Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STUDI KASUS FARMASI

RUMAH SAKIT
KASUS 5 “ HIPERTIROID”

Dosen Pembimbing :
Dr. apt. Gunawan Pamudji, M.Si.

Di susun oleh :
1. Ela Erika (2320455066)
2. Elkana Bily (2320455067)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA


2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertiroid adalah peningkatan kadar hormon tiroid bebas secara berlebihan yang
beredar dalam sirkulasi peredaran darah tubuh akibat hiperaktivitas kelenjar tiroid yang
ditandai dengan peningkatan kadar free Thyroxine fT4, Thyroxine (T4), free
Triiodothyronine (fT3) atau Triiodothyronine (T3) dan penurunan Thyroid Stimulating
Hormone (TSH). 3 Hipertiroid dapat didiagnosis secara tepat melalui pemeriksaaan
laboratorium dengan menguji kadar hormon tiroid dan TSH di dalam darah. Dikatakan
hipertiroid jika TSH serum24,5pmol/l atau fT3>6.3pmol/l. Selain dari diagnosis pasien
melalui pemeriksaan laboratorium, hipertiroid memiliki manifestasi klinis yang terdiri dari
peningkatan frekuensi denyut jantung, gelisah, lekas marah, tremor, iritabilitas, tidak tahan
panas, keringat berlebihan, penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar, gondok,
exopthalmus, dan lain-lain (Vadiveloo et al.).

Sebagian besar pasien dengan hipertiroid ditandai dengan adanya pembesaran


kelenjar tiroid, atau juga bisa disebut dengan struma. Pada penyakit Graves, struma diikuti
oleh adanya kelainan pada mata (oftalmopati) dan kulit (dermopati). Ketiga hal tersebut
disebut dengan trias Graves. Dasar penatalaksanaan hipertiroid adalah membatasi sekresi
hormon tiroid, baik dengan cara pemberian terapi yang menghambat sintesis atau pelepasan
hormon tiroid, maupun dengan menurunkan jumlah jaringan kelenjar tiroid. Terdapat tiga
pilihan terapi yang efektif untuk hipertiroid, yaitu pengobatan antitiroid, iodin radioaktif, dan
pembedahan.

Prevalensi kasus hipertiroid banyak ditemukan pada seluruh populasi. Berdasarkan


data dari hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14%
perempuan memiliki kadar TSH rendah yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid,
meskipun secara persentase kecil namun secara kuantitas cukup besar. Pada provinsi jawa
tengah prevalensi yang terdoagnosis hipertiroid 0,5% (Infodantin, 2015).
B. Rumusan Masalah studi kasus
1. Lakukan analisis SOAP untuk pasien
2. Bagaimana algoritma terapi untuk gangguan hipertiroid?
3. Apa saran anda terkait pilihan terapi untuk pasien tsb?
4. Apa pula saran terapi untuk mengatasi simptom?
5. Bila pasien hamil dalam kondisi hipertiroid masih berlangsung, terapi antitiroid apa
yang anda sarankan?
6. Bila pasien sudah usai melahirkan dan dalam kondisi menyusui, terapi antitiroid apa
yang anda sarankan?
7. Apa monitor yang perlu dilakukan untuk pasien?
8. Bila kondisi pembesaran kelenjar terus berlangsung terapi apa yang sebaiknya
disarankan?
9. Bila digunakan terapi yang akan meniadakan fungsi kelenjar tiroid pasien akan
mengalami kondisi hipotiroid setelah terapi tsb, apa yang perlu disarankan utk
pasien dg kondisi barunya itu?
10. Carilah data biaya terapi pada pasien hipertiroid, bandingkan obat-obat antitiroid
(misal antara PTU dengan metimazol atau obat antitiroid lain).
C. Tujuan penyelesaian
1. Untuk mengetahui analisis SOAP untuk pasien
2. Untuk mengetahui algoritma terapi untuk gangguan hipertiroid
3. Mengetahui saran terkait pilihan terapi untuk pasien tersebut
4. Mengetahui saran terapi untuk mengatasi simptom
5. Mengetahui terapi terapi antitiroid pada ibu hamil yang masih berlangsung.
6. Mengetahui terapi antitiroid pasien sudah usai melahirkan dan dalam kondisi
menyusui.
7. Mengetahui monitor yang perlu dilakukan untuk pasien
8. Mengetahui terapi bila kondisi pembesaran kelenjar terus berlangsung
9. Mengetahui terapi bila digunakan terapi yang akan meniadakan fungsi kelenjar tiroid
pasien akan mengalami kondisi hipotiroid setelah terapi tersebut , apa yang perlu
disarankan.
10. Mengetahui data biaya terapi pada pasien hipertiroid, dan bandingkan obat-obat
antitiroid (misal antara PTU dengan metimazol atau obat antitiroid lain).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hipertiroid
Penyakit hipertiroid adalah suatu keadaan ketika fungsi kelenjar gondok (tiroid)
menjadi berlebihan.Kelebihan fungsi kelenjar tersebut meningkatkan produksi hormon
tiroid yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Gejala penyakit hipertiroid antara lain:
jantung berdebar-debar, berkeringat banyak, penurunan berat badan, cemas, tidak tahan
terhadap udara dingin, dan lain-lain. (Riskesdas, 2013).
B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertiroid dibagi menjadi hipertiroid primer dan sekunder.
(Djokomoeljanto R, 2014) :

Hipertiroid primer Hipertiroid sekunder

Graves’ disease (70%) TSH-secreting tumor chGH secreting


tumor

Toxic multinodular goiter Tirotoksikosis gestasi (trimester pertama)

Adenoma toksik Resistensi hormon tiroid

Obat-obatan yodium dan litium yang


berlebih
Karsinoma tiroid yang berfungsi

Struma ovarii (ektopik)

Mutasi TSH-r

C. Patofisiologi
Penyebab terbanyak hipertiroid primer adalah graves’ disease, toxic multinodular
goiter, dan adenoma toksik. Berikut patofisiologi hipertiroid berdasarkan ketiga etiologi
tersebut. Salah satunya Graves’ Disease. Sekitar 70% kasus hipertiroidisme di dunia
disebabkan oleh Graves’ disease. Graves’ disease merupakan gangguan autoimun berupa
peningkatan kadar hormon tiroid. Kondisi ini disebabkan karena adanya thyroid
stimulating antibodies (TSAb) yang dapat berikatan dan mengaktivasi reseptor TSH
(TSHr). Aktivasi reseptor TSH oleh TSAb memicu perkembangan dan peningkakan
aktivitas sel-sel tiroid sehingga menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid melebihi
batas normal. TSAb dihasilkan melalui proses respon imun karena adanya paparan
antigen. Namun pada Graves’ Disease sel-sel APC (antigen presenting cell) menganggap
sel kelenjar tiroid sebagai antigen yang dipresentasikan pada sel T helper melalui
bantuan HLA (human leucocyte antigen). Selanjutnya T 10 helper akan merangsang sel
B untuk memproduksi antibodi berupa TSAb. (Groot L, 2015) Salah satu faktor risiko
penyebab timbulnya Graves’ Disease adalah HLA. Pada pasien Graves’ Disease
ditemukan adanya perbedaan urutan asam amino ke tujuh puluh empat pada rantai HLA-
DRb1. Pada pasien Graves’ Disease asam amino pada urutan tersebut adalah arginine,
sedangkan umumnya pada orang normal, berupa glutamine. (Groot L, 2015)
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Seorang pasien perempuan berusia 34 th mengalami gejala hipertiroid seperti keringat


berlebih yang terasa panas di badan, nafsu makan meningkat tetapi berat badan malah
menurun, pola menstruasi berubah, takhikardi. Diamati ada pembesaran pada kelenjar
gondoknya.
Hasil pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid yang meliputi T4, T3, TSH, antibodi anti-TSH
reseptor adalah sebagai berikut ;
T4 bebas (FT4) 2.87 ng/dL (nilai normal pd perempuan pubertas/dewasa : 0.73-1.84)
T3 total 374.00 ng/dL (nilai normal :123-211)
TSH <0.018 mU/L (nilai normal : 0,5-5 mU/L)
T4 18.2 ug/dL (nilai normal : 5.0-12.0 ug/dL)
Antibodi antitiroglobulin >3000 IU/ml (hasil Ab negatif <60 IU/mL, equivocal 60-100
IU/mL, positif >100 IU/mL).
Dari data laboratorium tsb ditemukan bahwa pasien positif mengalami penyakit hipertiroid
Grave.
Riwayat pengobatan :
Pasien pada awalnya diterapi dengan metimazol namun setelah 2 minggu terapi pasien
mengalami gangguan sendi sehingga metimazol dihentikan. Kondisi pembesaran kelenjar
gondok dalam perjalanan terapi masih terus muncul.
Tugas :
1. Lakukan analisis SOAP untuk pasien
2. Bagaimana algoritma terapi untuk gangguan hipertiroid?
3. Apa saran anda terkait pilihan terapi untuk pasien tersebut?
4. Apa pula saran terapi untuk mengatasi simptom?
5. Bila pasien hamil dalam kondisi hipertiroid masih berlangsung, terapi antitiroid apa
yang anda sarankan?
6. Bila pasien sudah usai melahirkan dan dalam kondisi menyusui, terapi antitiroid apa
yang anda sarankan?
7. Apa monitor yang perlu dilakukan untuk pasien?
8. Bila kondisi pembesaran kelenjar terus berlangsung terapi apa yang sebaiknya
disarankan?
9. Bila digunakan terapi yang akan meniadakan fungsi kelenjar tiroid pasien akan
mengalami kondisi hipotiroid setelah terapi tsb, apa yang perlu disarankan utk pasien
dengan kondisi barunya itu?
10. Carilah data biaya terapi pada pasien hipertiroid, bandingkan obat-obat antitiroid
(misal antara PTU dengan metimazol atau obat antitiroid lain).
Catatan : lakukan pengisian form PTO pada setiap kasus

PENYELESAIAN
1. Analisis SOAP untuk Pasien
Subjektive
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 34 tahun
Keluhan :
 Keringat berlebih yang terasa panas di badan
 Nafsu makan meningkat tetapi berat badan malah menurun
 Pola menstruasi berubah
 Takhikardi
 Ada pembesaran pada kelenjar gondoknya

Objektif

Data Laboratorium Hasil Nilai Normal Kategori


Pemeriksaan
T4 bebas (FT4) 2.87 ng/dL 0.73-1.84 Tinggi
T3 Total 374.00 ng/dL 123-211 Tinggi
TSH <0.018 mU/L 0,5-5 mU/L Rendah
T4 18.2 ug/dL 5.0-12.0 ug/dL Tinggi
Antibodi >3000 IU/ml hasil Ab negatif <60 IU/mL, equivocal 60-100
antitiroglobulin IU/mL, positif >100 IU/mL

Riwayat pengobatan :

Pasien pada awalnya diterapi dengan metimazol namun setelah 2 minggu terapi pasien
mengalami gangguan sendi sehingga metimazol dihentikan.
Assesment
 Thyroid-stimulating hormone ( TSH) rendah
Kadar h-TSH : <0.018 mU/L menurun.
Pada hipertiroid, konsentrasi TSH plasma menurun karena terdapat suatu antibody yang
menyerupai TSH, biasanya antibody immunoglobulin (TSI) yang berikatan dengan
reseptor yang mengikat TSH. Dimana senyawa tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel sehingga hasil akhirnya hipertiroid.

 Trilodothyronine (T3) total dan tiroksin (T4) tinggi


Sekresi hormon tiroid (T3, T4) meningkat
Hal ini disebabkan karena TSI yaitu pembentukan TSH ditekan oleh kelenjar hipofisis
anterior sehingga kelenjar tiroid dipaksa mesekresikan hormon hingga diluar batas yang
menyebabkan sel-sel sekretori kelenjar membesar dan terjadi peningkatan laju
metabolisme diatas normal dan terjadi penurunan berat badan dan ketidakseimbangan
energi.
 Masalah yang dialami pasien : Hipertiroid graves
 Penggunaan metimazole yang berefek samping nyeri sendi, perlu dihentikan dan diganti
antitiroid lain, seperti PTU (Hermawan, 1990)
 Diperlukan terapi lain untuk mengatasi takikardi yaitu penggunaan obat beta bloker,
seperti propranolol (Hermawan, 1990)

Plan
Tujuan Terapi:
 Mengobati dan mengatasi gejala hipertiroid
 Menormalkan kadar TSH
 Mengobati takikardia
 Mengurangi nyeri

Pemberian Terapi:
Menurut PPK IDAI 2017 terapi graves desease sebagai beikut :
Terapi medikamentosa
PTU (Propythiouracil)
 Mekanisme kerja : PTU yaitu menghambat kerja enzim thyroid peroxidase dan
mencegah pembentukan hormon tiroid.
 Dosis : 300-600mg dalam 3 dosis bila klinis graves jelas (PPK IDAI 2017)
 Pasien tetap di kontrol selama 4-8 minggu (untuk melihat penurunan abnormalitas),
kemudian dosis mulai diturunkan 50-300mg. penyesuaian dosis dilakukan setiap bulan.
Pengobatan dilanjutkan 1-2 tahun.
 PTU juga perlu dipantau fungsi heparnya terutama pada 6 bulan pertama
pemakaian. Pemantauan terhadap gejala gangguan hepar seperti nyeri perut,
penurunan nafsu makan, ikterik, perubahan warna feses menjadi seperti dempul,
dan pruritus perlu dilakukan secara berkala. Pemeriksaan penunjang untuk
mengetahui fungsi hepar seperti kadar enzim transaminase, bilirubin, waktu
protrombin, dan alkalin fosfatase dapat dilakukan. Jika terdapat kecurigaan adanya
gangguan hepar, segera hentikan penggunaan PTU.
 PTU harus dihentikan jika kadar transaminase meningkat 2-3 kali lipat di atas
kadar normal dan gagal membaik dalam 1 minggu setelah diulang tes tersebut

Pengobatan Simtomatik
 Betablocker atau penghambat beta adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gejala
yang muncul akibat hipertiroidisme seperti hiperaktif, detak jantung cepat (Takikardia),
dan tremor. Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh penderita asma.
- Beta adrenergic blocker (misal propranolol, atenolol, metoprolol) direkomendasikan
untuk hipertiroid yang denyut jantungnya > 100x/menit.
- Beta adrenergic blocker bisa dihentikan ketika kadar hormon tiroid sudah mencapai
normal.
- Beta adrenergic blocker (Propanolol) juga dikatakan dapat menurunkan perubahan T4
ke T3 di jaringan perifer sehingga dapat menurunkan jumlah hormone yang dalam
bentuk aktif (Srikandi, 2020).
- Dosis propanolol: 40 ‐ 80 mg dalam 2-4 dosis (PPK IDAI 2017).
2. Algoritma terapi untuk ganggun hipertiroid.

Kondisi Pilihan obat dan terapi Alternatif


Hipertiroid tanpa Thioamida Thioamida + beta
thyrotoxicosis (PTU/Methimazole blockeralium iodida
Hipertiroid dengan Thioamida + beta blocker Thioamida + iodin
thyrotoxicosis radioaktif + beta blocker

Syndrome graves & Thionamida ( PTU,


goither metamizole, dan
karbimazole ) + iodin
radioaktif.

3. Saran Pilihan Terapi


Karena penggunaan metimazole menimbulkan efek samping nyeri sendi maka pada
kasus tersebut obat antitiroid dapat disarankan penggantian dengan PTU
(Propyltiuracyl) dengan dosis 300-600 mg/ hari setiap 8 jam dengan pengawasan ketat
terutama terkait fungsi hati (PPK IDAI 2017). Efek PTU menghalangi proses
hormogenesis intratiroid, mengurangi disregulasi imun intratiroid serta konversi
perifer dari T4 menjadi T3, bersifat immunosupresif dengan menekan produksi TSAb
melalui kerjanya mempengaruhi aktivitas sel T limfosit kelenjar tiroid (Ariani, 2016).

4. Saran Terapi Mengatasi Simptom


Untuk mangatasi simptom (terapi gejala) pada pasien dapat direkomendasikan
 Analgesik, dengan pemberian yaitu paracetamol 500 mg 3x1 bila perlu untuk
mengatasi nyeri dan rasa panas di badan.
 Propanolol dengan dosis 40 ‐ 80 mg dalam 2-4 dosis. Pada pemberian betabloker
tersebut diharapkan dapat mengurangi symptom tiroid seperti takikardia palpitasi,
cemas, dan tremor (PPK IDAI 2017).

5. Bila pasien hamil dalam kondisi hipertiroid masih berlangsung, terapi antitiroid
apa yang anda sarankan?

Strategi terapi yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah menggunakan PTU
untuk trimester 1, kemudian mengganti ke Methimazole pada trimester 2-3. Hal ini
dikarenakan PTU mengakibatkan bayi terlahir dengan hipertiroid sementara
Methimazol dapat menghambat organogenesis. Pada umumnya, dosis awal pada
pemberian obat antitiroid; MMI 5-15 mg per hari dan PTU 50-300 mg per hari
(Iskandar, 2021).

6. Bila pasien sudah usai melahirkan dan dalam kondisi menyusui, terapi antitiroid
apa yang anda sarankan.

Terapi antitiroid yang disarankan yaitu Metamizole dengan dosis rendah sampai
sedang yaitu 20-30 mg/hari. Mengingat kekhawatiran hepatotoksisitas PTU, sehingga
dijadikan terapi lini kedua untuk kasus hipertiroidisme berat atau reaksi alergi
terhadap pengobatan MMI sebelumnya (Hudzik, 2016).

7. Monitor yang perlu dilakukan untuk pasien


 Monitoring terhadap kadar TSH, FT4, dan T3 total.
 Medical check up dapat dilakukan 4-6 minggu sesudah terapi awal dan setiap
pergantian dosis. Ulangi tiap 2-3 bulan jika dosis sudah sesuai. Namun jika sudah
mendapatkan antitiroid selama 2 tahun dan masih melanjutkan terapi maka
pemantauan laboratorium dapat dilakukan tiap 6-12 bulan (PPK IDAI, 2017).
 Untuk bayi yang disusui ibu yang mengonsumsi OAT disarankan skrinning tes
fungsi tiroid. Perlu evaluasi kadar TSH dan T4 bebas direkomendasikan
setidaknya 3-4 minggu setelah memulai menyusui, tetapi tidak perlu diperiksa
secara teratur, kecuali ada masalah dengan perkembangan somatik/mental bayi
(Hudzik, 2016).
 Pemantauan efek samping obat PTU terhadap fungsi hati
8. Bila kondisi pembesaran kelenjar terus berlangsung terapi apa yang sebaiknya
disarankan
 Terapi Radioiodine
Jika kondisi pembesaran terus tidak terkontrol direkomendasikan pemberian RAI
(Radioiodine treatment) atau dilakukan pengangkatan jika kelenjar > 80 gram
(Hermawan, 1990). Terapi iodium radioaktif ini digunakan untuk menghancurkan
jaringan tiroid. Penderita hipertiroid akan diberikan cairan yang mengandung
yodium radioaktif agar bisa diserap oleh kelenjar tiroid untuk membuat kelenjar
tersebut menyusut. Namun tidak disarankan pada wanita menyusui karena
sejumlah kecil yodium radioaktif dapat ditemukan dalam ASI bahkan beberapa
minggu setelah terapi yodium radioaktif.
 Operasi (Tiroidektomi)
Dilakukan untuk mengangkat tumor dari kelenjar tiroid atau dilakukan
pemotongan kelenjar tiroid yang membesar.

9. Bila digunakan terapi yang akan meniadakan fungsi kelenjar tiroid pasien akan
mengalami kondisi hipotiroid setelah terapi tersebut, apa yang perlu disarankan
untuk pasien dengan kondisi barunya itu?

Disarankan pemberian levothyroxine untuk mengobati hipotiroidisme atau kondisi


yang terjadi saat kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Diberikan
dosis 1,6 mcg/kg perhari dengan dilakukan pemantauan TSH 6-8 minggu dan
dilakukan penyesuaian dosis atas dasar gejala dan evaluasi TSH (Tarigan dan
Siahaan, 2021).

10. Carilah data biaya terapi pada pasien hipertiroid, bandingkan obat-obat
antitiroid (misal antara PTU dengan metimazol atau obat antitiroid lain).

PERTIMBANGAN FARMAKOEKONOMI
Judul
“Evaluasi Penggunaan Obat Antitiroid Pada Pasien Hipertiroid di RSUP Dr. M.
Djamil Padang, Indonesia”
Tahun 2018
Penulis Dian Ayu Juwita , Suhatri, & Risa Hestia
Hasil
 Dari hasil penelitian evaluasi penggunaan obat antitiroid pada pasien hipertiroid di
Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang menggunakan data rekam medik pasien
pada tahun 2015 diperoleh 175 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dengan
jumlah total kunjungan sebanyak 887 kali kunjungan.
 Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 887 kali kunjungan tersebut, penggunaan
obat PTU sebanyak 734 obat (82,75%) lebih banyak dari penggunaan thyrozol
(dengan zat aktif metimazol) sebanyak 153 obat (17,25%).
Kesimpulan
Penggunaan propiltiourasil (82,75%) lebih banyak digunakan dari pada penggunaan
metimazol (17,25%). Harga PTU lebih murah, lebih mudah didapat kan dan
pemakaiannya lebih banyak di Indonesia.
Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Nama Pasien : Ny. A Ruang : -


Umur : 34 tahun BB :-
Jenis Kelamin : Perempuan TB :-
No. RM : 01

Tgl Problem Subjektif Objektif Terapi Assesment DRP Plan Monitoring


Medik Obat
23/2/2023 Hipertiroid Perempuan: 34 Diagnostik methamizol Pemberian Terapi  Mengganti  Pemantauan
Grave tahun - T4 bebas (FT4 2,87 mg/dL metamizol kurang Methamizol dengan thyroid
Keluhan : (nilai normal pada perempuan dihentikan tepat PTU stimulating
Keringat berlebih pubertas dewas karena dapat (Propyltiuracyl) hormone
yang terasa panas di : 0,73-1,84) menyebabkan dosis 300-600 mg/ (TSH), kadar
badan, Nafsu makan - T3 total 374,00 mg/Dl (Nilai efek samping hari setiap 8 jam. tiroksin bebas
meningkat tetapi Normal 123-211) nyeri sendi  Analgesik  Pemantauan
berat badan malah - Tsh 3000 IU/ml (hasil Ab paracetamol 500mg fungsi hati
menurun, Pola negatif 100 IU/ml) 3x1 bila perlu
menstruasi berubah, - Antibodi antitiroglobulin untuk mengatasi
Takhikardi, Ada >3000 IU/ml nyeri dan rasa
pembesaran pada (hasil Ab negative <60 IU/ml- panas di badan
kelenjar gondoknya 100 IU/ml, positif  propanolol dosis
>100 IU/ml) 40‐80 mg dalam 2-
4 dosis untuk
- data laboratorium : mengurangi
+ penyakit hipertiroid Grave takikardia.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D. (2016). Ny. z usia 47 tahun dengan penyakit graves. Jurnal Medula, 4(3), 30-34.

Djokomoeljanto, R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan
Hipertiroidisme Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK
UI. 2006.

Hermawan, A. G. (1990). Pengelolaan dan Pengobatan Hipertiroidi. Cermin Dunia


Kedokteran, 63, 51-55.

IDAI, 2017, Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Diagnosis Dan Tata Laksana
Hipertiroid, Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia

Kemenkes RI, 2015, Infodatin, Bebaskan Dirimu Dari Gangguan Tiroid, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI. 2013.

Kravets, I. (2016). Hyperthyroidism: diagnosis and treatment. American family physician, 93(5),
363-370.

Srikandi, P. R. (2020). Hipertiroidismee Graves Disease: Case Report. Jurnal Kedokteran


Raflesia, 6(1), 30-35.

Vadiveloo T, Donnan PT, Cochrane L, Leese GP. The Thyroid Epidemiology, Audit, and
Research Study (TEARS): the natural history of endogenous subclinical
hyperthyroidism. J Clin Endocrinol Metab. 2011;96(1):E1-E8. doi:10.1210/jc.2010-
0854.

Anda mungkin juga menyukai