DISUSUN OLEH :
1. Sitti Aisyah Nim: 215080500111048
2. Dea Nur’ainina Hasanah Nim: 215080500111044
3. Felyta Dian Permatasari Nim: 215080501111030
4. Luqman Hakim Nim: 215080500111046
Dalam bahasa latin, Crusta sendiri memiliki arti cangkang. Sehingga, Crustacea disebut juga dengan hewan
bercangkang. Ada lebih dari 26.000 jenis Crustacea dan jenis yang paling umum ialah udang dan kepiting.
Crustacea sendiri berhabitat di air laut atau air tawar, ada juga yang tinggal di darat namun hanya sedikit.
Hewan crustacea ini biasanya bernafas menggunakan insang. Tubuhnya terdiri dari atas kepala (cephalo),
dada (thorax), dan perut (abdomen). Bagian kepalanya biasanya terdiri atas lima ruas yang tergabung
menjadi satu. Mereka juga mempunyai dua pasang antena, sepasang mandibel (mandible) atau rahang dan
dua pasang maksila (maxilla). Beberapa diantaranya biasanya digunakan untuk berjalan. Ruas abdomen ini
biasanya lebih sempit dan lebih mudah bergerak dari pada kepala dan dada. Bagian -ruas tersebut
mempunyai embelan yang ukurannya sering mengecil.
Crustacea memiliki beberapa peran bagi kehidupan. Karena dalam tubuh crustacea memiliki banyak gizi
sehingga peran yang paling digunakan manusia ialah dagingnya yang dijadikan sebagai makanan yang
memiliki gizi tinggi. Ada pula berbagai peran lain dari crustacea ini. dengan peran tersebut tentunya
menjadikan Crustacea memiliki dampak negatif dan positif. Namun, dengan adanya hal tersebut
diharapkan agar manusia bisa mengelolanya dengan benar supaya Crustacea ini tetap bisa berkembang
biak dengan baik.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu definisi arthropoda crustacea ??
2. Terdiri dari apa saja sistem pokok arthropoda crustacea ??
3. Apa saja ciri pokok arthropoda crustacea ??
4. Peran apa yang dimiliki arthropoda ??
5. Jenis-jenis udang apa saja ??
6. Daur hidupnya seperti apa ??
7. Dampak positif dan negatif dari arthropoda crustacea ??
1. Udang Jerbung(Penaeus merguiensis) Udang jerbung disebut juga dengan udang putih “White
Shrimp”. Ciri-ciri udang ini biasanya memiliki kulit tipis dan licin, warna putih agak kekuningan
dengan bintik hijau dan ada pula yang berwarna kuning kemerahan. Udang ini mempunyai beberapa
jenis, diantaranya yaitu:
Udang Peci, yang warna kulitnya lebih gelap dan mempunyai bintik hitam.
Udang Bambu, kulitnya berwarna kuning, mempunyai bercak merah seperti bambu.
Udang Banana , mempunyai warna kulit kuning seperti kulit pisang.
2. Udang Flower(Penaeus s.p) Udang ini biasanya berwarna hijau kehitaman dengan garis melintang
yang warnanya coklat, kulit dan kakinya agak kemerahan. Corak warnanya seperti bunga dengan
nama dagang“Flower Shrimp”.
3. Udang Windu/Pacet/Tiger(Penaeus monodon) Udang ini memiliki kulit yang tebal dan keras,
umumnya berwarna hijau kebiruan dengan garis melintang lebih gelap, ada juga yang berwarna
kemerahan dengan garis melintang berwarna coklat kemerahan.
4. Udang Cokong/Tokal/Galah/Fresh Water(Macrobrachium s.p) Udang ini ialah udang air tawar.
Memiliki warna yang bermacam-macam, ada yang hijau kebiruan, hijau kecoklatan, kuning
kecoklatan dan berbercak seperti udang windu tetapi bentuknya lebih bulat.
5. Udang Dogol(Metapenaeus monoceros) Udang ini biasanya memiliki kulit yang tebal dan kasar,
berwana agak merah muda dan kekuningan. Nama dagangnya ialah Pink Shrimp, ada yang berwarna
kuning kehijuan disebut yellow White Shrimp.
DAUR HIDUP UDANG
Daur hidup udang ini meliputi beberapa tahapan yang membutuhkan habitat yang berbeda pada setiap
tahapan. Udang yang melakukan pemijahan di perairan yang relatif dalam. Setelah menetas, biasanya
larva yang bersifat planktonis terapung-apung dibawa arus, kemudian berenang mencari air dengan
salinitas rendah disekitar pantai atau di muara sungai. Di kawasan pantai, larva udang tersebut dapat
berkembang. Menjelang dewasa, udang tersebut berupaya kembali ke perairan yang lebih dalam dan
memiliki tingkat salinitas yang lebih tinggi untuk pemijahan. Tahapan tersebut berulang-ulang untuk
membentuk siklus hidup udang. Udang penaeid dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga
mengalami beberapa fase, diantaranya yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile (udang muda), dan
udang dewasa. Setelah telur-telur itu menetas, larva hidup di laut lepas dan menjadi bagian dari
zooplankton. Saat stadium, post larva bergerak ke daerah yang dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke
dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini juga memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu
yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari,
udang dewasa akan kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan
pemijahan terjadi.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF ARTHROPODA CRUSTACEA
Secara umum, arthropoda ialah hewan yang memiliki kaki berbuku-buku atau beruas-ruas. Arthropoda ini
termasuk dalam kelompok kingdom Animalia. Subfilum arthropoda ini sendiri adalah crushtacea.
Crushtacea sendiri adalah hewan akuatik(air) yang biasanya terdapat di air laut maupun air tawar.
Tubuhnya sendiri terdiri atas 5 ruas kepala(plus acron), torak dan abdomen. Salah satu contoh filum
crushtacea ini yaitu udang. udang ialah salah satu komoditas perikanan yang banyak mengandung gizi
dan nutrisi. Komoditas udang ini membuat permintaan cukup tinggi baik untuk impor maupun ekspor.
Dampak positif dari meningkatnya komoditas ini yaitu menjadi peluang usaha bagi beberapa masyarakat,
khususnya daerah pesisir. Keberadaan suatu usaha ini pasti akan menimbulkan suatu dampak baik
terhadap kondisi social ekonomi. Potensi yang baik dari budidaya udang ini membuat beberapa daerah di
bagian pesisir tertarik mengembangkan sistem budidaya udang. Salah satu contoh budidaya udang yang
sangat diminati masyarakat adalah budidaya udang jenis vaname.
Selain itu, keberadaan suatu usaha tidak dapat dipungkiri bahwa usaha-usaha baru pasti akan
menimbulkan suatu dampak baru bagi suatu lingkungan sekitar baik itu dalam fisik. Keberadaan usaha
tambak udang ini pasti menyebabkan suatu dampak negative terhadap lingkungan. Dampak terhadap
lingkungan usaha budidaya udang tambak vaname secara intensif juga perlu diperhatikan. Misalnya, pada
pembuangan limbah bekas pakan udang memiliki dampak yang kurang baik bagi lingkungan perairan,
tentu hal ini menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan oleh petani udang. Pesatnya perkembangan
kegiatan budidaya udang di beberapa kawasan dapat mengakibatkan kerusakan habitat ataupun ekosistem
laut, jika tidak dikelola dengan baik. Kerusakan ini terjadi akibat dari limbah yang tidak termanfaatkan
sehingga menyebabkan racun bagi organisme di sekitar budidaya udang. Oleh karena itu, pengembangan
budidaya udang harus dikelola secara baik dan benar agar tidak menyebabkan kerusakan pada ekosistem
laut maupun tambak.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
1. Arthropoda crustacea secara umum memiliki 3 ordo dengan ordo terbesar adalah bagian
dari ordo isopoda
2. Pada arthhropoda crustacea memiliki bagian tubuh yang beruas-ruas atau bersegmen dengan
sepasang kaki pada setiap ruas tubuhnya dengan eksoskeleton yang mengandung zat chitin.
3. Dengan banyaknya jenis udang maupun jenis arthropoda crustacea lainnya dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan sumber ekonomi masyarakat
4. Dalam siklus daur hidup udang, mereka mempunyai daur hidup yang mudah di
budidayakan namun pembudidayaan tersebut harus memperhatikun iklim
5. Udang membutuhkan pasokan nutrisi esensial untuk keberlangsungan hidupnya
SARAN
Agar dapat memanfaatkan arthropoda crustacea secara maksimal kita harus memperhatikan cara
membudidayakannya dengan baik dan benar termasuk dengan memperhatikan dampak positif dan negatif
yang telah kita buat. Bagi manusia kelompok dari arthropoda crustacea memang memiliki banyak manfaat
dan memiliki nilai yang tinggi, maka dari itu kita tidak diperbolehkan untuk berburu secara berlebihan, dan
sudah seharusnya kita mengambil sesuai kebutuhan dan tidak lupa untuk melestarikan keberadaannya untuk
menjaga keseimbangan ekosistem dari kelompok arthropoda crustacea.
DAFTAR PUSTAKA
1. Afifah, Halwa. 2018. Morfologi, Siklus Hidup Serta Epidemiologi Crustacea(Udang).
Banjarbaru: Yayasan Borneo Lestari Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari.
2. Syafrudin, Syafrudin, 2016. Identifikasi Jenis Udang(Crustacea) di Daerah Aliran Sungai(DAS)
Kahayan Kota Palangka raya Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya: IAIN Palangka
Raya.
3. Yulitasari, Nurma. 2020. Modul Taksonomi Invertebrata. Lampung: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan.
4. Rifsanjani, Venora Elisa Launa. 2018. Studi Keanekaragaman dan Kelimpahan Crustacea Pada
Area Padang Lamun Pantai Bama dan kajang, Taman Nasional Baluran. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Waspodo, saptono, dkk. 2013. Budidaya Lobster(Panulirus homarus) dan Abalon(Haliotis .sp.)
Dengan Sistem Integrasi di Perairan Teluk . Ekas Mataram: Universitas Mataram.