang datang
dari masyarakat yang menilai layanan publik yang
diberikan kepada mereka adanya kendala dampak dari
masih belum tinggi sikap/perilaku SDM aparatur yang
langsung berhadapan dengan warga.
62 Kebijakan Publik
yang kecenderungnya berbelit-belit, boros dan memakan
waktu yang lama. Sehingga di akhirnya nanti, warga akan
semakin lebih terpuaskan dengan tiap pelayanan yang
dilaksanakan oleh pemerintah.
Salah satu model kebijakan itu ialah dengan
diterbitkannya standar layanan minimal. Standar layanan
minimal ialah suatu kebijakan publik yang mengatur jenis
dan kualitas layanan dasar yang memiliki hak untuk
didapatkan oleh tiap warga.
Kebijakan ini dapat dibuat seiringan dengan
diselenggarakan proses desentralisasi kekuasaan,
sehingga dengan mekanisme tersebut warga di setiap
daerah bisa memperoleh layanan yang maksimal dan baik
dari pemerintahan.
Selain untuk mempercepat proses implementasi
layanan publik bagi warga, kebijakan pemerintahan
dengan menerbitkan standar layanan minimal juga
memiliki tujuan guna memberi jenis layanan serta
transparansi dan akuntabilitas kepada warga.
Melalui upaya tersebut, bisa terhindar dari perilaku-
perilaku yang menyimpang selama ini dilaksanakan oleh
oknum aparatur pemerintahan dalam memberi layanan
kepada warganya.
64 Kebijakan Publik
BAB VI
AKTOR KEBIJAKAN PUBLIK
65
2. Outside Government
a. Kelompok kepentingan yang bisa berwujud LSM
b. Kelompok professional
c. Kelompok bisnis
d. Perserikatan buruh
e. Lembaga keagamaan
f. Akademisi
g. Politisi
h. Media massa
i. Opini publik
j. Kelompok target
k. Lembaga donor.
66 Kebijakan Publik
penting. Baik dalam negara maju maupun sedang
berkembang, para aktor ialah penentu isi kebijakan dan
memberi warna dinamika tahapan proses kebijakan.
Menurut Lester & Stewart (2010) memberi pandangan
bahwa aktor perumusan kebijakan yakni
1. Agensi Pemerintahan
2. Kantor Kepresidenan
3. Konggres
4. Kelompok Kepentingan.
69
c. Siapa yang akan mengimplementasikan kebijakan?
d. Bagaimana proses/metode untuk pelaksanaan
kebijakan?
e. Apa isi dari kebijakan yang sudah ditentukan?
4. Implementasi
a. Siapa yang ikut serta terhadap pelaksanaan kebijakan?
b. Apa yang mereka lakukan?
c. Apa dampaknya dari isi kebijakan?
5. Evaluasi
a. Bagaimana tingkatan dampak kebijakannya diukur?
b. Siapa yang melakukan evaluasi kebijakan?
c. Apa konsekuensi dari evaluasi kebijakan?
d. Adakah tuntutan untuk melaksanakan
perubahan/pembatalan?
70 Kebijakan Publik
3. Pembuat kebijakan
Suatu proses ketika pemerintahan memilih untuk
melaksanakan suatu perbuatan/tidak melaksanakan
suatu aksi.
4. Pelaksanaan kebijakan
Suatu proses untuk melakukan kebijakan agar
memperoleh hasil yang maksimal.
5. Evaluasi kebijakan
Suatu proses untuk memonitoring dan memberi nilai
hasil.
72 Kebijakan Publik
sesuai dengan norma yang ada/tidak. Nilai yang
terkandung pada suatu kebijakan terdapat pelanggaran
kode etik/nilai substansi. Unsur nilai dan norma ialah
urutan yang tidak bisa diabaikan bagi pihak yang
mengambil kebijakan, sebab nilai dan norma tersebutlah
yang mengantarkan kebijakan tersebut pada keberhasilan.
3. Institusional politik
Lembaga pemerintah ialah lembaga publik yang
dibangun didasarkan asas demokrasi. Proses
kepemimpinannya dalam lembaga negara dianut
didasarkan sistem politik. Jabatan kepala negara dan
kepala pemerintah ialah berdasarkan pilihan politik.
Presiden, Gubernur, dan Wali Kota/Bupati ialah jabatan
politik. Sehingga, kebijakan yang didasarkan
pertimbangan politik. Sesudah melihat aspek nilainya dan
normanya dalam suatu kebijakan, maka tahapan
berikutnya ialah masuk pada ruangan institusi politik.
Diterimanya/tidaknya kebijakan tersebut merupakan
suatu kebijakan. Bermacam pertimbangan dan
kemungkinan menjadi pilihan terbaik dalam proses
politik. Koalisasi berjalan seiringan dan terintegrasi sesuai
dengan keputusan bersama guna tercapainya keinginan
bersama yang membentuk suatu kebijakan publik.
74 Kebijakan Publik
Gambar 1. Urutan Kebijakan Publik (Nugroho, 2016).
76 Kebijakan Publik
alternatif keputusan dalam menyelesaikan permasalahan
publik. Pemahaman akan 4 empat dinamik yang saling
memberi pengaruh akan membantu pada pengkajian suatu
kebijakan.
Proses kebijakan ialah publik yang merupakan core
business dari tiap sistem administrasi negara modern yang
mendasarkan diri pada sistem pemerintah yang demokrasi
dan konstitusional (Mustopadidjaja, 2000). SANKRI sebagai
tatanan kelembagaan NKRI memiliki peran sebagai sistem
penyelenggaraan kebijakan publik. Dengan demikian
kegiatan pengelolaan kebijakan publik di Indonesia harus
mengacu pada dimensi nilai yang kandungnya pada SAKRI
meliputi:
1. Kepastian hukum
2. Demokratis
3. Kebersamaan
4. Ikut serta
5. Transfraransi
6. Desentralisasi
7. Daya guna
8. Hasil guna
9. Akuntabel
78 Kebijakan Publik
Kebijakan dibuatkan sekali untuk rentang waktu tertentu
sebagai suatu solusi terhadap masalah dan kepentingan
melayani.
Proses merumuskan kebijakan publik bisa dilihat
sebagai proses pengkajian kebijakan publik yang cakupannya
pada tahap-tahap ini:
1. Langkah mengkaji masalah pada lingkungan masyarakat
yang perlu tindakan/intervensi pemerintahan dengan
suatu kebijakan. Menganalisis suatu masalah ke dalam
variabel-variabel yang saling berpengaruh dengan yang
lain.
2. Langkah menyusun model hubungan antara variabel-
variabel masalah yang saling berpengaruh dan
mempunyai hubungan sebab-akibat, sehingga
menyederhanakan kerangka analisa kebijakan.
3. Langkah merumuskan tujuan dan target dalam
memecahkan masalah yang perlu suatu aksi kebijakan dari
pemerintahan, sesuai tuntutan aspirasi dan kepentingan
pemerintahan, warga ataupun dunia bisnis.
4. Langkah pengembangan bermacam pilihan tindakan
kebijakan yang bisa dijalankan berdasarkan kemungkinan
keefektifan dalam menyelesaikan masalah.
5. Langkah menentukan persyaratan/tolak ukur yang bisa
dipergunakan sebagai instrument guna pengujian dan
80 Kebijakan Publik
Jika dilihat sebagai suatu sekumpulan/suatu set
lembaga yang kompleks dengan wewenang dan kekuasaan
terhadap suatu daerah, maka kebijakan publik memiliki arti
semua ketetapan yang ditetapkan dalam upaya
melaksanakan wewenang/kekuasaan pemerintahan
terhadap warga yang keberadaannya ada pada daerah
tersebut. Pada kenyataannya saat ini menjadi demikian
kompleks, dengan muncul suatu paradigma yang menggeser
kedudukan pemerintahan menjadi ke pemerintahan yang
artinya bahwa kewenangan atas suatu wilayah tersebut tidak
semata-mata menjadi monopoli pemerintahan, namun juga
society. Sehingga kebijakan publik bisa memiliki arti sebagai
kesepakatan yang ditentukan dan dilakukan dengan
bersama-sama antar pemerintahan dan keterwakilan warga
pada suatu institusi.
Pada hubungan dengan prinsip ke pemerintahan yang
baik, maka dalam perumusan kebijakan oleh pemerintahan
baik di pusat ataupun daerah harus mampu mencerminkan
karakteristik ke pemerintahan yang baik (good governance).
Karakteristik ke pemerintahan yang baik dalam proses
perumusan kebijakan publik antara lain mencakup:
1. Ada keikutsertaan dari warga pada perumusan kebijakan
2. Ditaatinya dengan utuh, tidak diskriminatif, dan adil.
82 Kebijakan Publik
BAB VIII
MODEL PELAKSANAAN KEBIJAKAN
A. George C. Edward III
Model pelaksanaan kebijakan yang dijelaskan oleh Edward
menunjuk pada 4 variabel yang memiliki peranan utama
terhadap pencapaian suatu keberhasilan pelaksanaan, yaitu
1. Komunikasi
Menunjukkan bahwa tiap kebijakan bisa dilakukan
dengan benar jika adanya suatu komunikasi yang baik
antar pelaksana kegiatan dengan kelompok yang menjadi
sasarannya.
2. Sumber daya
Menunjukkan bahwa tiap kebijakan wajib mendapat
dukungan oleh sumber daya yang layak, baik sumber daya
manusianya atau keuangan.
3. Disposisi
Menunjukkan karakteristik yang menempel kuat
kepada pelaksana kegiatan
4. Struktur birokrasi
Aspek ini cakupannya pada mekanisme dan struktur
organisasi pelaksanaan.
83
Gambar 2 Model Kebijakan George C. Edward III
84 Kebijakan Publik
Gambar 3 Model Pelaksanaan Kebijakan Van Meter & Van Horn
C. Merilee Grindle
Pencapaian pelaksanaan menurut Merilee S. Grindle
dipengaruhi oleh 2 variabel, yaitu isi kebijakan dan
lingkungan pelaksanaan.
Variabel dari isi kebijakan tersebut meliputi:
1. Sampai mana kepentingan target kelompok termuat pada
isi kebijakan
2. Jenis manfaatnya yang diterima oleh sasaran kelompok,
contohnya, warga ada daerah slum areas lebih menyukai
program air bersih/perlistrikan dari pada program kredit.
3. apakah letak sebuah program sudah tepat.
D. Charles Jones
Menurut Jones menyatakan dalam pelaksanaan program, ada
3 jenis kegiatan yang perlu menjadi perhatian, yaitu
1. Pengorganisasian
Melakukan penataan sumber daya, unit, dan strategi
supaya kebijakan bisa memberikan hasil.
2. Interpretasi
Menafsirkan bahasa kebijakan menjadi
perencanaan dan pengarahannya yang tepat, bisa
diterima dan dilaksanakan dengan baik.
3. Pelaksanaan
Aturan rutin dari layanan, pembayaran/lainnya yang
disesuaikan dengan tujuannya.
E. Thomas R. Dye
Model pelaksanaan kebijakan dari Thomas sering disebut
dengan istilah “Model Pelaksanaan Interaktif.' Model ini
beranggapan bahwa pelaksanaan kebijakan sebagai proses
yang dinamis, sebab tiap-tiap pihak yang ikut serta bisa
memberi usul terhadap perubahan dalam bermacam tahapan
implementasi. Hal tersebut dilaksanakan ketika programnya
dianggap kurang memenuhi harapan berbagai pihak. Artinya
bahwa banyak tahapan pelaksanaan program/kebijakan
akan di analisa dan dilakukan evaluasi oleh tiap pihak,
Karakteristik Permasalahan
Tingkatan hambatan teknis dari permasalahan yang
bersangkutan. Sehingga, sifatnya dari permasalahan itu
sendiri akan memberi pengaruh mudah tidak mudahnya
sebuah kebijakan dilakukan. Tingkatan kemajemukan dari
kelompok target. Hal ini mempunyai arti bahwa sebuah
88 Kebijakan Publik
kebijakan akan cukup mudah dilaksanakan jika suatu
kelompok targetnya merupakan target yang homogen.
Karakteristik Kebijakan
1. Kejelasan isi kebijakan
Hal ini memiliki arti semakin jelas dan rinci isi suatu
kebijakan akan memudahkan dalam pelaksanaannya
sebab orang yang melaksanakan dapat dengan mudah
memahaminya dan menerjemahkannya ke dalam suatu
aksi yang nyata. Dan begitupun juga sebaliknya,
ketidakjelasan isinya suatu kebijakan akan berpotensi
melahirkan distorsi dalam pelaksanaannya.
Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki
dukungan teoretis.
Kebijakan yang memiliki dasar teoretis memiliki
sifat lebih mantap karena sudah teruji, walaupun untuk
beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi.
2. Besar anggaran sumber daya financial terhadap kebijakan
Sumber daya keuangan ialah salah satu faktor yang
krusial untuk tiap kegiatan. Tiap-tiap kebijakan perlu
adanya suatu dukungan staf untuk melaksanakan
pekerjaan administrasi dan teknisnya, serta
memonitoring kebijakan, yang seluruhnya memerlukan
biaya.
Lingkungan kebijakan:
1. Kondisi sosial ekonomis warga dan tingkatan kemajuan
teknologi.
Warga yang sudah terbuka dan terdidik akan cukup
mudah menerima kegiatan-kegiatan pembaruan dari pada
dengan warga yang masih tertutup dan tradisional.
90 Kebijakan Publik
2. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan.
Kebijakan yang memberi insentif biasanya mudah
memperoleh dukungan warga. Begitupun juga suatu
kebijakan yang sifatnya disinsentif.
3. Perilaku dari kelompok pemilih
Kelompok pemilih yang berada pada warga bisa
memberi pengaruh pelaksanaan kebijakan dengan
berbagai langkah, yakni
a. Kelompok pemilih bisa melaksanakan intervensi
terhadap keputusan yang dibuat oleh badan pelaksana
dengan bermacam komentar dengan maksud
mengubah suatu ketetapan
b. Kelompok pemilih bisa mempunyai keterampilan
dalam memberi pengaruh badan-badan pelaksana
secara tidak langsung dengan kritikan yang dipublikasi
terhadap kinerja badan pelaksanaan, dan membuat
pernyataan yang diarahkan kepada badan legislatif.
c. Tingkatan komitmen dan keterampilan dari aparat dan
implementor.
92 Kebijakan Publik
DAFTAR PUSTAKA
93
Hayat. 2018. Kebijakan Publik (Evaluasi Reformasi
Formulasi). Malang: Intrans Publishing.
Hogwood, B.W. and L.A. Gunn. 1988. Policy Analysis for the
Real World. Oxford: University Press.
Daftar Pustaka 95
Philipus M. Hadjon. 2018. Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
96 Kebijakan Publik
TENTANG PENULIS
97
98 Kebijakan Publik
TENTANG EDITOR
99
100 Kebijakan Publik