Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TENAGA LISTRIK


PERCOBAAN 4

Disusun Oleh:
KELOMPOK 45

Iqbal Reza Mahendra 21060120120005


Gunawan Ibrahim 21060120140044
Kristover Jovian Prasetyo 21060120140144
Hasby Nauly Sabilillah 21060120130047

LAB KONVERSI ENERGI LISTRIK DAN SISTEM TENAGA


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

BAB IV
PERCOBAAN 4
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

4.1 Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja sel surya
2. Mengetahui prinsip kerja PLTS off grid dalam mode full dan shading
3. Mengetahui factor yang mempengaruhi kerja sel surya
4. Mengetahui konversi energi pada sel surya

4.2 Dasar Teori


4.2.1 Prinsip Kerja Panel Surya
Sinar Matahari terdiri dari partikel sangat kecil yang disebut dengan
Foton. Ketika terkena sinar matahari, Foton yang merupakan partikel sinar
Matahari tersebut meghantam atom semikonduktor silikon Sel Surya sehingga
menimbulkan energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron dari struktur
atomnya.  Elektron yang terpisah dan bermuatan Negatif (-) tersebut akan bebas
bergerak pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor. Atom yang
kehilangan Elektron tersebut akan terjadi kekosongan pada strukturnya,
kekosongan tersebut dinamakan dengan “hole” dengan muatan Positif (+).
Daerah Semikonduktor dengan elektron bebas ini bersifat negatif dan
bertindak sebagai Pendonor elektron, daerah semikonduktor ini disebut dengan
Semikonduktor tipe N (N-type). Sedangkan daerah semikonduktor dengan Hole
bersifat Positif dan bertindak sebagai Penerima (Acceptor) elektron yang
dinamakan dengan Semikonduktor tipe P (P-type).
Pada persimpangan daerah Positif dan Negatif (PN Junction), akan
menimbulkan energi yang mendorong elektron dan hole untuk bergerak ke arah
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

yang berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi daerah Negatif sedangkan


hole akan bergerak menjauhi daerah Positif. Ketika diberikan sebuah beban
berupa lampu maupun perangkat listrik lainnya di Persimpangan Positif dan
Negatif (PN Junction) ini, maka akan menimbulkan Arus Listrik.

Gambar 4.1 Prinsip kerja panel surya

4.2.2 PLTS Off Grid


PLTS off grid adalah system tenaga surya yang bekerja mandiri untuk
menyuplai kebutuhan listrik tanpa bantuan dari jaringan listrik PLN. Oleh karena
itu Namanya off grid atau diluar jaringan listrik utama (PLN). Sistem ini harus
dirancang dengan tepat agar menghasilkan daya yang cukup sepanjabg hari,
bahkan sepanjang tahun.
Berbeda dengan PLTS system On grid yang terhubunh dengan jaringan
PLN dan bisa membeli atau menjual listrik ke jaringan tersebut. Keberadaaan
baterai pada system Off grid merupakan bagian yang penting, terutama kapasitas
baterai tenaga surya yang dimiliki.
Kapasitas Baterai harus dapat memenuhi kebutuhan rumah, apalagi kalau
musim hujan yang menjadikan cukup sulit menjumpai sinar matahari dalam waktu
yang lebih lama.
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

Gambar 4.2 Prinsip kerja PLTS off grid

4.2.3 PLTS On Grid


PLTS on grid atau PLTS grid tie system adalah sebuah sistem yang
bekerja secara langsung digunakan untuk berbagai keperluan. Listrik yang
dihasilkan adalah AC sehingga sistem panel surya on grid ini dapat diterapkan
bersama-sama dengan jaringan PLN. Pembangkit listrik tenaga surya sistem on
grid ini cocok diterapkan diperumahan dengan memanfaatkan atap sebagai ruang
untuk menyerap energi matahari. Sistem ini jika dipasang dengan PLN akan
mengurangi pengeluaraan biaya listrik.
PLTS tipe ini dipasang pada bagian atap atau gedung, supaya dapat
menerima panas matahari secara optimal. Nantinya panas yang diterima akan
diubah menjadi arus listrik searah DC dan oleh inverter diubah menjadi arus
bolak-balik AC. Setelahnya baru kemudian disinkronkan dengan arus listrik dari
PLN. 

Gambar 4.3 Prinsip kerja PLTS on grid


Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

4.2.4 PLTS Hybrid


PLTS hybrid adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang didukung oleh
teknologi hybrid, maksudnya, sistem listrik yang dihasilkan oleh panel surya
dapat digabungkan dengan listrik dari PLN. Dengan harapan nantinya sistem
tersebut memudahkan pengguna untuk mendapatkan dukungan energi listrik yang
optimal sekaligus antisipasi saat terjadi kekurangan daya atau pemadaman. 
Listrik yang dihasilkan dari sistem PLTS tipe ini nantinya akan disimpan
ke dalam baterai cadangan, seperti yang diterapkan pada PLTS off grid. Bedanya
jika di tipe off grid, kekurangan cadangan listrik dari baterai diatasi oleh genset.
Sedangkan untuk tipe ini, secara otomatis akan dicadangkan oleh listrik dari
PLN. 

Gambar 4.4 Prinsip kerja PLTS hybrid

4.3 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan instalasi penerangan
satu fase ini, antara lain:
1. Panel Surya
2. Multimeter
3. Clampmeter
4. Irradiation meter
5. Kabel jumper
6. MCB
7. Solar Charger Controller
8. Battery/aki
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

9. Kain berwarna gelap


10. Beban lampu (15 watt, 60 watt, dan 100 watt)

4.4 Langkah Percobaan


4.4.1 Percobaan PLTS Tanpa Beban
1. Rangkai komponen dengan kabel jumper sesuai dengan Gambar 4.5
2. Untuk mendapatkan hasil irradiation, ukur menggunakan irradiation meter
dengan mendekatkan alat tersebut ke panel surya secara tegak lurus.
Nyalakan irradiaton meter hingga nilai konstan, lalu tekan tombol hold untuk
melihat hasil, dan kemudian catat hasilnya pada tabel data percobaan.
3. Untuk mendapatkan hasil Voc, pastikan MCB 1 dalam keadaan terbuka (mati)
lalu ukur rangkaian menggunakan multimeter secara paralel pada MCB
1kemudian catat hasilnya pada tabel data percobaan.
4. Untuk mendapatkan hasil Isc, pastikan MCB 1 dalam keadaan tertutup (nyala)
lalu ukur rangkaian menggunakan multimeter secara seri dan cepat pada
MCB 1kemudian catat hasilnya pada tabel data percobaan.
5. Ulangi langkah 2 – 4 dalam keadaan shadow dengan cara menutup panel
surya dengan kain berwarna gelap.

4.4.2 Percobaan PLTS dengan Beban


1. Rangkai komponen dengan kabel jumper sesuai dengan Gambar 4.6
2. Pasang beban lampu 15 watt pada fitting lampu di rangkaian.
3. Nyalakan atau tutup MCB 1, inverter, dan MCB 2.
4. Ukur arus pada beban dengan menggunakan tang ampere di kabel jumper
yang terpasang antara fitting dengan MCB 2 (fasa dan netral) bandingkan
hasilnya jika hasilnya kurang lebih sama catat hasil salah satunya pada tabel
percobaan.
5. Matikan atau buka MCB 1, inverter, dan MCB 2.
6. Ulangi langkah 2 – 5 namun ganti beban dengan lampu 60 watt dan 100 watt.
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

4.5 Gambar Rangkaian


4.5.1 Percobaan PLTS Tanpa Beban

Gambar 4.5 Rangkaian percobaan 1 PLTS tanpa beban

4.5.2 Percobaan PLTS dengan Beban

Gambar 4.6 Rangkaian percobaan 2 PLTS dengan beban

4.6 Data Percobaan


Tabel 4.1 Data percobaan full dan shadow

PV Arus Beban
Irradiatio
15 60 100
n VOC ISC
Watt Watt Watt
0,28
Full 1152 W/m2 19,216 V 0,0292 A 0,07 A 0,23 A
A
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

Shado 0,28
308 W/m2 17,145 V 0,0045 A 0,06 A 0,23 A
w A

4.7 Analisis dan Pembahasan


4.7.1 Percobaan PLTS Tanpa Beban
a. Keadaan Full (Tanpa Ditutupi Kain)
Percobaan dilakukan pada hari Rabu, 14 September 2022 pada pukul
08.45 dengan cuaca yang cukup cerah. Pada kondisi full, panel surya
mendapat radiasi matahari sebesar 1152 Wb/m2 yang diukur dengan
menggunakan irradiation meter yang diarahkan searah dengan panel
surya. Dengan menggunakan multimeter, saat kondisi full didapatkan nilai
Voc sebesar 19,216 V. Pada pengukuran Isc, didapatkan arus yang
mengalir pada rangkaian sebesar 0,0292 A.
b. Keadaan Shadow (Ditutupi Kain)
Percobaan dilakukan pada hari Rabu, 14 September 2022 pada pukul
08.45 dengan cuaca yang cukup cerah. Pada kondisi shadow, panel surya
mendapat radiasi matahari sebesar 308 Wb/m2 yang diukur dengan
menggunakan irradiation meter yang diarahkan searah dengan panel
surya. Dengan menggunakan multimeter, saat kondisi shadow didapatkan
nilai Voc sebesar 17,145 V. Pada pengukuran Isc, didapatkan arus yang
mengalir pada rangkaian sebesar 0,0045 A. Berdasarkan data yang
diperoleh dari percobaan PLTS tanpa menggunakan beban, didapatkan
bahwa besar tegangan dan arus pada panel surya berbanding lurus dengan
besarnya iradiasi sinar matahari. Hal ini terjadi sesuai dengan prinsip kerja
panel surya dimana Ketika terpapar sinar matahari (foton) dengan jumlah
yang optimal, maka tegangan dan arus yang dihasilkan akan semakin
besar. Hal tersebut dapat terlihat pada percobaan dimana saat PLTS dalam
keadaan full, didapatkan nilai Voc dan Isc yang lebih besar disbanding saat
PLTS dalam keadaan shadow.
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

4.7.2 Percobaan PLTS Dengan Beban


a. Keadaan Full (Tanpa Ditutupi Kain)
Percobaan dilakukan pada hari Rabu, 14 September 2022 pada pukul
08.45 dengan cuaca yang cukup cerah. Pada percobaan kedua ini, panel
surya dihubungkan dengan variasi beban dengan jumlah sebanyak 3 buah
lampu dengan daya masing-masing 15 W, 60 W, dan 100 W. Setelah
terjadi aliran listrik, kemudian dilakukan pengukuran arus terhadap variasi
beban dengan menggunakan alat ukur tang ampere. Saat kondisi full,
didapatkan arus pada beban sebesar 0,07 A di lampu 15 W; 0,23 A di
lampu 60 W; dan 0,28 A di lampu 100 W.
b. Keadaan Shadow (Ditutupi Kain)
Percobaan dilakukan pada hari Rabu, 14 September 2022 pada pukul
08.45 dengan cuaca yang cukup cerah. Pada percobaan kedua ini, panel
surya dihubungkan dengan variasi beban dengan jumlah sebanyak 3 buah
lampu dengan daya masing-masing 15 W, 60 W, dan 100 W. Setelah
terjadi aliran listrik, kemudian dilakukan pengukuran arus terhadap variasi
beban dengan menggunakan alat ukur tang ampere. Saat kondisi shadow,
didapatkan arus pada beban sebesar 0,06 A di lampu 15 W; 0,23 A di
lampu 60 W; dan 0,28 A di lampu 100 W. Berdasarkan percobaan diatas,
dapat terlihat bahwa semakin besar daya pada beban, maka besar arus
yang dibutuhkan juga semakin besar. Hal tersebut terjadi karena tegangan
dari baterai dan inverter tidak mengalami perubahan (konstan), sehingga
apabila terjadi peningkatan beban maka besar arus yang dibutuhkan juga
akan meningkat.
Berdasarkan data percobaan variasi full dan shadow, tidak terlihat
perbedaan nilai arus yang signifikan pada kedua kondisi tersebut. Hal
tersebut dikarenakan PLTS yang digunakan untuk percobaan
menggunakan system off grid dimana tegangan dan arus yang dihasilkan
tidak langsung terhubung ke beban, melainkan disimpan terlebih dahulu
pada baterai. Oleh karena itu, kondisi full dan shadow panel surya tidak
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

berpengaruh terhadap besar arus pada beban, melainkan memengaruhi


jumlah energi yang tersimpan pada baterai.
Selain itu, terdapat selisih arus yang tidak terlalu jauh pada beban 60
W dan 100 W, dimana didapatkan arus sebesar 0,23 A di lampu 60 W; dan
0,28 A di lampu 100 W. Hal tersebut terjadi karena kondisi serta kapasitas
baterai yang tidak memungkinkan untuk mencapai daya yang dibutuhkan
pada beban lampu 100 W sehingga arus yang mengalir menjadi kurang
maksimal yang ditandai dengan nyala lampu yang menjadi redup.

4.8 Kesimpulan
1. XXX
2. XXY
3. XXZ
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang, Semarang, 50275 Telp.Fax : (024) 7460057
website: www.elektro.undip.ac.id

REFERENSI

[1] Referensi Pertama


[2] Referensi Kedua
[3] Referensi Ketiga

Anda mungkin juga menyukai